IBN U A RL Y, SH , M Kn
Bangsa Yunani setiap tahun melakukan wedding auction, yaitu lelang anak perempuan
dewasa untuk dijadikan sebagai istri. Seorang anak perempuan tidak boleh dijual selain
dengan cara lelang. Pada wedding auction ini, perempuan yang berwajah menarik akan
memperoleh banyak penawaran dengan harga tinggi. Sementara perempuan yang kurang
menarik seringkali harus menambahkan mas kawin atau menawarkan barang berharga
kepada peserta agar bersedia mengajukan penawaran sesuai dengan nilai limit sehingga
dapat terjual lelang.
SEJA RA H LEL A N G D U N IA
Pada masa kerajaan Romawi, setelah perang usai prajurit-prajurit Romawi sering
berkeliling ke negara yang kalah perang untuk mencari dan mengumpulkan harta yang
tersisa untuk disita sebagai rampasan perang, serta mencari-cari penduduk untuk
dijadikan budak. Harta rampasan perang dan budak tersebut kemudian dijual secara
lelang dan hasil penjualan tersebut digunakan untuk membiayai perang berikutnya.
Istilah-istilah khusus bagi orang-orang yang berhubungan dengan lelang, antara lain:
Magister Auctionarium, adalah Juru Lelang berlisensi yang berwenang melaksanakan
lelang; Dominus, adalah penjual atau pemilik barang yang akan dijual; Argentaurius,
adalah orang yang melakukan pengaturan pelaksanaan lelang dan dapat memberikan
jasa keuangan; Praeco, adalah orang yang mengumumkan dan mempromosikan lelang
dan dapat berperan sebagai pengarah penawaran/afslager.
SEJA RA H LEL A N G D U N IA
Di Inggris tercatat lelang dilakukan pertama kali pada tahun 1674, dikenal istilah English
auctions, yang dikenal dengan sebutan lelang terbuka secara lisan.
Lelang lukisan yang dilaksanakan di Summerset House, lelang aset properti yang yang
diumumkan di surat kabar London Evening Post pada tanggal 8 Maret 1739. Saat itu. Juru
Lelang membuka lelang dengan menawarkan harga sebesar nilai limit kemudian dilanjutkan
dengan penawaran yang lebih tinggi dari peserta. English auctions dilakukan di kedai-kedai kopi
dan tempat penginapan. Lelang dilaksanakan setiap hari dan katalog lelang dicetak untuk
menginformasikan barang-barang yang tersedia untuk dilelang secara detail dan spesifik.
Katalog lelang dicetak dan didistribusikan sebelum dilaksanakan lelang barang antik atau lelang
barang lainnya. Juru Lelangnya dipilih dari orang yang memiliki kharisma, bersemangat,
dan pandai dalam menghibur peserta lelang.
SEJA RA H LEL A N G D U N IA
Sekitar abad XVII dan abad XVIII, penyelenggaraan lelang lebih terorganisasi, dilakukan secara
teratur, dihadiri lebih banyak peserta lelang dan dilaksanakan di tempat-tempat yang lebih
representatif.
Dikenal sistem auction candle di Inggris untuk melelang barang-barang rumah tangga, dengan
penawaran yang semakin meningkat sampai diperoleh satu orang penawar tertinggi. Lelang
dimulai saat lilin dinyalakan, kemudian penawar terakhir dan tertinggi ditetapkan sebagai
pemenang lelang pada saat lilin habis dan padam. Metode ini digunakan agar peserta lelang
tidak mengetahui secara pasti saat lelang berakhir dan menghindari penawaran pada saat-saat
terakhir lelang (last-second bid). Kadang-kadang sebagai pengganti lilin, digunakan balap lari
untuk menentukan waktu penawaran lelang.
SEJA RA H LEL A N G D U N IA
Di Swedia, tahun 1674 berdiri Stockholm Auction House (Stockholms Auktionsverk) yang
merupakan Balai lelang tertua di dunia.
Saat ini balai lelang terbesar di dunia adalah Balai Lelang Christie di London yang didirikan
sekitar tahun 1766, diikuti dengan Balai Lelang Sotheby di New York, AS yang berdiri tahun
1744.
Pada tahun 1600-an, peziarah dari bangsa Inggris mendarat di Pantai Timur Amerika dan
memperkenalkan lelang. Kemudian lelang berkembang populer selama masa kolonialisasi
dunia dengan menjual pakaian binatang, hasil pertanian, kayu lapis, ternak, peralatan dan
budak. Pada tahun 1617, pedagang Belanda pernah melakukan lelang budak di Jamestown,
dan pada tahun 1769 ditemukan selebaran pelelangan budak di Charleston, South Carolina.
SEJA RA H LEL A N G D U N IA
Di Amerika tahun 1860-an, saat perang saudara (Civil War), lelang atas barang-barang
rampasan perang dan sisa-sisa perang. Hanya pejabat yang berpangkat Kolonel yang boleh
melaksanakan lelang sehingga dikenal dengan istilah Colonel Auction, Untuk mengenang
masa-masa dulu, kadang-kadang juru lelang Amerika menggunakan pakaian militer berpangkat
Kolonel dalam memimpin lelang. Lelang barang antik telah dilaksanakan di Amerika sekitar
tahun 1876 saat merayakan ulang tahun kemerdekaan yang ke-100. Pada waktu itu, lelang
terhadap barang-barang furniture sangat diminati.
Pada tahun 1883, Amerika memiliki balai lelang seni milik Asosiasi Seni Amerika di New York.
Asosiasi seni ini berperan dalam membentuk integritas juru lelang, penciptaan penampilan
barang-barang antik yang dilelang agar lebih menarik, dan pakaian khas juru lelang
menggunakan pakaian formal malam dengan dasi kupu-kupu. Hal ini kemudian diadopsi oleh
Balai Lelang Sotheby dalam penyelenggaraan lelangnya.
SEJA RA H LEL A N G D U N IA
Di Jepang, tahun 1995, Masatakan Fujisaki menciptakan sistem lelang internet yang disebut AUCNET,
menggeser sistem lelang langsung, yang menggunakan tempat lelang sebagai pasar fisik tempat
bertemunya pembeli dan penjual (marketplace), ke sistem lelang melalui pasar maya (virtual market atau
market space). Para dealer yang berniat menjual mobil bekas menelepon ke AUCNET dan kemudian
pemeriksa dari AUCNET mendatangi, memeriksa, dan mengumpulkan informasi rinci tentang mobil yang
ditawarkan. Informasi beserta foto-foto tentang mobil kemudian dikirimkan kepada para dealer mobil
bekas yang berlangganan sistem informasi yang dikeluarkan oleh AUCNET. Setiap akhir minggu, staf di
AUCNET memimpin lelang mobil bekas melalui layar monitor komputer, yang diikuti oleh para dealer
mobil bekas di seluruh Jepang dari kantor masing-masing. Lelang internet ini kemudian diikuti oleh situs
lelang Onsale, yang di-launch pada bulan Mei 1995 dan situs lelang yang paling populer sekarang, yaitu
eBay yang di-launch pada bulan September 1995.
Sedangkan di Indonesia, Kementerian Keuangan mulai melaksanakan lelang melalui internet tahun 2013.
Adapun orang yang pembangun aplikasi e-auction di Kementerian Keuangan yang meliputi dua system
penawaran, yaitu open bidding dan close bidding adalah Brana Pandega.
PENA WA RA N LEL A N G
1. Ascending-Bid Auction/English Auction/Terbuka Naik-Naik
2. Descending-Bid Auction/Dutch Auction/Terbuka Turun-turun
3. First Price Sealed-Bid Auction/Tertulis Tertutup (tertinggi yang menang)
4. Second Price Sealed-Bid Auction/Vickrey Auction/Tertulis tertutup (namun pemenang hanya perlu
membayar sebesae harga penawaran tertinggi yang kedua)
Varian dari English Auction dikenal pula istilah Amsterdam Auction, dimana proses penawaran dilakukan
dengan terbuka lisan naik-naik sampaidengan terdapat 2 penawaran tertinggi. Selanjutnya untuk dua
penawaran yang tertinggi tersebut dilanjutkan dengan lelang tertutup
Winner’s Curse
• Winner’s curse adalah kejadian yang memungkinkan pemenang
lelang membayar lebih dari nilai barang lelang (Krishna, 2002, p. 85).
Terjadinya winner’s curse dijelaskan oleh Levin (1986, p. 894) sebagai
akibat dari kegagalan penilaian dalam lelang common value. Jika
semua peserta lelang memiliki estimasi yang tidak bias dan
penawaran harga meningkat, maka peserta lelang dengan estimasi
paling tinggi akan memenangkan lelang. Namun jika peserta lelang
tidak tepat saat menggunakan pertimbangan, maka ia bisa
memenangkan lelang dengan nilai penawaran dibawah keuntungan
normal atau bahkan rugi. Kesalahan sistematik untuk
memperhitungkan hal tersebut disebut juga dengan “winner’s curse”.
SEJARAH LELANG DI INDONESIA
Di Indonesia, lelang secara resmi masuk dalam perundang-undangan sejak
Februari tahun 1908, yaitu dengan berlakunya Vendu Reglement, Stbl.1908
No.189 dan Vendu Instructie Stbl. 1908 No.190. Sejalan dengan hal tersebut,
berdirilah Unit Lelang Negara di Indonesia.
Peraturan-peraturan dasar lelang ini masih berlaku hingga saat ini dan menjadi
dasar hukum penyelenggaraan lelang di Indonesia.
SEJARAH LELANG DI INDONESIA
Setelah keluar Staatsblad 1908 Nomor 189, terbentuklah Unit Lelang Negara
dengan struktur organisasi di tingkat pusat yaitu Inspeksi Urusan Lelang yang
bertanggung jawab kepada Direktuur van Financient (Menteri Keuangan).
1. Penerimaan negara yang dihimpun Unit Lelang Negara berupa Bea Lelang merupakan
salah satu jenis pajak tidak langsung.
2. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1959 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa
baru keluar, dimana lembaga lelang sangat diperlukan dalam pelaksanaan penagihan
pajak.
SEJARAH INSTITUSI LELANGDI INDONESIA
Struktur organisasi Unit Lelang dari hasil penggabungan tersebut adalah:
a. Tingkat Pusat
b. Tingkat Daerah
Kantor Lelang Negeri Kelas I (Eselon IV) yang berjumlah 12 KLN di seluruh Indonesia,
kecuali KLN Jakarta setingkat Eselon III.
Kantor Pejabat Lelang Kelas II untuk kota dan kabupaten yang belum dibentuk Kantor
Lelang Negeri.
1960
Unit Lelang
Gabung
Dengan
Pajak Ditjen Pajak Pertimbangan Unit Lelang
digabung dan berada di bawah
Ditjen Pajak :
Unit Lelang 1. Penerimaan negara yang
dihimpun unit lelang
negara berupa Bea Lelang
yang merupakan salah satu
jenis pajak tidak langsung.
Pusat Unit Lelang Daerah
2. Saat itu baru saja
terbentuk Undang-Undang
Nomor 19 tahun 1959
tentang Penagihan Pajak
Dinas Lelang Es. III dengan Surat Paksa dimana
Kantor Lelang Negeri Kelas I
(eselon IV, Kecuali Jakarta Eselon III) lembaga lelang sangat
diperlukan dalam
pelaksanaan penagihan
pajak.
SEJARAH LELANG DI INDONESIA
Pada tahun 1970, penyebutan Kantor Lelang Negeri diubah menjadi Kantor Lelang
Negara. Struktur organisasi Kantor Lelang Negara pada waktu itu berada di bawah
Direktorat Jenderal Pajak c.q Dinas Lelang.
Pada tahun 1975, dibentuk unit lelang negara di tingkat Kanwil Ditjen Pajak setingkat
eselon IV/a dengan nama Seksi Pembinaan Lelang Bidang Pajak Tidak Langsung. Di
tingkat pusat, Sub Direktorat Lelang (eselon III)
SEJARAH LELANG DI INDONESIA
Selain Kantor Lelang Negeri dan Kantor Pejabat Lelang Kelas II yang memberikan jasa
lelang, Pada waktu itu terdapat Balai Lelang/Komisioner Lelang Negara yang juga
memberikan pelayanan lelang.
Balai Lelang/Komisioner Lelang Negara ini dikelola oleh swasta dan berkedudukan di
kota-kota besar tertentu di Indonesia seperti Surabaya, Makassar, Medan.
Namun pada tahun 1972, berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan Nomor
D.15.4/III/D1/16-2 tanggal 2 Mei 1972, Lembaga Komisioner Lelang Negara dihapuskan.
Dasar Pertimbangan Dihapuskannya Lembaga Komisioner Lelang Negara
(SK No.D.15.4/III/D1/16-2 tanggal 2 Mei 1972)
BUPN 1990
Pusat Daerah
Kanwil Operasional
1990 2000
SEJARAH INSTITUSI LELANGDI INDONESIA
Kantor Pusat DJKN bertempat di Gedung Syafrudin Prawiranegara, beralamat di Jalan
Lapangan Banteng Timur Nomor 2-4, Jakarta Pusat.
Unit vertikal Kantor Pusat DJKN terdiri dari:
Unit Eselon II di Kantor Wilayah (Kanwil) dan Eselon III di KPKNL yang tersebar di seluruh
Indonesia.
Kanwil DJKN berjumlah 17 sedangkan KPKNL berjumlah 70.
Direktorat Lelang sebagai salah satu unit di DJKN saat ini sedang berupaya untuk
menyukseskan Rancangan Undang-Undang Tentang Lelang dalam rangka memperkuat
lembaga lelang di Indonesia. Program simplipying and securing of acta (penyederhanaan dan
pengamanan risalah lelang), styling (seragam dan tool kit pejabat lelang), dan reporting and
monitoring (otomasi laporan realisasi pelaksanaan lelang) merupakan babak baru dalam
sejarah lelang yang digulirkan oleh Direktorat Lelang.
DASAR HUKUM LELANG
Secara garis besar dasar
hukum lelang terbagi menjadi
dua bagian :
Umum Khusus
Umum : ketentuan perundang-undangan yang tidak
secara khusus mengatur tentang lelang, tetapi ada pasal-
pasal di dalamnya yang mengatur tentang lelang. Khusus:
ketentuan perundang-undangan yang secara khusus
mengatur tentang lelang.
KETENTUAN UMUM
HUKUM POSITIF DI INDONESIA YANG MENGAMANATKAN LELANG
1. Burgerlijk Wetboek (Kitab Undang-Undang Hukum Perdata) Stbl 1847 No. 23).
2. RBG s.1927/227 dan RIB/HIR Stb. 1941 No. 44.
3. Undang-Undang Nomor 49 Tahun 1960 tentang PUPN.
4. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Undang-Undang Hukum Acara Pidana.
5. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan.
6. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah
dengan UU Nomor 10 Tahun 1998.
7. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan atas Tanah Beserta
Benda-Benda yang Berkaitan dengan Tanah.
KETENTUAN UMUM
HUKUM POSITIF DI INDONESIA YANG MENGAMANATKAN LELANG
1. Vendu Reglement
2. Vendu Instructie
3. PMK Nomor 27/PMK.06/2016 tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang
4. PMK Nomor 174/PMK.06/2010 tentang Pejabat Lelang Kelas I sebagaimana telah
diubah dengan PMK Nomor 158/PMK.06/2013
5. PMK Nomor 175/PMK.06/2010 tentang Pejabat Lelang Kelas II sebagaimana telah
diubah dengan PMK Nomor 159/PMK.06/2013
KETENTUAN KHUSUS
Ketentuan perundang-undangan yang secara khusus
mengatur tentang tata cara dan prosedur lelang
7. PMK Nomor 176/PMK.06/2010 tentang Balai Lelang sebagaimana telah diubah dengan
PMK Nomor 160/PMK.06/2013
8. Per-05/KN/2011 tentang Petunjuk Teknis Pejabat Lelang Kelas II
9. Per-6/KN/2013 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Lelang
10. Per-02/KN/2012 tentang Pembuatan Kutipan Risalah Lelang oleh KPKNL
11. Per-03/KN/2012 tentang Pembuatan Kutipan Risalah Lelang oleh Kantor PL Kelas II.
12. PP Nomor 1 Tahun 2013 mengatur tentang tarif PNBP.
13. Peraturan dan ketentuan lain yang terkait lainnya.
PENGERTIAN LELANG
Lelang adalah penjualan barang yang terbuka untuk umum dengan penawaran
harga secara tertulis dan/atau lisan yang semakin meningkat atau menurun
untuk mencapai harga tertinggi, yang didahului dengan Pengumuman Lelang.
(Pasal 1 VR Jo Pasal 1 angka 1 PMK 27/PMK.06/2016 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang)
4. Penjual hanya satu dan calon pembeli Penjual lebih dari satu dan calon pembeli
lebih dari satu hanya satu
3. Penjualan lelang sangat efisien karena didahului dengan pengumuman, sehingga peserta
lelang dapat terkumpul pada saat hari lelang.
4. Penjual akan mendapatkan pembayaran yang cepat karena pembayaran dalam lelang
dilakukan secara tunai.
5. Penjual mendapatkan harga jual yang optimal karena sifat penjualan lelang yang terbuka
dengan penawaran harga yang kompetitif.
Manfaat Lelang bagi Pembeli
1. Penjualan lelang didukung oleh dokumen yang sah karena sistem lelang
mengharuskan Pejabat Lelang meneliti lebih dahulu tentang keabsahan penjual
dan barang yang akan dijual (legalitas formal subjek dan objek lelang)
2. Dalam hal barang yang dibeli adalah barang tidak bergerak berupa tanah,
pembeli tidak perlu lagi mengeluarkan biaya tambahan untuk membuat akta jual
beli ke PPAT atau Notaris, tetapi dengan Risalah Lelang pembeli dapat langsung
ke Kantor Pertanahan setempat untuk balik nama. Hal tersebut karena Risalah
Lelang merupakan akta otentik dan statusnya sama dengan akta notaris.
Berbagai Kelebihan Penjualan Lelang
1. Adil dan objektif, karena lelang dilaksanakan secara terbuka (transparan), tidak
ada prioritas di antara peserta lelang, kesamaan hak dan kewajiban antara
peserta akan menghasilkan pelaksanaan lelang yang objektif.
2. Aman, karena lelang disaksikan, dipimpin dan dilaksanakan oleh Pejabat Lelang
yang independen. PL meneliti lebih dulu secara formal tentang keabsahan
subjek dan objek lelang. Juga didahului dengan pengumuman lelang, sehingga
memberi kesempatan kepada pihak-pihak yang ingin mengajukan keberatan.
3. Cepat, efisien & built in control, karena lelang didahului oleh pengumuman
lelang, sehingga peserta lelang dapat berkumpul pada hari lelang dan
pembayaran secara tunai.
4. Mewujudkan harga yang wajar & kompetitif. Penawaran yang khas
(kompetitif dan transparan), sehingga tercipta kompetisi dan harga yang wajar.
5. Memberikan kepastian hukum & otentik, dibuat Risalah Lelang sebagai berita
acara yang otentik dan alat bukti yang sempurna serta dapat digunakan
langsung untuk balik nama (tidak perlu AJB yang dibuat oleh Notaris/ PPAT).
Peran Lelang dalam Perekonomian
1. Lelang mampu memberi jawaban yang pasti mengenai harga/nilai
suatu barang dalam hal subjektivitas seseorang berpengaruh
terhadap kualitas barang, kreativitas pembuatan dan nilai artistik
suatu barang.
2. Lelang mampu memberi jawaban yang pasti mengenai harga/nilai
suatu barang pada saat situasi perekonomian tidak menentu.
3. Lelang mampu memberi jawaban yang pasti mengenai status
kepemilikan suatu barang.
4. Harga yang terbentuk pada lelang dapat menjadi standar dan
barometer dalam sektor perekonomian tertentu.
Sistim Lelang di Indonesia
1. Dilihat dari cara pembayarannya
a. Lelang dengan tanggungan pemerintah.
b. Lelang di luar tanggungan pemerintah.
c. Lelang tunai.
d. Lelang kredit.
KPKNL ……………….
BULAN ……………..
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
Email,
Laku
………… ………… ………. ……. ………………………………. ………… ……….. ……………………………… …………………………… ……….. ……….. ……….. ……….. ……….. ……….. ……….. ……….. ……….. ……….. ……….. …………………… ………………. ………………….. ………………………………….. ……………… ……….. ………………
Internet,
TAP
………
………… …………. ……….. ……. ……………………………….. ………… ………. ………………………………. …………………………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… … ………………….. ……………….. ………………….. ………………………………….. ………………. ………… ……………….
Tromol Pos,
Batal
………
…………. ………… ……….. …….. ………………………………. ………… …………. ……………………………… …………………………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… … ………………….. ……………….. ………………….. …………………………………… ……………… ………… ……………….
Wanprestasi
…………. …………. ……….. …….. ………………………………. …………. ………… ………………………………. …………………………… ……….. ……….. ……….. ……….. ……….. ……….. ……….. ……….. ……….. ……….. ……….. …………………… ……………….. ………………….. …………………………………… ……………… ……….. ………………
Jumlah Penerimaan Lelang Bulan Ini ………………………… ……………………. ………. ………. ………. ………. ………. ………. ………. ………. ………. ………. ………. …………………. ……………… ………………… ………………………………. …………….. ………. …………….
Lelang Di Luar Tanggungan Pemerintah
Tunai
PEMBAYARAN LELANG SECARA KREDIT
• Diatur dalam Pasal 22, 25, 26, 27, 28, 29 Vendu Reglement;
• Dalam hal lelang dengan Tanggungan Pemerintah, maka pembayaran tangguh harus
selalu ditolak oleh Pejabat Lelang kepada: a) mereka yang mempunyai profesi
pembelian barang dalam pelelangan; b) mereka yang belum membayar lunas hutang
lelangnya terdahulu; c) mereka yang dalam jangka waktu 12 bulan terakhir mendapat
tindakan khusus karena tidak membayar hutang lelang pada waktunya.
PEMBAYARAN LELANG SECARA TUNAI
• Diatur dalam Pasal 22, 29, 34, 37 Vendu Reglement;
• Berdasarkan SK Menteri Keuangan No. 476/MK/II/7/1972 tanggal 3 Juli 1972
• Saat ini pembayaran dilakukan paling lambat 5 x 24 jam hari kerja setelah pelaksanaan
lelang. Pembayaran dapat dilakukan secara tunai (cash) atau cek/giro.
• Pelunasan kewajiban pembayaran lelang oleh pembeli dilakukan melalui rekening
KPKNL/Balai Lelang/rekening khusus atas nama jabatan Pejabat Lelang Kelas II atau secara
langsung kepada Bendahara Penerimaan KPKNL/Pejabat Lelang Kelas I/Balai
Lelang/Pejabat Lelang Kelas II.
• Dalam hal pelunasan kewajiban pembayaran lelang oleh pembeli dilakukan dengan cek/giro,
pembayaran harus sudah diterima efektif pada rekening KPKNL/Balai Lelang/rekening
khusus atas nama jabatan Pejabat Lelang Kelas II paling lama 3 (tiga) hari kerja setelah
pelaksanaan lelang.
• Setiap pelunasan kewajiban pembayaran lelang oleh Pembeli harus dibuatkan kuitansi atau
tanda bukti pembayaran oleh Bendahara Penerimaan KPKNL/Pejabat Lelang Kelas I/Balai
Lelang/Pejabat Lelang Kelas II.
PEMBAYARAN LELANG SECARA TUNAI
• Dalam hal pembeli tidak melunasi kewajiban pembayaran lelang, pada hari kerja berikutnya
Pejabat Lelang harus membatalkan pengesahannya sebagai Pembeli dengan membuat
Pernyataan Pembatalan.
• Pembeli yang tidak dapat memenuhi kewajibannya setelah disahkan sebagai pembeli Lelang,
tidak diperbolehkan mengikuti lelang di seluruh wilayah Indonesia dalam waktu 6 (enam) bulan.
• Hasil bersih lelang atas lelang yang diharuskan disetor ke Kas Negara/Daerah, dilakukan paling
lama 1 (satu) hari kerja setelah pembayaran diterima oleh Bendahara Penerimaan KPKNL.
• Hasil bersih lelang atas lelang yang diharuskan disetor ke Penjual terlebih dahulu, dilakukan
paling lama 1 (satu) hari kerja setelah pembayaran diterima oleh Bendahara Penerimaan KPKNL,
untuk selanjutnya wajib disetor langsung secepatnya ke Kas Negara oleh Penjual.
• Penyetoran bea lelang dan Pajak Penghasilan (PPh) ke Kas Negara paling lama 1 (satu) hari
kerja setelah pembayaran diterima oleh Bendahara Penerimaan KPKNL/Balai Lelang/Pejabat
Lelang Kelas II.
• Hasil Bersih Lelang atas lelang yang diharuskan disetor ke Penjual/Pemilik Barang, paling lama 3
(tiga) hari kerja setelah pembayaran diterima oleh Bendahara Penerimaan KPKNL/Balai
Lelang/Pejabat Lelang Kelas II.
JENIS LELANG
LELANG EKSEKUSI
Nilai Limit bersifat tidak rahasia. Untuk Lelang Eksekusi, Lelang Noneksekusi
Wajib, dan Lelang Non Eksekusi Sukarela atas barang tidak bergerak, Nilai Limit
harus dicantumkan dalam pengumuman lelang.
(Pasal 46 (1) & (2) Permenkeu No. 27/PMK.06/2016).
Wajib
1. Lelang Barang Milik Negara/Daerah,
2. Lelang Barang Milik Badan Usaha Milik Negara/Daerah (BUMN/D)
Nonpersero;
3. Lelang Barang BPJS
4. Lelang BMN Yang Berasal dari Aset eks Kepabeanan dan Cukai,
5. Lelang Barang Gratifikasi,
6. Lelang Aset Properti Barang Bongkaran BMN karena perbaikan,
7. Lelang Barang Habis Pakai Eks Pemilu,
8. Lelang Aset Tetap dan Barang Jaminan Diambil Alih (BJDA) Eks Bank
Dalam Likuidasi,
9. Lelang Aset Eks Kelolaan PT. PPA,
Lelang NonEksekusi Wajib termasuk tetapi tidak terbatas pada:
Lelang
9. Lelang Aset Settlement Obligor Penyelesaian Kewajiban
Noneksekusi
Pemegang Saham (PKPS) Akta Pengakuan Utang (APU),
Wajib
10.Lelang Aset Inventaris Eks. BPPN,
11.Lelang Aset Properti Eks. BPPN,
12.Lelang Balai Harta Peninggalan atas Harta Peninggalan
Tidak Terurus dan Harta Kekayaan Orang yang Dinyatakan
Tidak Hadir,
13.Lelang Benda Berharga Asal Muatan Kapal Yang Tenggelam
(BMKT),
14.Lelang Aset Bank Indonesia, dan
15.Lelang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya dari tangan pertama.
Dalam pelaksanaan Lelang Eksekusi dan Lelang Noneksekusi Lelang
Noneksekusi
Wajib, jika Pembeli tidak melunasi Kewajiban Pembayaran
Lelang sesuai ketentuan (wanprestasi), Uang Jaminan
Penawaran Lelang disetorkan seluruhnya ke Kas Negara dalam
waktu 1 (satu) hari kerja setelah pembatalan penunjukan
Wajib
Pembeli oleh Pejabat Lelang.
(Pasal 41 (1) Permenkeu No. 27/PMK.06/2016).
Permohonan lelang eksekusi dan lelang noneksekusi wajib, harus diajukan secara
tertulis oleh Penjual/Pemilik Barang kepada Kepala KPKNL dengan dilengkapi dokumen
persyaratan lelang yang bersifat umum dan khusus.
(Pasal 1 (1) Perdirjen KN No. 6/KN/2013).
Dalam hal Penjual/Pemilik Barang akan menggunakan jasa pralelang dan/atau jasa
pascalelang oleh Balai Lelang untuk jenis lelang eksekusi dan lelang noneksekusi wajib,
dalam surat permohonan lelang harus disebutkan nama Balai Lelang yang digunakan
jasanya.
(Pasal 2 Perdirjen KN No. 6/KN/2013).
Lelang
Noneksekusi
Dokumen persyaratan lelang yang bersifat umum untuk
lelang eksekusi, mengacu pada Pasal 5 Perdirjen KN No.
Wajib
6/KN/2013.
Penyetoran Uang Jaminan Penawaran Lelang dilakukan melalui rekening Balai Lelang
atau langsung ke Balai Lelang untuk jenis Lelang Noneksekusi Sukarela, yang
diselenggarakan oleh Balai Lelang dan dilaksanakan oleh Pejabat Lelang Kelas
I/Pejabat Lelang Kelas II.
(Pasal 35 (1) huruf b Permenkeu No. 27/PMK.06/2016).
Dalam pelaksanaan Lelang Noneksekusi Sukarela yang diselenggarakan oleh KPKNL,
jika Pembeli tidak melunasi Kewajiban Pembayaran Lelang sesuai ketentuan
(wanprestasi), Uang Jaminan Penawaran Lelang disetorkan sebesar 50% (lima puluh
persen) ke Kas Negara dalam waktu 1 (satu) hari kerja setelah pembatalan penunjukan
Pembeli oleh Pejabat Lelang, dan sebesar 50% (lima puluh persen) menjadi milik
Pemilik Barang.
(Pasal 41 (2) Permenkeu No. 27/PMK.06/2016).
Dalam pelaksanaan Lelang Noneksekusi Sukarela yang Lelang
diselenggarakan oleh Balai Lelang bekerjasama dengan Pejabat
Lelang Kelas I, jika Pembeli tidak melunasi Kewajiban Pembayaran
Noneksekusi
Lelang sesuai ketentuan (wanprestasi), Uang Jaminan Penawaran
Lelang disetorkan sebesar 50% (lima puluh persen) ke Kas Negara
Sukarela
dalam waktu 1 (satu) hari kerja setelah pembatalan penunjukan
Pembeli oleh Pejabat Lelang, dan sebesar 50% (lima puluh persen)
menjadi milik Pemilik Barang dan/atau Balai Lelang sesuai
kesepakatan antara Pemilik Barang dan Balai Lelang.
(Pasal 41 (3) Permenkeu No. 27/PMK.06/2016).
Dalam pelaksanaan lelang yang diselenggarakan oleh Balai Lelang bekerjasama dengan
Pejabat Lelang Kelas II, jika Pembeli tidak melunasi Kewajiban Pembayaran Lelang sesuai
ketentuan (wanprestasi), Uang Jaminan Penawaran Lelang menjadi milik Pemilik Barang
dan/atau Balai Lelang sesuai kesepakatan antara Pemilik Barang dan Balai Lelang.
(Pasal 41 (4) Permenkeu No. 27/PMK.06/2016).
Dalam pelaksanaan lelang yang diselenggarakan Pejabat Lelang Kelas II, jika Pembeli tidak
melunasi Kewajiban Pembayaran Lelang sesuai ketentuan (wanprestasi), Uang Jaminan
Penawaran Lelang menjadi milik Pemilik Barang dan/atau Pejabat Lelang Kelas II sesuai
kesepakatan antara Pemilik Barang dan Pejabat Lelang Kelas II.
(Pasal 41 (5) Permenkeu No. 27/PMK.06/2016).
Persyaratan adanya Nilai Limit sebagaimana dimaksud pada ayat Lelang
(1) dapat tidak diberlakukan pada Lelang Noneksekusi Sukarela
atas barang bergerak milik orang atau badan hukum/badan usaha
Noneksekusi
swasta.
(Pasal 43 (3) Permenkeu No. 27/PMK.06/2016).
Sukarela
Pejabat Lelang mengesahkan penawar tertinggi sebagai Pembeli dalam pelaksanaan Lelang
Noneksekusi Sukarela yang tidak menggunakan Nilai Limit.
(Pasal 74 (2) Permenkeu No. 27/PMK.06/2016).
Dokumen persyaratan lelang yang bersifat umum untuk lelang eksekusi, mengacu pada Pasal 5
Perdirjen KN No. 6/KN/2013.
Sedangkan Dokumen persyaratan lelang yang bersifat khusus untuk lelang eksekusi, mengacu
pada Pasal 8 Perdirjen KN No. 6/KN/2013.
Dalam pelaksanaan Lelang Noneksekusi Sukarela barang bergerak dengan nilai limit tidak
dicantumkan dalam pengumuman lelang dan harga penawaran tertinggi belum mencapai nilai
limit, maka Pejabat Lelang menyatakan sebagai lelang ditahan. Selanjutnya Pejabat Lelang
tetap membuat Risalah Lelang dengan menyebutkan lelang ditahan.
(Pasal 34 Perdirjen KN No. 6/KN/2013).
Lelang noneksekusi sukarela yang diselenggarakan oleh KPKNL, Lelang
jika Pembeli wanprestasi, uang jaminan penawaran lelang Noneksekusi
Sukarela
disetorkan sebesar 50% ke Kas Negara dalam waktu 1 hari kerja
setelah pembatalan penunjukkan Pembeli oleh Pejabat Lelang
dan 50% menjadi milik Pemilik Barang.
(Pasal 38 (2) Perdirjen KN No. 6/KN/2013).
Lelang noneksekusi sukarela yang diselenggarakan oleh Balai Lelang bekerja sama
dengan Pejabat Lelang Kelas I, jika Pembeli wanprestasi, uang jaminan penawaran
lelang disetorkan sebesar 50% ke Kas Negara dalam waktu 1 hari kerja setelah
pembatalan penunjukkan Pembeli oleh Pejabat Lelang dan 50% menjadi milik Pemilik
Barang dan/atau Balai Lelang sesuai kesepakatan antara Pemilik Barang dengan Balai
Lelang.
(Pasal 38 (4) Perdirjen KN No. 6/KN/2013).
Lelang noneksekusi sukarela yang diselenggarakan oleh Pejabat Lelang Kelas II, jika
Pembeli wanprestasi, uang jaminan penawaran lelang menjadi milik Pemilik Barang
dan/atau Pejabat Lelang Kelas II sesuai kesepakatan antara Pemilik Barang dengan
Pejabat Lelang Kelas II.
(Pasal 38 (5) Perdirjen KN No. 6/KN/2013).
Lelang
Tarif bea lelang yang dipungut sesuai dengan Lampiran PP Noneksekusi
Sukarela
Nomor 1 Tahun 2013 tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis
PNBP yang Berlaku pada Kemenkeu.
KPKNL
PEMOHON Permohonan lelang Peserta yang berminat
Pemohon lelang
LELANG akan menyetorkan
diajukan kepada mengumumkan di
KPKNL untuk surat kabar jaminan lelang ke bank
ditetapkan jadwal persepsi
lelangnya. Lelang
KPKNL dilaksanakan
menyerahkan sesuai
Hasil Lelang + Pelunasan Harga pengumuman
Salinan RL kepada Lelang ke KPKNL
Pemohon Lelang Pemenang lelang wajib
membayar Bea Lelang +
KPKNL Harga Lelang paling lambat
5 hari kerja sebagai syarat Peserta lelang yang
mendapatkan kutipan menawar paling tinggi
risalah ditetapkan sebagai
Bea Lelang disetorkan ke Pemenang lelang oleh
Kas Negara melalui Bank Pejabat Lelang
Persepsi
Penjelasan Prosedur Lelang
1. Persiapan Lelang
a. Penjual mengajukan permohonan lelang.
b. Kepala KPKNL menetapkan Jadwal Lelang.
c. Pengumuman Lelang oleh Penjual.
d. Peminat menyetor/menyerahkan uang jaminan.
2. Pelaksanaan lelang
Pelaksanaan lelang oleh Pejabat Lelang, Penawar
yang tertinggi disahkan sebagai Pemenang Lelang /
Pembeli.
Penjelasan Prosedur Lelang
3. Purna lelang
a. Pemenang Lelang wajib membayar Harga Lelang, Bea Lelang dan
kewajiban lain
b. KPKNL menyerahkan Kutipan Risalah Lelang
c. KPKNL menyetor hasil bersih lelang kepada
Penjual/Pemohon Lelang dan menyetor Bea Lelang
ke kas negara.
Hal-hal Yang perlu Diperhatikan
Terkait Prosedur Lelang
Dokumen persyaratan lelang yang bersifat umum untuk semua jenis lelang terdiri dari:
1. salinan/fotokopi Surat Keputusan Penunjukan Penjual, kecuali Pemohon Lelang adalah perorangan,
atau Perjanjian/Surat Kuasa penunjukan Balai Lelang sebagai pihak Penjual;
2. daftar barang yang akan dilelang;
3. surat persetujuan dari pemegang Hak Pengelolaan, dalam hal objek lelang berupa tanah dan/atau
bangunan dengan dokumen kepemilikan Hak Guna Bangunan atau Hak Pakai di atas tanah Hak
Pengelolaan;
4. informasi tertulis yang diperlukan untuk penyerahan/penyetoran hasil bersih lelang berupa:
a. data yang diperlukan untuk pengisian Surat Setoran Bukan Pajak (SSBP) sekurang-kurangnya
meliputi kode satker Pemohon Lelang, kode Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN),
Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), kode Mata Anggaran Penerimaan (MAP), apabila hasil bersih
lelang sesuai ketentuan harus disetorkan langsung ke Kas Negara oleh Bendahara Penerimaan;
atau
b. nomor rekening Pemohon Lelang, apabila hasil bersih harus disetorkan ke Pemohon Lelang.
5. syarat lelang tambahan dari Penjual/Pemilik Barang (apabila ada), sepanjang tidak bertentangan
dengan peraturan perundang-undangan, antara lain:
a. jangka waktu bagi Peserta Lelang untuk melihat, meneliti secara fisik barang yang akan dilelang;
Dalam hal objek lelang berupa saham, selain dokumen persyaratan lelang yang
bersifat khusus sebagaimana Pasal 6, Pasal 7 dan Pasal
juga disyaratkan dokumen sebagai berikut:
a. salinan/fotokopi Daftar Pemegang Saham atau Daftar Khusus;
b. daftar saham yang akan dilelang, dibuat secara terinci dansekurang-
kurangnya memuat nama pemilik saham, jumlah saham, nominal saham, dan
dasar hukum kepemilikan saham;
c. asli bukti kepemilikan/surat saham untuk saham perseroan tertutup atau surat
keterangan dari Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (PT Kustodian
Sentral Efek Indonesia, disingkat PT KSEI) bahwa saham tersebut ada sebagai
saham perseroan terbuka; dan
d. surat penyataan Pemohon Lelang bahwa saham yang akan dilelang telah
diblokir yang didukung dengan surat keterangan dari PT KSEI untuk saham
perseroan terbuka.
Legalitas Formal Subjek dan Objek Lelang
Pengertian
Pengumuman Lelang adalah pemberitahuan kepada masyarakat
tentang akan adanya Lelang dengan maksud untuk menghimpun
peminat lelang dan pemberitahuan kepada pihak yang
berkepentingan. (Pasal 1 angka 3)
Tujuan
Untuk memenuhi asas transparansi dalam pelaksanaan lelang.
Agar pelaksanaan lelang dapat diketahui oleh masyarakat luas,
sehingga bagi yang berminat dapat menghadiri dan mengikuti
pelaksanaan lelang. Juga memberi kesempatan kepada pihak
ketiga yang merasa dirugikan untuk mengajukan sanggahan/verzet.
PENGUMUMAN LELANG
1
Pengumuman Lelang untuk pelaksanaan Lelang Noneksekusi Wajib dan Lelang
Noneksekusi Sukarela terhadap barang bergerak yang penawarannya dilakukan
tanpa kehadiran peserta melalui internet, dapat dilakukan 1 (satu) kali tanpa
melalui surat kabar harian, dengan ketentuan:
a. Diumumkan melalui selebaran atau tempelan yang mudah dibaca oleh umum
dan/atau melalui media elektronik, paling singkat 5 (lima) hari sebelum hari
pelaksanaan lelang; dan
b. Diumumkan melalui media elektronik berbasis internet (media online) yang tertaut
dengan website Penyelenggara Lelang dengan masa tayang paling singkat selama 5
(lima) hari berturut-turut sebelum hari pelaksanaan lelang
PENGUMUMAN TANPA MENGGUNAKAN SURAT KABAR HARIAN
(Surat Direktur Lelang No.1888/KN.7/2016 tanggal 18 Agustus 2016)
160
Uraian Keterangan
Sektor Usaha - 83 Balai Lelang di
sektor Properti
- 12 di sektor
Kendaraan dan Alat
Berat
- 4 di sektor Benda
Seni
Tempat Kedudukan - 72 Balai Lelang di Tempat kedudukan Balai
Jakarta Lelang tersebar di 9
- 29 Balai Lelang di (sembilan) Kanwil DJKN:
Luar Jakarta Jakarta, Sumut,
Lampung, Banten, Jabar,
Jateng DIY, Jatim, Bali
Nusra, dan Kalselteng.
Status Operasional - 73 Balai Lelang Aktif Keaktifan dilihat dari
- 26 Balai Lelang Tidak kepatuhan pelaporan
aktif dan frekuensi lelang
Balai Lelang
Wilayah kerja Balai Lelang meliputi seluruh wilayah Indonesia (Pasal 14)
Wilayah
Kerja & Sebagai pemohon/penjual atas lelang Noneksekusi Sukarela: Lelang Brg Milik
Kegiatan BUMN/D Persero; BDL; Milik Perwakilan Asing; swasta (Pasal 15 ay (1)
Kegiatan Usaha BL meliputi Jasa Pra Lelang dan Jasa Pasca Lelang untuk
semua jenis lelang (Pasal 16)
Dalam 1 tahun, BL minimal harus melelang 2 kali jasa pra/pasca lelang atau 1
kali sebagai pemohon/penjual
Pasal 22
Pasal 23
Menyerahkan bukti jaminan, rek koran daftar setoran jaminan llg kepada PL
Menyetorkan 50% jaminan wanprestasi ke Kas Negara max.1 hr kerja + 50% sesuai perjanjian
Pasal 23
Menyerahkan bukti lunas ke PL: kwitansi, bukti setor, rek koran, bukti setor bea lelang, PPh Final
Pasal 24-28
Pembinaan
• Pembinaan BL meliputi pembinaan teknis dan administrasi lelang
• Pembinaan langsung al.: sosialisasi, pengarahan, pemeriksaan
• Pembinaan tidak langsung al.: himbauan, tanggapan scr tertulis
Pengawasan
• Pengawasan scr langsung al.: pemeriksaan catatan/adm. BL, kinerja, laporan, dan pengaduan
• Pengawasan scr tidak langsung al.: verifikasi dan evaluasi laporan2 BL
Pasal 29
Dalam melakukan kegiatannya, Balai Lelang dilarang:
Melakukan kegiatan usaha di luar izin, trmsk pemanggilan debitor, debt collector
Pasal 30
Bila kewajibannya
1 bulan tdk selesai, msh
• Surat • Pembekuan Izin berkegiatan usaha,
Peringatan • Surat Operasional
alih saham, ubah
• Oleh Kanwil Peringatan • Dirjen atas
usulan Kanwil manajemen
Terakhir
• Oleh Kanwil • Pencabutan Izin
1 bulan 6 bulan Operasional
• Oleh Dirjen
Pasal 30
Bila terlambat setor Bea Lelang ke Kas Negara max. 1 hari kerja setelah
Denda harga lelang dibayar pembeli
Denda 2% per bulan dari jumlah yang terlambat dibayar
Denda disetor ke kas negara sbg PNBP dg MAP Bea Lelang, lapor ke
kanwil dan Dirjen
Pasal 40
Pasal 41
Balai Lelang wajib menyampaikan (laporan dengan format
standar):
Laporan disampaikan kepada Dirjen cq. Direktur Lelang dan Ka Kanwil setempat paling lambat tanggal 10 (sepuluh) sesudah bulan
laporan.
Laporan Tahunan paling lambat tanggal 10 sesudah tahun laporan
Direktorat Lelang - DJKN
PENGETAHUAN BALAI LELANG
Terima Kasih