Anda di halaman 1dari 27

PENGETAHUAN LELANG

L/O/G/O
DIREKTORAT LELANG
SEJARAH LELANG
Lelang menurut sejarahnya berasal dari bahasa latin auctio yang berarti
peningkatan harga secara bertahap. Para ahli menemukan di dalam literatur
Yunani bahwa lelang telah dikenal sejak 450 tahun sebelum Masehi.

Di Indonesia, lelang secara resmi masuk dalam perundang-undangan sejak


1908, yaitu dengan berlakunya Vendu Reglement, Stbl.1908 No.189 dan Vendu
Instructie Stbl. 1908 No.190. Hal ini terkait dengan pertimbangan pemerintah
Hindia Belanda dalam penjualan barang-barang milik pejabat yang mutasi.
Peraturan-peraturan dasar lelang ini masih berlaku hingga saat ini dan menjadi
dasar hukum penyelenggaraan lelang di Indoensia.
Vendu
Reglement
(1908)
Direktuur van Financient

Inspeksi Lelang

Vendu Kantoren Vendumesteer Klas II

(Batavia, Bandung, Cirebon, (diangkat pada tahun 1919


Semarang, Jogjakarta, untuk menjembatani daerah
Surabaya, Makassar, Banda yang tidak ada Vendu
Aceh, Medan dan Palembang) Kantoren)
AZAS-AZAS LELANG

Beberapa azas yang mendasari ketentuan-ketentuan dalam


peraturan lelang dan tercermin dalam pengertian lelang yang dapat
dikemukakan antara lain adalah:

 Azas Transparansi (Transparency/Publicity),


 Azas Persaingan (Competition),
 Azas Kepastian (Certainty),
 Azas Pertanggungjawaban (Accountability),
 Azas Efisiensi (Efficiency),
1. Azas Transparansi (Transparency/Publicity), artinya
keterbukaan dalam pelelangan. Hal ini tampak antara lain
dari adanya keharusan bahwa setiap pelelangan
didahului dengan pengumuman lelang, baik dalam
bentuk iklan, brosur, atau undangan. Pengumuman
lelang dapat dilakukan melalui media cetak dan atau
media elektronik. Di samping untuk menarik peserta
lelang sebanyak mungkin, pengumuman lelang juga
dimaksudkan sebagai kontrol sosial dan perlindungan
publik.

2. Azas Persaingan (Competition), yaitu karena para


peserta lelang bersaing dan peserta dengan penawaran
tertinggi yang sudah mencapai atau di atas harga limit
yang akan dinyatakan sebagai pemenang.
3. Azas Kepastian (Certainty), artinya independensi Pejabat
Lelang seharusnya mampu membuat kepastian bahwa
penawar tertinggi dinyatakan sebagai pemenang dan bahwa
pemenang lelang yang telah melunasi kewajibannya akan
memperoleh barang beserta dokumennya.

4. Azas Pertanggungjawaban (Accountability), artinya


pelaksanaan lelang dapat dipertanggungjawabkan karena
Pemerintah melalui Pejabat lelang berperan untuk mengawasi
jalannya lelang dan membuat akta autentik yang disebut
Risalah Lelang.

5. Azas Efisiensi (Efficiency), artinya karena lelang dilakukan


pada suatu saat dan tempat yang ditentukan dan transaksi
terjadi pada saat itu juga maka diperoleh efisiensi biaya dan
waktu, karena dengan demikian barang secara cepat dapat
dikonversi menjadi uang.
FUNGSI LELANG

1.Fungsi Privat
2.Fungsi Publik
3.Fungsi Budgeter
1. Fungsi privat lelang terletak pada hakekat
lelang dilihat dari tinjauan perdagangan, di
mana lelang merupakan sarana untuk
mempertemukan penjual dan pembeli
dalam transaksi jual beli barang dengan
cara-cara yang diatur Undang-undang.
2. Fungsi publik tercermin dari tiga hal, yaitu :
a. Mengamankan asset yang dimiliki/dikuasai
negara untuk meningkatkan efisiensi dan
tertib administrasi dari pengelolaan asset
tersebut.
b. Pelayanan penjualan barang dalam rangka
mewujudkan law enforcement yang
mencerminkan keadilan, keamanan dan
kepastian hukum seperti penjualan barang
sitaan Pengadilan, Kejaksaan, Pajak dan
sebagainya.
3. Fungsi Budgeter
Mengumpulkan penerimaan negara dalam
bentuk Bea Administrasi, Bea Lelang dan Uang
Miskin. Dalam hal ini lelang mengemban fungsi
budgetair. Lelang juga dibebani tugas
mengamankan Pajak, antara lain Pajak
Penghasilan (PPh) Pasal 25 atas lelang tanah
atau tanah dan bangunan dan Bea Perolehan
Hak atas Tanah dan atau Bangunan (BPHTB).
DASAR HUKUM LELANG
1. Vendu Reglement
2. Vendu Instructie
3. PP 44 tahun 2003 mengatur tentang tarif PNBP
4. PMK 93/PMK.06/2010 tentang Juklak Lelang
5. PMK 174/PMK.06/2010 tentang Pejabat Lelang Kelas I
6. PMK 175/PMK.06/2010 tentang Pejabat Lelang Kelas II
7. PMK 176/PMK.06/2010 tentang Balai Lelang
8. Per-03/KN/2010 tentang Juknis Lelang
9. Per-06/KN/2009 tentang Administrasi Lelang
Pasal-Pasal
Vendu Reglement yang Masih Aktif:

–Pasal 1 a : Lelang wajib dilakukan dihadapan Pejabat


Lelang.
–Pasal 1 b : Penjual menentukan cara penawaran lelang.
–Pasal 3 : Penggolongan Pejabat Lelang
–Pasal 4 : Lelang diluar tanggungan Pemerintah
–Pasal 5 : Permohonan Lelang
–Pasal 6 : Dispensasi waktu lelang
–Pasal 7 : Kewajiban menerima permohonan lelang
–Pasal 8 : Penetapan Jadwal Lelang
–Pasal 10 : Bea Lelang
–Pasal 19 : Bea Lelang Penjual
–Pasal 20 : Tempat lelang
–Pasal 21 : Syarat-syarat Penjualan
–Pasal 30 : Penentuan pemenang diantara 2 orang
penawar yang sama
–Pasal 32 : Pembelian dengan kuasa (Acta de command)
–Pasal 35 : Risalah Lelang
–Pasal 37 : Bentuk Risalah Lelang
–Pasal 38 : Penandatanganan Risalah Lelang dan bea
meterai untuk minuta
–Pasal 39 : Perbaikan Risalah Lelang
–Pasal 40 : Sanksi bagi Pejabat Lelang
–Pasal 41 : Penyimpanan Risalah Lelang
–Pasal 42 : Salinan/Kutipan/Grosse
–Pasal 45 : Upah persepsi untuk juru lelang tingkat 2
–Pasal 49 : Pengecualian lelang tanpa dihadapan Pejabat
Lelang
Pasal-Pasal Vendu Reglement
yang Tidak Sesuai dengan Kondisi Saat Ini:
– Pasal 1a : Denda atas pelaksanaan lelang tidak
dihadapan Pejabat
Lelang sebesar Rp.10.000,00
– Pasal 2 : Kuasa dari Juru Lelang
– Pasal 9 : Pengawas menentukan paling sedikit berapa
harus ditawar
– Pasal 18 : Uang miskin
– Pasal 22 : Jangka waktu pembayaran harga lelang
selama 3 bulan
– Pasal 23 : Denda atas keterlambatan pembayaran
– Pasal 24 : Tagihan pemerintah mempunyai hak utama
terhadap pembeli
– Pasal 25 : Pembayaran tangguh
– Pasal 26 : Jaminan atas pembayaran tangguh
– Pasal 27 : Pembayaran tangguh lebih dari Rp25
– Pasal 28 : Penolakan pembayaran tangguh
– Pasal 29 : Penunjukan pemenang lelang
dengan pembayaran tangguh
– Pasal 31 : Penilaian jaminan pembeli oleh
Penjual
– Pasal 33 : Tagihan pemerintah
– Pasal 34 : Surat Perintah membayar uang
– Pasal 43 : Pembayaran duplikat kwitansi harus
bayar 25 sen
– Pasal 44 : Biaya perjalanan dan penginapan
juru lelang.
– Pasal 46 : Ketentuan yang lebih dulu dari VR
– Pasal 48 : Juru lelang sebagai pemegang buku
Pasal-Pasal Vendu Reglement
yang Sudah Dihapus/Dicabut:

– Pasal 11 s.d. 17 dihapus


– Pasal 36 dicabut
– Pasal 47 dicabut
PENGERTIAN LELANG

Lelang adalah penjualan barang yang


terbuka untuk umum dengan penawaran
harga secara tertulis dan/atau lisan yang
semakin meningkat atau menurun untuk
mencapai harga tertinggi, yang didahului
dengan Pengumuman Lelang.
PMK No.93/PMK.06/2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang
TERMINOLOGI LELANG
1. Pengumuman Lelang adalah pemberitahuan kepada masyarakat tentang
akan adanya Lelang dengan maksud untuk menghimpun peminat lelang
dan pemberitahuan kepada pihak yang berkepentingan.
2. Lelang Eksekusi adalah lelang untuk melaksanakan putusan/penetapan
pengadilan, dokumen-dokumen lain yang dipersamakan dengan itu,
dan/atau melaksanakan ketentuan dalam peraturan perundang-undangan.
3. Lelang Noneksekusi Wajib adalah lelang untuk melaksanakan penjualan
barang yang oleh peraturan perundang-undangan diharuskan dijual secara
lelang.
4. Lelang Noneksekusi Sukarela adalah lelang atas barang milik swasta, orang
atau badan hukum/badan usaha yang dilelang secara sukarela.
5. Kantor Pejabat Lelang Kelas II adalah kantor swasta tempat kedudukan
Pejabat Lelang Kelas II.
6. Balai Lelang adalah Badan Hukum Indonesia berbentuk Perseroan Terbatas
(PT) yang khusus didirikan untuk melakukan kegiatan usaha di bidang
lelang.
TERMINOLOGI LELANG
7. Pejabat Lelang adalah orang yang berdasarkan peraturan perundang-
undangan diberi wewenang khusus untuk melaksanakan penjualan barang
secara lelang.
8. Pejabat Lelang Kelas I adalah Pejabat Lelang pegawai Direktorat Jenderal
Kekayaan Negara yang berwenang melaksanakan Lelang Eksekusi, Lelang
Noneksekusi Wajib, dan Lelang Noneksekusi Sukarela.
9. Pejabat Lelang Kelas II adalah Pejabat Lelang swasta yang berwenang
melaksanakan Lelang Noneksekusi Sukarela.
10. Pemandu Lelang (Afslager) adalah orang yang membantu Pejabat Lelang
untuk menawarkan dan menjelaskan barang dalam suatu pelaksanaan
lelang.
11. Pengawas Lelang (Superintenden) adalah pejabat yang diberi kewenangan
untuk melakukan pembinaan dan pengawasan kepada Pejabat Lelang.
TERMINOLOGI LELANG
7. Legalitas formal subjek dan objek lelang adalah suatu kondisi dimana
dokumen persyaratan lelang telah dipenuhi oleh pemohon lelang/Penjual
sesuai jenis lelangnya dan tidak ada perbedaan data, menunjukkan
hubungan hukum antara pemohon lelang/Penjual (subjek lelang) dengan
barang yang akan dilelang (objek lelang), sehingga meyakinkan Pejabat
Lelang bahwa subjek lelang berhak melelang objek lelang, dan objek lelang
dapat dilelang.
8. Lelang Ulang adalah pelaksanaan lelang yang dilakukan untuk mengulang
lelang yang tidak ada peminat, lelang yang ditahan atau lelang yang
Pembelinya wanprestasi.
9. Nilai Limit adalah harga minimal barang yang akan dilelang dan ditetapkan
oleh Penjual/Pemilik Barang.
TERMINOLOGI LELANG
10. Harga Lelang adalah harga penawaran tertinggi yang diajukan oleh peserta
lelang yang telah disahkan sebagai pemenang lelang oleh Pejabat Lelang.
11. Pokok Lelang adalah Harga Lelang yang belum termasuk Bea Lelang pembeli
dalam lelang yang diselenggarakan dengan penawaran harga secara ekslusif
atau Harga Lelang dikurangi Bea Lelang pembeli dalam lelang yang
diselenggarakan dengan penawaran harga secara inklusif.
12. Hasil Bersih Lelang adalah Pokok Lelang dikurangi Bea Lelang Penjual
dan/atau Pajak Penghasilan atas penghasilan dari pengalihan hak atas tanah
dan/atau bangunan (PPh Final) dalam lelang dengan penawaran harga lelang
ekslusif, dalam lelang dengan penawaran harga inklusif dikurangi Bea Lelang
Pembeli.
13. Kewajiban Pembayaran Lelang adalah harga yang harus dibayar oleh Pembeli
dalam pelaksanaan lelang yang meliputi Pokok Lelang dan Bea Lelang
Pembeli.
TERMINOLOGI LELANG
14. Bea Lelang adalah bea yang berdasarkan peraturan perundang-undangan,
dikenakan kepada Penjual dan/atau Pembeli atas setiap pelaksanaan lelang,
yang merupakan Penerimaan Negara Bukan Pajak.
15. Risalah Lelang adalah berita acara pelaksanaan lelang yang dibuat oleh
Pejabat Lelang yang merupakan akta otentik dan mempunyai kekuatan
pembuktian sempurna.
16. Minuta Risalah Lelang adalah Asli Risalah Lelang berikut lampirannya, yang
merupakan dokumen/arsip Negara.
17. Salinan Risalah Lelang adalah salinan kata demi kata dari seluruh Risalah
Lelang.
18. Kutipan Risalah Lelang adalah kutipan kata demi kata dari satu atau beberapa
bagian Risalah Lelang.
19. Grosse Risalah Lelang adalah Salinan asli dari Risalah Lelang yang berkepala
"Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.
JENIS LELANG

LELANG EKSEKUSI

LELANG NONEKSEKUSI WAJIB

LELANG NONEKSEKUSI SUKARELA


LELANG EKSEKUSI
Lelang Eksekusi termasuk tetapi tidak terbatas pada:
1. Lelang Eksekusi Panitia Urusan Piutang Negara (PUPN),
2. Lelang Eksekusi Pengadilan,
3. Lelang Eksekusi Pajak,
4. Lelang Eksekusi Harta Pailit,
5. Lelang Eksekusi Pasal 6 Undang-Undang Hak Tanggungan (UUHT),
6. Lelang Eksekusi Benda Sitaan Pasal 45 Kitab Undang-Undang Hukum
Acara Pidana (KUHAP),
7. Lelang Eksekusi Barang Rampasan,
8. Lelang Eksekusi Jaminan Fidusia,
9. Lelang Eksekusi Barang yang Dinyatakan Tidak Dikuasai atau Barang yang
Dikuasai Negara-Bea Cukai,
10. Lelang Barang Temuan,
11. Lelang Eksekusi Gadai,
12. Lelang Eksekusi Benda Sitaan Pasal 18 ayat (2) Undang-Undang Nomor
31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001.
LELANG NONEKSEKUSI WAJIB

Lelang Eksekusi termasuk tetapi tidak terbatas pada:

1. Lelang Barang Milik Negara/Daerah,

2. Lelang Barang Milik Badan Usaha Milik Negara/Daerah (BUMN/D),

3. Lelang Barang Yang Menjadi Milik Negara-Bea Cukai,

4. Lelang Benda Berharga Asal Muatan Kapal Yang Tenggelam

(BMKT), dan

5. Lelang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya dari tangan pertama.


LELANG NONEKSEKUSI SUKARELA

Lelang Eksekusi termasuk tetapi tidak terbatas pada:

1. Lelang Barang Milik BUMN/D berbentuk Persero,

2. Lelang harta milik bank dalam likuidasi kecuali ditentukan lain oleh

peraturan perundang-undangan,

3. Lelang Barang Milik Perwakilan Negara Asing, dan

4. Lelang Barang Milik Swasta.


Thank You!

L/O/G/O
www.themegallery.com

Anda mungkin juga menyukai