Anda di halaman 1dari 6

Semen Portland (OPC = Ordinary Portland Cement) SNI 15-2049-2004

Semen Portland didefinisikan sebagai semen hidrolis yang dihasilkan dengan cara menggiling
terak semen portland terutama yang terdiri atas kalsium silikat yang bersifat hidrolis dan digiling
bersama-sama dengan bahan tambahan berupa satu atau lebih bentuk kristal senyawa kalsium
sulfat dan boleh ditambah dengan bahan tambahan lain
Jenis-jenis semen portland (OPC) pada SNI 15-2049-2004 dikelompokkan berdasar
penggunaannya sebagai berikut :
a. Jenis I yaitu semen portland untuk penggunaan umum yang tidak memerlukan
persyaratan-persyaratan khusus seperti yang disyaratkan pada jenis-jenis lain.
b. Jenis II yaitu semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan ketahanan
terhadap sulfat atau kalor hidrasi sedang.
c. Jenis III semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan kekuatan tinggi pada
tahap permulaan setelah pengikatan terjadi.
d. Jenis IV yaitu semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan kalor hidrasi
rendah.
e. Jenis V yaitu semen portland yang dalam penggunaanya memerlukan ketahanan tinggi
terhadap sulfat

Semen Portland Pozolan (PPC = Portland Pozzolan Cement) SNI 15-0302-2004


Semen Portland Pozolan didefinisikan sebagai suatu semen hidrolis yang terdiri dari campuran
yang homogen antara semen portland dan pozolan halus, yang diproduksi dengan menggiling
klinker semen portland dan pozolan bersama-sama, atau mencampur secara merata bubuk semen
portland dengan bubuk pozolan, atau gabungan antara menggiling dan mencampur, di mana
kadar pozolan 6% sampai dengan 40% massa semen portland.
Jenis-jenis semen portland pozolan (PPC) pada SNI 15-0302-2004 dikelompokkan sebagai
berikut :
Semen Portland Komposit (PCC = Portland Composite Cement) SNI 15-7064-2004
Semen Portland Komposit didefinisikan sebagai bahan pengikat hidrolis hasil penggilingan
bersama-sama terak semen portland dan gips dengan satu atau lebih bahan anorganik, atau hasil
pencampuran antara bubuk semen portland dengan bubuk bahan anorganik lain. Bahan
anorganik tersebut antara lain terak tanur tinggi (blast furnace slag), pozolan, senyawa silikat,
batu kapur, dengan kadar total bahan anorganik 6% - 35 % dari massa semen portland komposit
Jadi semen PCC mengandung 3 unsur utama :
 semen portland (OPC)
 gips
 bahan anorganik (bisa lebih dari 1 macam bahan anorganik : terak tanur tinggi (blast
furnace slag), pozolan, senyawa silikat, batu kapur)

SNI atau standar tentang semen portland dan semen campuran, sebagai acuan pengecekan jenis
dan tipe semen yang digunakan :
 SNI 15-2049-2004 (Semen Portland)
 SNI 15-0302-2004 (Semen Portland Pozolan)
 SNI 15-7064-2004 (Semen Portland Komposit)
 SNI 15-3500-2004 (Semen Portland Campur)

Lelang
Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 27/PMK.06/2016 tentang Pelaksanaan lelang,
pengertian lelang adalah “penjualan benda yang dibuka untuk publik dengan penawaran harga
secara lisan atau tertulis yang semakin menurun atau meningkat untuk mencapai harga tertinggi,
yang sebelumnya didahului dengan pengumuman.”

Cara Kerja Lelang


Lelang adalah kegiatan yang biasanya dilakukan di suatu tempat atau acara. Namun, di era yang
semakin maju ini, banyak lelang yang diselenggarakan secara online melalui media sosial. Untuk
cara kerjanya sendiri, berikut penjelasan mengenai proses lelang.
a. Pemandu lelang adalah orang yang akan mengumumkan dan menunjukkan objek pada
para peserta.
b. Harga dasar lelang adalah harga yang telah ditentukan. Nantinya, pemandu akan
menawarkan objek dengan harga dasar sebagai pembuka.
c. Selanjutnya, peserta lelang bisa mulai menawar harga lebih tinggi dari harga pembuka
sebelumnya.
d. Setiap peserta dipersilahkan untuk memberikan penawaran setinggi-tingginya. Namun
hal ini tidak wajib, tidak masalah jika Anda memilih untuk tidak menawarnya.
e. Setelah ada tawaran tertinggi hingga tidak ada yang melampaui nya, maka pemenang bisa
ditentukan dan objek lelang bisa diberikan.

Berdasarkan Penawaran
Berdasarkan pada penawarannya, jenis-jenis lelang adalah sebagai berikut:
1) Lelang Online
Lelang online dilakukan di situs tertentu dan peserta lelang bisa mengikutinya secara daring.
Jenis lelang ini lebih digemari, mengingat tidak memerlukan waktu dan tenaga yang besar karena
bisa dilakukan dimana saja.
2) Lelang Konvensional
Lelang konvensional dilakukan secara langsung dan bertatap muka antara peserta dan pejabat
lelang.

Berdasarkan Hukum
Berdasarkan pada hukum yang berlaku, Jenis-jenis lelang adalah sebagai berikut:
1) Lelang Non Eksekusi Wajib
 Lelang benda dari Negara atau Daerah.
 Lelang benda dari Badan Penyelenggara Jaminan Sosial.
 Lelang benda dari Usaha Milik Negara atau Daerah.
 Lelang aset dari harta tidak terurus.
 Lelang aset Bank Indonesia.
 Lelang kayu dan hasil hutan lainnya, harus dari tangan pertama.

2) Lelang Non Eksekusi Sukarela


 Lelang harta bank dalam likuidasi.
 Lelang barang perorangan atau swasta.
 Lelang benda milik BUMN atau BUMD.
 Lelang benda dari perwakilan negara luar.

3) Lelang Eksekusi
 Lelang eksekusi pengadilan.
 Lelang eksekusi harta pailit.
 Lelang eksekusi barang rampasan.
 Lelang eksekusi pegadaian.
 Lelang eksekusi jaminan fidusia.

Jenis-jenis Lelang
Berdasarkan perundang-undangan yang berlaku, pelaksanaan lelang dapat dilakukan dalam
3 (tiga) bentuk lelang, yaitu :
1. LELANG NON EKSEKUSI SUKARELA
2. LELANG NON EKSEKUSI WAJIB
3. LELANG EKSEKUSI

1. LELANG NON EKSEKUSI SUKARELA


Lelang Non Eksekusi Sukarela adalah lelang atas barang milik swasta, Orang, Badan
hukum,/badan usaha yang dilelang secara sukarela.
Beberapa hal yang penting yang harus diperhatikan dalam pengertian lelang ini adalah:
a. Balai Lelang menyelenggarakan lelang atas aset yang diserahkan ke Balai Lelang hingga
penyerahan secara fisik kepada pemenang lelang.
b. Aset yang dilelang adalah aset yang menurut peraturan yang berlaku tidak dibebani titel
eksekutorial, tidak dikuasai negara serta bukan merupakan aset yang harus dieksekusi
guna pelaksanaan putusan pengadilan.
c. Biaya lelang yang harus dibayarkan ke kas negara (BIAD) sebesar 0,3 % dari harga
lelang yang terbentuk.
d. Balai Lelang mengajukan surat permohonan lelang ke Kantor Kekayaan Negara dan
Lelang dengan merujuk pada surat kuasa dari penjual ke Balai Lelang.
2. LELANG NON EKSEKUSI WAJIB
Lelang Non Eksekusi Wajib adalah lelang untuk melaksanakan penjualan barang yang oleh
peraturan perundang-undangan diharuskan di jual secara lelang.
a. Dalam pelaksanaan lelang Non Eksekusi Wajib ini, balai lelang hanya sebatas jasa pra
lelang dan atau jasa pasca lelang, bukan sebagai pemohon maupun kuasa pemohon
lelang.
b. Pemilik barang adalah pemohon lelang dan permohonan lelang di mohonkan kepada
kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) yang berwenang.

3. LELANG EKSEKUSI
Lelang Eksekusi adalah lelang untuk melaksanakan putusan atau penetapan pengadilan,
dokumen-dokumen lain yang dipersamakan dengan itu, dan atau melaksanakan ketentuan dalam
peraturan perundang-undangan.
Beberapa hal yang penting yang harus diperhatikan dalam pengertian lelang ini adalah:
a. Balai Lelang selaku ‘pelaksana pra lelang’ artinya pelaksanaan lelang lebih ditekankan
pada Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang, sedangkan pihak Balai lelang
mempersiapkan persiapan lelang hingga pemasaran aset. Pelunasan pembayaran lelang
langsung ke rekening Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang. Dalam
penyelenggaraan lelang, Balai Lelang kerjasama dengan Kantor Pelayanan Piutang dan
Lelang Negara.
b. Kategori aset yang bisa dilelang adalah aset yang dibebani hak tanggungan,
pelaksanaan putusan pengadilan, aset harta pailit, fiducia, gadai, barang rampasan
kepolisian, rampasan bea cukai, dan segala aset yang terdapat titel eksekutorial.
c. Permohonan lelang diajukan oleh Kurator, kreditur/pemegang hak tanggungan,
pemegang fiducia, pemegang gadai, Pengadilan negeri, atau eksekutor ke Kantor
Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang dengan mencantumkan BALINDO selaku ‘Pra
Lelang”.
d. Pengumuman lelang dilakukan di media massa resmi sebagaimana diatur dalam peraturan
yang berlaku.
e. Untuk properti dilakukan 2x dengan selang waktu 15 hari antara pengumuman I dan II
serta sebelum pelaksanaan lelang. Sedangkan barang bergerak dilakukan minimal 1x 7
hari sebelum pelaksanaan lelang.
f. Biaya yang harus dibayar ke kas negara (BIAD) meliputi bea lelang pembeli, bea lelang
penjual, uang miskin dan uang yang ditahan sebagaimana yang diatur dalam peraturan
yang berlaku.

Tujuan dan Fungsi Lelang


Lelang adalah aktivitas yang tentunya tidak luput dari sebuah tujuan dan fungsi. Adapun fungsi
lelang dibedakan menjadi dua yaitu, lelang privat dan publik. Berikut penjelasannya.
1. Fungsi Publik
Fungsi ini terbentuk apabila ada instrumen khusus dalam tugas umum pemerintahan oleh
aparatur negara, hal ini berkaitan dengan:
 Menambah pendapatan negara dari bea lelang.
 Upaya peningkatan efisiensi dan menciptakan administrasi yang tertib melalui
penanganan aset negara.
 Layanan penjualan produk dengan tertib, cepat, aman dan harga yang normal.

2. Fungsi Privat
Fungsi privat hanya meliputi pembeli dan penjual. Tidak ada kaitanya dengan satu atau lain hal
dalam kegiatan ekonomi ini.

Anda mungkin juga menyukai