a. Lelang Online
Lelang online dilakukan di situs tertentu dan peserta lelang bisa mengikutinya secara
daring. Jenis lelang ini lebih digemari, mengingat tidak memerlukan waktu dan tenaga
yang besar karena bisa dilakukan dimana saja.
b. Lelang Konvensional
Lelang konvensional dilakukan secara langsung dan bertatap muka antara peserta dan
pejabat lelang.
Berdasarkan pada hukum yang berlaku, Jenis-jenis lelang adalah sebagai berikut:
Lelang Non Eksekusi Wajib adalah lelang untuk melaksanakan penjualan barang yang
oleh peraturan perundang-undangan diharuskan di jual secara lelang. Dalam
pelaksanaan lelang Non Eksekusi Wajib ini, balai lelang hanya sebatas jasa pra lelang
dan atau jasa pasca lelang, bukan sebagai pemohon maupun kuasa pemohon lelang.
Pemilik barang adalah pemohon lelang dan permohonan lelang di mohonkan kepada
kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) yang berwenang. Contoh,
Lelang benda dari Negara atau Daerah., Lelang benda dari Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial, Lelang benda dari Usaha Milik Negara atau Daerah., Lelang aset dari
harta tidak terurus, Lelang aset Bank Indonesia, Lelang kayu dan hasil hutan lainnya,
harus dari tangan pertama Dan sejenisnya.
Beberapa hal yang penting yang harus diperhatikan dalam pengertian lelang ini adalah:
- Balai Lelang menyelenggarakan lelang atas aset yang diserahkan ke Balai Lelang
hingga penyerahan secara fisik kepada pemenang lelang.
- Aset yang dilelang adalah aset yang menurut peraturan yang berlaku tidak dibebani
titel eksekutorial, tidak dikuasai negara serta bukan merupakan aset yang harus
dieksekusi guna pelaksanaan putusan pengadilan.
- Biaya lelang yang harus dibayarkan ke kas negara (BIAD) sebesar 0,3 % dari harga
lelang yang terbentuk.
- Balai Lelang mengajukan surat permohonan lelang ke Kantor Kekayaan Negara dan
Lelang dengan merujuk pada surat kuasa dari penjual ke Balai Lelang.
Contoh dari lelang non eksekusi sukarela adalah Lelang harta bank dalam likuidasi,
Lelang barang perorangan atau swasta, Lelang benda milik BUMN atau BUMD, Lelang
benda dari perwakilan negara luar
c. Lelang Eksekusi
Klausul-klausul ini harus memberikan kepastian secara hukum dan memiliki rasa
keadilan yang pasti agar para peserta lelang dapat memastikan bahwa mereka aman di
dalam hukum karena hak dan kewajibannya dapat terpenuhi.
Berikut adalah Rangkaian kegiatan yang harus dilakukan sebelum hari lelang dan
merupakan bagian yang harus dipersiapkan secara matang dan profesional guna
mengoptimalkan hasil lelang.
Pihak penjual mentandatangani kerjasama dengan kami yang dituangkan dalam suatu
MOU/SPK sebagai perintah kerja untuk melakukan penjualan aset secara lelang yang
dilampiri data aset yang akan dilelang, Surat Kuasa dan Surat Pernyataan.
b. Penerimaan Dokumen
Seluruh copy dokumen mengenai aset yang akan dilelang diberikan oleh
penjual/pemilik aset dan dikumpulkan oleh kami, dimana dokumen aset tersebut
menjadi dasar/landasan “transfer of ownership” (perpindahan kepemilikan)..
Dokumen yang diterima selanjutnya akan dipergunakan dalam pengecekan data dan
aspek hukumnya sebagai berikut:
Khusus aset properti, Surat Keterangan Pendaftaran Tanah (SKPT) harus didapati dari
Kantor Pertanahan setempat guna menjual aset tersebut melalui lelang. SKPT
digunakan sebagai bukti apakah aset tersebut terdapat permasalahan atau tidak untuk
menjamin proses balik nama sertifikat ke calon pembeli.
e. Pengecekan Ke Tata Kota
Apabila diperlukan, kami akan meminta keterangan ke Dinas Tata Kota setempat untuk
melihat kesesuaian bangunan/konstruksi dengan peraturan dan/atau peruntukkan yang
berlaku terutama peruntukkan tanahnya untuk selanjutnya kami akan memberikan
informasi tersebut kepada calon pembeli.
Berdasarkan data dan dokumen yang kami terima, maka kami akan melakukan
peninjauan aset dengan tujuan sebagai berikut:
- Khusus aset properti, meneliti lokasi dan lingkungan sebagai bahan masukan dalam
pertimbangan nilai dan marketability property tersebut.
- Penilaian terhadap aset tersebut untuk menentukan harga limit pada pelaksanaan
lelang. Harga limit adalah harga minimal barang lelang yang ditetapkan oleh
penjual/pemilik barang untuk dicapai dalam suatu pelelangan.
Dibuat rangkuman atau penjelasan secara menyeluruh mengenai keunikan setiap aset
yang akan dijual melalui lelang untuk keperluan pemasaran. Sebelum dilaksanakan
lelang, para calon pembeli dipersilakan untuk melakukan peninjauan aset yang akan
dijual (open house) guna mendapatkan data atau gambaran terhadap aset yang akan
dilelang tersebut.
i. Pengumuman Lelang
- Lelang Eksekusi:
Kecuali untuk barang-barang yang lekas busuk, rusak dan barang berbahaya dapat
dilakukan kurang dari 6 (enam) hari, tetapi tidak boleh kurang dari 2 (dua) hari kerja,
dan khusus untuk ikan dan sejenisnya tidak boleh kurang dari 1 (satu) hari kerja.
c) Barang bergerak yang dijual bersama-sama dengan barang tidak bergerak berlaku
ketentuan yang pertama.
Untuk dapat menjadi peserta lelang, setiap peserta harus menyetor uang jaminan
penawaran lelang, paling sedikit 20% dan paling banyak 100% dari harga limit. Dilarang
menjadi peserta lelang / pembeli : Pejabat Lelang, Penjual, Pemandu Lelang, Hakim,
Jaksa, Juru Sita, Pengacara/ Advokat, Notaris, PPAT, Penilai, Pegawai DJPLN,
Pegawai Balai Lelang dan Pegawai Pejabat Lelang Kelas II, dan pihak yang
tereksekusi/debitur/tergugat/terpidana yang terkait dengan proses lelang tersebut.
- Pemerintah seharusnya membuat Undang- Undang Lelang yang baru yang sesuai
dengan kemajuan bangsa Indonesia karena peraturan lelang yang lama sudah tidak
sesuai dengan perkembangan zaman, guna terwujudnya asas lelang yang terbuka, adil,
persaingan, transparan, kepastian hokum, efisien dan akuntabilitas.
- pemerintah seharusnya membuat peraturan yang lebih spesifik mengenai Balai Lelang
swasta secara online dari segi bentuk fisiknya antara lain definisi, bentuk badan hukum,
tata cara pelaksanaan/prosedur lelang dan perlakuan perpajakkannya terhadap pelaku
bisnis, serta adanya perangkat hukum yang jelas di bidang cyber law salah satunya
yaitu mengenai peraturan yang menjamin keamanan data dalam setiap pelaksanaan
transaksi lelang online sehingga para pihak yang melakukan transaks merasa nyaman
dalam melakukan transaksi melalui bisnis online
6. Nilai Limit adalah harga minimal barang yang akan dilelang dan ditetapkan oleh
Penjual/Pemilik Barang. Menurut PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK
INDONESIA NOMOR 93/PMK.06/2010 tentang PETUNJUK PELAKSANAAN LELANG
bahwa Penetapan Nilai Limit menjadi tanggung jawab Penjual/Pemilik Barang.
Penjual/Pemilik Barang dalam menetapkan Nilai Limit, berdasarkan penilaian oleh
Penilai; atau penaksiran oleh Penaksir/Tim Penaksir. Nilai Limit pada Lelang
Noneksekusi Sukarela atas barang bergerak milik orang, badan hukum/badan usaha
swasta yang menggunakan Nilai Limit ditetapkan oleh Pemilik Barang Dalam hal bank
kreditor akan ikut menjadi peserta pada Lelang Eksekusi berdasarkan Pasal 6 UUHT,
Nilai Limit harus ditetapkan oleh Penjual berdasarkan hasil penilaian dari Penilai. Untuk
Lelang Eksekusi, Lelang Noneksekusi Wajib, dan Lelang Non Eksekusi Sukarela atas
barang tidak bergerak, Nilai Limit harus dicantumkan dalam pengumuman lelang. Untuk
lelang kayu dan hasil hutan lainnya dari tangan pertama serta lelang Non-eksekusi
Sukarela barang bergerak, Nilai Limit dapat tidak dicantumkan dalam pengumuman
lelang. Dalam hal pelaksanaan Lelang Ulang, Nilai Limit pada lelang sebelumnya dapat
diubah oleh Penjual/Pemilik Barang dengan menyebutkan alasan yang dapat
dipertanggungjawabkan. Nilai Limit dibuat secara tertulis dan diserahkan oleh Penjual
kepada Pejabat Lelang paling lambat sebelum lelang dimulai.