Anda di halaman 1dari 18

PERBANDINGAN PROSES LELANG DI INDONESIA DENGAN

PROSES LELANG DI BELANDA


Diajukan Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Nilai Terstuktur II
Mata Kuliah Hukum Lelang
Dosen :
Siti Noer Endah, S.H.,M.Kn

Oleh:
KELOMPOK 3

Achmad Adi Nugraha 176010200111059


Anggerita Adisty 176010200111060
Maria Nova 176010200111061
Muhammad Alfin 176010200111062
Rico Aldiano 176010200111063
Rizqi Halimatus Sadiah 176010200111064
Kania Galuh Savitri 176010200111065
Intan Nur Heravanti 176010200111066

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MAGISTER KENOTARIATAN
FAKULTAS HUKUM
MALANG
2018
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kata lelang merupakan terjemahan dari bahasa Inggris, auction yang
berasal dari bahasa latin augere/auctus yang artinya meningkat (augment/to
increase).1 Pengertian lelang berdasarkan Pasal 1 angka 1 Peraturan Menteri
Keuangan Republik Indonesia Nomor 27/PMK.06/2016 Tentang Petunjuk
Pelaksanaan Lelang adalah penjulan barang yang terbuka untuk umum
dengan penawaran harga secara tertulis dan/atau lisan yang semakin
meningkat atau menurun untuk mecapai harga tertinggi, yang didahului
dengan pengumuman lelang.
Penjualan secara lelang dapat dipastikan telah dilakukan sejak ratusan
tahun sebelum masehi akan tetapi tidak ada satu orang pun yang mengetahui
kapan pertama kali lelang di laksanakan. Menurut tulisan yang di tulis oleh
Herodotus bahwa sekitar 500 (lima ratus) tahun sebelum masehi bangsa
Yunani setiap tahun telah sering melakukan wedding auction, yaitu lelang
anak perempuan dewasa untuk dijadikan sebagai isteri. Hal tersebut
dikarenakan pada masa itu, seorang anak perempuan tidak boleh dijual selain
dengan cara lelang. Pada wedding auction ini, perempuan yang berwajah
menarik akan memperoleh banyak penawaran dengan harga tinggi.
Sedangkan perempuan yang kurang menarik seringkali harus menambahkan
mas kawin atau menawarkan barang berharga kepada peserta agar bersedia
mengajukan penawaran sesuai dengan nilai limit sehingga dapat terjual secara
lelang.
Di Indonesia lelang secara resmi masuk dalam Perundang-undangan
sejak tahun 1908, yaitu dengan diberlakukannya staatsblad 1908 nomor 189
tentang Vendu Reglement dan staatsblad 1908 nomor 190 tentang Vendu
Instructie. Peraturan-peraturan dasar lelang ini masih berlaku hingga saat ini

1
Wahyu Hidayat, Sejarah Lelang, https://www.djkn.kemenkeu.go.id/2013/artikel/sejarah-
lelang, diakses pada 25 November 2018, pukul 22.00 WIB.
dan menjadi dasar hukum penyelenggaraan lelang di Indonesia.2 Peraturan
Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 27/PMK.06/2016 Tentang
Petunjuk Pelaksanaan Lelang mengatur secara eksplisit jenis lelang di
Indonesia yang terdapat dalam Pasal 5, yaitu:
1. Lelang Eksekusi;
2. Lelang Noneksekusi Wajib; dan
3. Lelang noneksekusi sukarela.
Di negara Belanda, pelaksanaan Lelang di Belanda atau disebut Dutch
Auction menerapkan sistem harga menurun dimana Pejabat Lelang
menentukan harga permulaan dan membatasi harga pada saat menurun
sampai dengan Pejabat Lelang menemukan penawar dengan harga khusus.
Sistem ini menghasilkan harga yang lebih baik bagi penjual berdasarkan
keputusan yang bergantung pada keadaan pasar. Dalam lelang Belanda,
Pejabat Lelang memulai dengan menyebutkan harga yang cukup tinggi
sehingga tidak ada penawar yang mau membeli unit itu dengan harga itu pula.
Harga itu kemudian secara berangsur-angsur menjadi rendah sampai seorang
penawar menerima penawaran dengan harga tersebut.3 Jenis lelang di
Belanda, terdiri dari :
1. Lelang eksekusi berupa lelang properti, khususnya Hak Tanggungan
2. Lelang Sukarela seperti lelang kendaraan bermotor, lelang Branded
items, lelang benda seni dan lelang bunga. Lelang bunga di Belanda
merupakan lelang terbesar dan merupakan lelang paling terkenal di
dunia.
Perbedaan lelang di Indonesia dengan lelang di Belanda dari segi
kewenangan penyelengaraan lelang yaitu pada lelang di Belanda lelang
barang sitaan Bea Cukai, Kejaksaan, dan lain-lain. dilaksanakan oleh State
Property Service (Domeinen) dan lelang barang sitaan pajak dilakukan oleh
kantor pajak (tax office) serta untuk lelang Hak Tanggungan dilakukan oleh
notaris atau jurusita (public notary/bailiff) yang ditunjuk oleh pengadilan.

2
Ibid.
3
Purnama Tioria Sianturi, Perlindungan Hukum Terhadap Pembeli Barang Jaminan
Tidak Bergerak Melalui Lelang, Mandar Maju. Bandung, 2013, hlm 45-46.
Sedangkan lelang di Indonesia dilaksanakan oleh Kantor Pelayanan
Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) untuk semua jenis lelang baik lelang
eksekusi maupun lelang noneksekusi dan Balai Lelang untuk Lelang
Noneksekusi Sukarela dengan Pejabat Lelang kelas I (satu) atau Pejabat
Lelang kelas II (dua) sedangkan untuk Lelang Noneksekusi Sukarela
diselenggarakan oleh Pejabat Lelang Kelas II (dua).4 Sehubungan dengan
perbedaan dari segi kewenangan penyelengaraan lelang di Indonesia dengan
lelang di Belanda maka penulis akan membahas lebih lanjut mengenai
Perbandingan Proses Lelang di Indonesia dengan Proses Lelang di Belanda.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan uraian di atas maka yang menjadi pokok
permasalahan adalah Bagaimana perbandingan proses lelang di Indonesia
dengan proses lelang di Belanda?
C. Tujuan
Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui, mendeskripsikan,
dan mengkaji perbandingan proses lelang di Indonesia dengan proses lelang
di Belanda.

4
Direktorat Lelang DJKN, Perbandingan Lelang Indonesia dan Luar Negeri,
https://klc.kemenkeu.go.id/wp-content/uploads/2016/08/Perbandingan-Lelang-Indonesia-
dan-Luar-Negeri.pdf, diakses pada 26 November 2018, pukul 1:16 WIB.
BAB II
PEMBAHASAN
Perbandingan Proses Lelang Di Indonesia Dengan Proses Lelang Di Belanda

Berlakunya hukum lelang di Indonesia merupakan salah satu akibat dari


diberlakukannya asas konkordansi yaitu suatu asas yang melandasi
diberlakukannya hukum Eropa atau hukum di negeri Belanda pada masa itu
untuk diberlakukan juga kepada Golongan Eropa yang ada di Hindia Belanda
(Indonesia pada masa itu). Dengan kata lain, terhadap orang Eropa yang berada di
Indonesia diberlakukan hukum perdata asalnya yaitu hukum perdata yang berlaku
di negeri Belanda. Sehingga hukum lelang di belanda masih digunakan sampai
saat ini di Indonesia sebagai negara jajahannya.
Kehadiran lelang di Indonesia sudah ada sejak zaman Hindia Belanda, hal
itu terbukti dengan adanya peraturan yang mengatur tentang lelang yaitu Vendu
Reglement (Undang-Undang Lelang) yang termuat dalam ordonasi 28 Februari
1908 Staatsblad 1908 nomor 189 sebagaimana terakhir diubah dengan Staatsblad
1941 nomor 3 yang berlaku sejak 1 April 1908, dan Vendu Instructie (Intruksi
Lelang) yang termuat dalam Staatsblad 1908 nomor 190 sebagaimana terakhir
diubah dengan Staatsblad 1930 nomor 85. Vendu Reglement merupakan peraturan
setingkat peraturan pemerintah, tetapi peraturan lelang yang tertinggi hingga saat
ini. Oleh karena itu, tidak salah jika Vendu Reglement disebut sebagai undang-
undang lelang. Sebagai pelaksanaan Vendu Reglement diundangkan peraturan
pelaksanaanya yaitu Vendu Instructie Ordonantie yang lazim disebut dengan
instruksi lelang. Sebagai tindaklanjut dari Vendu Reglement dan Vendu Instructie
diterbitkanlah ketentuan pelaksanaan lelang yang termuat dalam Peraturan
Menteri Keuangan nomor 27/PMK.06/2016 tentang petunjuk pelaksanaan lelang,
Peraturan Menteri Keuangan nomor 174/PMK.06/2010 tentang pejabat lelang
kelas I yang terakhir diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan nomor
158/PMK.06/2013 tentang Pejabat Lelang Kelas I, Peraturan Menteri Keuangan
nomor 175/PMK.06/2010 tentang pejabat lelang kelas II yang Terakhir diubah
dengan Peraturan Menteri Keuangan nomor 159/PMK.06/2013 tentang Pejabat
Lelang Kelas II, Peraturan Menteri Keuangan nomor 176/PMK.06/2010 tentang
balai lelang yang terakhir diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan nomor
160/PMK.06/2013 tentang balai lelang.5 Dalam tulisan ini penulis membedakan
proses lelang di Indonesia dengan di Belanda dengan membandingkan hal-hal
sebagai berikut:
A. Pejabat Lelang
Ketentuan dalam Pasal 1 ayat (14) Peraturan Menteri Keuangan Nomor
93/KMK.06/2010 tentang petunjuk pelaksana lelang memberikan pengertian
Pejabat Lelang (Vendumeester sebagaimana dimaksud dalam VR) adalah orang
yang berdasarkan peraturan undang-undang diberi kewenangan khusus untuk
melaksanakan penjualan barang secara lelang.
Pejabat Lelang adalah jabatan fungsional selaku pejabat umum yang
melayani masyarakat untuk melaksanakan lelang dalam setiap pelelangan
pejabat lelang berfungsi untuk meneliti dokumen persyaratan lelang,
memberikan informasi lelang, memimpin lelang serta sebagai bendahara.
Dengan demikian pejabat lelang tidak hanya menyaksian jalannya lelang saja
melainkan berperan aktif dalam pemeriksanan keabsahan berkas lelang,
menyelengarakan penjualan secara adil, efisien, terbuka, akuntabilitas, dan juga
membuat akta otentik risalah lelang.6
Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor
27/PMK.06/2016 tentang petunjuk pelaksanaan lelang dalam Pasal 9 diatur
bahwa terdapat dua jenis pejabat lelang yaitu Pejabat Lelang kelas I dan
Pejabat Lelang Kelas II, Pejabat Lelang kelas I berwenang melaksanakan
lelang untuk semua jenis lelang atas permohonan penjual, dan Pejabat Lelang
Kelas II berwenang melaksanakan lelang noneksekusi sukarela atas
permohonan balai lelang atau penjual . Pejabat lelang kelas I adalah pejabat
lelang pegawai Direktorat Jenderal Kekayaan Negara yang diangkat sebagai
pejabat lelang dan berwenang melaksanakan lelang eksekusi, lelang

5
Rachmadi Usman, Hukum Lelang, Sinar Grafika, Jakarta, 2016, hlm 16
6
Habib Adjie, Bahan Bacaan Mahasiswa Program Studi Magister Kenotariatan
Universitas Sebelas Maret Surakarta, Surabaya, 2015 hlm. 20
noneksekusi wajib dan lelang noneksekusi sukarela, sedangkan pejabat lelang
kelas II adalah pegawai negeri sipil selain pejabat lelang kelas I yang diberi
tugas tambahan sebagai pejabat lelang atau orang yang bukan dari pegawai
negeri sipil yang diberikan wewenang oleh menteri keuangan sebagai pejabat
lelang kelas II dengan melalui pengangkatan.Tugas pejabat lelang adalah
melakukan persiapan lelang, melaksanakan lelang di depan umum serta
melakukan kegiatan setelah terjadi pelelangan, Pejabat lelang kelas I
berwenang untuk melakukan lelang eksekusi dan non eksekusi untuk semua
jenis lelang berdasarkan permohonan dari pemilik barang/penjual
Peran dan tanggung jawab Pejabat Lelang terhadap keabsahan dokumen
lelang dapat dilihat dari tahap ketahap dalam proses pelelangan diantaranya
adalah tahap persiapan lelang, tahap pelaksanaan lelang dan tahap setelah
lelang yang berkaitan dengan dokumen lelang. Dalam tahap persiapan lelang
Pejabat Lelang bertanggung jawab terhadap kebenaran dokumen dengan
melakukan verifikasi atas semua dokumen yang diajukan oleh pemohon lelang,
bertanggung jawab atas pengecekan keterangan dan kebenaran dokumen antara
satu dan lainnya yang saling terkait. Dalam pelaksanaan lelang Pejabat Lelang
harus bersikap bijaksana, jujur, adil melaksankan tugasnya sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan, dalam melakukan penawaran harga
sesuai dengan nilai yang telah ditentukan oleh pemohon lelang atau pemilik
barang. Tahap setelah pelaksanaan lelang terjadi Pejabat Lelang wajib
membuat risalah lelang, guna menjamin kepastian hukum bagi para pihak yang
berkepentingan dalam pelelangan tersebut khususnya terhadap pemenang
lelang atau pembeli guna suatu peralihan hak.7
Negara Belanda Pelaksanaan pelaksanan lelang mengacu pada peraturan
umum penjualan dalam Dutch Civil Code,semua orang dapat menjadi pejabat
lelang atau auctioneer , terutama untuk auctioneer lelang sukarela dengan
syarat harus memiliki sertifikat auctioneer dengan mengikut training dan lulus
ujian yang diselengarakan asosiasi (FTMV), Bukti credit worthy (bank

7
Pambudi, E. S. (2017). Peran dan Tanggungjawab Pejabat Lelang terhadap Keabsahan
Dokumen dalam Pelelangan (Studi KPKNL Madiun). Jurnal Repertorium 4(2), Hal 118-
126
statement), serta mempraktekan dengan benar dan akan diperbarui setiap 5
tahun sekali. Selain itu, terdapat pula SAuction host kontrak yaitu dengan cara
penjual Penilaian barang, menyiapkan daftar barang (lot), Advertising/katalog,
pelaksanaan lelang, Penyelesaian pembayaran, Shipping (jika diminta, cost
menjadi tanggungan pembeli.
Tugas dan fugsi dari auctioner di Indonesia dan Belanda hampir sama
kecuali terkait pelaksanaan lelang barang stan ea Cukai, kejaksaan, dll
dilakukan oleh State Propety Servise (Domeinen) dan lelang barang sitaan
pajak dilakukan oleh kantor pajak (tax office) , untuk lelang hak tanggungan
dilakukan oleh notaris/jurusita yang ditunjuk oleh pengadilan.8

B. Jenis Lelang
Dalam pelaksanaannya berdasarkan pasal 5 PMK no 27 tahun 2016,
Lelang dibedakan menjadi tiga jenis yaitu :
a. Lelang Eksekusi
Lelang Eksekusi adalah lelang yang dilakukan guna pelaksanaan titel
eksekutorial, termasuk dalam lelang eksekusi ini adalah lelang
pelaksanaan putusan pengadilan/eksekusi pengadilan, lelang harta pailit,
lelang eksekusi hak tanggungan, lelang aset fiducia, lelang eksekusi
barang rampasan kejahatan, lelang barang yang tidak dikuasai/dikuasai
negara, lelang eksekusi PUPN, lelang eksekusi pajak, dan lainnya
b. Lelang Non Eksekusi wajib.
Lelang Non Eksekusi Wajib adalah lelang untuk melaksanakan penjualan
(biasanya oleh BUMN, BUMD, atau instansi pemerintah non PNS) yang
diwajibkan oleh Peraturan Perundang - Undangan yang berlaku untuk
dijual melalui lelang.
c. Lelang Non Eksekusi Sukarela.
Lelang Non Eksekusi Sukarela adalah lelang untuk melaksanakan
penjualan barang milik perorangan, kelompok masyarakat atau badan

8
Direktorat Lelang DJKN, Perbandingan lelang di indonesia dan luar negeri,
https://klc.kemenkeu.go.id, acces 27 November 2018
swasta yang dilelang secara sukarela oleh pemiliknya, termasuk BUMN/D
berbentuk persero.9
Di Negara Belanda Sendiri, lelang dibagi menjadi 2 yaitu lelang eksekusi
dan lelang sukarela.
a. Lelang Eksekusi, biasanya dalam bidang Properti, khususnya Hak
Tanggungan. Dalam lelang eksekusi dikenal dengan beberapa ketentuan,
seperti :
- Foreclosed properties, yaitu proses lelang ini ditangani oleh Pengadilan
- Besaran penawaran minimal 20% dari standar harga penjualan yang
ditetapkan pengadilan
- Ada bidding deposit
- Jika wanprestasi, maka bidding deposit hangus.
b. Lelang Sukarela, biasanya dalam hal kendaraan bermotor, Branded Items,
Benda Seni dan Bunga.
Tabel 1
Ketentuan Lelang Sukarela di Belanda Berdasarkan Obyeknya

Benda Seni Kendaraan Bermotor Bunga


- Peserta harus menjadi - Pengguna jasa lelang - Penjual dan pembeli
member balai lelang harus menjadi member harus merupakan
tertentu dan berstatus korporasi flower shop yang
- Dikenakan (bukan perorangan) mendapat license dari
consignment fee - Kejujuran dan dinas daerah setempat
(including insurance, kepercayaan - Obyek yang dijual : cut
packing, shipping fee), - Penawaran online flower dan pot plant
buyer’s premium, (melalui sistem) - Penawaran: online
storage fee dan salex - Barang yang dilelang bidding (datang ke hall
tax punya nilai limit, atau melalui internet)
- Penawaran melalui namun tidak menutup - Cara penawaran : turun
online bidding, kemungkinan turun
telephone bidding, dan penjualan dibawah - Pembayaran : cash atau
absentee bidding nilai limit bank account
- Sistem penentuan - Selain harga lelang,
pemenang : Hammer pembeli menanggung

9
Pasal 5 PMK NO 27 Tahun 2016
price shipping cost dan VAT
- Ada range estimasi (5%)
harga untuk tiap - Dapat diakses melalui
barang situs yang
- Adanya katalog menyediakan jasa
- Pembayaran : cash, sebagai connection
bank account, cheque, company lelang
Credit Card mostly
not accepted
Nama balai lelang: Nama balai lelang: Nama balai lelang:
- Shinwa Art Auction - USS - Aucnet
- Mainichi Auction - Aucnet - Ota Floriculture
- JBA - Auction Co
- TAA
- NAA

C. Persiapan dan Proses Pelaksanaan Lelang


Persiapan lelang ini diatur dalam Pasal 11 sampai dengan Pasal 62 Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 27/PMK.06/2016 tentang Perubahan Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 106/PMK.06/2013 tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang. Pada
tahap persiapan ini ada 6 kegiatan yang harus dilakukan, yaitu permohonan lelang,
tempat lelang, syarat lelang, penundaan pembatalan lelang, uang jaminan lelang,
dan pengumuman lelang.10 Tahap persiapan lelang adalah sebagai berikut:
a. Berdasarkan Pasal 1 (1) Penjual mengajukan permohonan lelang secara
tertulis kepada Kepala KPKLN dengan dilampiri dokumen persyaratan
lelang. Berdasarkan Pasal 5 Keputusan Direktorat Jenderal Kekayaan Negara
Nomor PER-03/KN/2010 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Lelang
tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Lelang, dokumen persyaratan lelang
yang bersifat umum terdiri dari salinan/ fotocopy Surat Keputusan
Penunjukan Penjual, syarat lelang dari Penjual (apabila ada) dan daftar barang
yang akan dilelang. Dokumen persyaratan lelang yang bersifat khusus.
Berdasarkan Pasal 7 keputusan tersebut berbeda pada setiap jenis lelang,
antara lain untuk:
10
Sari, N. K. D. R., Sudiarto, & DJumardin. (2017). Perlindungan Hukum Pembeli Lelang
atas Objek Hak Tanggungan dalam Perkara Sertifikat Ganda. Jurnal IUS, 5(2), 302
1) Lelang barang milik Pemerintah Pusat/ Daerah dipersyaratkan adanya
salinan/ fotocopy Surat Keputusan Penghapusan dari Menteri/ Ketua
lembaga/ kepala Daerah/ Pejabat yang bewenang, salinan/fotocopy Surat
keputusan tentang Pembentukan Panitia Lelang, dan asli dan fotocopy
bukti kepemilikan hak.
2) Lelang barang milik BUMN/BUMD dokumen khususnya adalah salinan/
fotocopy Surat Keputusan Persetujuan Penghapusan Barang dari Menteri
yang bersangkutan/ Dewan Komisaris atau kepala Daerah / Kepala
DPRD, salinan / fotocopy Surat Keputusan Penghapusan dari Direksi /
Kepala Daerah, salinan/fotocopy bukti kepemilikan hak.
3) Lelang BPPN syaratnya terhadap aset dalam restrukturisasi yang bukan
berasal dari sitaan BPPN termasuk aset milik Bank Take Over (BTO),
Bank Beku Kegiatan Usaha (BBKU) dan Bank Dalam Likuidasi (BDL)
dokumennya berupa surat Keputusan Penjualan Barang dari Ketua BPPN
dan bukti kepemilikan atas barang yang akan dilelang, terhadap aset
dalam restrukturisasi yang berasal dari sitaan BPPN, dokumennya berupa
salinan/fotocopy Surat Paksa, salinan/ fotocopy Surat Keputusan
Penyitaan, salinan/ fotocopy Berita Acara Sita, salinan/ fotocopy Surat
Keputusan Penjualan Barang Sitaan dan Bukti kepemilikan atas barang
yang akan dilelang. Dalam hal bukti kepemilikan dimaksud tidak
dikuasai, harus ada pernyataan tertulis dari penjual bahwa barangbarang
tersebut tidak disertai bukti kepemilikan dengan disertai alasan.
4) Lelang Sukarela, disyaratkan adanya surat kuasa untuk menjual dari
Pemilik apabila Penjual bukan Pemilik, surat pernyataan dari Pemilik
bahwa barang tidak dalam sengketa, surat pernyataan dari Penjual yang
akan bertanggung jawab apabila terjadi gugatan perdata atau tuntutan
pidana, dan asli dan fotocopy bukti kepemilikan hak.
b. Surat Permohonan Lelang dicatat dalam buku agenda surat masuk kemudian
dibuat tanda terima untuk Permohonan Lelang.
c. Berkas Permohonan Lelang, tanda terima dan lembar disposisi
disampaikan kepada Kepala KPKLN yang kemudian diserahkan kepada
Kepala Seksi Pelayanan Lelang/ Kepala Seksi Lelang untuk melakukan
penelitian kelengkapan berkas dokumen persyaratan lelang, melaporkan
hasil penelitian tersebut, mengusulkan nama Pejabat Lelang yang akan
melaksanakan lelang dengan dilampiri konsep surat kepada Penjual yang
berisi penetapan hari/tanggal lelang, permintaan untuk membuat
Pengumuman Lelang dan menyampaikan bukti pengumumannya kepada
KPKLN, serta permintaan kepada Penjual untuk memberitahukan rencana
pelaksanaan lelang kepada penghuni (khusus barang tidak bergerak).
d. Pejabat lelang melengkapi dokumen persyaratan lelang berupa Surat
Keterangan Tanah (SKT) dari Kantor Pertanahan apabila dipersyaratkan,
bukti Pengumuman Lelang yang telah disampaikan oleh Penjual, dan Nilai
Limit selambat-lambatnya pada saat akan dimulainya pelaksanaan lelang.
Berbeda dengan di negara Belanda terkait persiapan lelang yang dibuat dalam
bentuk katalog-katalog lelang yang ditempatkan ditempat umum sehingga
masyarakat dapat mengetahui lelang tersebut. Walaupun pada dasarnya Lelang
merupakan produk bawaan dari Belanda, dalam praktiknya terdapat beberapa
perbedaan mendasar mengenai proses pelaksanaan lelang di Indonesia dengan
proses lelang di Belanda yaitu sebagai berikut:
Tabel 2
Perbedaan Proses Lelang di Indonesia dengan Proses Lelang di Belanda

Negara Pelaksana Lelang


No. Faktor Pembeda
Indonesia Belanda
1. Penyelenggara Lelang - Kantor Lelang - Tidak ada Kantor
Negara (KPKNL) Lelang Negara.
dengan Pejabat - Lembaga yang
Lelang Kelas I menyelenggarakan
(PNS), Balai lelang lelang adalah
dengan pejabat kelas auctioneer, auction
1 Maupun pejabat company/auction
lelang Kelas II firm/auction
- Supervisi dibawah enterprise/auction
Menteri house.
Keuangan/Kementeri - Auctioneer
an Keuangan (Pejabat Lelang)
adalah swasta dan
dalam
melaksanakan
lelang dapat
berlisensi ataupun
tidak. Pejabat
lelang dapat
berkantor sendiri
atau berkantor di
Perusahaan
Lelang/Rumah
Lelang.
2. Kewenangan - KPKNL: semua jenis - lelang barang
Penyelenggaraan Lelang lelang baik Lelang sitaan Bea Cukai,
Eksekusi maupun Kejaksaan, dll.
Lelang Noneksekusi. dilakukan oleh
- Balai Lelang: Lelang State Property
Noneksekusi Service
Sukarela dengan PL (Domeinen) dan
I/PL II lelang barang
- Pejabat Lelang Kelas sitaan pajak
II: Lelang dilakukan oleh
Noneksekusi kantor pajak (tax
Sukarela office).
- Untuk lelang Hak
Tanggungan
dilakukan oleh
notaris/jurusita
(public
notary/bailiff) yang
ditunjuk oleh
pengadilan.
3. Larangan Menjadi Pembeli - Pejabat Lelang dan - Apabila diminta,
keluarga sedarah pejabat Lelang bisa
dalam garis lurus ke bertindak sebagai
atas dan ke bawah perantara bagi
derajat pertama, Calon Pembeli dan
suami/isteri serta melakukan
saudara sekandung penawaran atas
Pejabat Lelang, nama mereka.
Pejabat Penjual,
Pemandu Lelang,
Hakim, Jaksa,
Panitera, Jurusita,
Pengacara/Advokat,
Notaris, PPAT,
Penilai, Pegawai
DJKN, Pegawai
Balai Lelang dan
Pegawai Kantor PL
Kelas II yang terkait
langsung dengan
proses lelang
dilarang menjadi
peserta lelang.
4. Pungutan Dalam Lelang - Lelang Eksekusi : - Buyers premium
Bea Lelang Pembeli dibayar oleh
dan Bea Lelang Pembeli: 15%, 10%
Penjual • Lelang khusus wine auction
Noneksekusi Wajib: - Bea Materai (stamp
Bea Lelang Penjual, duty) untuk lelang
Bea Lelang Pembeli. properti dan
- Lelang Noneksekusi kendaraan sesuai
Sukarela: oleh Balai tipe kendaraan
lelang di dalam
kawasan berikat &
Balai Lelang di luar
kawasan berikat yang
dibayar Penjual.
- BPHTB: 5% dibayar
Pembeli.
- PPh Pasal 25: 5%
dibayar Penjual.
- Imbalan Jasa (upah
persepsi) Pejabat
Lelang Kelas II
dibayar oleh Balai
Lelang: 1% dari
harga lelang atau
paling sedikit
Rp2.500.000.
5. Cara Penawaran - Dilakukan dengan - Dilakukan dengan
cara naik-naik, turun- cara turun-turun
turun atau secara
tertulis
6. Peserta Lelang - Terbuka bagi setiap - Peserta lelang
masyarakat umum merupakan member
balai lelang tertentu
baik perorangan
maupun korporasi
(untuk lelang
kendaraan)
7. Pembayaran/pelunasan - Tunai - Tunai dan beberapa
Lelang lelang bisa juga
menggunakan Credit
Card (kredit)
8. Pengumuman Lelang - Wajib diumumkan di - Pengumuman
surat kabar atau melalui katalog
media elektronik lelang
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perbandingan proses lelang di Indonesia dengan proses lelang di Belanda
dapat dilihat dari beberapa aspek, pertama dari pejabat lelang di Indonesia
dan di Belanda yakni Di Indonesia terdapat dua jenis pejabat lelang yaitu
Pejabat Lelang kelas I yang berwenang melaksanakan lelang untuk semua
jenis lelang atas permohonan penjual, dan Pejabat Lelang Kelas II yang
berwenang melaksanakan lelang noneksekusi sukarela atas permohonan balai
lelang atau penjual. Sedangkan Pelaksanaan lelang Negara Belanda mengacu
pada peraturan umum penjualan dalam Dutch Civil Code, semua orang dapat
menjadi pejabat lelang atau auctioneer, terutama untuk auctioneer lelang
sukarela dengan syarat harus memiliki sertifikat auctioneer dengan mengikut
training dan lulus ujian yang diselengarakan asosiasi, serta mempraktekan
dengan benar dan akan diperbarui setiap 5 tahun sekali. Kedua, terkait jenis
lelang, di Negara Indonesia lelang terbagi menjadi lelang eksekusi, lelang
non eksekusi wajib dan lelang non eksekusi sukarela sedangkan di Negara
Belanda terdiri atas lelang eksekusi dan lelang sukarela. Ketiga, terkait
persiapan dan proses pelaksanaan lelang. Di belanda, Pelaksanaan Lelang
dibagi dua sesi. Yakni ketika sesi pertama telah dilakukan dan terdapat
penawar harga tertinggi maka dilakukan sesi kedua dimana pemenang pada
sesi pertama tidak boleh ikut. Untuk kemudian ditemukan penawar dengan
harga penawaran lebih tinggi dari pemenang di sesi pertama. Apabila tidak
ditemukan penawar dengan harga lebih tinggi dari penawar pada sesi pertama
maka pemenang pada sesi pertamalah yang menjadi pembeli atau pemenang
lelang yang sah. Berbeda dengan di Indonesia dimana pelaksanaan lelang
hanya dilakukan satu sesi dimana pada sesi ini seketika ditemukan pembeli
atau pemenang lelang yang sah. Secara garis besar hanya sedikit yang
membedakan mengenai lelang di Indonesia dan di belanda karena sejauh ini
Indonesia masih mengadopsi hukum belanda.
B. Saran
Hendaknya pemerintah lebih menyempurnakan pengaturan lelang di
indonesia karena indonesia masih mengadopsi pengaturan lelang negara
belanda agar lebih sesuai dengan kondisi negara indonesia saat ini sehingga
pelaksanaan lelang di indonesia memiliki resiko dan hambatan yang lebih
kecil, dan hendaknya pula pemerintah melakukan sosialisasi mengenai
pelaksanaan lelang kepada masyarakat luas, agar masyarakat paham dan
mengerti bahwa lelang bukanlah cara penjualan barang dengan proses yang
rumit sehingga meningkatkan peminat calon pembeli lelang.
DAFTAR PUSTAKA

Sianturi, Purnama Tioria, 2013, Perlindungan Hukum Terhadap Pembeli


Barang Jaminan Tidak Bergerak Melalui Lelang, Bandung: Mandar
Maju.
Usman, Rachmadi, 2016, Hukum Lelang, Jakarta: Sinar Grafika.

Jurnal

Pambudi, E. S, 2017, Peran dan Tanggungjawab Pejabat Lelang terhadap


Keabsahan Dokumen dalam Pelelangan (Studi KPKNL Madiun). Jurnal
Repertorium 4.
Sudiarto, Sari, N. K. D. R., & DJumardin, 2017, Perlindungan Hukum Pembeli
Lelang atas Objek Hak Tanggungan dalam Perkara Sertifikat Ganda.
Jurnal IUS, 5.

Makalah

Adjie,Habib, 2015, Bahan Bacaan Mahasiswa Program Studi Magister


Kenotariatan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Surabaya.

Internet

Direktorat Lelang DJKN, Perbandingan Lelang Indonesia dan Luar


Negeri, https://klc.kemenkeu.go.id/wp-content/uploads/2016/08/Perbandingan-
Lelang-Indonesia-dan-Luar-Negeri.pdf, diakses pada 26 November 2018.
Wahyu Hidayat, Sejarah Lelang,
https://www.djkn.kemenkeu.go.id/2013/artikel/sejarah-lelang, diakses pada 25
November 2018.

Peraturan Perundang-Undangan
Vendu Reglement
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 27/PMK.06/2016
Tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang

Anda mungkin juga menyukai