Anda di halaman 1dari 186

D r. H R.

IBN U A RL Y, SH , M Kn

Standart Kompetensi Pejabat


LELA N G Indonesia
Workshop Prodi MKn Universitas Islam Malang 2018
SEJA RA H LEL A N G D U N IA
Lelang menurut sejarahnya berasal dari bahasa latin auctio yang berarti peningkatan
harga secara bertahap. Tak ada seorang pun yang secara pasti mengetahui kapan
pertama kali lelang dilaksanakan. Para ahli menemukan di dalam literatur Yunani bahwa
lelang telah dikenal sejak 450 tahun sebelum Masehi.

Bangsa Yunani setiap tahun melakukan wedding auction, yaitu lelang anak perempuan
dewasa untuk dijadikan sebagai istri. Seorang anak perempuan tidak boleh dijual selain
dengan cara lelang. Pada wedding auction ini, perempuan yang berwajah menarik akan
memperoleh banyak penawaran dengan harga tinggi. Sementara perempuan yang kurang
menarik seringkali harus menambahkan mas kawin atau menawarkan barang berharga
kepada peserta agar bersedia mengajukan penawaran sesuai dengan nilai limit sehingga
dapat terjual lelang.
SEJA RA H LEL A N G D U N IA
Pada masa kerajaan Romawi, setelah perang usai prajurit-prajurit Romawi sering
berkeliling ke negara yang kalah perang untuk mencari dan mengumpulkan harta yang
tersisa untuk disita sebagai rampasan perang, serta mencari-cari penduduk untuk
dijadikan budak. Harta rampasan perang dan budak tersebut kemudian dijual secara
lelang dan hasil penjualan tersebut digunakan untuk membiayai perang berikutnya.

Istilah-istilah khusus bagi orang-orang yang berhubungan dengan lelang, antara lain:
Magister Auctionarium, adalah Juru Lelang berlisensi yang berwenang melaksanakan
lelang; Dominus, adalah penjual atau pemilik barang yang akan dijual; Argentaurius,
adalah orang yang melakukan pengaturan pelaksanaan lelang dan dapat memberikan
jasa keuangan; Praeco, adalah orang yang mengumumkan dan mempromosikan lelang
dan dapat berperan sebagai pengarah penawaran/afslager.
SEJA RA H LEL A N G D U N IA
Di Inggris tercatat lelang dilakukan pertama kali pada tahun 1674, dikenal istilah English
auctions, yang dikenal dengan sebutan lelang terbuka secara lisan.
Lelang lukisan yang dilaksanakan di Summerset House, lelang aset properti yang yang
diumumkan di surat kabar London Evening Post pada tanggal 8 Maret 1739. Saat itu. Juru
Lelang membuka lelang dengan menawarkan harga sebesar nilai limit kemudian dilanjutkan
dengan penawaran yang lebih tinggi dari peserta. English auctions dilakukan di kedai-kedai kopi
dan tempat penginapan. Lelang dilaksanakan setiap hari dan katalog lelang dicetak untuk
menginformasikan barang-barang yang tersedia untuk dilelang secara detail dan spesifik.
Katalog lelang dicetak dan didistribusikan sebelum dilaksanakan lelang barang antik atau lelang
barang lainnya. Juru Lelangnya dipilih dari orang yang memiliki kharisma, bersemangat,
dan pandai dalam menghibur peserta lelang.
SEJA RA H LEL A N G D U N IA
Sekitar abad XVII dan abad XVIII, penyelenggaraan lelang lebih terorganisasi, dilakukan secara
teratur, dihadiri lebih banyak peserta lelang dan dilaksanakan di tempat-tempat yang lebih
representatif.
Dikenal sistem auction candle di Inggris untuk melelang barang-barang rumah tangga, dengan
penawaran yang semakin meningkat sampai diperoleh satu orang penawar tertinggi. Lelang
dimulai saat lilin dinyalakan, kemudian penawar terakhir dan tertinggi ditetapkan sebagai
pemenang lelang pada saat lilin habis dan padam. Metode ini digunakan agar peserta lelang
tidak mengetahui secara pasti saat lelang berakhir dan menghindari penawaran pada saat-saat
terakhir lelang (last-second bid). Kadang-kadang sebagai pengganti lilin, digunakan balap lari
untuk menentukan waktu penawaran lelang.
SEJA RA H LEL A N G D U N IA
Di Swedia, tahun 1674 berdiri Stockholm Auction House (Stockholms Auktionsverk) yang
merupakan Balai lelang tertua di dunia.

Saat ini balai lelang terbesar di dunia adalah Balai Lelang Christie di London yang didirikan
sekitar tahun 1766, diikuti dengan Balai Lelang Sotheby di New York, AS yang berdiri tahun
1744.

Pada tahun 1600-an, peziarah dari bangsa Inggris mendarat di Pantai Timur Amerika dan
memperkenalkan lelang. Kemudian lelang berkembang populer selama masa kolonialisasi
dunia dengan menjual pakaian binatang, hasil pertanian, kayu lapis, ternak, peralatan dan
budak. Pada tahun 1617, pedagang Belanda pernah melakukan lelang budak di Jamestown,
dan pada tahun 1769 ditemukan selebaran pelelangan budak di Charleston, South Carolina.
SEJA RA H LEL A N G D U N IA
Di Amerika tahun 1860-an, saat perang saudara (Civil War), lelang atas barang-barang
rampasan perang dan sisa-sisa perang. Hanya pejabat yang berpangkat Kolonel yang boleh
melaksanakan lelang sehingga dikenal dengan istilah Colonel Auction, Untuk mengenang
masa-masa dulu, kadang-kadang juru lelang Amerika menggunakan pakaian militer berpangkat
Kolonel dalam memimpin lelang. Lelang barang antik telah dilaksanakan di Amerika sekitar
tahun 1876 saat merayakan ulang tahun kemerdekaan yang ke-100. Pada waktu itu, lelang
terhadap barang-barang furniture sangat diminati.
Pada tahun 1883, Amerika memiliki balai lelang seni milik Asosiasi Seni Amerika di New York.
Asosiasi seni ini berperan dalam membentuk integritas juru lelang, penciptaan penampilan
barang-barang antik yang dilelang agar lebih menarik, dan pakaian khas juru lelang
menggunakan pakaian formal malam dengan dasi kupu-kupu. Hal ini kemudian diadopsi oleh
Balai Lelang Sotheby dalam penyelenggaraan lelangnya.
SEJA RA H LEL A N G D U N IA
Di Jepang, tahun 1995, Masatakan Fujisaki menciptakan sistem lelang internet yang disebut AUCNET,
menggeser sistem lelang langsung, yang menggunakan tempat lelang sebagai pasar fisik tempat
bertemunya pembeli dan penjual (marketplace), ke sistem lelang melalui pasar maya (virtual market atau
market space). Para dealer yang berniat menjual mobil bekas menelepon ke AUCNET dan kemudian
pemeriksa dari AUCNET mendatangi, memeriksa, dan mengumpulkan informasi rinci tentang mobil yang
ditawarkan. Informasi beserta foto-foto tentang mobil kemudian dikirimkan kepada para dealer mobil
bekas yang berlangganan sistem informasi yang dikeluarkan oleh AUCNET. Setiap akhir minggu, staf di
AUCNET memimpin lelang mobil bekas melalui layar monitor komputer, yang diikuti oleh para dealer
mobil bekas di seluruh Jepang dari kantor masing-masing. Lelang internet ini kemudian diikuti oleh situs
lelang Onsale, yang di-launch pada bulan Mei 1995 dan situs lelang yang paling populer sekarang, yaitu
eBay yang di-launch pada bulan September 1995.
Sedangkan di Indonesia, Kementerian Keuangan mulai melaksanakan lelang melalui internet tahun 2013.
Adapun orang yang pembangun aplikasi e-auction di Kementerian Keuangan yang meliputi dua system
penawaran, yaitu open bidding dan close bidding adalah Brana Pandega.
PENA WA RA N LEL A N G
1. Ascending-Bid Auction/English Auction/Terbuka Naik-Naik
2. Descending-Bid Auction/Dutch Auction/Terbuka Turun-turun
3. First Price Sealed-Bid Auction/Tertulis Tertutup (tertinggi yang menang)
4. Second Price Sealed-Bid Auction/Vickrey Auction/Tertulis tertutup (namun pemenang hanya perlu
membayar sebesae harga penawaran tertinggi yang kedua)
Varian dari English Auction dikenal pula istilah Amsterdam Auction, dimana proses penawaran dilakukan
dengan terbuka lisan naik-naik sampaidengan terdapat 2 penawaran tertinggi. Selanjutnya untuk dua
penawaran yang tertinggi tersebut dilanjutkan dengan lelang tertutup
Winner’s Curse
• Winner’s curse adalah kejadian yang memungkinkan pemenang
lelang membayar lebih dari nilai barang lelang (Krishna, 2002, p. 85).
Terjadinya winner’s curse dijelaskan oleh Levin (1986, p. 894) sebagai
akibat dari kegagalan penilaian dalam lelang common value. Jika
semua peserta lelang memiliki estimasi yang tidak bias dan
penawaran harga meningkat, maka peserta lelang dengan estimasi
paling tinggi akan memenangkan lelang. Namun jika peserta lelang
tidak tepat saat menggunakan pertimbangan, maka ia bisa
memenangkan lelang dengan nilai penawaran dibawah keuntungan
normal atau bahkan rugi. Kesalahan sistematik untuk
memperhitungkan hal tersebut disebut juga dengan “winner’s curse”.
SEJARAH LELANG DI INDONESIA
Di Indonesia, lelang secara resmi masuk dalam perundang-undangan sejak
Februari tahun 1908, yaitu dengan berlakunya Vendu Reglement, Stbl.1908
No.189 dan Vendu Instructie Stbl. 1908 No.190. Sejalan dengan hal tersebut,
berdirilah Unit Lelang Negara di Indonesia.

Sebagai pertimbangan pemerintah Hindia Belanda dalam penjualan barang-


barang milik pejabat yang mutasi.

Peraturan-peraturan dasar lelang ini masih berlaku hingga saat ini dan menjadi
dasar hukum penyelenggaraan lelang di Indonesia.
SEJARAH LELANG DI INDONESIA

Setelah keluar Staatsblad 1908 Nomor 189, terbentuklah Unit Lelang Negara
dengan struktur organisasi di tingkat pusat yaitu Inspeksi Urusan Lelang yang
bertanggung jawab kepada Direktuur van Financient (Menteri Keuangan).

Sedangkan ditingkat Daerah terdapat unit operasional yang disebut Kantor


Lelang Negeri (Vendu Kantoren) yang antara lain berada di Batavia (Jakarta),
Bandung, Cirebon, Semarang, Jogjakarta, Surabaya, Makassar, Banda Aceh,
Medan, dan Palembang.
SEJARAH LELANG DI INDONESIA

Pada tahun 1919, Gubernur Jenderal Nederlandsch Indie mengangkat Pejabat


Lelang Kelas II (Vendumesteer Klas II) untuk menjangkau daerah-daerah yang
belum terdapat Kantor Lelang Negeri dan frekuensi pelaksanaan lelang yang
rendah.
Pada saat itu jabatan Pejabat Lelang Kelas II dirangkap oleh Notaris/PPAT,
Pejabat Pemda Tk. II, Bupati, Walikota, dan pejabat pemda lainnya.
edudukan Lembaga Lelang
Di awal berdirinya organisasi

Direktuur van Financient


(sebutan Menteri Keuangan)

Saat itu juga dikenal komisi


Inspeksi Urusan
yang dibentuk untuk
Lelang
menjalankan aktivitas lelang
yaitu Komisioner Lelang
Negara, saat ini dikenal
Vendu Kantoren Vendumesteer Klas II dengan istilah Balai Lelang.
(Kantor Lelang Negeri) (Pejabat Lelang)
(Batavia, Bandung, Cirebon, (diangkat pada tahun 1919
Semarang, Jogjakarta, untuk menjembatani daerah
Surabaya, Makassar, Banda yang tidak ada Vendu
Aceh, Medan dan Palembang) Kantoren)
SEJARAH INSTITUSI LELANGDI INDONESIA
Pada tahun 1960, dalam pembentukan Direktorat Jenderal di lingkungan Departemen
Keuangan, terdapat ketentuan tiap departemen maksimum mempunyai 5 (lima) Direktorat
Jenderal. Unit Lelang digabung dan berada di bawah Direktorat Jenderal Pajak dengan
pertimbangan:

1. Penerimaan negara yang dihimpun Unit Lelang Negara berupa Bea Lelang merupakan
salah satu jenis pajak tidak langsung.

2. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1959 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa
baru keluar, dimana lembaga lelang sangat diperlukan dalam pelaksanaan penagihan
pajak.
SEJARAH INSTITUSI LELANGDI INDONESIA
Struktur organisasi Unit Lelang dari hasil penggabungan tersebut adalah:

a. Tingkat Pusat

Dinas Inspeksi Lelang (Eselon III)

b. Tingkat Daerah

Kantor Lelang Negeri Kelas I (Eselon IV) yang berjumlah 12 KLN di seluruh Indonesia,
kecuali KLN Jakarta setingkat Eselon III.

Kantor Pejabat Lelang Kelas II untuk kota dan kabupaten yang belum dibentuk Kantor
Lelang Negeri.
1960
Unit Lelang
Gabung
Dengan
Pajak Ditjen Pajak Pertimbangan Unit Lelang
digabung dan berada di bawah
Ditjen Pajak :
Unit Lelang 1. Penerimaan negara yang
dihimpun unit lelang
negara berupa Bea Lelang
yang merupakan salah satu
jenis pajak tidak langsung.
Pusat Unit Lelang Daerah
2. Saat itu baru saja
terbentuk Undang-Undang
Nomor 19 tahun 1959
tentang Penagihan Pajak
Dinas Lelang Es. III dengan Surat Paksa dimana
Kantor Lelang Negeri Kelas I
(eselon IV, Kecuali Jakarta Eselon III) lembaga lelang sangat
diperlukan dalam
pelaksanaan penagihan
pajak.
SEJARAH LELANG DI INDONESIA
Pada tahun 1970, penyebutan Kantor Lelang Negeri diubah menjadi Kantor Lelang
Negara. Struktur organisasi Kantor Lelang Negara pada waktu itu berada di bawah
Direktorat Jenderal Pajak c.q Dinas Lelang.

Pada tahun 1975, dibentuk unit lelang negara di tingkat Kanwil Ditjen Pajak setingkat
eselon IV/a dengan nama Seksi Pembinaan Lelang Bidang Pajak Tidak Langsung. Di
tingkat pusat, Sub Direktorat Lelang (eselon III)
SEJARAH LELANG DI INDONESIA
Selain Kantor Lelang Negeri dan Kantor Pejabat Lelang Kelas II yang memberikan jasa
lelang, Pada waktu itu terdapat Balai Lelang/Komisioner Lelang Negara yang juga
memberikan pelayanan lelang.

Balai Lelang/Komisioner Lelang Negara ini dikelola oleh swasta dan berkedudukan di
kota-kota besar tertentu di Indonesia seperti Surabaya, Makassar, Medan.

Namun pada tahun 1972, berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan Nomor
D.15.4/III/D1/16-2 tanggal 2 Mei 1972, Lembaga Komisioner Lelang Negara dihapuskan.
Dasar Pertimbangan Dihapuskannya Lembaga Komisioner Lelang Negara
(SK No.D.15.4/III/D1/16-2 tanggal 2 Mei 1972)

1. Bahwa dengan Inpres 9 tahun 1970, pemindahtanganan barang-


barang yang dimiliki/dikuasai negara harus dilaksanakan di hadapan
Pejabat Lelang sesuai Undang-Undang.
2. Bahwa pelelangan-pelelangan pada umumnya sudah dapat
ditampung dan diselesaikan oleh Kantor Lelang Negara dan atau
Kantor-Kantor Pejabat Lelang Kelas II
Dasar Pemindahan Unit Lelang Negara dari Ditjen Pajak ke Badan Urusan
Piutang Negara (BUPN), dengan SK Menteri Keuangan N0.
428/KMK.02/1990, tanggal 4 April 1990.

1. Di tingkat pusat, ada Sub Direktorat Pembinaan Lelang.


2. Di tingkat kanwil, ada Seksi Bimbingan Lelang (eselon IV).
3. Di tingkat operasional, ada Kantor Lelang Negara.
Unit Lelang Ditjen Pajak

BUPN 1990

Pusat Daerah

Kanwil Operasional

Subdit Pembinaan Lelang


Eselon III
Seksi
Kantor
Bimbingan Lelang
Lelang Negara
Es. IV
SEJARAH INSTITUSI LELANGDI INDONESIA
Tanggal 1 Juni 1991, berdasarkan Keppres N. 21 tahun 1991, nama BUPN (Badan Urusan
Piutang Negara) diganti menjadi BUPLN (Badan Urusan Piutang dan Lelang Negara). Terjadi
pengembangan dan pengukuhan organisasi unit lelang, antara lain Biro Lelang Negara
(tingkat pusat), Bidang Lelang (tingkat kanwil), dan KLN (tingkat operasional).

Pada tahun 1996, Pemerintah berdasarkan keputusan Menteri Keuangan Nomor


47/KMK.01/1996 tanggal 25 Januari 1996 kembali memberikan peluang kepada pihak swasta
untuk berperan serta dalam mengembangkan lelang di Indonesia melalui pendirian Balai
Lelang yang berada dalam pembinaan dan pengawasan BUPLN.
1991
Ditjen
BUPN BUPLN
2006
DJPLN DJKN
Pajak

1990 2000
SEJARAH INSTITUSI LELANGDI INDONESIA
Kantor Pusat DJKN bertempat di Gedung Syafrudin Prawiranegara, beralamat di Jalan
Lapangan Banteng Timur Nomor 2-4, Jakarta Pusat.
Unit vertikal Kantor Pusat DJKN terdiri dari:
Unit Eselon II di Kantor Wilayah (Kanwil) dan Eselon III di KPKNL yang tersebar di seluruh
Indonesia.
Kanwil DJKN berjumlah 17 sedangkan KPKNL berjumlah 70.

Direktorat Lelang sebagai salah satu unit di DJKN saat ini sedang berupaya untuk
menyukseskan Rancangan Undang-Undang Tentang Lelang dalam rangka memperkuat
lembaga lelang di Indonesia. Program simplipying and securing of acta (penyederhanaan dan
pengamanan risalah lelang), styling (seragam dan tool kit pejabat lelang), dan reporting and
monitoring (otomasi laporan realisasi pelaksanaan lelang) merupakan babak baru dalam
sejarah lelang yang digulirkan oleh Direktorat Lelang.
DASAR HUKUM LELANG
Secara garis besar dasar
hukum lelang terbagi menjadi
dua bagian :
Umum Khusus
Umum : ketentuan perundang-undangan yang tidak
secara khusus mengatur tentang lelang, tetapi ada pasal-
pasal di dalamnya yang mengatur tentang lelang. Khusus:
ketentuan perundang-undangan yang secara khusus
mengatur tentang lelang.
KETENTUAN UMUM
HUKUM POSITIF DI INDONESIA YANG MENGAMANATKAN LELANG

1. Burgerlijk Wetboek (Kitab Undang-Undang Hukum Perdata) Stbl 1847 No. 23).
2. RBG s.1927/227 dan RIB/HIR Stb. 1941 No. 44.
3. Undang-Undang Nomor 49 Tahun 1960 tentang PUPN.
4. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Undang-Undang Hukum Acara Pidana.
5. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan.
6. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah
dengan UU Nomor 10 Tahun 1998.
7. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan atas Tanah Beserta
Benda-Benda yang Berkaitan dengan Tanah.
KETENTUAN UMUM
HUKUM POSITIF DI INDONESIA YANG MENGAMANATKAN LELANG

8. UU Nomor 19 Tahun 1997 jo Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 tentang


Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa.
9. Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia.
10.Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara.
11.Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan
Kewajiban Pembayaran Utang.
12.Undang-undang Nomor 24 Tahun 2004 tentang LPS.
13.Undang-undang nomor 19 Tahun 2004 tentang Kehutanan.
14.Undang-Undang Nomor 9 tahun 2006 tentang Sistem Resi Gudang.
15.Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
KETENTUAN KHUSUS
Ketentuan perundang-undangan yang secara khusus
mengatur tentang tata cara dan prosedur lelang

1. Vendu Reglement
2. Vendu Instructie
3. PMK Nomor 27/PMK.06/2016 tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang
4. PMK Nomor 174/PMK.06/2010 tentang Pejabat Lelang Kelas I sebagaimana telah
diubah dengan PMK Nomor 158/PMK.06/2013
5. PMK Nomor 175/PMK.06/2010 tentang Pejabat Lelang Kelas II sebagaimana telah
diubah dengan PMK Nomor 159/PMK.06/2013
KETENTUAN KHUSUS
Ketentuan perundang-undangan yang secara khusus
mengatur tentang tata cara dan prosedur lelang

7. PMK Nomor 176/PMK.06/2010 tentang Balai Lelang sebagaimana telah diubah dengan
PMK Nomor 160/PMK.06/2013
8. Per-05/KN/2011 tentang Petunjuk Teknis Pejabat Lelang Kelas II
9. Per-6/KN/2013 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Lelang
10. Per-02/KN/2012 tentang Pembuatan Kutipan Risalah Lelang oleh KPKNL
11. Per-03/KN/2012 tentang Pembuatan Kutipan Risalah Lelang oleh Kantor PL Kelas II.
12. PP Nomor 1 Tahun 2013 mengatur tentang tarif PNBP.
13. Peraturan dan ketentuan lain yang terkait lainnya.
PENGERTIAN LELANG

Lelang adalah penjualan barang yang terbuka untuk umum dengan penawaran
harga secara tertulis dan/atau lisan yang semakin meningkat atau menurun
untuk mencapai harga tertinggi, yang didahului dengan Pengumuman Lelang.
(Pasal 1 VR Jo Pasal 1 angka 1 PMK 27/PMK.06/2016 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang)

 Setiap pelaksanaan lelang harus dilakukan oleh dan/atau dihadapan Pejabat


Lelang kecuali ditentukan lain oleh Undang-Undang atau Peraturan
Pemerintah.
(Pasal 1a VR Jo Pasal 2 PMK 27/PMK.06/2016 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang)
Persamaan Lelang dengan Tender
1. Dilakukan di muka umum;
2. Didahului dengan pengumuman.

Perbedaan Lelang dengan Tender


1. Tender adalah pembelian/pengadaan barang atau pembelian jasa
pemborongan pekerjaan, sedangkan lelang adalah penjualan barang.
2. Tender tidak dipimpin oleh Pejabat Lelang.
3. Penawaran dalam tender hanya dilakukan secara tertulis.
4. Dalam tender, penjual banyak dan calon pembeli hanya satu. Sedangkan
dalam lelang adalah sebaliknya.
Perbandingan Lelang dengan Tender
No Lelang Tender
1. Penjualan barang Pengadaan/pembelian barang/jasa

2. Dilakukan secara lisan atau tertulis Dilakukan secara tertulis

3. Didahului pengumuman lelang Didahului pengumuman

4. Penjual hanya satu dan calon pembeli Penjual lebih dari satu dan calon pembeli
lebih dari satu hanya satu

5. Yang ditunjuk sebagai pemenang Yang ditunjuk sebagai pemenang adalah


adalah yang mencapai harga tertinggi yang harganya paling rendah atau yang
paling menguntungkan

6. Harus dilakukan dihadapan Pejabat Tidak dilakukan dihadapan Pejabat Lelang


Lelang
1. Dilakukan pada suatu saat dan tempat yang
Unsur-
telah ditentukan; Unsur
2. Dilakukan dengan cara mengumumkannya terlebih dahulu;
3. Dilakukan dengan cara penawaran atau pembentukan harga
Lelang
yang khusus, yaitu dengan cara penawaran harga secara
lisan atau secara tertulis yang kompetitif;
4. Peserta mengajukan penawaran tertinggi akan dinyatakan
sebagai pemenang/pembeli;
5. Pelaksanaan lelang dilakukan dengan campur
tangan/dihadapan/di depan Pejabat Lelang;
6. Setiap pelaksanaan lelang harus dibuat Risalah Lelang oleh
Pejabat Lelang yang melaksanakan lelang.
ASAS-ASAS LELANG
Untuk mewujudkan optimalisasi hasil lelang, diperlukan
pelaksanaan lelang yang efisien, terbuka, pasti dan
akuntabel. Dalam rangka memenuhi hal tersebut, setiap
pelaksanaan lelang harus selalu memperhatikan asas
keterbukaan, asas persaingan, asas kepastian hukum,
asas efisiensi dan asas akuntabilitas.
ASAS-ASAS LELANG
Beberapa asas yang mendasari ketentuan-ketentuan dalam peraturan
lelang dan tercermin dalam pengertian lelang yang dapat dikemukakan
antara lain adalah:

 Asas Transparansi (Transparency/Publicity),


 Asas Persaingan (Competition),
 Asas Kepastian (Certainty),
 Asas Pertanggungjawaban (Accountability),
 Asas Efisiensi (Efficiency),
ASAS-ASAS LELANG
1. Asas Transparansi (Transparency/Publicity),
Keterbukaan dalam pelelangan.
Adanya keharusan bahwa setiap pelelangan didahului dengan
pengumuman lelang, baik dalam bentuk iklan, brosur, atau undangan.
Pengumuman lelang dapat dilakukan melalui media cetak dan atau
media elektronik. Selain untuk menarik peserta lelang sebanyak
mungkin, pengumuman lelang juga dimaksudkan sebagai kontrol sosial
dan perlindungan publik.
Pengumuman lelang berperan sebagai sumber bagi masyarakat untuk
mendapatkan informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif tentang
pelaksanaan lelang.
ASAS-ASAS LELANG
2. Asas Persaingan (Competition),
Para peserta lelang akan bersaing dan peserta dengan penawaran
tertinggi yang sudah mencapai atau di atas harga limit yang akan
dinyatakan sebagai pemenang.

3. Asas Kepastian (Certainty),


Independensi Pejabat Lelang seharusnya mampu membuat kepastian
bahwa penawar tertinggi dinyatakan sebagai pemenang dan bahwa
pemenang lelang yang telah melunasi kewajibannya akan
memperoleh barang beserta dokumennya.
ASAS-ASAS LELANG
4. Asas Pertanggungjawaban (Accountability),
Pelaksanaan lelang dapat dipertanggungjawabkan karena Pemerintah
melalui Pejabat lelang berperan untuk mengawasi jalannya lelang dan
membuat akta autentik yang disebut Risalah Lelang.
5. Asas Efisiensi (Efficiency),
Lelang dilakukan pada suatu saat dan tempat yang ditentukan dan
transaksi terjadi pada saat itu juga maka diperoleh efisiensi biaya dan
waktu, karena dengan demikian barang secara cepat dapat dikonversi
menjadi uang.
PUBLIK
PRIVAT
BUDGETER
FUNGSI LELANG Fungsi
terletak
privat
pada
lelang
hakekat
Fungsi lelang dilihat dari tinjauan
Privat perdagangan, di mana
Fungsi Budgeter lelang merupakan sarana
Mengumpulkan untuk mempertemukan
penerimaan negara Fungsi Fungsi penjual dan pembeli dalam
dalam bentuk Bea Budgeter Publik transaksi jual beli barang
Administrasi dan Bea
dengan cara-cara yang
Lelang. Dalam hal ini
lelang mengemban fungsi
diatur Undang-undang.
budgetair. Lelang juga
dibebani tugas
mengamankan Pajak, Fungsi publik tercermin dari :
antara lain Pajak a) Mengamankan asset yang dimiliki/dikuasai negara untuk
Penghasilan (PPh) Pasal meningkatkan efisiensi dan tertib administrasi dari pengelolaan asset
25 atas lelang tanah atau
tersebut.
tanah dan bangunan dan
Bea Perolehan Hak atas b) Pelayanan penjualan barang dalam rangka mewujudkan law
Tanah dan atau enforcement yang mencerminkan keadilan, keamanan dan kepastian
Bangunan (BPHTB). hukum seperti penjualan barang sitaan Pengadilan, Kejaksaan,
Pajak dan sebagainya.
Manfaat Lelang bagi Penjual
1. Mengurangi rasa kecurigaan/tuduhan kolusi dari masyarakat atau dari pemilik barang karena
penjualannya dilakukan secara terbuka untuk umum, sehingga masyarakat umum dapat
mengontrol pelaksanaannya.

2. Menghindari kemungkinan adanya sengketa hukum.

3. Penjualan lelang sangat efisien karena didahului dengan pengumuman, sehingga peserta
lelang dapat terkumpul pada saat hari lelang.

4. Penjual akan mendapatkan pembayaran yang cepat karena pembayaran dalam lelang
dilakukan secara tunai.

5. Penjual mendapatkan harga jual yang optimal karena sifat penjualan lelang yang terbuka
dengan penawaran harga yang kompetitif.
Manfaat Lelang bagi Pembeli

1. Penjualan lelang didukung oleh dokumen yang sah karena sistem lelang
mengharuskan Pejabat Lelang meneliti lebih dahulu tentang keabsahan penjual
dan barang yang akan dijual (legalitas formal subjek dan objek lelang)

2. Dalam hal barang yang dibeli adalah barang tidak bergerak berupa tanah,
pembeli tidak perlu lagi mengeluarkan biaya tambahan untuk membuat akta jual
beli ke PPAT atau Notaris, tetapi dengan Risalah Lelang pembeli dapat langsung
ke Kantor Pertanahan setempat untuk balik nama. Hal tersebut karena Risalah
Lelang merupakan akta otentik dan statusnya sama dengan akta notaris.
Berbagai Kelebihan Penjualan Lelang
1. Adil dan objektif, karena lelang dilaksanakan secara terbuka (transparan), tidak
ada prioritas di antara peserta lelang, kesamaan hak dan kewajiban antara
peserta akan menghasilkan pelaksanaan lelang yang objektif.
2. Aman, karena lelang disaksikan, dipimpin dan dilaksanakan oleh Pejabat Lelang
yang independen. PL meneliti lebih dulu secara formal tentang keabsahan
subjek dan objek lelang. Juga didahului dengan pengumuman lelang, sehingga
memberi kesempatan kepada pihak-pihak yang ingin mengajukan keberatan.
3. Cepat, efisien & built in control, karena lelang didahului oleh pengumuman
lelang, sehingga peserta lelang dapat berkumpul pada hari lelang dan
pembayaran secara tunai.
4. Mewujudkan harga yang wajar & kompetitif. Penawaran yang khas
(kompetitif dan transparan), sehingga tercipta kompetisi dan harga yang wajar.
5. Memberikan kepastian hukum & otentik, dibuat Risalah Lelang sebagai berita
acara yang otentik dan alat bukti yang sempurna serta dapat digunakan
langsung untuk balik nama (tidak perlu AJB yang dibuat oleh Notaris/ PPAT).
Peran Lelang dalam Perekonomian
1. Lelang mampu memberi jawaban yang pasti mengenai harga/nilai
suatu barang dalam hal subjektivitas seseorang berpengaruh
terhadap kualitas barang, kreativitas pembuatan dan nilai artistik
suatu barang.
2. Lelang mampu memberi jawaban yang pasti mengenai harga/nilai
suatu barang pada saat situasi perekonomian tidak menentu.
3. Lelang mampu memberi jawaban yang pasti mengenai status
kepemilikan suatu barang.
4. Harga yang terbentuk pada lelang dapat menjadi standar dan
barometer dalam sektor perekonomian tertentu.
Sistim Lelang di Indonesia
1. Dilihat dari cara pembayarannya
a. Lelang dengan tanggungan pemerintah.
b. Lelang di luar tanggungan pemerintah.
c. Lelang tunai.
d. Lelang kredit.

2. Dilihat dari perhitungan bea lelang


a. Lelang dengan harga eksklusif.
b. Lelang dengan harga insklusif.
Sistim Lelang di Indonesia
3. Dilihat dari cara penawarannya
a. Lelang dengan penawaran secara terbuka.
b. Lelang dengan penawaran secara tertutup.

4. Dilihat dari penggunaan harga limit


a. Lelang dengan harga limit.
b. Lelang tanpa harga limit.
Lelang, dari cara pembayaran :

Lelang dengan tanggungan pemerintah

Lelang di luar tanggungan pemerintah


Lelang Dengan Tanggungan Pemerintah

• Pasal 4 Vendu Reglement :


Kecuali dalam hal yang ditetapkan pada alinea berikut, tagihan yang
timbul dari penjualan yang dilakukan di hadapan juru lelang atas beban
pembeli harus dibayar kepada pemerintah, yang wajib membayar hasil
penjualan kepada penjual, dengan memperhatikan ketentuan pasal 34.
Jika penjual mengadakan ketentuan di antara syarat-syarat penjualan,
bahwa pembayaran oleh para pembeli tidak akan dilakukan kepada
pemerintah, maka pemerintah tidak wajib membayar hasil lelang
kepada penjual.
Lelang Dengan Tanggungan Pemerintah

• Dimana pemenang lelang/pembeli membayar harga lelang berikut


kewajiban-kewajiban pembayaran lainnya kepada Pemerintah (Pejabat
Lelang), kemudian Pemerintah yang akan membayar/menyetor kepada
Penjual dan kepada yang berhak lainnya.
• Apabila tidak diperjanjikan lain oleh Penjual, maka pada prinsipnya lelang
selalu dianggap dilakukan dengan tanggungan pemerintah.
• Tarif bea lelang (ditanggung penjual dan pembeli) yang digunakan, sesuai
dengan PP Nomor 1 Tahun 2013 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis PNBP
yang berlaku pada Kemenkeu.
Lelang Dengan Tanggungan Pemerintah
Tarif bea lelang yang digunakan
BL Penjual BL Pembeli BL Penjual BL Pembeli
LELANG EKSEKUSI BARANG YANG DIRAMPAS BTB 0% 2% LELANG NONEKSEKUSI WAJIB BARANG BTB 0% 1.5%
UNTUK NEGARA MILIK NEGARA/DAERAH
0% 3% 0% 2%
BB BB

BL Penjual BL Pembeli BL Penjual BL Pembeli


LELANG EKSEKUSI BARANG YANG SELAIN BTB 1.5% 2% LELANG NONEKSEKUSI WAJIB SELAIN BTB 1% 1.5%
DIRAMPAS UNTUK NEGARA BARANG MILIK NEGARA/DAERAH
2% 3% 1.5% 2%
BB BB

BL Penjual BL Pembeli BL Penjual BL Pembeli


LELANG NONEKSEKUSI SUKARELA OLEH PL LELANG NONEKSEKUSI SUKARELA OLEH PL
KELAS I BTB 1% 1.5% KELAS II DALAM KB BTB 0% 0.2%
BB 1.5% 2% BB 0% 0.3%

BL Penjual BL Pembeli LELANG NONEKSEKUSI WAJIB KAYU DARI BL Penjual BL Pembeli


LELANG NONEKSEKUSI SUKARELA OLEH PL TANGAN PERTAMA
Kayu
KELAS II LUAR KB BTB 0% 0.4% 0.5% 1.5%
BB 0% 0.5%
BL Penjual BL Pembeli
LELANG PEGADAIAN BB
1% 1%
Lelang Di Luar Tanggungan Pemerintah

• Pasal 4 ayat (2)


• Vendu Reglement :
Jika penjual mengadakan ketentuan di antara syarat-syarat penjualan,
bahwa pembayaran oleh para pembeli tidak akan dilakukan kepada
pemerintah, maka pemerintah tidak wajib membayar hasil lelang
kepada penjual.
Lelang Di Luar Tanggungan Pemerintah
Bahwa pemenang lelang/pembeli membayar harga lelang berikut
kewajiban-kewajiban lainnya langsung kepada Penjual.
a. Menurut Pasal 21 VR terhadap barang-barang milik negara tidak diperkenankan untuk dijual di
luar tanggungan pemerintah.
b. Harus disebutkan dengan tegas oleh Penjual dalam syarat-syarat penjualan.
c. Pembeli membayar harga langsung kepada penjual.
d. Pemerintah tidak terikat pada penjual untuk pembayaran hasil penjualan lelang.
e. Bea lelang dipungut oleh penjual.
f. Sistim ini untuk lelang noneksekusi sukarela dengan menggunakan jasa balai lelang yang
dilelang melaui PL Kelas I (KPKNL) dan lelang yang melalui PL Kelas II.
g. Tarif bea lelang, ditentukan khusus diluar PP No. 1 Tahun 2013.
Lelang Di Luar Tanggungan Pemerintah

Objek lelang yang diperbolehkan:


a. Barang-barang tetap yang diperkenankan dilelang di luar tanggungan pemerintah.
b. Barang-barang perdagangan dari tangan pertama kecuali kayu dapat dilakukan pelelangan di
luar tanggungan pemerintah (barang-barang baru untuk diperdagangkan yang biasanya dalam
partai besar dan pembelinya pada umumnya juga para pedagang).
c. Perusahaan di atas tanah sewa.
d. Kapal yang isinya 20 meter kubik atau lebih.
e. Efek / surat-surat berharga.
Lelang Di Luar Tanggungan Pemerintah
SALINAN BUKU PENJUALAN, PENYETORAN, DAN TUNGGAKAN HASIL LELANG

KPKNL ……………….

BULAN ……………..

HASIL LELANG Jumlah KE KAS NEGARA KE PENJUAL


Risalah Lelang Pejabat Lelang Uang Jaminan Hasil Bersih Hasil Bersih Di Luar
Jenis Sifat Tanggal
POKOK LELANG BEA LELANG Hasil Tanggal
Bea Lelang
Pemohon Wanprestasi Lelang (Non Tanggungan Pemerintah Jumlah Tunggakan Keterangan
Lelang/Penjual Pokok
Lelang Barang PPh PPh Penyetoran
Lelang
Dengan Tanggungan Diluar Tanggungan Uang Jaminan Lelang Penyetoran
Nomor Tanggal Nama NIP Penjual Pembeli Batal
Balai Lelang) (melalui Balai Lelang)

Pemerintah Pemerintah Wanprestasi Penjual Pembeli Batal

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26

Email,

Laku

………… ………… ………. ……. ………………………………. ………… ……….. ……………………………… …………………………… ……….. ……….. ……….. ……….. ……….. ……….. ……….. ……….. ……….. ……….. ……….. …………………… ………………. ………………….. ………………………………….. ……………… ……….. ………………

Internet,

TAP
………
………… …………. ……….. ……. ……………………………….. ………… ………. ………………………………. …………………………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… … ………………….. ……………….. ………………….. ………………………………….. ………………. ………… ……………….

Tromol Pos,

Batal
………
…………. ………… ……….. …….. ………………………………. ………… …………. ……………………………… …………………………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… … ………………….. ……………….. ………………….. …………………………………… ……………… ………… ……………….

Wanprestasi

…………. …………. ……….. …….. ………………………………. …………. ………… ………………………………. …………………………… ……….. ……….. ……….. ……….. ……….. ……….. ……….. ……….. ……….. ……….. ……….. …………………… ……………….. ………………….. …………………………………… ……………… ……….. ………………

Jumlah Penerimaan Lelang Bulan Ini ………………………… ……………………. ………. ………. ………. ………. ………. ………. ………. ………. ………. ………. ………. …………………. ……………… ………………… ………………………………. …………….. ………. …………….
Lelang Di Luar Tanggungan Pemerintah

Tarif bea lelang yang digunakan

• Barang Bergerak : BL Penjual 1,5% dan BL Pembeli 2%


• Barang Tidak Bergerak : BL Penjual 0,5% dan BL Pembeli 1%
• Barang Campuran : BL Penjual 2% dan BL Pembeli 3%
Kredit

Tunai
PEMBAYARAN LELANG SECARA KREDIT
• Diatur dalam Pasal 22, 25, 26, 27, 28, 29 Vendu Reglement;

• Sekarang sudah tidak dipergunakan lagi.

• Dalam hal lelang dengan Tanggungan Pemerintah, maka pembayaran tangguh harus
selalu ditolak oleh Pejabat Lelang kepada: a) mereka yang mempunyai profesi
pembelian barang dalam pelelangan; b) mereka yang belum membayar lunas hutang
lelangnya terdahulu; c) mereka yang dalam jangka waktu 12 bulan terakhir mendapat
tindakan khusus karena tidak membayar hutang lelang pada waktunya.
PEMBAYARAN LELANG SECARA TUNAI
• Diatur dalam Pasal 22, 29, 34, 37 Vendu Reglement;
• Berdasarkan SK Menteri Keuangan No. 476/MK/II/7/1972 tanggal 3 Juli 1972
• Saat ini pembayaran dilakukan paling lambat 5 x 24 jam hari kerja setelah pelaksanaan
lelang. Pembayaran dapat dilakukan secara tunai (cash) atau cek/giro.
• Pelunasan kewajiban pembayaran lelang oleh pembeli dilakukan melalui rekening
KPKNL/Balai Lelang/rekening khusus atas nama jabatan Pejabat Lelang Kelas II atau secara
langsung kepada Bendahara Penerimaan KPKNL/Pejabat Lelang Kelas I/Balai
Lelang/Pejabat Lelang Kelas II.
• Dalam hal pelunasan kewajiban pembayaran lelang oleh pembeli dilakukan dengan cek/giro,
pembayaran harus sudah diterima efektif pada rekening KPKNL/Balai Lelang/rekening
khusus atas nama jabatan Pejabat Lelang Kelas II paling lama 3 (tiga) hari kerja setelah
pelaksanaan lelang.
• Setiap pelunasan kewajiban pembayaran lelang oleh Pembeli harus dibuatkan kuitansi atau
tanda bukti pembayaran oleh Bendahara Penerimaan KPKNL/Pejabat Lelang Kelas I/Balai
Lelang/Pejabat Lelang Kelas II.
PEMBAYARAN LELANG SECARA TUNAI
• Dalam hal pembeli tidak melunasi kewajiban pembayaran lelang, pada hari kerja berikutnya
Pejabat Lelang harus membatalkan pengesahannya sebagai Pembeli dengan membuat
Pernyataan Pembatalan.
• Pembeli yang tidak dapat memenuhi kewajibannya setelah disahkan sebagai pembeli Lelang,
tidak diperbolehkan mengikuti lelang di seluruh wilayah Indonesia dalam waktu 6 (enam) bulan.
• Hasil bersih lelang atas lelang yang diharuskan disetor ke Kas Negara/Daerah, dilakukan paling
lama 1 (satu) hari kerja setelah pembayaran diterima oleh Bendahara Penerimaan KPKNL.
• Hasil bersih lelang atas lelang yang diharuskan disetor ke Penjual terlebih dahulu, dilakukan
paling lama 1 (satu) hari kerja setelah pembayaran diterima oleh Bendahara Penerimaan KPKNL,
untuk selanjutnya wajib disetor langsung secepatnya ke Kas Negara oleh Penjual.
• Penyetoran bea lelang dan Pajak Penghasilan (PPh) ke Kas Negara paling lama 1 (satu) hari
kerja setelah pembayaran diterima oleh Bendahara Penerimaan KPKNL/Balai Lelang/Pejabat
Lelang Kelas II.
• Hasil Bersih Lelang atas lelang yang diharuskan disetor ke Penjual/Pemilik Barang, paling lama 3
(tiga) hari kerja setelah pembayaran diterima oleh Bendahara Penerimaan KPKNL/Balai
Lelang/Pejabat Lelang Kelas II.
JENIS LELANG
LELANG EKSEKUSI

LELANG NONEKSEKUSI WAJIB

LELANG NONEKSEKUSI SUKARELA


LELANG EKSEKUSI

• Lelang Eksekusi adalah lelang untuk melaksanakan


putusan/penetapan pengadilan, dokumen-dokumen lain yang
dipersamakan dengan itu, dan/atau melaksanakan ketentuan
dalam peraturan perundang-undangan.
• Dilaksanakan oleh Pejabat Lelang Kelas I
• Pejabat Lelang Kelas I adalah Pejabat Lelang pegawai Direktorat
Jenderal Kekayaan Negara yang berwenang melaksanakan
Lelang Eksekusi, Lelang Noneksekusi Wajib, dan Lelang
Noneksekusi Sukarela.
 Dalam hal terdapat permohonan lelang eksekusi dari Lelang
kreditur pemegang hak agunan kebendaan yang terkait
dengan putusan pernyataan pailit, maka pelaksanaan Eksekusi
lelang dilakukan dengan memperhatikan Undang-
Undang Kepailitan.
(Pasal 15 Permenkeu No. 27/PMK.06/2016).
 Penjual/Pemilik Barang wajib memperlihatkan atau menyerahkan asli dokumen
kepemilikan kepada Pejabat Lelang paling lama 1 (satu) hari kerja sebelum
pelaksanaan lelang, kecuali Lelang Eksekusi yang menurut peraturan
perundang-undangan tetap dapat dilaksanakan meskipun asli dokumen
kepemilikannya tidak dikuasai oleh Penjual.
(Pasal 21 (1) Permenkeu No. 27/PMK.06/2016).
 Pembatalan lelang sebelum pelaksanaan lelang diluar ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 27 dilakukan oleh Pejabat Lelang dalam hal barang yang
akan dilelang dalam status sita pidana atau blokir pidana, khusus Lelang
Eksekusi.
(Pasal 30 huruf b Permenkeu No. 27/PMK.06/2016).
 Dalam pelaksanaan Lelang Eksekusi dan Lelang Lelang
Noneksekusi Wajib, jika Pembeli tidak melunasi
Kewajiban Pembayaran Lelang sesuai ketentuan Eksekusi
(wanprestasi), Uang Jaminan Penawaran Lelang
disetorkan seluruhnya ke Kas Negara dalam waktu
1 (satu) hari kerja setelah pembatalan penunjukan
Pembeli oleh Pejabat Lelang.
(Pasal 41 (a) Permenkeu No. 27/PMK.06/2016).

 Nilai Limit bersifat tidak rahasia. Untuk Lelang Eksekusi, Lelang Noneksekusi
Wajib, dan Lelang Non Eksekusi Sukarela atas barang tidak bergerak, Nilai Limit
harus dicantumkan dalam pengumuman lelang.
(Pasal 46 (1) & (2) Permenkeu No. 27/PMK.06/2016).

 Permohonan lelang eksekusi dan lelang noneksekusi wajib, harus diajukan


secara tertulis oleh Penjual/Pemilik Barang kepada Kepala KPKNL dengan
dilengkapi dokumen persyaratan lelang yang bersifat umum dan khusus.
(Pasal 1 (1) Perdirjen KN No. 6/KN/2013).
 Dalam hal Penjual/Pemilik Barang akan menggunakan jasa Lelang
pralelang dan/atau jasa pascalelang oleh Balai Lelang
untuk jenis lelang eksekusi dan lelang noneksekusi wajib, Eksekusi
dalam surat permohonan lelang harus disebutkan nama
Balai Lelang yang digunakan jasanya.
(Pasal 2 Perdirjen KN No. 6/KN/2013).
 Dokumen persyaratan lelang yang bersifat umum untuk lelang eksekusi,
mengacu pada Pasal 5 Perdirjen KN No. 6/KN/2013.
 Sedangkan Dokumen persyaratan lelang yang bersifat khusus untuk lelang
eksekusi, mengacu pada Pasal 6 Perdirjen KN No. 6/KN/2013.
 Jika Pembeli wanprestasi, uang jaminan penawaran lelang disetorkan seluruhnya
ke Kas Negara dalam waktu 1 hari kerja setelah pembatalan penunjukkan
Pembeli oleh Pejabat Lelang.
(Pasal 38 (1) Perdirjen KN No. 6/KN/2013).
Lelang
Eksekusi
 Tarif bea lelang yang dipungut sesuai dengan Lampiran PP
Nomor 1 Tahun 2013 tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis
PNBP yang Berlaku pada Kemenkeu.

 Lelang Eksekusi Barang Yang Dirampas Untuk Negara :


a. Barang Tidak Bergerak  BL Penjual 0%, BL Pembeli 2%
b. Barang Bergerak  BL Penjual 0%, BL Pembeli 3%
 Lelang Eksekusi Barang Yang Selain Dirampas Untuk Negara :
a. Barang Tidak Bergerak  BL Penjual 1,5%, BL Pembeli 2%
b. Barang Bergerak  BL Penjual 2%, BL Pembeli 3%
LELANG NONEKSEKUSI

Lelang Noneksekusi Wajib adalah lelang untuk melaksanakan


penjualan barang yang oleh peraturan perundang-undangan
diharuskan dijual secara lelang.
Lelang Noneksekusi Sukarela adalah lelang atas barang milik
swasta, orang atau badan hukum/badan usaha yang dilelang secara
sukarela.
LELANG NONEKSEKUSI
• Lelang Noneksekusi Wajib, dilaksanakan oleh Pejabat Lelang
Kelas I.
• Lelang Noneksekusi Sukarela, dilaksanakan oleh Pejabat Lelang
Kelas I dan Pejabat Lelang Kelas II.
• Pejabat Lelang Kelas II adalah Pejabat Lelang swasta yang
berwenang melaksanakan Lelang Noneksekusi Sukarela.
 Pembatalan lelang sebelum pelaksanaan lelang diluar Lelang
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 dilakukan
oleh Pejabat Lelang dalam hal barang yang akan dilelang
Noneksekusi
dalam status sita jaminan/sita eksekusi/sita pidana, khusus
Lelang Noneksekusi.
(Pasal 30 huruf d Permenkeu No. 27/PMK.06/2016).
 Untuk lelang kayu dan hasil hutan lainnya dari tangan pertama serta lelang
Noneksekusi Sukarela barang bergerak, Nilai Limit dapat tidak dicantumkan dalam
pengumuman lelang.
(Pasal 46 (3) Permenkeu No. 27/PMK.06/2016).
 Nilai Limit pada lelang noneksekusi sukarela atas barang bergerak yang
menggunakan nilai limit ditetapkan oleh Penjual.
(Pasal 43 (2) Permenkeu No. 27/PMK.06/2016).
 Nilai Limit pada lelang noneksekusi sukarela atas barang tetap berupa tanah dan/atau
bangunan ditetapkan oleh Penjual, berdasarkan hasil penilaian dari penilai, jika nilai
limit paling sedikit Rp1 Milyar (Pasal 45 (a) Permenkeu No.27/PMK.06/2016).
Lelang
Noneksekusi
Lelang NonEksekusi Wajib termasuk tetapi tidak terbatas pada:

Wajib
1. Lelang Barang Milik Negara/Daerah,
2. Lelang Barang Milik Badan Usaha Milik Negara/Daerah (BUMN/D)
Nonpersero;
3. Lelang Barang BPJS
4. Lelang BMN Yang Berasal dari Aset eks Kepabeanan dan Cukai,
5. Lelang Barang Gratifikasi,
6. Lelang Aset Properti Barang Bongkaran BMN karena perbaikan,
7. Lelang Barang Habis Pakai Eks Pemilu,
8. Lelang Aset Tetap dan Barang Jaminan Diambil Alih (BJDA) Eks Bank
Dalam Likuidasi,
9. Lelang Aset Eks Kelolaan PT. PPA,
Lelang NonEksekusi Wajib termasuk tetapi tidak terbatas pada:
Lelang
9. Lelang Aset Settlement Obligor Penyelesaian Kewajiban
Noneksekusi
Pemegang Saham (PKPS) Akta Pengakuan Utang (APU),
Wajib
10.Lelang Aset Inventaris Eks. BPPN,
11.Lelang Aset Properti Eks. BPPN,
12.Lelang Balai Harta Peninggalan atas Harta Peninggalan
Tidak Terurus dan Harta Kekayaan Orang yang Dinyatakan
Tidak Hadir,
13.Lelang Benda Berharga Asal Muatan Kapal Yang Tenggelam
(BMKT),
14.Lelang Aset Bank Indonesia, dan
15.Lelang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya dari tangan pertama.
 Dalam pelaksanaan Lelang Eksekusi dan Lelang Noneksekusi Lelang
Noneksekusi
Wajib, jika Pembeli tidak melunasi Kewajiban Pembayaran
Lelang sesuai ketentuan (wanprestasi), Uang Jaminan
Penawaran Lelang disetorkan seluruhnya ke Kas Negara dalam
waktu 1 (satu) hari kerja setelah pembatalan penunjukan
Wajib
Pembeli oleh Pejabat Lelang.
(Pasal 41 (1) Permenkeu No. 27/PMK.06/2016).
 Permohonan lelang eksekusi dan lelang noneksekusi wajib, harus diajukan secara
tertulis oleh Penjual/Pemilik Barang kepada Kepala KPKNL dengan dilengkapi dokumen
persyaratan lelang yang bersifat umum dan khusus.
(Pasal 1 (1) Perdirjen KN No. 6/KN/2013).
 Dalam hal Penjual/Pemilik Barang akan menggunakan jasa pralelang dan/atau jasa
pascalelang oleh Balai Lelang untuk jenis lelang eksekusi dan lelang noneksekusi wajib,
dalam surat permohonan lelang harus disebutkan nama Balai Lelang yang digunakan
jasanya.
(Pasal 2 Perdirjen KN No. 6/KN/2013).
Lelang
Noneksekusi
 Dokumen persyaratan lelang yang bersifat umum untuk
lelang eksekusi, mengacu pada Pasal 5 Perdirjen KN No.
Wajib
6/KN/2013.

 Sedangkan Dokumen persyaratan lelang yang bersifat


khusus untuk lelang eksekusi, mengacu pada Pasal 7
Perdirjen KN No. 6/KN/2013.
 Jika Pembeli wanprestasi, uang jaminan penawaran lelang disetorkan seluruhnya
ke Kas Negara dalam waktu 1 hari kerja setelah pembatalan penunjukkan
Pembeli oleh Pejabat Lelang.
(Pasal 38 (1) Perdirjen KN No. 6/KN/2013).
Lelang
 Tarif bea lelang yang dipungut sesuai dengan Lampiran PP Noneksekusi
Nomor 1 Tahun 2013 tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis Wajib
PNBP yang Berlaku pada Kemenkeu.

 Lelang Noneksekusi Wajib Barang Milik Negara/Daerah :


a. Barang Tidak Bergerak  BL Penjual 0%, BL Pembeli 1,5%
b. Barang Bergerak  BL Penjual 0%, BL Pembeli 2%
 Lelang Noneksekusi Wajib Selain Barang Milik Negara/Daerah :
a. Barang Tidak Bergerak  BL Penjual 1%, BL Pembeli 1,5%
b. Barang Bergerak  BL Penjual 1,5%, BL Pembeli 2%
 Lelang Noneksekusi Wajib Kayu Dari Tangan Pertama :
BL Penjual 0%, BL Pembeli 1,5%
Lelang
Noneksekusi
Lelang NonEksekusi Sukarela termasuk tetapi tidak
Sukarela
terbatas pada:
1. Lelang Barang Milik BUMN/D berbentuk Persero,
2. Lelang Aset Milik Bank Dalam Likuidasi (atas
permintaan Tim Likuidasi),
3. Lelang Barang Milik Perwakilan Negara Asing, dan
4. Lelang Barang Milik Swasta.
 Waktu pelaksanaan lelang pada jam dan hari kerja KPKNL,
Lelang
kecuali untuk Lelang Noneksekusi Sukarela, non eksekusi Noneksekusi
wajib barang yang lekas busuk/daluwarsa, Lelang Eksekusi
Pasal 45 KUHAP yang mudah busuk/rusak. Sukarela
(Pasal 24 (3) Permenkeu No. 27/PMK.06/2016).

 Penyetoran Uang Jaminan Penawaran Lelang dilakukan melalui rekening Balai Lelang
atau langsung ke Balai Lelang untuk jenis Lelang Noneksekusi Sukarela, yang
diselenggarakan oleh Balai Lelang dan dilaksanakan oleh Pejabat Lelang Kelas
I/Pejabat Lelang Kelas II.
(Pasal 35 (1) huruf b Permenkeu No. 27/PMK.06/2016).
 Dalam pelaksanaan Lelang Noneksekusi Sukarela yang diselenggarakan oleh KPKNL,
jika Pembeli tidak melunasi Kewajiban Pembayaran Lelang sesuai ketentuan
(wanprestasi), Uang Jaminan Penawaran Lelang disetorkan sebesar 50% (lima puluh
persen) ke Kas Negara dalam waktu 1 (satu) hari kerja setelah pembatalan penunjukan
Pembeli oleh Pejabat Lelang, dan sebesar 50% (lima puluh persen) menjadi milik
Pemilik Barang.
(Pasal 41 (2) Permenkeu No. 27/PMK.06/2016).
 Dalam pelaksanaan Lelang Noneksekusi Sukarela yang Lelang
diselenggarakan oleh Balai Lelang bekerjasama dengan Pejabat
Lelang Kelas I, jika Pembeli tidak melunasi Kewajiban Pembayaran
Noneksekusi
Lelang sesuai ketentuan (wanprestasi), Uang Jaminan Penawaran
Lelang disetorkan sebesar 50% (lima puluh persen) ke Kas Negara
Sukarela
dalam waktu 1 (satu) hari kerja setelah pembatalan penunjukan
Pembeli oleh Pejabat Lelang, dan sebesar 50% (lima puluh persen)
menjadi milik Pemilik Barang dan/atau Balai Lelang sesuai
kesepakatan antara Pemilik Barang dan Balai Lelang.
(Pasal 41 (3) Permenkeu No. 27/PMK.06/2016).
 Dalam pelaksanaan lelang yang diselenggarakan oleh Balai Lelang bekerjasama dengan
Pejabat Lelang Kelas II, jika Pembeli tidak melunasi Kewajiban Pembayaran Lelang sesuai
ketentuan (wanprestasi), Uang Jaminan Penawaran Lelang menjadi milik Pemilik Barang
dan/atau Balai Lelang sesuai kesepakatan antara Pemilik Barang dan Balai Lelang.
(Pasal 41 (4) Permenkeu No. 27/PMK.06/2016).
 Dalam pelaksanaan lelang yang diselenggarakan Pejabat Lelang Kelas II, jika Pembeli tidak
melunasi Kewajiban Pembayaran Lelang sesuai ketentuan (wanprestasi), Uang Jaminan
Penawaran Lelang menjadi milik Pemilik Barang dan/atau Pejabat Lelang Kelas II sesuai
kesepakatan antara Pemilik Barang dan Pejabat Lelang Kelas II.
(Pasal 41 (5) Permenkeu No. 27/PMK.06/2016).
 Persyaratan adanya Nilai Limit sebagaimana dimaksud pada ayat Lelang
(1) dapat tidak diberlakukan pada Lelang Noneksekusi Sukarela
atas barang bergerak milik orang atau badan hukum/badan usaha
Noneksekusi
swasta.
(Pasal 43 (3) Permenkeu No. 27/PMK.06/2016).
Sukarela
 Pejabat Lelang mengesahkan penawar tertinggi sebagai Pembeli dalam pelaksanaan Lelang
Noneksekusi Sukarela yang tidak menggunakan Nilai Limit.
(Pasal 74 (2) Permenkeu No. 27/PMK.06/2016).

 Dokumen persyaratan lelang yang bersifat umum untuk lelang eksekusi, mengacu pada Pasal 5
Perdirjen KN No. 6/KN/2013.

 Sedangkan Dokumen persyaratan lelang yang bersifat khusus untuk lelang eksekusi, mengacu
pada Pasal 8 Perdirjen KN No. 6/KN/2013.
 Dalam pelaksanaan Lelang Noneksekusi Sukarela barang bergerak dengan nilai limit tidak
dicantumkan dalam pengumuman lelang dan harga penawaran tertinggi belum mencapai nilai
limit, maka Pejabat Lelang menyatakan sebagai lelang ditahan. Selanjutnya Pejabat Lelang
tetap membuat Risalah Lelang dengan menyebutkan lelang ditahan.
(Pasal 34 Perdirjen KN No. 6/KN/2013).
 Lelang noneksekusi sukarela yang diselenggarakan oleh KPKNL, Lelang
jika Pembeli wanprestasi, uang jaminan penawaran lelang Noneksekusi
Sukarela
disetorkan sebesar 50% ke Kas Negara dalam waktu 1 hari kerja
setelah pembatalan penunjukkan Pembeli oleh Pejabat Lelang
dan 50% menjadi milik Pemilik Barang.
(Pasal 38 (2) Perdirjen KN No. 6/KN/2013).
 Lelang noneksekusi sukarela yang diselenggarakan oleh Balai Lelang bekerja sama
dengan Pejabat Lelang Kelas I, jika Pembeli wanprestasi, uang jaminan penawaran
lelang disetorkan sebesar 50% ke Kas Negara dalam waktu 1 hari kerja setelah
pembatalan penunjukkan Pembeli oleh Pejabat Lelang dan 50% menjadi milik Pemilik
Barang dan/atau Balai Lelang sesuai kesepakatan antara Pemilik Barang dengan Balai
Lelang.
(Pasal 38 (4) Perdirjen KN No. 6/KN/2013).
 Lelang noneksekusi sukarela yang diselenggarakan oleh Pejabat Lelang Kelas II, jika
Pembeli wanprestasi, uang jaminan penawaran lelang menjadi milik Pemilik Barang
dan/atau Pejabat Lelang Kelas II sesuai kesepakatan antara Pemilik Barang dengan
Pejabat Lelang Kelas II.
(Pasal 38 (5) Perdirjen KN No. 6/KN/2013).
Lelang
 Tarif bea lelang yang dipungut sesuai dengan Lampiran PP Noneksekusi
Sukarela
Nomor 1 Tahun 2013 tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis
PNBP yang Berlaku pada Kemenkeu.

 Lelang Noneksekusi Sukarela oleh PL Kelas I :


a. Barang Tidak Bergerak  BL Penjual 1%, BL Pembeli 1,5%
b. Barang Bergerak  BL Penjual 1,5%, BL Pembeli 2%
 Lelang Noneksekusi Sukarela oleh PL Kelas II dalam Kawasan Berikat :
a. Barang Tidak Bergerak  BL Penjual 0%, BL Pembeli 0,2%
b. Barang Bergerak  BL Penjual 0%, BL Pembeli 0,3%
 Lelang Noneksekusi Sukarela oleh PL Kelas II luar Kawasan Berikat :
a. Barang Tidak Bergerak  BL Penjual 0%, BL Pembeli 0,4%
b. Barang Bergerak  BL Penjual 0%, BL Pembeli 0,5%
PEJABAT LELANG
PASAL 9 PMK NO.27/2016
PENGANGKATAN PL KELAS II
PASAL 2 PMK NO.159/2013
LARANGAN PL KELAS II
PASAL 15 PMK NO.159/2013
LARANGAN PL KELAS II
PASAL 15 PMK NO.159/2013
IMBALAN JASA PL KELAS II
PASAL 22 PMK NO.159/2013
KEWAJIBAN PL KELAS II
PASAL 14 PMK NO.175/2010
KEWAJIBAN PL KELAS II
PASAL 14 PMK NO.175/2010
KOMPETENSI
PEJABAT LELANG
Dalam setiap pelaksanaan lelang, seorang Pejabat
Lelang memiliki kompetensi (kewenangan/kekuasaan)
untuk menentukan (memutuskan) sesuatu agar
pelaksanaan lelang dapat berjalan lancar dan tertib,
serta sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang
berlaku.
Kompetensi Pejabat Lelang dapat dikelompokkan
menjadi kompetensi absolut dan kompetensi relatif.
KOMPETENSI ABSOLUT

Kompetensi (kewenangan) absolut berkaitan dengan absolut berdasarkan


yurisdiksi kompetensi.

Definisi yurisdiksi adalah:


1. kekuasaan mengadili; lingkup kuasa kehakiman; peradilan;
2. lingkungan hak dan kewajiban, serta tanggung jawab dalam suatu
wilayah atau lingkungan kerja tertentu; kekuasaan hukum.
KOMPETENSI ABSOLUT
Misal: kompetensi absolut terkait badan peradilan.
Menyangkut kewenangan badan peradilan apa untuk memeriksa,
mengadili, dan memutus suatu perkara; sebagaimana diketahui
berdasarkan Pasal 10 UU 35/1999 kita mengenal 4 (empat) lingkungan
peradilan, yakni; peradilan umum, peradilan agama, peradilan militer, dan
peradilan tata usaha negara.
• Peradilan Umum adalah memeriksa, mengadili, dan memutuskan perkara
pidana yang dilakukan oleh orang-orang sipil dan perkara perdata, kecuali
suatu peraturan perundang-undangan menentukan lain.
• Peradilan Agama adalah memeriksa, mengadili, dan memutuskan perkara-
perkara orang yang beragama Islam dalam bidang perkawinan, warisan,
wasiat, hibah, waqaf, dan shadaqah.
KOMPETENSI ABSOLUT
• Peradilan Militer adalah memeriksa, mengadili, dan memutus perkara-
perkara pidana yang dilakuka oleh anggota militer (baik dari angkatan darat,
angkatan laut, angkatan udara, dan kepolisian).
• Peradilan Tata Usaha Negara adalah memeriksa, mengadili, dan
memutuskan sengketa yang timbul dalam bidang tata usaha negara antara
seseorang atau badan hukum perdata dengan badan atau pejabat tata
usaha negara akibat dikeluarkannya suatu keputusan tata usaha negara,
termasuk sengketa kepegawaian dan tidak dikeluarkannya suatu keputusan
yang dimohonkan seseorang sampai batas waktu yang ditentukan dalam
suatu peraturan perundang-undangan, sedangkan hal itu telah merupakan
kewajiban badan atau pejabat tata usaha negara yang bersangkutan.
KO M PET EN SI ABSO L U T PEJABA T
LEL A N G
Kompetensi Absolut Pejabat Lelang dimiliki berdasarkan yurisdiksi untuk
melaksanakan lelang. PL Kelas I berwenang melaksanakan semua jenis
lelang, sedangkan PL Kelas II berwenang melaksanakan jenis lelang
noneksekusi sukarela.
 Pejabat Lelang Kelas I adalah Pejabat Lelang pegawai Direktorat
Jenderal Kekayaan Negara yang berwenang melaksanakan Lelang
Eksekusi, Lelang Noneksekusi Wajib, dan Lelang Noneksekusi
Sukarela.
 Pejabat Lelang Kelas I berwenang melaksanakan lelang untuk
semua jenis lelang atas permohonan Penjual/Pemilik Barang.
KO M PET EN SI ABSO L U T PEJABA T
LEL A N G
 Pejabat Lelang Kelas I dapat melaksanakan lelang atas permohonan Balai
Lelang, meskipun di wilayah kerjanya terdapat Pejabat Lelang Kelas II.
 Pejabat Lelang Kelas I hanya dapat melaksanakan lelang setelah
mendapat surat tugas dari Kepala KPKNL.
 Pejabat Lelang Kelas II adalah Pejabat Lelang swasta yang berwenang
melaksanakan Lelang Noneksekusi Sukarela.
 Pejabat Lelang Kelas II berwenang melaksanakan lelang atas permohonan
Balai Lelang dan Penjual/Pemilik Barang.
 Pelaksanaan lelang oleh Pejabat Lelang Kelas II terbatas pada Lelang
Noneksekusi Sukarela termasuk tetapi tidak terbatas pada: Lelang Barang
Milik BUMN/D berbentuk persero; Lelang harta milik bank dalam likuidasi
(atas permintaan Tim Likuidasi), kecuali ditentukan lain oleh peraturan
perundang-undangan; Lelang Barang Milik Perwakilan Negara Asing; dan
Lelang Barang Milik Swasta.
KO M PET EN SI REL A T IF

Kompetensi (kewenangan) relatif berkaitan dengan yurisdiksi wilayah


hukum.
Misal kompetensi relatif yang berkaitan dengan pengadilan. Maka
kewenangan relatif pengadilan merupakan kewenangan lingkungan
peradilan tertentu berdasarkan yurisdiksi wilayahnya, yaitu untuk
menjawab pertanyaan “Pengadilan Negeri wilayah mana yang
berwenang untuk mengadili suatu perkara?”. Dalam hukum acara
perdata, menurut Pasal 118 ayat (1) HIR, yang berwenang mengadili
suatu perkara perdata adalah Pengadilan Negeri (PN) yang wilayah
hukumnya meliputi tempat tinggal tergugat (actor sequitur forum rei).
KO M PET EN SI REL A T IF
PEJABA T LEL A N G
Kompetensi (kewenangan) relatif Pejabat Lelang adalah kompetensi yang dimiliki
berdasarkan yurisdiksi wilayah hukum atau wilayah kerja Pejabat Lelang.
 Tempat pelaksanaan lelang harus dalam wilayah kerja KPKNL atau wilayah
jabatan Pejabat Lelang Kelas II tempat barang berada.
 Pejabat Lelang Kelas I mempunyai wilayah jabatan tertentu sesuai dengan
wilayah kerja KPKNL, tempat Pejabat Lelang Kelas I berkedudukan.
 Pejabat Lelang Kelas II mempunyai wilayah jabatan tertentu sesuai dengan
Keputusan Pengangkatan Pejabat Lelang Kelas II.
 Pejabat Lelang Kelas II mempunyai tempat kedudukan di kabupaten atau kota
dalam wilayah jabatannya.
 Pejabat Lelang Kelas II yang diangkat dari Notaris mempunyai tempat
kedudukan yang sama dengan tempat kedudukan Notaris.
 Pejabat Lelang Kelas II hanya dapat melaksanakan lelang dalam wilayah
jabatannya.
KOMPETENSI DALAM TUGAS
PEJABAT LELANG
Dalam setiap pelaksanaan lelang, seorang Pejabat
Lelang memiliki kompetensi (kewenangan/kekuasaan)
untuk menentukan (memutuskan) sesuatu agar
pelaksanaan lelang dapat berjalan lancar dan tertib,
serta sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang
berlaku. Banyak terdapat kompetensi setiap Pejabat
Lelang dalam melaksanakan tugasnya.
KOMPETENSI DALAM TUGAS
PEJABAT LELANG
1. Melaksanakan suatu lelang.
2. Memungut bea lelang dan uang miskin.
3. Membatalkan pelaksanaan lelang sesuai dengan ketentuannya.
4. Meminta konfirmasi secara tertulis kepada bank penerbit mengenai
keaslian dan keabsahan garansi bank.
5. Meminta bantuan pemandu lelang, jika diperlukan.
6. Menentukan sendiri cara penawaran lelang, jika penjual tidak
menentukan cara penawaran lelang.
7. Mengesahkan penawaran tertinggi yang telah mencapai atau melampaui
nilai limit sebagai pembeli.
KOMPETENSI DALAM TUGAS
PEJABAT LELANG
8. Mengesahkan peserta lelang yang penawarannya diterima lebih dulu
sebagai pembeli, jika terdapat peserta lelang yang mengajukan
penawaran tertinggi yang sama melalui surat elektronik.
9. Mengesahkan penawar tertinggi yang tidak mencapai nilai limit sebagai
pembeli, setelah mendapat persetujuan tertulis dari pemilik barang,
dalam lelang sukarela tanpa menggunakan harga limit.
10. Membatalkan pengesahan sebagai pembeli lelang, dengan membuat
pernyataan pembatalan.
11. Membuat catatan keadaan pada bagian kaki risalah lelang bahwa
penjual/kuasa penjual tidak mau menandatangani risalah lelang.
KOMPETENSI DALAM TUGAS
PEJABAT LELANG
12. Menolak permohonan lelang yang bukan merupakan kewenanggannya,
dokumen persyaratan lelang tidak lengkap atau tidak memenuhi
legalitas formal subjek dan objek lelang.
13. Meminta kelengkapan dokumen lelang.
14. Melakukan analisis yuridis terhadap dokumen persyaratan lelang dan
dokumen barang yang akan dilelang.
15. Meminta bantuan aparat keamanan, jika diperlukan.
16. Mengatur posisi duduk peserta /pengunjung lelang
17. Menegur/mengeluarkan peserta/pengunjung lelang yang melanggar tata
tertib lelang.
18. Menghentikan sementara pelaksanaan lelang, apabila diperlukan dalam
rangka menjaga ketertiban lelang.
Prosedur Lelang

KPKNL
PEMOHON Permohonan lelang Peserta yang berminat
Pemohon lelang
LELANG akan menyetorkan
diajukan kepada mengumumkan di
KPKNL untuk surat kabar jaminan lelang ke bank
ditetapkan jadwal persepsi
lelangnya. Lelang
KPKNL dilaksanakan
menyerahkan sesuai
Hasil Lelang + Pelunasan Harga pengumuman
Salinan RL kepada Lelang ke KPKNL
Pemohon Lelang Pemenang lelang wajib
membayar Bea Lelang +
KPKNL Harga Lelang paling lambat
5 hari kerja sebagai syarat Peserta lelang yang
mendapatkan kutipan menawar paling tinggi
risalah ditetapkan sebagai
Bea Lelang disetorkan ke Pemenang lelang oleh
Kas Negara melalui Bank Pejabat Lelang
Persepsi
Penjelasan Prosedur Lelang
1. Persiapan Lelang
a. Penjual mengajukan permohonan lelang.
b. Kepala KPKNL menetapkan Jadwal Lelang.
c. Pengumuman Lelang oleh Penjual.
d. Peminat menyetor/menyerahkan uang jaminan.

2. Pelaksanaan lelang
Pelaksanaan lelang oleh Pejabat Lelang, Penawar
yang tertinggi disahkan sebagai Pemenang Lelang /
Pembeli.
Penjelasan Prosedur Lelang

3. Purna lelang
a. Pemenang Lelang wajib membayar Harga Lelang, Bea Lelang dan
kewajiban lain
b. KPKNL menyerahkan Kutipan Risalah Lelang
c. KPKNL menyetor hasil bersih lelang kepada
Penjual/Pemohon Lelang dan menyetor Bea Lelang
ke kas negara.
Hal-hal Yang perlu Diperhatikan
Terkait Prosedur Lelang

1. Tahap Persiapan Lelang


a. Surat permohonan diajukan kepada KPKNL/PL II secara tertulis disertai persyaratan lelang
(syarat umum dan syarat khusus)
b. Khusus lelang eksekusi ikan hasil illegal fishing, permohonan dan persyaratan dapat
dikirimkan terlebih dahulu melalui email atau faks.
c. Kepala KPKNL/PL II tidak boleh menolak permohonan sepanjang persyaratan lengkap
dan telah memenuhi legalitas formal subjek dan objek lelang.
d. Surat permohonan SKT/SKPT diajukan oleh Kepala KPKNL/PL II
Hal-hal Yang perlu Diperhatikan
Terkait Prosedur Lelang

1. Tahap Persiapan Lelang (lanjutan)


e. Pengumuman Lelang memang tanggung jawab penjual, tetapi KPKNL merevieu
Pengumuman Lelang
f. Pengumuman lelang Ulang harus menunjuk pengumuman lelang terakhir.
g. Uang jaminan lelang besarnya 20 % s.d 50 % dari nilai limit
h. Dalam hal lelang eksekusi, nilai limit sekurang-kurangnya sama dengan \
nilai likuidasi
i. Lelang eksekusi UUHT, Fidusia dan Kepailitan dengan limit paling sedikit Rp1 Milyar, Lela
acta decomand, dan lelang sukarela tanah dan/atau bangunan dengan nilai limit paling se
Rp.1 Milyar , penetapan limit berdasarkan Penilai
Hal-hal Yang perlu Diperhatikan
Terkait Prosedur Lelang

2. Tahap Pelaksanaan Lelang


a. Penawaran lelang paling sedikit sesuai limit.
b. Lelang tetap dilaksanakan walaupun hanya diikuti oleh 1 peserta
c. Untuk lelang non eksekusi sukarela barang bergerak, PL dapat
menetapkan penawar tertinggi dibawah limit, setelah ada persetujuan
tertulis dari Pemilik Barang
d. Penawaran melalui email dengan nilai sama, maka PL menetapkan
pemenang yang email-nya lebih dulu diterima.
Hal-hal Yang perlu Diperhatikan
Terkait Prosedur Lelang

2. Tahap Pelaksanaan Lelang (lanjutan)


a. Penawaran lelang melalui email, internet closed biding dan tromol pos dibuka pada
saat lelang oleh PL bersama-sama Penjual dengan disaksikan oleh 2 (dua) orang saksi.
b. Peserta lelang yang tidak mengajukan penawaran maka dikenakan black-list 3 (tiga)
bulan tidak boleh ikut lelang dalam wilayah kerja Kanwil, kecuali untuk
lelang tanpa kehadiran peserta (email, internet, tromol pos)
Hal-hal Yang perlu Diperhatikan
Terkait Prosedur Lelang

3. Tahap Purna Lelang


a. Pengembalian UJL harus ke Penyetor atau kuasa yang sah
b. Pastikan tarif bea lelang sudah sesuai, cek & ricek
c. Untuk objek lelang Barang Bergerak yang dijual bersama-sama dengan Barang Tidak
Bergerak (dipaket), maka bea lelang sesuai tarif Bea Lelang Barang Bergerak
d. Untuk Lelang Barang Rampasan tidak dipungut PPh 25
b. Kutipan RL yang hilang atau rusak bisa diterbitkan Kutipan Risalah Lelang Pengganti
Dokumen Persyaratan Lelang yang Bersifat Umum

Dokumen persyaratan lelang yang bersifat umum untuk semua jenis lelang terdiri dari:
1. salinan/fotokopi Surat Keputusan Penunjukan Penjual, kecuali Pemohon Lelang adalah perorangan,
atau Perjanjian/Surat Kuasa penunjukan Balai Lelang sebagai pihak Penjual;
2. daftar barang yang akan dilelang;
3. surat persetujuan dari pemegang Hak Pengelolaan, dalam hal objek lelang berupa tanah dan/atau
bangunan dengan dokumen kepemilikan Hak Guna Bangunan atau Hak Pakai di atas tanah Hak
Pengelolaan;
4. informasi tertulis yang diperlukan untuk penyerahan/penyetoran hasil bersih lelang berupa:
a. data yang diperlukan untuk pengisian Surat Setoran Bukan Pajak (SSBP) sekurang-kurangnya
meliputi kode satker Pemohon Lelang, kode Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN),
Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), kode Mata Anggaran Penerimaan (MAP), apabila hasil bersih
lelang sesuai ketentuan harus disetorkan langsung ke Kas Negara oleh Bendahara Penerimaan;
atau
b. nomor rekening Pemohon Lelang, apabila hasil bersih harus disetorkan ke Pemohon Lelang.

5. syarat lelang tambahan dari Penjual/Pemilik Barang (apabila ada), sepanjang tidak bertentangan
dengan peraturan perundang-undangan, antara lain:
a. jangka waktu bagi Peserta Lelang untuk melihat, meneliti secara fisik barang yang akan dilelang;

b. jangka waktu pengambilan barang oleh Pembeli; dan/atau

c. jadwal penjelasan lelang kepada Peserta Lelang sebelum


pelaksanaan lelang {aanwijzing).
Dokumen Persyaratan Lelang yang Bersifat Khusus

Lelang Sukarela Barang Milik Swasta:


a. surat pernyataan dari pemilik barang bahwa barang tidak dalam sengketa;
b. surat persetujuan suami/istri Pemohon Lelang dalam hal objek lelang
merupakan harta bersama;
c. surat persetujuan/surat kuasa dari seluruh ahli waris (sesuai surat keterangan
waris dari pejabat yang berwenang) dalam hal objek lelang merupakan
boedel waris;
d. asli dan/atau fotokopi bukti kepemilikan hak (kecuali untuk barang bergerak
yang tidak memerlukan bukti kepemilikan hak);
e. surat persetujuan dari RUPS/Komisaris/Pemilik sesuai dengan anggaran
dasar, dalam hal objek lelang merupakan aset badan hukum; dan
f. surat pernyataan dari Pemilik Barang/Penjual yang isinya menyatakan bahwa
nilai limit tanah dan/atau bangunan ditetapkan berdasarkan hasil penilaian
dari Penilai dengan menyebut nama Penilai, nomor, dan tanggal laporan
penilaian.
Dokumen Persyaratan Lelang yang Bersifat Khusus

Lelang Sukarela aset BUMN/BUMD berbentuk Persero:


a. salinan/fotokopi Surat Keputusan Persetujuan Penghapusan Barang dari
Menteri Negara BUMN/Menteri Keuangan/Dewan Komisaris/Rapat Umum
Pemegang Saham;
b. salinan/fotokopi Surat Keputusan Penghapusan dari Direksi;
c. salinan/fotokopi Surat Keputusan tentang Panitia Lelang;
d. asli dan/atau fotokopi bukti kepemilikan/hak (kecuali untuk barang
bergerak yang tidak memerlukan bukti kepemilikan hak); dan
e. Surat pernyataan dari BUMN/BUMD yang isinya menyatakan bahwa nilai
limit tanah dan/atau bangunan ditetapkan berdasarkan hasil penilaian dari
Penilai dengan menyebut nama Penilai, nomor, dan tanggal laporan
penilaian.
Dokumen Persyaratan Lelang yang Bersifat Khusus

Lelang Sukarela aset milik Bank Dalam Likuidasi (atas


permintaan Tim Likuidasi) :
a. salinan/fotokopi Akta Notaris Risalah Rapat Umum PemegangSaham (RUPS)
atau Penetapan Pengadilan Negeri perihal susunan anggota Tim Likuidasi;
b. Surat Kuasa dari Rapat Umum Pemegang Saham kepada Ketua Tim Likuidasi
untuk mewakili Tim Likuidasi sebagai Penjual (untuk Tim Likuidasi yang
dibentuk oleh RUPS);
c. asli dan/atau fotokopi bukti kepemilikan/hak; dan
d. surat pernyataan dari Tim Likuidasi yang isinya menyatakan bahwa nilai limit
tanah dan/atau bangunan ditetapkan berdasarkan hasil penilaian dari
Penilai dengan menyebut nama Penilai, nomor, dan tanggal laporan
penilaian.
Dokumen Persyaratan Lelang yang Bersifat Khusus

Dalam hal objek lelang berupa saham, selain dokumen persyaratan lelang yang
bersifat khusus sebagaimana Pasal 6, Pasal 7 dan Pasal
juga disyaratkan dokumen sebagai berikut:
a. salinan/fotokopi Daftar Pemegang Saham atau Daftar Khusus;
b. daftar saham yang akan dilelang, dibuat secara terinci dansekurang-
kurangnya memuat nama pemilik saham, jumlah saham, nominal saham, dan
dasar hukum kepemilikan saham;
c. asli bukti kepemilikan/surat saham untuk saham perseroan tertutup atau surat
keterangan dari Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (PT Kustodian
Sentral Efek Indonesia, disingkat PT KSEI) bahwa saham tersebut ada sebagai
saham perseroan terbuka; dan
d. surat penyataan Pemohon Lelang bahwa saham yang akan dilelang telah
diblokir yang didukung dengan surat keterangan dari PT KSEI untuk saham
perseroan terbuka.
Legalitas Formal Subjek dan Objek Lelang

a. Dokumen persyaratan lelang yang berupa fotokopi harus dilegalisir


atau diberi catatan “fotokopi sesuai dengan aslinya” oleh Pemohon
Lelang;
b. Kepala KPKNL Wajib meneliti kelengkapan dokumen persyaratan
lelang dan legalitas formal subjek dan objek lelang;
c. Kepala KPKNL tidak boleh menolak permohonan lelang yang diajukan
kepadanya sepanjang dokumen persyaratan lelang sudah lengkap
dan telah memenuhi legalitas formal subjek dan objek lelang (tidak
ada perbedaan data, menunjukkan hukum-hukum antara subjek
dengan objeknya sehingga meyakinkan PL)

Kepala KPKNL/Pejabat Lelang Kelas II wajib mengajukan surat


permintaan penerbitan Surat Keterangan Pendaftaran Tanah
(SKPT)/Surat Keterangan Tanah (SKT) kepada Kepala Kantor
Pertanahan setempat apabila objek yang akan dilelang berupa tanah
dan/atau bangunan paling lama sebelum pengumuman lelang.
TANGGUNG JAWAB PENJUAL LELANG
(PASAL 17 PMK 27/2016)
TANGGUNG JAWAB PENJUAL LELANG
(PASAL 17 PMK 27/2016)
TANGGUNG JAWAB PENJUAL LELANG
(PASAL 17 PMK 27/2016)
SYARAT TAMBAHAN PENJUALAN LELANG
(PASAL 19 PMK 27/2016)
SYARAT TAMBAHAN PENJUALAN LELANG
(PASAL 19 PMK 27/2016)
AANWIJZING PELAKSANAAN LELANG
(PASAL 19 PMK 27/2016)
PENETAPAN WAKTU PELAKSANAAN LELANG
(PASAL 24 PMK 27/2016)
PENETAPAN WAKTU PELAKSANAAN LELANG
(PASAL 24 PMK 27/2016)
SURAT KETERANGAN PENDAFTARAN TANAH
(PASAL 25 PMK 27/2016)
SURAT KETERANGAN PENDAFTARAN TANAH
(PASAL 26 PMK 27/2016)
SURAT KETERANGAN PENDAFTARAN TANAH
(PASAL 26 PMK 27/2016)
PEMBATALAN LELANG
(PASAL 27, 28, 29 PMK 27/2016)
PEMBATALAN LELANG OLEH PENJUAL
(PASAL 29 PMK 27/2016)
PEMBATALAN LELANG OLEH PENJUAL
(PASAL 29 PMK 27/2016)
PEMBATALAN LELANG OLEH PEJABAT LELANG
(PASAL 30 PMK 27/2016)
PEMBATALAN LELANG OLEH PEJABAT LELANG
(PASAL 30 PMK 27/2016)
PEMBATALAN LELANG OLEH PEJABAT LELANG
SETELAH LELANG DIMULAI
(PASAL 31 PMK 27/2016)
JAMINAN PENAWARAN LELANG
(PASAL 34 PMK 27/2016)
JAMINAN PENAWARAN LELANG
(PASAL 34 PMK 27/2016)
JAMINAN PENAWARAN LELANG
(PASAL 37 PMK 27/2016)
JAMINAN PENAWARAN LELANG
(PASAL 37, 38 PMK 27/2016)
JAMINAN PENAWARAN LELANG PEMBELI WAN PRESTASI
(PASAL 41 HURUF d dan e PMK 27/2016)
NILAI LIMIT
(PASAL 43 PMK 27/2016)
NILAI LIMIT
(PASAL 44 PMK 27/2016)
NILAI LIMIT
(PASAL 45, 46 PMK 27/2016)
NILAI LIMIT
(PASAL 47, 48 PMK 27/2016)
MASA BERLAKU LAPORAN PENILAIAN/PENAKSIRAN
(PASAL 50PMK 27/2016)
PENGUMUMAN LELANG
2

Pengertian
 Pengumuman Lelang adalah pemberitahuan kepada masyarakat
tentang akan adanya Lelang dengan maksud untuk menghimpun
peminat lelang dan pemberitahuan kepada pihak yang
berkepentingan. (Pasal 1 angka 3)

Tujuan
 Untuk memenuhi asas transparansi dalam pelaksanaan lelang.
Agar pelaksanaan lelang dapat diketahui oleh masyarakat luas,
sehingga bagi yang berminat dapat menghadiri dan mengikuti
pelaksanaan lelang. Juga memberi kesempatan kepada pihak
ketiga yang merasa dirugikan untuk mengajukan sanggahan/verzet.
PENGUMUMAN LELANG
1

 Penjualan secara lelang wajib didahului dengan


Pengumuman Lelang yang dilakukan oleh Penjual (Pasal 51
ayat 1 PMK 27);
 Penjual harus menyerahkan bukti Pengumuman Lelang
sesuai ketentuan kepada Pejabat Lelang (Pasal 51 ayat 2
PMK 27).
 Pengumuman lelang dilaksanakan melalui surat kabar harian
yang terbit dan/atau beredar di kota atau kabupaten tempat
barang berada (paal 53 ayat 1).
PENGUMUMAN LELANG
3

Isi Pengumuman Lelang (Pasal 52)


 (1) Pengumuman Lelang paling sedikit memuat:
a. identitas Penjual;
b. hari, tanggal, waktu dan tempat pelaksanaan lelang
dilaksanakan;
c. jenis dan jumlah barang;
d. lokasi, luas tanah, jenis hak atas tanah, dan ada/tidak
adanya bangunan, khusus untuk barang tidak bergerak
berupa tanah dan/atau bangunan;
e. spesifikasi barang, khusus untuk barang bergerak;
f. waktu dan tempat aanwijzing, dalam hal Penjual melakukan
aanwijzing
PENGUMUMAN LELANG
4

 g. Jaminan Penawaran Lelang meliputi besaran, jangka


waktu, cara dan tempat penyetoran, dalam hal
dipersyaratkan adanya Jaminan Penawaran Lelang;
 h. Nilai Limit, kecuali Lelang Kayu dan Hasil Hutan
Lainnya dari tangan pertama dan Lelang Noneksekusi
Sukarela untuk barang bergerak;
 i. cara penawaran lelang;
 j. jangka waktu Kewajiban Pembayaran Lelang oleh Pembeli; dan
 k. alamat domain KPKNL atau Balai Lelang yang melakukan lelang
internet atau alamat email Pejabat Lelang Kelas II yang
melaksanakan lelang khusus untuk penawaran lelang
melalui email.
PENGUMUMAN LELANG
5

 (2) Pengumuman Lelang diatur sedemikian rupa sehingga terbit


pada hari kerja KPKNL dan tidak menyulitkan peminat lelang
melakukan penyetoran Uang Jaminan Penawaran Lelang atau
penyerahan Garansi Bank Jaminan Penawaran Lelang.
TATA CARA PENGUMUMAN LELANG
6

Tata Cara Pengumuman Lelang Secara Umum


1) Pengumuman Lelang dilaksanakan melalui surat kabar
harian yang terbit dan/atau beredar di kota / kabupaten
tempat barang berada.
2) Dalam hal tidak ada surat kabar harian, Pengumuman Lelang
diumumkan dalam surat kabar harian yang terbit di kota /
kabupaten terdekat atau di ibukota propinsi atau ibukota negara
dan beredar di wilayah kerja KPKNL atau wilayah jabatan Pejabat
Lelang Kelas II tempat barang akan dilelang.
TATA CARA PENGUMUMAN LELANG
7

Tata Cara Pengumuman Lelang Secara Umum


3) Pengumuman Lelang melalui surat kabar harian harus mempunyai
tiras/oplah:
a. paling rendah 5.000 eksemplar, jika dilakukan dengan surat
kabar harian yang terbit di kota / kabupaten; atau
b. paling rendah 15.000 eksemplar, jika dilakukan dengan surat
kabar harian yang terbit di ibukota propinsi; atau
c. paling rendah 20.000 eksemplar, jika dilakukan dengan surat
kabar harian yang terbit di ibukota negara.
4) Dalam hal di suatu daerah tidak terdapat surat kabar harian yang
memenuhi kriteria, Pengumuman Lelang dilakukan pada surat
kabar harian yang diperkirakan mempunyai tiras/oplah paling
tinggi.
TATA CARA PENGUMUMAN LELANG
8

Tata Cara Pengumuman Lelang Secara Umum


5) Pengumuman Lelang harus dicantumkan dalam halaman
utama/reguler dan tidak dapat dicantumkan pada halaman
suplemen/tambahan/khusus.

6) Penjual dapat menambah Pengumuman Lelang pada


media lainnya guna mendapatkan peminat lelang seluas luasnya.
TATA CARA PENGUMUMAN LELANG
9

Pengumuman Lelang melalui Media Suratkabar


 Pengumuman Lelang dilaksanakan melalui media suratkabar
harian yang terbit dan atau beredar di kota atau kabupaten
tempat barang berada. (pasal 53 ayat 1 PMK 27)
 Dalam hal tidak ada surat kabar harian sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), Pengumuman Lelang diumumkan
dalam surat kabar harian yang terbit di kota atau kabupaten
terdekat atau di ibukota propinsi atau ibu kota negara dan
beredar di wilayah kerja KPKNL atau wilayah jabatan PL II
(Pasal 53 ayat 2 PMK 27)
RALAT PENGUMUMAN LELANG
10

 Pengumuman Lelang yang sudah diterbitkan melalui surat kabar


harian, atau melalui media lainnya, apabila diketahui terdapat
kekeliruan yang prinsipil harus segera diralat (Pasal 62 ayat 1 PMK
27).
 Kekeliruan yang prinsipil menyangkut waktu dan tanggal lelang,
spesifikasi barang-barang, atau persyaratan lelang seperti besarnya
uang jaminan dan batas waktu penyetoran (Pasal 62 ayat 2).
 Ralat tidak diperkenankan adalah ralat yang sengaja dimaksudkan
untuk tujuan :
a. mengubah besarnya Jaminan Penawaran Lelang;
b. memajukan jam dan tanggal pelaksanaan lelang;
c. memajukan batas waktu penyetoran/penyerahan Jaminan
Penawaran Lelang;
d. Mengubah besarnya nilai limit; dan/atau
e. memindahkan lokasi dari tempat pelaksanaan lelang semula.
RALAT PENGUMUMAN LELANG
11

 Ralat Pengumuman Lelang harus diumumkan melalui surat kabar


harian atau media yang sama dengan menunjuk Pengumuman
Lelang sebelumnya dan dilakukan paling singkat 1 (satu) hari kerja
sebelum hari pelaksanaan lelang. (Pasal 62 ayat 3).
PENJADWALAN PENGUMUMAN LELANG
12
PENJADWALAN PENGUMUMAN LELANG
13
PENJADWALAN PENGUMUMAN LELANG
14
PENJADWALAN PENGUMUMAN LELANG
15
PENGUMUMAN TANPA MENGGUNAKAN SURAT KABAR HARIAN
(Pasal 60 ayat 1 PMK 27/PMK.06/2016)
159


Pengumuman Lelang untuk pelaksanaan Lelang Noneksekusi Wajib dan Lelang
Noneksekusi Sukarela terhadap barang bergerak yang penawarannya dilakukan
tanpa kehadiran peserta melalui internet, dapat dilakukan 1 (satu) kali tanpa
melalui surat kabar harian, dengan ketentuan:

a. Diumumkan melalui selebaran atau tempelan yang mudah dibaca oleh umum
dan/atau melalui media elektronik, paling singkat 5 (lima) hari sebelum hari
pelaksanaan lelang; dan

b. Diumumkan melalui media elektronik berbasis internet (media online) yang tertaut
dengan website Penyelenggara Lelang dengan masa tayang paling singkat selama 5
(lima) hari berturut-turut sebelum hari pelaksanaan lelang
PENGUMUMAN TANPA MENGGUNAKAN SURAT KABAR HARIAN
(Surat Direktur Lelang No.1888/KN.7/2016 tanggal 18 Agustus 2016)
160

 Pasal 60 PMK 27/PMK.06/2016 tidak mengatur batasan nilai limit, dengan


demikian nilai limit berapapun dapat menggunakan fasilitas sesuai pasal ini.
 Apabila Penjual akan menggunakan fasilitas ini, hendaknya KPKNL menetapkan
hari/tanggal pelaksanaan lelang dengan memberikan jangka waktu yang cukup
bagi Penjual untuk melaksanakan pengumuman melalui media online dengan masa
tayang 5 (lima) hari kalender berturut-turut.
 Sesuai pasal 60 ayat (1) huruf b PMK 27/PMK.06/2016, pengumuman lelang
melalui media online harus tertaut dengan website penyelenggara lelang, untuk itu
sebelum Penjual mengumumkan melalui media online diupayakan agar data objek
lelang sudah diupload ke aplikasi e-auction oleh KPKNL.
PENGUMUMAN TANPA MENGGUNAKAN SURAT KABAR HARIAN
(Surat Direktur Lelang No.1888/KN.7/2016 tanggal 18 Agustus 2016)
161

 Tanggal pengumuman lelang melalui selebaran/tempelan dapat tidak sama dengan


tanggal mulai pemasangan pengumuman lelang di media online. Adapun contoh
tanggal pengumuman lelang dan tanggal pelaksanaan lelang sebagaimana
terlampir.
 Media online yang dapat digunakan untuk memuat pengumuman lelang adalah
media online yang berbadan hukum Indonesia dan memiliki Surat Izin Usaha
Penerbitan Pers (SIUPP).
 Bukti pengumuman lelang melalui media online yang harus diserahkan Penjual
berupa print screen paling sedikit 5 (lima) hari tayang berturut-turut.
PENGUMUMAN TANPA MENGGUNAKAN SURAT KABAR HARIAN
(Surat Direktur Lelang No.1888/KN.7/2016 tanggal 18 Agustus 2016)
162
PENGUMUMAN TANPA MENGGUNAKAN SURAT KABAR HARIAN
(Surat Direktur Lelang No.1888/KN.7/2016 tanggal 18 Agustus 2016)
163
PENGUMUMAN TANPA MENGGUNAKAN SURAT KABAR HARIAN
(Surat Direktur Lelang No.1888/KN.7/2016 tanggal 18 Agustus 2016)
164
PENGUMUMAN TANPA MENGGUNAKAN SURAT KABAR HARIAN
(Surat Direktur Lelang No.1888/KN.7/2016 tanggal 18 Agustus 2016)
165
PENAWARAN LELANG
(PASAL 64 PMK 27/2016)
LARANGAN PEMBELI LELANG
(PASAL 75 PMK 27/2016)
PIHAK-PIHAK YANG DILARANG SEBAGAI PEMBELI LELANG
(PASAL 77 PMK 27/2016)
PEMBAYARAN HASIL LELANG DAN PEMBELI WAN PRESTASI
(PASAL 79, 81, 82 PMK 27/2016)
SEKILAS TENTANG BALAI LELANG

Yogyakarta, 07 September 2015


PROFIL BALAI LELANG PENGETAHUAN BALAI LELANG

Direktorat Lelang - DJKN


PROFIL BALAI LELANG PENGETAHUAN BALAI LELANG

Uraian Keterangan
Sektor Usaha - 83 Balai Lelang di
sektor Properti
- 12 di sektor
Kendaraan dan Alat
Berat
- 4 di sektor Benda
Seni
Tempat Kedudukan - 72 Balai Lelang di Tempat kedudukan Balai
Jakarta Lelang tersebar di 9
- 29 Balai Lelang di (sembilan) Kanwil DJKN:
Luar Jakarta Jakarta, Sumut,
Lampung, Banten, Jabar,
Jateng DIY, Jatim, Bali
Nusra, dan Kalselteng.
Status Operasional - 73 Balai Lelang Aktif Keaktifan dilihat dari
- 26 Balai Lelang Tidak kepatuhan pelaporan
aktif dan frekuensi lelang

Direktorat Lelang - DJKN


ADMINISTRASI BALAI LELANG PENGETAHUAN BALAI LELANG

Balai Lelang

Berbentuk PT, oleh: swasta nasional,


BUMN/D, swasta asing patungan

Modal disetor min. Rp5 Kepemilikan saham asing


Milyar maksimum sebesar 49 %

Direktorat Lelang - DJKN


Perizinan PENGETAHUAN BALAI LELANG

Balai Lelang Wajib Mengajukan Permohonan


Izin dari Dirjen Kekayaan Negara

Izin Usaha Pindah Perubahan


Izin Lelang di Tempat Membuka Perubahan nama Balai
Operasional Tempat Kedudukan Kantor Pemegang Lelang = Izin
Balai Lelang Lelang (Beda Perwakilan Saham operasional
(pasal 4) Berikat Kota/Kab, (Pasal 8) (Pasal 11) BL baru
(Pasal 4A) pasal 6) (Pasal 13)

Direktorat Lelang - DJKN


Pemberitahuan PENGETAHUAN BALAI LELANG

Balai Lelang Wajib Memberitahukan


Pindah Alamat (satu kota/kab): ke Kanwil max.7 hari (pasal 5)

Pindah alamat/kedudukan Kantor Perwakilan BL : ke Kanwil max 7


hari (pasal 8A)

Perubahan Direksi: ke Dirjen max 7 hari (pasal 12)

Penutupan Kantor Perwakilan BL: ke Dirjen max. 7 hari (pasal


9)

Direktorat Lelang - DJKN


Wilayah Kerja & Kegiatan Usaha PENGETAHUAN BALAI LELANG

Wilayah kerja Balai Lelang meliputi seluruh wilayah Indonesia (Pasal 14)
Wilayah
Kerja & Sebagai pemohon/penjual atas lelang Noneksekusi Sukarela: Lelang Brg Milik
Kegiatan BUMN/D Persero; BDL; Milik Perwakilan Asing; swasta (Pasal 15 ay (1)

Usaha BL ajukan Permohonan Lelang  Ka.KPKNL / PL II (Pasal 15 ay (2)

Kegiatan Usaha BL meliputi Jasa Pra Lelang dan Jasa Pasca Lelang untuk
semua jenis lelang (Pasal 16)

Dalam 1 tahun, BL minimal harus melelang 2 kali jasa pra/pasca lelang atau 1
kali sebagai pemohon/penjual

Direktorat Lelang - DJKN


Hak Balai Lelang PENGETAHUAN BALAI LELANG

Pasal 22

Mengadakan perjanjian jasa pra dan/atau pasca lelang

Menerima imbalan jasa yang diperjanjikan

Mengadakan perjanjian perdata dengan PL II

Menentukan cara penawaran lelang

Menerima salinan Risalah Llg dari KPKNL/PL II, dan

Mengusulkan pemandu lelang (afslager)

Direktorat Lelang - DJKN


Kewajiban Balai Lelang PENGETAHUAN BALAI LELANG

Pasal 23

Membayar imbalan jasa PL II sesuai ketentuan

Menyerahkan bukti jaminan, rek koran daftar setoran jaminan llg kepada PL

Mengembalikan jaminan tanpa potongan

Menyetorkan Bea Lelang ke Kas Negara max 1 hari setelah dibayar

Menyetorkan jaminan pembeli wanprestasi sesuai perjanjian dg. PL II

Menyetorkan 50% jaminan wanprestasi ke Kas Negara max.1 hr kerja + 50% sesuai perjanjian

Direktorat Lelang - DJKN


Kewajiban Balai Lelang (cont’d) PENGETAHUAN BALAI LELANG

Pasal 23

Menyerahkan bukti lunas ke PL: kwitansi, bukti setor, rek koran, bukti setor bea lelang, PPh Final

Menyerahkan kutipan RL dan kwitansi pembayaran lelang kepada Pembeli

Menyerahkan barang dan dokumen kepemiliikan kepada Pembeli

Menyerahkan hasil bersih kepada Pemilik Barang max.3 hari

Menyelenggarakan administrasi perkantoran dan pelaporan

Direktorat Lelang - DJKN


Pembinaan dan Pengawasan BL PENGETAHUAN BALAI LELANG

Pasal 24-28

Pembinaan dan Pengawasan


• Dirjen melakukan pembinaan dan pengawasan kpd BL
• Pengawasan BL sebagian didelegasikan kepada Kanwil

Pembinaan
• Pembinaan BL meliputi pembinaan teknis dan administrasi lelang
• Pembinaan langsung al.: sosialisasi, pengarahan, pemeriksaan
• Pembinaan tidak langsung al.: himbauan, tanggapan scr tertulis

Pengawasan
• Pengawasan scr langsung al.: pemeriksaan catatan/adm. BL, kinerja, laporan, dan pengaduan
• Pengawasan scr tidak langsung al.: verifikasi dan evaluasi laporan2 BL

Direktorat Lelang - DJKN


Larangan PENGETAHUAN BALAI LELANG

Pasal 29
Dalam melakukan kegiatannya, Balai Lelang dilarang:

Memungut di luar ketentuan, termasuk Buyers Premium

Berperan langsung dalam lelang eksekusi dan noneksekusi wajib

Bertindak selaku pengacara dan/atau kuasa penjual dari Pemegang HT

Menjual selain dengan cara lelang

Lelang tidak di hadapan Pejabat Lelang

Melaksanakan Lelang eksekusi dan noneksekusi wajib

Melakukan kegiatan usaha di luar izin, trmsk pemanggilan debitor, debt collector

Membeli sendiri baik langsung/tdk langsung objek lelang


Direktorat Lelang - DJKN
Sanksi PENGETAHUAN BALAI LELANG

Pasal 30

Bila kewajibannya
1 bulan tdk selesai, msh
• Surat • Pembekuan Izin berkegiatan usaha,
Peringatan • Surat Operasional
alih saham, ubah
• Oleh Kanwil Peringatan • Dirjen atas
usulan Kanwil manajemen
Terakhir
• Oleh Kanwil • Pencabutan Izin
1 bulan 6 bulan Operasional
• Oleh Dirjen

Direktorat Lelang - DJKN


Sanksi - Denda PENGETAHUAN BALAI LELANG

Pasal 30

Bila terlambat setor Bea Lelang ke Kas Negara max. 1 hari kerja setelah
Denda harga lelang dibayar pembeli
Denda 2% per bulan dari jumlah yang terlambat dibayar

Denda dihitung sejak jatuh tempo, paling lama 24 bulan

Bagian dari bulan dihitung satu bulan penuh

Denda disetor ke kas negara sbg PNBP dg MAP Bea Lelang, lapor ke
kanwil dan Dirjen

Direktorat Lelang - DJKN


Administrasi Perkantoran dan Pelaporan PENGETAHUAN BALAI LELANG

Pasal 40

Balai Lelang dalam melaksanakan administrasi


perkantoran wajib mempunyai (dengan format standar):

Buku Register Permintaan Lelang

Buku Kegiatan Pralelang dan Pasca lelang

Buku Penerimaan dan Penyerahan Barang

Buku Penerimaan dan Penyetoran Harga Lelang

Direktorat Lelang - DJKN


Administrasi Perkantoran dan Pelaporan PENGETAHUAN BALAI LELANG

Pasal 41
Balai Lelang wajib menyampaikan (laporan dengan format
standar):

Laporan Bulanan Realisasi Pelaksanaan Lelang

Laporan Bulanan Kas/Bank

Laporan Bulanan Realisasi Pelaksanaan Jasa Pralelang dan Pascalelang

Laporan Kegiatan Tahunan Balai Lelang

Laporan disampaikan kepada Dirjen cq. Direktur Lelang dan Ka Kanwil setempat paling lambat tanggal 10 (sepuluh) sesudah bulan
laporan.
Laporan Tahunan paling lambat tanggal 10 sesudah tahun laporan
Direktorat Lelang - DJKN
PENGETAHUAN BALAI LELANG

Terima Kasih

Direktorat Lelang - DJKN

Anda mungkin juga menyukai