Anda di halaman 1dari 70

KEABSAHAN LELANG YANG DILAKSANAKAN SECARA

ONLINE MELALUI PLATFORM IBID

TESIS

Oleh:

SONNY GONDO HUDAYA


NRP: 124220515

PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SURABAYA
2023
2

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan teknologi yang pesat, menyebabkan tidak diutamakan lagi

diwajibkan suatu tatap muka di antara pihak yang akan melakukan kontrak, cukup

melalui media internet (Munir Fuady, 2006: 151). Melihat kondisi saat ini dengan

adanya Covid-19 serta adanya kemajuan teknologi internet, maka pertemuan

secara langsung seakan dilakukan seminimal mungkin. Salah satu perbuatan

hukum yang turut dipengaruhi dengan hal tersebut, yaitu lelang atau dalam bahasa

asing disebut Bidding, Auction, atau Vendutie.

Penjualan di muka umum atau lelang adalah suatu penjualan barang yang

dilakukan di depan khalayak ramai di mana harga barang-barang yang ditawarkan

kepada pembeli setiap saat semakin meningkat (Salim HS, 2011: 239). Dalam

ketentuan lain, definisi lelang diatur dalam aturan pokok lelang yang dibawa oleh

belanda Vendu Reglement (VR) Pasal 1 bahwa: “lelang atau penjualan di muka

umum adalah pelelangan atau penjualan barang-barang yang diadakan di muka

umum, dengan penawaran yang makin meningkat, makin menurun, atau dengan

pendaftaran harga, atau di mana kepada orang-orang yang diundang itu untuk

yang sebelumnya telah diberitahukan tentang pelelangan atau penjualan itu

ataupun yang diperkenankan pada pelelangan atau penjualan itu diberi

kesempatan untuk menawar harga dengan cara yang makin meningkat, makin

menurun, atau dengan pendaftaran harga.” Dalam lelang dikenal adanya asas-

asas lelang, di mana asas-asas tersebut tidak dapat terlepas dari pelaksanaan
3

lelang itu sendiri, adapun asas-asas tersebut yaitu, Asas keterbukaan; Asas

keadilan; Asas kepastian hukum; Asas efisiensi; dan Asas akuntabilitas (Hendro

Prahasto dan Siti Isfiati, 2001 : 16).

Peraturan perundang-undangan berikutnya yang mengatur secara rinci

masalah lelang, yaitu Vendu Instructie (Instruksi Lelang) yang dimuat dalam Stb.

1908 Nomor 190 dan mulai berlaku bersamaan dengan berlakunya VR (A.Y.

Dhaniarto, 2021 : 44). Pengaturan lebih lanjut dari ketentuan-ketentuan VR, VI

dan Peraturan Pemerintah mengenai Pungutan Negara pada Lelang sampai dengan

tahun 1990 an tersebar dalam surat-surat edaran dari Direktorat Jenderal Pajak.

Upaya kodifikasi peraturan lelang baru dimulai pada awal tahun 1990 dan

dilanjutkan dengan upaya penyempurnaan peraturan pelaksanaan lelang yang

terus dilakukan seiring dengan perkembangan lelang di Indonesia sampai saat ini,

dengan diterbitkan Petunjuk Pelaksana Lelang sebagai produk hukum Menteri

Keuangan, dua peraturan Menteri Keuangan penting berkaitan dengan penelitian

ini adalah Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 27/PMK.

06/2016 serta yang terakhir Nomor 213/PMK.06/2020 Tentang Petunjuk

Pelaksanaan Lelang.

Lelang dikatakan khusus karena sifat dari lelang yang transparan, terbuka,

dan dengan pembentukan harga secara bersaing. Selain itu, peraturan juga

mengharuskan pelaksanaan lelang dipimpin oleh seorang pejabat lelang (Habib

Adjie, 2015 : 20). Lelang menurut Pasal 1 angka 1 Peraturan Menteri Keuangan

No. 213/PMK.06/2020 adalah: "penjualan barang yang terbuka untuk umum

dengan penawaran harga secara tertulis dan/atau lisan yang semakin meningkat
4

atau menurun untuk mencapai harga tertinggi, yang didahului dengan

Pengumuman Lelang". Selain itu dari segi fungsinya, lelang memiliki dua fungsi

sekaligus, yaitu fungsi privat dan fungsi publik. Fungsi privat lelang merupakan

wadah bagi pasar jual beli barang oleh masyarakat. Fungsi privat ini terletak pada

hakikat lelang dilihat dari sudut pandang perdagangan. Di dunia perdagangan,

lelang merupakan sarana untuk mengadakan perjanjian jual beli.

Jenis lelang dibedakan berdasarkan sebab barang dijual dan penjual dalam

hubungannya dengan barang yang akan dilelang. Sifat lelang ditinjau dari sudut

sebab barang lelang dibedakan antara lain lelang eksekusi, lelang non eksekusi

suka rela dan lelang non eksekusi wajib. Ada dua cara yang digunakan dalam

sistem lelang yaitu lelang terbuka dan tertutup. Lelang tertutup adalah lelang yang

dilakukan dimana peminat mengajukan harga untuk properti yang diminati

didalam amplop tertutup dan dirahasiakan. Dalam sistem lelang tertutup penawar

harga tertinggi tidak di ketahui. Pemenang baru diketahui setelah proses

penawaran dilakukan dan hasilnya diumumkan. Lelang terbuka adalah lelang

yang diadakan oleh balai lelang dimana salah satu contoh peminat properti

dikumpulkan di suatu tempat untuk mengikuti lelang.

Peraturan teknis yang utama mengenai pelaksanaan lelang yang saat ini

berlaku, peraturan Menteri Keuangan Nomor : Peraturan Menteri Keuangan

Nomor 213/PMK.06/2020 tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang, Bab 1 Ketentuan

umum Pasal 1 angka 1, mengatur lelang adalah penjualan barang yang terbuka

untuk umum baik secara langsung maupun melalui media elektronik dengan cara

penawaran harga secara lisan atau tertulis yang didahului dengan usaha
5

mengumpulkan peminat. Pengertian lelang adalah cara penjualan barang yang

terbuka untuk umum dengan penawaran secara kompetisi yang didahului dengan

pengumuman lelang dan upaya mengumpulkan peminat.

Proses lelang berdasarkan peraturan lelang yang berlaku saat ini di

Indonesia, dapat dibagi menjadi dua bagian, antara lain:

1. Proses Lelang melalui Unit Lelang Negara, yaitu lelang yang

diselenggarakan oleh Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang

(KPKNL) yang dilakukan oleh Pejabat lelang Kelas I;

2. Prosedur Lelang melalui Unit Swasta, yaitu lelang yang diselenggarakan

oleh Balai Lelang Swasta yang dilakukan oleh Pejabat Lelang Kelas II.

Pejabat Lelang Kelas I berwenang melaksanakan lelang untuk semua jenis

lelang atas permohonan Penjual/Pemilik Barang. Sedangkan Pejabat Lelang Kelas

II berwenang melaksanakan lelang non-eksekusi sukarela atas permohonan Balai

Lelang atau Penjual/Pemilik Barang (Runi Viola, Vol 8 No 2: 259) Pejabat Lelang

kelas I merupakan pejabat lelang Pegawai Direktorat Jenderal Kekayaan Negara

yang telah diangkat sebagai Pejabat Lelang dan memiliki wewenang

melaksanakan lelang eksekusi, lelang non-eksekusi wajib dan lelang non-eksekusi

sukarela. Sedangkan Pejabat Lelang Kelas II merupakan pegawai negeri sipil

selain Pejabat Lelang kelas I yang memiliki tugas tambahan sebagai Pejabat

Lelang atau orang di luar pegawai negeri sipil yang diangkat dan berwewenang

oleh Menteri Keuangan sebagai Pejabat Lelang Kelas II.

Fungsi Pejabat Lelang tidak hanya menyaksikan lelang tetapi dalam

menyelenggarakan penjualan lelang itu sendiri dan juga dalam pembuatan akta
6

autentik, yaitu Risalah Lelang. Risalah Lelang merupakan produk hukum yang

dibuat oleh Pejabat Lelang yang statusnya sama dengan akta autentik (Diah

Sulistya Ratna Sediati, 2010 : 39).

Suatu penjualan baru dapat dikatakan lelang apabila sudah memenuhi

asas-asas serta unsur-unsur dari lelang. Asas dan unsur lelang sendiri sudah

terkandung dalam lelang terdapat di dalam peraturan lelang di Indonesia yakni

Vendu Reglement dan Vendu Instructie. Menurut Tim Penyusun Rancangan

Undang-Undang Lelang Direktorat Jenderal Piutang dan Lelang Negara Biro

Hukum-Sekretariat Jenderal Departemen Keuangan unsur-unsur tersebut yaitu,

cara penjualan barang; terbuka untuk umum; penawaran dilakukan secara

kompetisi; pengumuman lelang dan atau adanya upaya mengumpulkan peminat

dan cara penjualan barang yang memenuhi unsur-unsur tersebut di atas harus

dilakukan oleh dan atau di hadapan pejabat lelang.

Pelaksanaan lelang melalui internet yang mengikuti dalam peraturan

lelang dan lelang melalui internet yang melalui situs yang tidak terdaftar di DJKN

terdapat perbedaan mendasar, yaitu tidak adanya pihak Pejabat Lelang dan

Risalah Lelang. Padahal, Pejabat Lelang merupakan jabatan fungsional selaku

pejabat umum yang melayani masyarakat untuk melaksanakan lelang dalam setiap

pelelangan. Pejabat Lelang bertugas untuk meneliti dokumen persyaratan lelang,

memberikan informasi lelang, memimpin lelang serta sebagai bendahara. Pejabat

Lelang tidak hanya menyaksikan jalannya lelang saja melainkan berperan aktif

dalam pemeriksaan keabsahan berkas lelang, menyelenggarakan penjualan secara

adil, efisien, terbuka, akuntabilitas, dan juga membuat akta autentik risalah lelang
7

(Habib Adjie, 2015 : 119). Sedangkan Risalah Lelang sebagai akta autentik

merupakan suatu bukti yang mengikat dalam arti apa yang ditulis didalam-Nya

harus dipercaya dan harus dianggap benar sehingga tidak memerlukan

penambahan pembuktian (M. Yahya Harahap, 1994 : 433).

Transaksi jual beli saat ini adalah transaksi lelang melalui jalur online,

baik melalui aplikasi maupun di website. Lelang secara online sangat yang sering

dilakukan oleh masyarakat adalah lelang uang dilakukan dengan cara jual beli

biasa hingga jual beli dengan sistem lelang, termasuk lelang melalui media sosial.

Hal ini ditandai dengan difasilitasinya kegiatan tersebut dengan adanya lapak

resmi dan platform yang berlaku.

Barang-barang yang dilelang bukan dari hasil gadaian akibat utang, tetapi

barang-barang baru yang dapat diketahui harga aslinya di marketplace maupun di

pasar pada umumnya. Selain itu, barang-barang yang di lelang melalui platform

ibid juga tidak membatasi siapa saja yang menjadi peserta lelangnya. Perlu

diketahui bahwa kerentanan dalam bertransaksi lelang barang secara online ini

memiliki resiko dan dampak negatif yang cukup untuk di perhitungkan.

Pelaksanaan lelang melalui internet dengan penggunaan platform ibid

sebagai sarana untuk melakukan lelang. IBID-Balai Lelang Serasi (IBID) adalah

balai lelang yang melelang produk-produk otomotif seperti kendaraan roda dua

dan roda empat, namun saat ini platform ini telah melelang barang-barang non-

otomotif seperti gadget dan alat berat dan barang tidak bergerak lainnya. Berdiri

sejak tahun 2007, IBID merupakan anak perusahaan PT Serasi Auto Raya (SERA)

yang bernaung dibawah bendera Grup Astra. Siapapun dapat berpartisipasi


8

menjadi peserta lelang, baik perusahaan atau perorangan, dari pembelian skala

besar hingga pembelian secara satuan.

Di Indonesia, biasanya lelang diselenggarakan secara offline. Para peserta

datang ke lokasi lelang untuk mendaftar dan mengikuti lelang secara langsung

hingga menemukan satu pemenang di masing-masing barang lelang. Namun,

dewasa ini lelang sudah sering diselenggarakan secara online. Tren lelang online

semakin menjamur setelah virus Corona atau COVID-19 menjalar di Indonesia.

Di IBID-Balai Lelang Serasi (IBID), seluruh proses lelang mobil bekas

dan motor bekas sudah diselenggarakan secara online baik lewat aplikasi

maupun website. Lelang dapat dilakukan mulai dari mendaftar, membeli NPL,

ikut lelang, hingga pelunasan lewat website ataupun aplikasi. Di IBID sendiri,

terdapat dua tipe lelang yaitu lived auction di mana lelang dilakukan berbarengan

dengan lelang yang sedang diselenggarakan di lokasi, maupun timed auction di

mana lelang dilakukan dalam jangka waktu tertentu, biasanya bisa berlangsung 3

hari untuk satu objek lelang. Norma pelaksanaan lelang secara umum telah diatur

dalam Pasal 71 Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor

213/PMK.06/2020 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang (selanjutnya akan

disebut “Petunjuk Pelaksana Lelang”).

Dalam hal pelaksanaan lelang KPKNL dan Balai Lelang harus

menyediakan Aplikasi Lelang atau Platform e-Marketplace Auction yang mandiri,

independen, aman, handal dan bertanggung jawab. Dalam peraturan Petunjuk

Pelaksana Lelang Pejabat Lelang, Pejabat Lelang wajib untuk hadir dalam

pelaksanaan lelang secara online, namun dalam praktek pelaksanaan lelang secara
9

online dalam platform IBID tidak menghadirkan pejabat lelang dalam setiap

proses pelaksanannya, oleh karena itu penulis melakukan penelitian ini agar dapat

memberikan saran kepada pemerintah dalam penegakan hukum serta menanggapi

praktek lelang yang belum menaati aturan yang ada di Indonesia.

1.2 Rumusan masalah

Bedasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas maka rumusan

masalah yaitu:

1. Apakah lelang online yang dilaksanakan melalui platform IBID

merupakan transaksi yang sah menurut peraturan lelang di Indonesia ?

2. Apa peran pejabat lelang dalam melakukan lelang secara online

melalui platform IBID ?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1. Tujuan Penelitian

Dari penyusunan Tesis ini memiliki 2 (dua) Tujuan, Yaitu tujuan akademis

dan tujuan praktis yang di uraikan sebagai berikut:

1. Tujuan Akademis

Tujuan Akademis yang hendak dicapai dari penulisan tesis ini adalah

untuk melengkapi dan memperoleh beberapa syarat yaitu untuk

memperoleh gelar Magister Kenotariatan (M.Kn) Pada Fakustas

Hukum Universitas Surabaya.

2. Tujuan Praktis
10

Tujuan Praktis yang hendak dicapai melalui penulisan tesis ini adalah:

a. Untuk mengetahui dan menganalisis dasar hukum lelang online

melalui platform media sosial ibid merupakan transaksi yang sah

menurut Hukum di Indonesia

b. Untuk menganalisis peran penting pejabat lelang dalam

pelaksanaan lelang online yang dilakukan di platform media ibid.

1.3.2. Manfaat Penelitian

Penulis berharap dari penulisan tesis ini akan membantu dan

memberikan manfaat kepada masyarakat di Indonesia dalam bidang

pengembangan ilmu pengetahuan atau secara teoritis dan

memberikan manfaat di bidang praktis yaitu sebagai berikut:

a. Secara teoritis, hasil dari penulisan ini di harapkan dapat di

jadikan masukan dalam rangka pengembangan ilmu pengetauan

dan juga sebagai pertimbangan masyarakat dalam melakukan

transaksi secara online agar tidak merugikan diri sendiri dan

pihak lain.

b. Secara praktis, semoga dari hasil penelitian ini dapat dijadikan

bahan pertimbangan bagi pembeli untuk mempertimbangkan

baik dan buruk, untung dan rugi dalam keikutsertaan lelang

secara online melalui platform media ibid.


11

1.4 Kerangka Teori dan Konseptual

1.4.1 Kerangka Teori

1. Teori Perlindungan Hukum.

Menurut Satjito Rahardjo bahwa “perlindungan hukum adalah adanya

upaya melindungi kepentingan seseorang dengan cara mengalokasikan suatu

Hak Asasi Manusia kekuasaan kepadanya untuk bertindak dalam rangka

kepentingannya tersebut” (Satjipto Rahardjo, 2012 : 191)

Menurut CST Kansil, “perlindungan hukum adalah segala upaya

hukum harus diberikan oleh aparat penegak hukum demi memberikan rasa

aman, baik secara pikiran maupun fisik dari gangguan dan berbagai

ancaman dari pihak manapun” (C.S.T Kansil, 2017 :114) Sedangkan

menurut Philipus M. Hadjon, “perlindungan hukum adalah perlindungan

akan harkat dan martabat, serta pengakuan terhadap hak-hak asasi manusia

yang dimiliki oleh subyek hukum berdasakarkan ketentuan umum dari

kesewangan atau sebagai kumpulan peraturan atau kaidah yang akan dapat

melindungi suatu hal lainnya”.

Teori ini digunakan dalam tesis ini sebagai pisau analisis mengenai

Keabsahan Lelang Online Melalui Platform Balai Lelang Ibid. Hadirnya

sebuah konsep lelang yang sudah diatur dalam peraturan Petunjuk Pelaksana

Lelang harusnya memberikan perlindungan kepada penyelenggara lelang

dan peserta lelang dengan diawasi oleh instasi pemerintah. Dengan adanya

perlindungan dan pengawasan oleh instansi yang berwenang, pelaksanaan

lelang dapat berjalan sesuai dengan cita-cita dan tujuan pembentuk


12

peraturan perundangan-undangan dan pelaksanaan lelang sesuai dengan

kaidah-kaidah yang berlaku agar dapat mencapai kebahagian kepada

masyarakat.

2. Teori Kepastian Hukum.

Teori kepastian hukum menegaskan bahwa hukum memiliki tugas

menjamin kepastian hukum dalam hubungan-hubungan pergaulan

kemasyarakatan. Kepastian yang dicapai “oleh karena hukum”. Kepastian

hukum merupakan pertanyaan yang hanya bisa dijawab secara normatif

bukan sosiologi. Kepastian Hukum secara normatif adalah ketika suatu

peraturan dibuat dan diundangkan secara pasti karena mengatur secara pasti

dan Logis (Kansil, 2009 :385). Dalam menjalankan tugas hukum tersebut

terdapat dua tugas lain, yakni hukum harus menjamin keadilan serta hukum

harus tetap berguna. Hal ini mengakibatkan terkadang yang adil terpaksa

dikorbankan untuk yang berguna.

Menurut Sudikno Mertokusumo mengungkapkan bahwa kepastian

hukum adalah sebuah jaminan agar hukum dapat berjalan dengan

semestinya, artinya dengan kepastian hukum individu yang memiliki hak

adalah yang telah mendapatkan putusan dari keputusan hukum itu sendiri.

Bahwa meskipun kepastian hukum berkaitan erat dengan keadilan akan

tetapi hukum serta keadilan itu sendiri adalah dua hal yang berbeda. Hukum

memiliki sifat-sifat berupa umum, mengikat setiap individu,

menyamaratakan, sedangkan keadilan sendiri memiliki sifat yang berbeda

yaitu subyektif, individualistis serta tidak menyamaratakan. Dari sifat yang


13

ada pada hukum dan keadilan itu sendiri, dapat dilihat dengan jelas bahwa

keadilan dan hukum adalah hal yang berbeda.

Kepastian hukum merupakan pelaksanaan hukum yang sesuai dengan

bunyinya. Sehingga, masyarakat pun dapat memastikan bahwa hukum yang

ada dan tercantum dapat dilaksanakan. Dalam memahami nilai-nilai dari

kepastian hukum, maka ada hal yang harus diperhatikan yaitu, bahwa nilai

tersebut memiliki relasi yang erat dengan instrumen hukum positif serta

peranan negara dalam melakukan aktualisasi pada hukum positif tersebut.

(Manullang, E. Fernando M., 2016: 38).

Teori kepastian hukum berpandangan bahwa hukum yang di tegakkan

oleh instansi penegak hukum yang diberikan tugas harus menjamin

“kepastian hukum” demi tegaknya ketertiban dan keadilan dalam kehidupan

masyarakat. Ketidakpastian hukum akan menimbulkan kekacauan dalam

kehidupan masyarakat yang menyebabkan saling berbuat sesuka hati serta

bertindak main hakim sendiri.

Teori ini digunakan dalam tesis ini sebagai pisau analisis mengenai

Peran Pejabat Lelang Dalam Melaksanakan Lelang Secara Online Melalui

Platform Media IBID. Oleh karena belum ada pengaturan yang mengatur

mengenai ketentuan dan syarat-syarat lelang yang dilaksanakan melalui

platform media sosial yang disediakan oleh KPKNL dan Pejabat Lelang

maka dalam pelaksanaanya akan menimbulkan dampak kekosongan hukum

yang akan menyebabkan terjadinya ketidakpastian hukum.


14

1.4.2 Kerangka Konseptual

1. Pengertian Lelang

Lelang menurut Pasal 1 angka 1 Peraturan Menteri Keuangan No.

213/PMK.06/2020 adalah:

"penjualan barang yang terbuka untuk umum dengan penawaran


harga secara tertulis dan/atau lisan yang semakin meningkat atau menurun
untuk mencapai harga tertinggi, yang didahului dengan Pengumuman
Lelang".

Henry Cambell Black dalam Black's Law Dictionary mengartikan :

“An auction is a public sale of property to the highest bidder by


one licensed and authorized for that purpose. The auctionner is employed
by the seller and is primarily his agent. However, when the property is
struck off he is also the agent of the buyer to the extent of binding the
parties by his memorandum of sale, thus satisfying the statute offrauds. ”
(Black Henry Cambell, 2009 : 67)

M. Yahya Harahap menyatakan, bahwa:

“Penjualan di muka umum (lelang) itu adalah pelelangan dan


penjualan barang yang diadakan di muka umum dengan penawaran harga
yang makin meningkat, dengan persetujuan harga yang makin meningkat,
atau dengan pendaftaran harga, atau di mana orang-orang yang diundang
atau sebelumnya diberi tahu tentang pelelangan atau penjualan, atau
kesempatan yang diberikan kepada orang-orang yang berlelang atau yang
membeli untuk menawar harga, menyetujui harga atau mendaftarkan.”
(Yahya Harahap, 2007 : 79)

Lelang memiliki dua fungsi sekaligus, yaitu fungsi privat dan

fungsi publik. Fungsi privat lelang merupakan wadah bagi pasar jual beli

barang oleh masyarakat. Fungsi privat ini terletak pada hakikat lelang

dilihat dari sudut pandang perdagangan. Di dunia perdagangan, lelang

merupakan sarana untuk mengadakan perjanjian jual beli. Berdasarkan

fungsi privat ini terdapat pelayanan lelang yang dikenal dengan lelang
15

sukarela (Rachmadi Usman, 2019 : 65). Sementara itu, fungsi publik

lelang adalah sebagai sarana penegakan hukum dan pengelolaan aset

negara. Di samping itu, dalam fungsi publik ini, pranata lelang juga

memiliki fungsi budgeter yang berkaitan dengan penerimaan negara, yaitu

penerimaan negara bukan pajak (PNBP) berupa bea lelang dan pajak lain

yang terkait dengan jual beli barang melalui lelang (Rachmadi Usman,

2003 : 82).

Menurut Tim Penyusun Rancangan Undang-Undang Lelang

Direktorat Jendral Piutang dan Lelang Negara Biro Hukum Sekretariat

Jenderal Departemen Keuangan pengertian lelang adalah cara penjualan

barang yang terbuka untuk umum dengan penawaran secara kompetisi

yang didahului dengan pengumuman lelang dan atau upaya

mengumpulkan peminat. Unsur-unsur yang terkandung dalam pengertian

lelang adalah:

a. “Cara penjualan barang;

b. Terbuka untuk umum;

c. Penawaran dilakukan secara kompetisi;

d. Pengumuman lelang dan atau adanya upaya mengumpulkan peminat;

dan

e. Cara penjualan barang yang memenuhi unsur-unsur tersebut diatas

harus dilakukan oleh dan atau di hadapan pejabat lelang (Purnama

Tioria Sianturi, 2013 : 89).


16

2. Pejabat Lelang

Diatur dalam Pasal 1 ayat (5) Keputusan Menteri Keuangan Nomor

304/KMK.01/2002 tentang Juklak Lelang memberikan pengertian Pejabat

Lelang adalah orang yang khusus diberi wewenang oleh Menteri Keuangan

untuk melaksanakan penjualan barang secara lelang berdasarkan peraturan

perundang-undangan yang berlaku. Pejabat Lelang merupakan salah satu

pihak yang harus hadir dalam pelaksanaan lelang, karena jika lelang

dilaksanakan tanpa kehadiran Pejabat Lelang, kecuali untuk lelang tertentu

seperti lelang ikan dan lelang Perum Pegadaian, pelaksanaan lelang tersebut

dapat dikenakan sanksi berupa pembatalan penjualan.

Pelaksanaan penjualan secara lelang diawasi seorang Pengawas

Lelang Berdasarkan Pasal 1 ayat (7) eputusan Menteri Keuangan Nomor

304/KMK.01/2002 tentang Juklal Lelang, pengertian Pengawas Lelang

adalah Pejabat yang diberi wewenang oleh Menteri Keuangan untuk

mengawasi pelaksanaan Lelang yang dilakukan oleh Pejabat Lelang/Kantor

Lelang. Pengawas Lelang ini merupakan atasan langsung dari Pejabat

Lelang, yaitu Kepala Kantor, yang bertanggung jawab atas dipatuhinya

peraturan-peraturan lelang oleh Pejabat Lelang sebagaimana pelaksanaan

lelang dalam acara lelang. Pengawasan yang dilakukan meliputi

pengawasan administrasi, keuangan dan bertindak sebagai pemutus bila

terlibat perselisihan.
17

3. Transaksi Melalui Media Sosial

Pengertian Transaksi Elektronik adalah perbuatan hukum yang

dilakukan dengan menggunakan Komputer, jaringan Komputer, dan/atau

media elektronik lainnya. berdasarkan Pasal 1 Angka 2 Undang-Undang

Nomor 19 Tahun 2016 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 11

Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik (Abdul Halim

Barkatulah: 22, 2017)

Media sosial adalah media online yang mendukung interaksi sosial.

Sosial media menggunakan teknologi berbasis web yang mengubah

komunikasi menjadi dialog interaktif. Definisi lain dari sosial media juga di

jelaskan oleh Van Dijk media sosial adalah platform media yang

memfokuskan pada eksistensi pengguna yang memfasilitasi mereka dalam

beraktivitas maupun berkolaborasi. Karena itu, media sosial dapat dilihat

sebagai fasilitator online yang menguatkan hubungan antar pengguna

sekaligus sebagai sebuah ikatan sosial (Rulli Nasrullah 11: 2017).

Menurut Shirky media sosial dan perangkat lunak sosial merupakan

alat untuk meningkatkan kemampuan pengguna untuk berbagi (to share),

bekerja sama (to cooperate) diantara pengguna dan melakukan tindakan

secara kolektif yang semuanya berada diluar kerangka institusional meupun

organisasi. Media sosial adalah mengenai menjadi manusia biasa. Manusia

biasa yang saling membagi ide, bekerjasama, dan berkolaborasi untuk

menciptakan kreasi, berpikir, melaksanakan jual beli secara daring (Rulli

Nasrullah 11: 2017).


18

Beberapa pengertian diatas tentang penggunaan media sosial maka

dapat disimpulkan penggunaan media sosial adalah proses atau kegiatan

yang dilakukan seseorang dengan sebuah media yang dapat digunakan

untuk berbagi informasi, berbagi membagi ide, bekerjasama, dan

berkolaborasi untuk menciptakan kreasi, berpikir, melaksanakan jual beli

secara daring dengan sebuah aplikasi online yang dapat digunakan melalui

smartphone (telefon genggam).

4. Lelang Melalui E-Marketplace/ E-Commerce

Pengertian Wadah Elektronik Lelang yang selanjutnya disebut

Platform berdasarkan Pasal 1 angka 20 Peraturan Menteri Keuangan

Republik Indonesia Nomor 213/PMK.06/2020 Tentang Petunjuk

Pelaksanaan Lelang adalah wadah berupa aplikasi, situs web, dan/ atau

sistem elektronik berbasis internet yang digunakan untuk transaksi dan/ atau

fasilitasi Lelang Tanpa Kehadiran Peserta.

Pengertian Pasar Lelang Secara Elektonik yang selanjutnya disebut

e-Marketplace Auction berdasarkan Pasal 1 angka 21 Peraturan Menteri

Keuangan Republik Indonesia Nomor 213/PMK.06/2020 Tentang Petunjuk

Pelaksanaan Lelang adalah pasar Lelang dalam bentuk aplikasi berbasis

internet untuk memfasilitasi transaksi Lelang Tanpa Kehadiran Peserta,

yang bertumpu pada kemandirian, kepercayaan, keamanan, dan kemudahan

bertransaksi.
19

Penyedia Wadah Pasar Secara Elektonik yang selanjutnya disebut

Penyedia Platform e-Marketplace berdasarkan Pasal 1 angka 22 Peraturan

Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 213/PMK.06/2020 Tentang

Petunjuk Pelaksanaan Lelang adalah pihak baik orang pribadi, badan,

maupun Bentuk Usaha Tetap yang bertempat tinggal atau bertempat

kedudukan atau memiliki kegiatan usaha di dalam wilayah Negara Kesatuan

Republik Indonesia yang menyediakan Platform berupa e-Marketplace.

Menurut Philip Kotler dan Gary Armstrong

E-commerce adalah saluran online yang dapat dijangkau seseorang melalui

komputer, yang digunakan oleh pebisnis dalam melakukan aktifitas

bisnisnya dan digunakan konsumen untuk mendapatkan informasi dengan

menggunakan bantuan komputer yang dalam prosesnya diawali dengan

memberi jasa informasi pada konsumen dalam penentuan pilihan (Philip

Kotler dan Gary Armstrong, 256: 2012)

1.5 Metode Penelitian

1.5.1 Tipe Penelitian

Dari segi tipe penelitian yang akan digunakan dalam tesis ini

menggunakan pendekatan bersifat Yuridis Normatif. Menurut Marzuki

(2013, hal. 194) tipe penelitian yuridis normatif dilakukan dengan mengkaji

berbagai macam aturan hukum yang bersifat formal seperti Undang-

Undang, literatur-literatur yang bersifat konsep teoritis yang kemudian

dihubungkan dengan permasalahan yang menjadi pokok permasalahan.


20

1.5.2 Pendekatan masalah

Pendekatan yang digunakan dalam penulisan yuridis normatif ini

menurut Marzuki (2011, hal. 96) adalah pendekatan perundang-undangan

(statute approach) yaitu meneliti permasalahan yang ada dengan perundang-

undangan atau dengan hukum positif yang berlaku dan pendekatan

konseptual (Conseptual Approach) yaitu dengan membangun suatu konsep

yang dapat dijadikan acuan dalam penelitian ini dengan memahami prinsip-

prinsip hukum yang ditentukan dalam perundang-undangan atau doktrin-

doktrin hukum.

1.5.3 Bahan hukum

Bahan-bahan hukum yang digunakan dalam penulisan tesis ini di

bagi menjadi dua yaitu bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder,

yakni:

1. Bahan huklum primer berupa ketentuan yang terdapat dalam:

a. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata;

b. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 Tentang Perubahan Atas

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan

Transaksi Elektronik

c. Vendu Reglement Staatsblad tahun 1908 nomor 189;

d. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 213/PMK.06/2020 tentang

Petunjuk Pelaksanaan Lelang;

e. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 304/KMK.01/2002 tentang

Juklak Lelang.
21

2. Bahan hukum sekunder didasarkan pada buku-buku literatur serta

pendapat para ilmuan hukum yang berhubungan dengan permasalahan

“hukum lelang online di platform media ibid”.

3. Bahan hukum tersier Bahan hukum tersier atau bahan non hukum

adalah bahan penelitian yang terdiri atas buku teks bukan hukum yang

terkait dengan penelitian (Mukti Fajar, Yulianto Achmad, 36 :2015).

Bahan hukum tersier dapat di contohkan seperti: Kamus Besar Bahasa

Indonesia (KBBI), ensiklopedia, indeks komulatif dan seterusnya

(Soerjono Suekanto, dan Sri Mamudi, 23 : 2003).

1.6 Pertanggungjawaban Sistematis

Pertanggungjawaban sistemastis dalam penelitian ini diuraikan secara rinci

dalam tiap bab yang akan membahas, menjelaskan, dan menjawab tiap-tiap

rumusan permasalah. Sistematika penulisan tesis ini dibagi menjadi 4 (empat) bab

yang akan diuraikan sebagai berikut:

BAB 1 adalah pendahuluan yang menggambarkan pembahsan tesis yang

berisikan gambaran umum suatu permasalahan sebagai pengantar

dasar yang akan dilanjutkan dengan penjelasan secara rinci pada bab-

bab berikutnya. Subab pendahuluan terdiri dari Latar belakang,

Rumusan masalah, Tujuan penelitian, Manfaat penelitihan, kerangka

teori dan konseptual, Metode penelitian, dan yang terakhir berisikan

Pertanggungjawaban sistematika Penulis untuk mempermudah dan

mengetaui isi dari penelitihan.


22

BAB 2 adalah Keabsahan Lelang Online Melalui Platform Balai Lelang

Ibid. Sub bab pertama mengenai Jual Beli Berdasarkan Undang-

Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan, Sub bab kedua

mengenai Asas Lelang Dan Macam-Macam Lelang, sub bab ketiga

mengenai Lelang Dengan Kehadiran Peserta Dan Tanpa Kehadiran

Peserta Sub bab keempat mengenai Jual Beli Lelang Online Melalui

Aplikasi yang terdiri dari Dasar Hukum Jual Beli lelang Online,

Subjek dan Objek Jual Beli Lelang Online, Proses Transaksi Jual

Beli Lelang Online dan Tempat Jual Beli Lelang Online Melalui

Aplikasi.

BAB 3 adalah pembahasan yang akan dilakukan dengan menganalisis

rumusan masalah kedua yaitu untuk mengetaui Peran Pejabat Lelang

Dalam Melaksanakan Lelang Secara Online Melalui Platform Media

Ibid. Subab pertama mengenai Dasar Hukum Pejabat Lelang yang

terdiri dari Wewenang dan Kewajiban Pejabat Lelang Kelas II,

subab kedua yaitu Pelaksanaan Lelang Melalui Internet yang terdiri

dari Tahap-Tahap Lelang Melalui Internet, Risalah Lelang Melalui

Internet dan Lelang Melalui Internet Yang Diselenggarakan Oleh

IBID Ditinjau Dari Perspektif Peraturan Lelang Dan Jual Beli

Melalui Internet di Indonesia


23

BAB 4 adalah Penutup yang merupakan bagian akhir dari kajian penelitian

terhadap permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini. bab ini

terdiri dari sub bab kesimpulan dan saran. Sub bab kesimpulan

merupakan jawaban dari rumusan masalah yang telah dipaparkan dan

sub bab saran merupakan gagasan yang diberikan atau solusi untuk

mendukung penyelesaian permasalahan atau sumbangsi gagasan.


24

BAB 2

KEABSAHAN JUAL BELI LELANG ONLINE MELALUI PLATFORM

BALAI LELANG IBID.

2.1 Jual Beli Berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang

Perdagangan.

Pasal 1 angka 1 Undang-undang Perdagangan berbunyi perdagangan adalah

tatanan kegiatan yang terkait dengan transaksi barang dan/atau jasa di dalam

negeri dan melampaui batas wilayah negara dengan tujuan pengalihan hak atas

barang dan/atau jasa untuk memperoleh imbalan atau kompensasi.

Menurut Pasal 1 angka 24 Undang-undang Perdagangan dicantumkan

bahwa perdagangan melalui sistem elektronik adalah perdagangan yang

transaksinya dilakukan melalui serangkaian perangkat dan prosedur elektronik.

Pasal 65 Undang-undang Perdagangan telah mengatur ketentuan tentang

perdagangan melalui elektronik sebagai berikut:

1. Setiap pelaku usaha yang memperdagangkan barang dan/atau jasa

dengan menggunakan sistem elektronik wajib menyediakan data

dan/atau informasi secara lengkap dan benar.

2. Setiap pelaku usaha dilarang memperdagangkan barang dan/atau jasa

dengan menggunakan sistem elektronik yang tidak sesuai dengan data

dan/atau informasi sebagaimana dimaksud pada ayat 1).

3. Penggunaan sistem elektronik sebagaimana dimaksud pada ayat 1)

wajib memenuhi ketentuan yang diatur dalam undang-undang informasi

dan transaksi elektronik.


25

4. Data dan/atau informasi sebagaimana dimaksud pada ayat 1) paling

sedikit memuat:

a. identitas dan legalitas pelaku usaha sebagai produsen atau pelaku

usaha distribusi;

b. persyaratan teknis barang yang ditawarkan;

c. persyaratan teknis atau kualifikasi jasa yang ditawarkan;

d. harga dan cara pembayaran barang dan/atau jasa; dan

e. cara penyerahan barang.

5. Dalam hal terjadi sengketa terkait dengan transaksi dagang melalui

sistem elektronik, orang atau badan usaha yang mengalami sengketa

dapat menyelesaikan sengketa tersebut melalui pengadilan atau melalui

mekanisme penyelesaian sengketa lainnya.

6. Setiap Pelaku Usaha yang memperdagangkan Barang dan/atau Jasa

dengan menggunakan sistem elektronik yang tidak menyediakan data

dan/atau informasi secara lengkap dan benar sebagaimana dimaksud

pada ayat 1) dikenai sanksi administratif berupa pencabutan izin.

Menurut Pasal 1 angka 2 UU ITE, transaksi elektronik adalah perbuatan

hukum yang dilakukan dengan menggunakan komputer, jaringan komputer,

dan/atau media elektronik lainnya.

Transaksi elektronik tersebut dilakukan melalui sistem elektronik, yang

berdasar Pasal 1 angka 5 UU ITE, adalah serangkaian perangkat dan prosedur

elektronik yang berfungsi mempersiapkan, mengumpulkan, mengolah,

menganalisis, menyimpan, menampilkan, mengumumkan, mengirimkan, dan/atau


26

menyebarkan informasi elektronik. Pemanfaatan sistem elektronik tersebut

dilakukan oleh penyelenggara sistem elektronik. Pasal 1 angka 4 Peraturan

Pemerintah Nomor 82 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi

Elektronik (selanjutnya disebut “PP PSTE”) menyebutkan bahwa penyelenggara

sistem elektronik adalah setiap orang, penyelenggara negara, badan usaha, dan

masyarakat yang menyediakan, mengelola, dan/atau mengoperasikan sistem

elektronik, baik secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama kepada pengguna

sistem elektronik untuk keperluan dirinya dan/atau keperluan pihak lain.

Pemanfaatan sistem elektronik diatur dalam Pasal 15 UU ITE, yaitu:

1. Setiap penyelenggara sistem elektronik harus menyelenggarakan sistem

elektronik secara andal dan aman serta bertanggung jawab terhadap

beroperasinya sistem elektronik sebagaimana mestinya;

2. Penyelenggara sistem elektronik bertanggung jawab terhadap

penyelenggaraan sistem elektroniknya;

3. Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat 2) tidak berlaku dalam hal

dapat dibuktikan terjadinya keadaan memaksa, kesalahan, dan/atau kelalaian

pihak pengguna sistem elektronik.

2.2 Asas Lelang Dan Macam-Macam Lelang

Secara normatif sebenarnya tidak ada peraturan Perundang-undangan yang

mengatur asas lelang, namun apabila dicermati klausul-klausul dalam peraturan

perundang-undangan di bidang lelang dapat ditemukan asas lelang dimaksud

(Black Henry Cambell : 2009, 79). Asas-asas lelang dimaksud antara lain asas
27

keterbukaan (transparansi), asas persaingan (competition), asas keadilan, asas

kepastian hukum, asas efisiensi, dan asas akuntabilitas.

Asas keterbukaan menghendaki agar seluruh lapisan masyarakat mengetahui

adanya rencana lelang dan mempunyai kesempatan yang sama untuk mengikuti

lelang sepanjang tidak dilarang oleh undang-undang. Oleh karena itu, setiap

pelaksanaan lelang harus di dahului dengan pengumuman lelang. Asas ini juga

untuk mencegah terjadi praktik persaingan usaha tidak sehat, dan tidak

memberikan kesempatan adanya praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN)

(Yahya Harahap : 2007, 79).

Asas persaingan mengandung makna bahwa dalam proses pelaksanaan

lelang setiap peserta atau penawar diberikan kesempatan yang sama untuk

bersaing dalam mengajukan penawaran harga tertinggi atau setidaknya mencapai

dan/atau melampaui nilai limit dari barang yang akan dilelang dan ditetapkan oleh

penjual atau pemilik barang. Pada dasarnya penawar tertinggi dari barang yang

akan dilelang disahkan oleh pejabat lelang sebagai pembeli lelang.

Asas keadilan mengandung pengertian bahwa dalam proses pelaksanaan

lelang harus dapat memenuhi rasa keadilan secara proporsional bagi setiap pihak

yang berkepentingan. Asas ini untuk mencegah terjadinya keberpihakan pejabat

Lelang kepada peserta lelang tertentu atau berpihak hanya pada kepentingan

penjual.

Asas kepastian hukum menghendaki agar lelang yang telah di laksanakan

menjamin adanya perlindungan hukum bagi pihak-pihak yang berkepentingan

dalam pelaksanaan lelang. Setiap pelaksanaan lelang dibuat Risalah Lelang oleh
28

pejabat Lelang yang merupakan akta autentik. Risalah Lelang digunakan penjual

atau pemilik barang, pembeli, dan Pejabat Lelang untuk mempertahankan dan

melaksanakan hak dan kewajibannya (Yahya Harahap : 2007, 25).

Asas efisiensi akan menjamin pelaksanaan lelang dilakukan dengan cepat

dan biaya yang relatif murah karena lelang dilakukan pada tempat dan waktu yang

telah ditentukan dan pembeli disahkan pada saat itu juga (Yahya Harahap : 2007,

27).

Asas akuntabilitas menghendaki agar lelang yang dilaksanakan oleh pejabat

lelang dapat dipertanggungjawabkan kepada semua pihak yang berkepentingan.

Pertanggungjawaban pejabat lelang meliputi administrasi lelang dan pengelolaan

uang lelang (Yahya Harahap : 2007, 39).

Asas manfaat menghendaki agar lelang dapat memberi manfaat kepada

pengguna jasa lelang. Lelang memberi manfaat kepada pemohon lelang sebagai

sarana mencapai kesepakatan yang praktis, cepat, dan harga yang optimal.

Disamping itu, bagi pemenang lelang bermanfaat sebagai media mendapatkan

barang yang diinginkan dengan harga yang wajar (Raden Ibnu Arly : 2022, 61).

Asas itikad baik menghendaki bahwa dalam pelaksanaan lelang, bukan

hanya ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam akta lelang yang wajib ditaati

oleh para pihak, melainkan juga itikad baik sebagai ketentuan-ketentuan yang

tidak tertulis, yaitu kepatutan, kejujuran, tanpa tipu muslihat, dan tidak

menyembunyikan sesuatu yang buruk yang dikemudian hari dapat menimbulkan

kesulitan-kesulitan bagi pihak-pihak lain (Raden Ibnu Arly : 2022, 61).


29

Asas kompetitif menghendaki agar dengan berkumpulnya para peserta

lelang dalam satu waktu yang bersamaan, akan menciptakan kopentensi harga

dalam penawaran yang diajukan terhadap objek yang sama, sehingga dapat

mewujudkan harga yang optimal (Raden Ibnu Arly : 2022, 61).

Asas-asas lelang yang mendasari lahirnya peraturan lelang adalah

keterbukaan (transparansi), karena sebelum dilaksanakan lelang harus diumumkan

lebih dahulu kepada masyarakat, kesederhanaan, yang dimaksud adalah bahwa

prosedur pelaksanaan lelang bersifat sederhana dan cepat. Sederhana dalam arti

setiap pemohon lelang cukup mengajukan permohonan lelang secara tertulis

dengan dilampiri dokumen-dokumen yang diperlukan dalam pelaksanaan lelang

tersebut, kemudian setelah ditentukan tanggal, waktu, dan tempat pelelangan,

pemohon lelang mengumumkannya dalam surat kabar. Cepat dimaksudkan bahwa

pelaksanaan lelang relatif singkat dan hasil lelangnya dapat segera diterima

penjual/pemohon lelang, karena pada dasarnya pembayarannya dilakukan secara

tunai, dengan prosedur cepat ini diharapkan biayanya menjadi efisien, baik bagi

penjual maupun pembeli. Kepastian hukum, dalam rangka perlindungan terhadap

pembeli yang beriktikad baik akan diberikan akta lelang sebagai alat bukti yang

sempurna karena merupakan akta autentik. Independensi, artinya lelang tidak

memihak.

Dengan merujuk kepada Vendu Reglement sebagaimana diatur dalam

Ordonantie 28 Februari 1908 Staatsblad 1908 Nomor 189 dengan beberapa kali

perubahan terakhir dengan Staatsblad 1941 Nomor 3, dapat diketahui berbagai

jenis lelang, yaitu Lelang Eksekusi, Lelang Noneksekusi Wajib, dan Lelang
30

Noneksekusi Sukarela (Rachmadi Usman : 2019, 29). Lelang Eksekusi adalah

lelang untuk melaksanakan putusan atau penetapan pengadilan, dokumen lain

yang dipersamakan dengan itu, dan/atau melaksanakan ketekntuan dalam

peraturan perundang-undangan.

Dari cara penawaran yang dilakukan oleh pejabat lelang, jenis lelang

dibedakan atas lelang lisan dan lelang tertulis. Dalam lelang lisan, penawaran

harganya dilakukan secara lisan cukup dengan mengucapkan atau menyatakan

dengan tutur kata di depan peserta lelang. Sedangkan dalam lelang tertulis,

penawaran harganya dilakukan secara tertulis. Penjual atau pejabat lelang telah

menyiapkan harga barang yang akan dilelang kepada peserta. Peserta lelang

tinggal menawarkan sesuai dengan harga yang dinginkannya (Rachmadi Usman :

2019, 30)

Jenis lelang juga dapat dilihat dari aspek objek atau barang atau benda yang

akan dilelang oleh juru lelang. Penggolongan lelang jenis ini dibedakan atas

lelang benda bergerak dan lelang benda tidak bergerak. Benda bergerak

merupakan benda yang dapat berpindah atau dipindahkan, seperti perkakas rumah,

mebel, perabot rumah tangga, dan lain-lain. Sedangkan benda tidak bergerak

merupakan benda yang tidak berpindah atau dipindahkan, seperti tanah, tanah

pekarangan dan bangunan dengan apa yang tertancap dalam pekarangan atau

terpaku dalam bangunan, dan lain-lain (Rachmadi Usman : 2019, 31).

2.3 Lelang Dengan Kehadiran Peserta Dan Tanpa Kehadiran Peserta

Bahwa dari sudut pandang ada tidaknya peserta yang menghadiri

pelaksanaan lelang Permenkeu Juklak Lelang membagi lelang menjadi dua, yaitu
31

“lelang dengan kehadiran peserta lelang" dan "lelang tanpa kehadiran peserta

lelang". Klasifikasi lelang ini muncul sebagai respon terhadap perkembangan

teknologi informasi dan juga situasi pandemi Covid-19 yang merebak di tahun

2020 (A.Y. Dhaniarto : 2021, 110).

Lelang dengan kehadiran peserta adalah lelang yang dihadiri secara fisik

oleh peserta lelang di tempat pelaksanaan lelang atau melalui media elektronik

yang memungkinkan para peserta lelang dapat saling melihat dan mendengar

secara langsung dalam pelaksanaan lelang (A.Y. Dhaniarto : 2021, 110).

Lelang tanpa kehadiran peserta adalah lelang yang tidak dihadiri secara fisik

oleh peserta lelang di tempat pelaksanaan lelang atau dilakukan melalui aplikasi

lelang berbasis internet atau platform e-marketplace auction. aplikasi lelang

berbasis internet (aplikasi lelang) adalah program komputer berbasis internet yang

digunakan untuk menyelenggarakan dan/atau memfasilitasi lelang tanpa kehadiran

peserta. Aplikasi lelang ini dikembangkan oleh Kementerian Keuangan atau Balai

Lelang. Lelang yang dilaksanakan dengan aplikasi lelang ini adalah lelang tanpa

kehadiran peserta dengan cara penawaran secara tertulis (A.Y. Dhaniarto : 2021,

110).

Platform adalah wadah elektronik berupa aplikasi, situs web, dan/atau

sistem elektronik berbasis internet yang dapat digunakan untuk transaksi dan/atau

fasilitasi lelang tanpa kehadiran peserta; sedangkan e-marketplace auction (pasar

lelang secara elektonik) adalah pasar lelang dalam bentuk aplikasi berbasis

internet untuk memfasilitasi transaksi lelang tanpa kehadiran peserta, yang


32

bertumpu pada kemandirian, kepercayaan, keamanan, dan kemudahan (A.Y.

Dhaniarto : 2021, 111).

2.4 Jual Beli Lelang Online Melalui Aplikasi

Istilah lelang berasal dari bahasa Belanda, yaitu vendu, sedangkan dalam

bahasa Inggris, disebut dengan istilah auction (Salim HS : 2004, 237) Istilah

lainnya merupakan terjemahan dari Bahasa Belanda openbare verkooping,

openbare veiling, atau openbare verkopingen, yang berarti “lelang” atau

“penjualan di muka umum”.

Penjualan dimuka umum atau yang lebih dikenal sebagai lelang adalah

penjualan benda-benda yang dilakukan kepada umum dengan harga penawaran

yang meningkat atau menurun atau dengan pamsukan harga dalam sampul

tertutup, atau kepada orang-orang yang diundang atau sebelumnya diberitahu

mengenai pelelangan atau penjualan itu, atau diizinkan ikut serta, dan diberi

kesempatan untuk menawar harga dalam sampul tertutup (M Warman dan Jimmy

P : 2009, 33). Kamus Dictionary of Law Complete Edition dari M. Marwan dan

Jimmy P, mengartikan lelang atau dalam Bahasa Belanda disebut veiling itu

adalah bentuk penjualan barang-barang yang dipimpin oleh pejabat lelang dan

dilaksanakan di depan orang banyak dengan berdasarkan penawaran yang lebih

tinggi sebagai pembeli barang lelang; setiap penjualan barang di muka umum

dengan cara penawaran harga secara lisan dan/atau tertulis melalui usaha

pengumpulan peminat atau calon pembeli.

Semakin berkembangnya teknologi di era modern saat ini teknis penjualan

lelang mengalami sebuah kemajuan dalam rangka meningkatkan kualitas


33

pelayanan lelang kepada pengguna jasa lelang. Pemerintah mengembangkan cara

penawaran lelang dengan memanfaatkan sarana teknologi informasi dan

komunikasi berupa internet. Sesuai dengan perkembangan, pengertian lelang

dapat dijumpai pula dalam ketentuan Pasal 1 angka 1 Peraturan Menteri Keuangan

Nomor: 213/PMK.06/2020 tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang.

Pelaksanaan lelang dengan penawaran secara tertulis tanpa kehadiran

peserta lelang melalui internet adalah penjualan barang yang terbuka untuk umum

dengan penawaran harga secara tertulis tanpa kehadiran peserta lelang untuk

mencapai harga tertinggi yang dilakukan melalui aplikasi lelang berbasis internet

PMK 213/PMK.06/2020 juga mengatur mengenai lelang yang dilaksanakan

melalui aplikasi secara online yang terdapat dalam:

Pasal 1 angka 16 Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor

213/PMK.06/2020 tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang (PMK

213/PMK.06/2020) menyebutkan bahwa:

“Aplikasi Lelang Berbasis Internet (Aplikasi Lelang) adalah program


komputer berbasis internet yang digunakan untuk menyelenggarakan
dan/ atau memfasilitasi Lelang Tanpa Kehadiran Peserta yang
dikembangkan oleh DJKN atau Balai Lelang”.

2.3.1 Dasar Hukum Jual Beli Lelang Online

Berdasar pada ketentuan Pasal 200 ayat (1) HIR, Pasal 216 RGB yang

memerintahkan penjualan lelang dilakukan dengan perantara kantor lelang.

Sumber hukum yang menjadi pelaksanannya tidak serta merta merujuk pada

HIR dan RGB saja. Secara garis besar aturan mengenai pelaksanaan lelang

dapat dibedakan menjadi dua macam yakni:


34

a. Ketentuan Umum

1) Peraturan Lelang (Vendu Reglement);

2) Instruksi Lelang (Vendu Instructie);

3) Peraturan pemungutan bea lelang untuk pelelangan dan penjualan

umum (stbl. 1949 Nomor 390).

b. Ketentuan Operasional

1) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata;

2) Kitab Undang-Undang Hukum Acara Perdata;

3) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 158/PMK.06/2013 tentang

Pejabat Lelang Kelas I;

4) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 159/PMK.06/2013 tentang

Pejabat Lelang Kelas II;

5) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 160/PMK.06/2013 tentang Balai

Lelang;

6) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 213/PMK.06/2020 tentang

Petunjuk Pelaksanaan Lelang.

2.3.2 Subjek dan Objek Jual Beli Lelang Online

Dalam literatur bahasa Inggris umumnya digunakan istilah “seller"

atau "vendor" untuk menyebut "penjual". Pada pelelangan, yang dimaksud

penjual adalah pemohon lelang, yaitu "orang, badan hukum atau badan

usaha atau instansi yang berdasarkan peraturan perundang-undangan atau

perjanjian berwenang untuk menjual barang secara lelang (A.Y. Dhaniarto :

2021, 155).
35

Pemilik barang didefinisikan sebagai "orang atau badan hukum atau

badan usaha yang memiliki hak kepemilikan atas suatu barang yang

dilelang. Penjual dapat berstatus pemilik objek lelang, kuasa dari pemilik

objek lelang, atau perorangan/badan yang oleh peraturan perundang-

undangan diberi wewenang untuk menjual barang secara lelang. Pejabat

lelang dalam memproses permohonan lelang perlu memastikan bahwa

penjual adalah pihak yang berdasarkan peraturan perundang-undangan

berwenang mengajukan permohonan lelang ke Kantor Lelang (A.Y.

Dhaniarto : 2021, 155).

Subjek jual beli lelang online berdasar pada PMK 213/PMK.06/2020

dibagi menjadi tiga yakni:

a. Pemilik Barang

Pasal 1 angka 50 PMK 213/PMK.06/2020 menyebutkan bahwa

Pemilik Barang adalah orang atau badan hukum atau badan usaha

yang memiliki hak kepemilikan atas suatu barang yang dilelang.

b. Penjual

Pasal 1 angka 49 PMK 213/PMK.06/2020 menyebutkan bahwa

Penjual adalah orang, badan hukum atau badan usaha atau instansi

yang berdasarkan peraturan perundang-undangan atau perjanjian

berwenang untuk menjual barang secara Lelang.

c. Pembeli

Pasal 1 angka 52 PMK 213/PMK.06/2020 menyebutkan bahwa

Pembeli adalah orang atau badan hukum atau badan usaha yang
36

mengajukan penawaran tertinggi dan disahkan sebagai pemenang

lelang oleh Pejabat Lelang.

Sedangkan Objek jual beli lelang online berdasar pada Pasal 6 PMK

213/PMK.06/2020 yakni:

Pasal 6
(1) “Setiap Barang baik berwujud maupun tidak berwujud, bergerak
maupun tidak bergerak, dapat dihabiskan maupun tidak dapat
dihabiskan, yang dapat diperdagangkan, dipakai, dipergunakan,
dimanfaatkan atau dinikmati serta mempunyai nilai ekonomis,
dapat dijual secara Lelang.
(2) Barang tidak berwujud sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi namun tidak terbatas pada Hak Menikmati Barang, hak
tagih (piutang), Hak atas Kekayaan Intelektual, hak siar / rilis, dan
surat berharga.
(3) Hak Menikmati Barang sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
meliputi Hak Menikmati atau memanfaatkan barang, dan hak-hak
sejenis lainnya yang sifatnya sementara”.

2.3.3 Proses Transaksi Jual Beli Lelang Online

Pengertian Transaksi Elektronik adalah perbuatan hukum yang

dilakukan dengan menggunakan Komputer, jaringan Komputer, dan/atau

media elektronik lainnya. berdasarkan Pasal 1 Angka 2 Undang-Undang

Nomor 19 Tahun 2016 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 11

Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik (Abdul Halim

Barkatulah: 22, 2017)

Berdasarkan Pasal 63 ayat (4) huruf c dan d PMK 213/PMK.06/2020.

Penawaran lelang secara tertulis dalam Lelang Tanpa Kehadiran Peserta

sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b dilakukan melalui aplikasi


37

lelang dengan penawaran terbuka (open bidding) atau penawaran tertutup

(closed bidding) atau Platform e-Marketplace Auction.

Ketentuan lebih lanjut mengenai transaksi jual beli lelang online

terdapat dalam Pasal 71 PMK 213/PMK.06/2020 yakni:

“Dalam melaksanaan penawaran lelang melalui aplikasi lelang atau


platform e-marketplace auction sebagaimana dimaksud dalam Pasal
63 ayat (4) huruf c dan huruf d, KPKNL dan Balai Lelang harus
menyediakan aplikasi Lelang atau Platform e-Marketplace Auction
yang mandiri, independen, aman, handal dan bertanggung jawab.

Sedangkan dalam ketentuan Peraturan Menteri Keuangan PMK

213/PMK.06/2020. Mengenai data transaksi dalam lelang harus memuat

paling sedikit mengenai identitas penjual, identitas pembeli, barang yang

akan di lelang, waktu transaksi lelang, harga pokok lelang, bea lelang dan

akses data transaksi lelang bagi Pejabat Lelang untuk membuat Risalah

Lelang. Dalam hal ini, balai lelang juga dapat bekerja sama dengan

penyedia platform e-market place auction dengan syarat harus terdaftar

sebagai anggota asosiasi e-commerce Indonesia; dan menggunakan alamat

domain situs web dan aplikasi yang memiliki sertifikat kelaikan sistem

elektronik sesuai ketentuan perundang-undangan.

Kewajiban KPKNL atau Balai Lelang yang menyelenggarakan lelang

dengan penawaran melalui Aplikasi Lelang atau Platform e-marketplace

auction untuk menerapkan tata kelola yang baik dan akuntabel dan

manajemen risiko terhadap potensi kerusakan atau kerugian yang

ditimbulkan.
38

KPKNL atau Balai Lelang yang menyelenggarakan lelang dengan

penawaran melalui Aplikasi Lelang atau platform e-marketplace auction

dilarang untuk mengganggu, mengacaukan, dan/ atau merusak Aplikasi

Lelang dan mengambil informasi secara tidak sah, memanipulasi data, dan/

atau berbuat curang dalam penyelenggaraan lelang melalui Aplikasi Lelang

yang dapat mempengaruhi proses lelang.

Berdasarkan uraian diatas, platform ibid merupakan hasil kerja sama

atas penyedia platform e-market place auction yang telah memenuhi syarat

sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

2.3.4 Tempat Jual Beli Lelang Online Melalui Aplikasi

Ada beberapa tempat/wadah yang biasa dilakukan untuk lelang online,

yaitu Market place, Aplikasi dan Website (Krishna, Vijay : 2002, 43)

sedangkan menurut Pasal 1 angka 20 PMK 213/PMK.06/2020 menyebutkan

bahwa:

“Pengertian Wadah Elektronik Lelang yang selanjutnya disebut


Platform adalah wadah berupa aplikasi, situs web, dan/ atau sistem
elektronik berbasis internet yang digunakan untuk transaksi dan/ atau
fasilitasi Lelang Tanpa Kehadiran Peserta”.

Pasal 1 angka 21 PMK 213/PMK.06/2020 menyebutkan bahwa:

Pengertian Pasar Lelang Secara Elektonik yang selanjutnya disebut e-


Marketplace Auction adalah pasar Lelang dalam bentuk aplikasi
berbasis internet untuk memfasilitasi transaksi Lelang Tanpa
Kehadiran Peserta, yang bertumpu pada kemandirian, kepercayaan,
keamanan dan kemudahan bertransaksi”.

Pasal 1 angka 22 PMK 213/PMK.06/2020 menyebutkan bahwa:

“Pengertian Penyedia Wadah Pasar Secara Elektonik yang selanjutnya


disebut Penyedia Platform e-Marketplace adalah pihak baik orang
pribadi, badan, maupun Bentuk Usaha Tetap yang bertempat tinggal
39

atau bertempat kedudukan atau memiliki kegiatan usaha di dalam


wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang menyediakan
Platform berupa e-Marketplace”.

Sejak tahun 2022, tempat jual beli lelang online melalui aplikasi yang

sudah ada dan sah di Indonesia, salah satunya adalah Ibid yang disediakan

oleh Astra Group ini memiliki fokus untuk melelang produk mobil bekas

dan otomotif dan tidak terlepas pada barang tidak bergerak. Bahwa dari

hasil wawancara penulis dengan Ibu Suni staff legal IBID, dikatakan bahwa

lelang melalui media elektronik oleh IBID tidak dilangsungkan dengan tatap

muka dan Penjual tidak hadir dalam Pelaksanaan Lelang tersebut.

Pasal 19 ayat 1 PMK 213 Tahun 2020, disebutkan bahwa Penjual

wajib hadir, dipertegas kembali pada Pasal 19 ayat 2 yang menegaskan

“lelang yang dilaksanakan dengan penawaran melalui aplikasi lelang,

sebagaimana yang dimaksud pada ayat 1 dapat dilakukan melalui sarana

media elektronik yang memungkinkan pejabat lelang dan penjual dapat

saling mendengar dan melihat secara leangsung dalam pelaksanan lelang”

sehingga pelaksanaan lelang oleh IBID tidak sesuai dengan peraturan

perundang-undangan. Pelaksanaan lelang oleh IBID sebagai balai lelang

yang telah melanggar ketentuan perundang-undangan akan mengakibatkan

tidak adanya perlindungan hukum bagi para pihak jika terjadi masalah

dalam pelaksanaan lelang tersebut. Padahal tujuan peraturan dibuat adalah

untuk menjamin dan menjadi payung hukum dalam melindungi setiap hak-

hak asasi manusia yang dimiliki oleh subyek hukum berdasakarkan


40

ketentuan umum dari kesewangan atau sebagai kumpulan peraturan atau

kaidah yang akan dapat melindungi masyarakat Indonesia.


41

BAB 3

PERAN PEJABAT LELANG DALAM MELAKSANAKAN LELANG

SECARA ONLINE MELALUI PLATFORM MEDIA IBID

3.1. Dasar Hukum Pejabat Lelang

Pejabat Lelang menurut Pasal 1 angka 44 Peraturan Menteri Keuangan

Nomor PMK 213/PMK.06/2020 adalah:

“Pejabat Lelang adalah orang yang berdasarkan peraturan perundang-


undangan diberi wewenang khusus untuk melaksanakan Lelang”.

Klasifikasi Pejabat Lelang kelas I berdasarkan Pasal 1 45 Peraturan Menteri

Keuangan Nomor PMK 213/PMK.06/2020 adalah:

“Pejabat Lelang Kelas I adalah Pegawai Negeri Sipil pada


Kementerian Keuangan yang diangkat sebagai Pejabat Lelang”

Klasifikasi Pejabat Lelang kelas II berdasarkan Pasal 1 46 Peraturan

Menteri Keuangan Nomor PMK 213/PMK.06/2020 adalah

Pejabat Lelang Kelas II adalah orang perorangan yang berasal dari


swasta/umum yang diangkat sebagai Pejabat Lelang oleh Menteri.

Pejabat Lelang Kelas II memiliki Wewenang dan Kewajiban, Pejabat

lelang kelas II berwenang melaksanakan lelang noneksekusi sularela berikut ini:

1. Lelang barang milik BUMN/BUMD berbentuk persero;

2. Lelang barang milik perusahaan dalam likuidasi, kecuali ditentukan

lain oleh peraturan perundang-undangan;

3. Lelang barang milik Badan Layanan Umum/Badian Hukum

Pendidikan yang tidak termasuk BMN;

4. Lelang barang milik perwakilan negara asing;


42

5. Lelang barang milik perorangan atau badan hukum/usaha swasta;

6. Lelang hak tagih (piutang); dan

7. Lelang kayu dan hasil hutan lainnya dari tangan pertama, baik atas

permohonan Balai Lelang maupun penjual (Rachmadi Usman : 2016,

71).

Pejabat lelang kelas II dalam melaksanakan jabatannya berwenang untuk:

1. Menolak melaksanakan lelang dalam hal tidak yakin akan kebenaran

formal berkas persyaratan lelang;

2. Melihat barang yang akan dilelang;

3. Menegur dan/atau mengeluarkan peserta dan/atau pengunjung lelang

jika mengganggu jalannya pelaksanaan lelang dan/atau melanggar tata

tertib pelaksanaan lelang;

4. Menghentikan pelaksanaan lelang untuk sementara waktu apabila

diperlukan untuk menjaga ketertiban pelaksanaan lelang;

5. Meminta bantuan aparat keamanan dalam hal diperlukan;

6. Mengesahkan pembeli lelang; dan/atau membatalkan pengesahan

pembeli wanprestasi (Rachmadi Usman : 2016, 73).

Pejabat lelang kelas II dalam melaksanakan jabatannya berkewajiban:

1. Memiliki rekening khusus atas nama jabatan pejabat lelang kelas Il;

2. Bertindak jujur, seksama, mandiri, tidak berpihak dan menjaga

kepentingan pihak yang terkait;

3. Mengadakan perianjian perdata dengan Balai Lelang atau penjual

mengenai pelaksanaan lelang;


43

4. Meneliti legalitas formal subjek dan objek lelang;

5. Melaksanakan lelang dalam hal yakin akan legalitas formal subjek dan

objek lelang;

6. Menjaga ketertiban pelaksanaan lelang;

7. Membuat minuta Risalah Lelang dan menyimpannya sesuai ketentuan

peraturan perundang-undangan;

8. Membuat salinan Risalah Lelang, Kutipan Risalah Lelang dan Grosee

Risalah Lelang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan

9. Menerapkan prinsip mengenali pengguna jasa; dan

10. Menyelenggarakan pembukuan, administasi perkantoran, dan

membuat laporan pelaksanaan lelang (Rachmadi Usman : 2016, 75).

Dalam hal Balai Lelang sebagai pemohon lelang, pejabat lelang kelas II juga

mempunyai kewajiban untuk meminta bukti pelunasan kewajiban pembayaran

uang lelang, bea lelang, pajak penghasilan final, dan pungutan lain yang diatr

berdasarkan peraturan perundang-undangan kepada Balai Lelang dan meneliti

keabsahannya.

3.2. Lelang Melalui Internet

Pengertian Lelang Melalui Internet berdasarkan Pasal 1 Angka 16 PMK

213/2020 disebutkan bahwa Aplikasi Lelang Berbasis Internet yang selanjutnya

disebut Aplikasi Lelang adalah program komputer berbasis internet yang

digunakan untuk menyelenggarakan dan/ atau memfasilitasi Lelang Tanpa


44

Kehadiran Peserta yang dikembangkan oleh DJKN atau Balai Lelang. Jadi ada

karakteristik lelang melalui internet, yaitu:

1. Adanya Penjualan Barang;

2. Penjualan Barang Tersebut Terbuka Untuk Umum;

3. Penawaran Harga Dalam Bentuk Tertulis;

4. Tidak Diperlukan Adanya Kehadiran Peserta Lelang;

5. Untuk Mencapai Harga Tertinggi; Dan

6. Dilakukan Melalui Aplikasi Lelang Berbasis Internet.

Penyelenggara Lelang berdasarkan Pasal 1 angka 53 PMK Nomor

213/2020, ada dua penyelenggara lelang yang diperbolehkan untuk melakukan

pelelangan melalui internet, yaitu KPKNL dan balai lelang.

1. Berdasarkan Pasal 1 angka 41 PMK Nomor 213/2020, KPKNL adalah

instansi vertikal DJKN yang berada di bawah serta bertanggung jawab

langsung kepada kepala kantor wilayah DJKN. KPKNL berwenang

untuk menyelenggarakan lelang eksekusi, lelang noneksekusi wajib,

dan lelang noneksekusi sukarela.

2. Berdasarkan Pasal 1 angka 43 PMK 213/2020, balai lelang adalah

badan hukum Indonesia berbentuk perseroan terbatas (PT) yang khusus

didirikan untuk melakukan kegiatan usaha di bidang lelang.

Balai Lelang hanya berwenang untuk menyelenggarakan lelang

noneksekusi sukarela.

Penawaran Lelang Melalui Internet dalam Pasal 63 PMK Nomor

213/2020 disebutkan mengenai bentuk penawaran lelang yang bisa


45

dilakukan dalam lelang melalui internet dalam hal penawaran lelang secara

lisan dilakukan bersamaan dengan penawaran lelang secara tertulis tanpa

kehadiran Peserta Lelang melalui Aplikasi Lelang dengan penawaran

terbuka ( open bidding), penawaran lelang berlangsung secara bersamaan

sampai tercapai harga tertinggi, yang terdiri dari:

1. Penawaran tertutup (closed bidding), yaitu penawaran yang

disampaikan oleh peserta lelang yang hanya dapat diketahui oleh

peserta lelang lainnya setelah daftar penawaran lelang dibuka oleh

pejabat lelang;

2. penawaran terbuka (open bidding), yaitu penawaran yang disampaikan

oleh peserta lelang yang dapat diketahui oleh peserta lelang lainnya

yang telah menyampaikan penawaran.

Pengumuman lelang melalui internet atas lelang noneksekusi wajib

dan lelang noneksekusi sukarela diatur dalam Pasal 58 sampai dengan Pasal

62 PMK Nomor 213/2020, yaitu:

1. Pengumuman lelang untuk lelang noneksekusi wajib dan lelang

noneksekusi sukarela dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Lelang barang tidak bergerak atau barang bergerak yang dijual

bersama-sama dengan barang tidak bergerak, dilakukan 1 (satu)

b. Kali melalui surat kabar harian paling singkat 7 (tujuh) hari

kalender sebelum pelaksanaan lelang;


46

c. Lelang barang bergerak dilakukan 1 (satu) kali melalui surat kabar

harian paling singkat 5 (lima) hari kalender sebelum pelaksanaan

lelang;

2. Pengumuman lelang untuk pelaksanaan lelang noneksekusi wajib dan

lelang noneksekusi sukarela yang nilai limit keseluruhannya paling

banyak Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta Rupiah) dalam 1 (satu) kali

lelang, dapat dilakukan 1 (satu) kali melalui tempelan yang mudah

dibaca oleh umum dan/atau melalui media elektronik, paling singkat 5

(lima) hari kalender sebelum hari pelaksanaan lelang;

3. Pengumuman lelang untuk pelaksanaan lelang noneksekusi wajib dan

lelang noneksekusi sukarela terhadap barang bergerak yang

penawarannya dilakukan tanpa kehadiran peserta melalui internet,

dapat dilakukan 1 (satu) kali tanpa melalui surat kabar harian, dengan

ketentuan:

a. Diumumkan melalui selebaran atau tempelan yang mudah dibaca

oleh umum dan/atau melalui media elektronik, paling singkat 5

(lima) hari kalendar sebelum hari pelaksanaan lelang; dan

b. Diumumkan melalui media elektronik berbasis internet yang

tertaut dengan website penyelenggara lelang dengan masa tayang

paling singkat 5 (lima) hari berturut-turut sebelum hari pelaksanaan

lelang.

4. Pengumuman lelang untuk pelaksanaan lelang noneksekusi wajib dan

lelang noneksekusi sukarela terhadap barang bergerak yang sudah


47

terjadwal setiap bulan, dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan,

dilakukan paling singkat 7 (tujuh) hari kalender sebelum pelaksanaan

lelang pertama. Pengumuman tersebut paling sedikit memuat:

a. identitas penjual;

b. barang yang akan dilelang;

c. tempat dan waktu pelaksanaan lelang; dan

d. informasi mengenai adanya pengumuman yang lebih rinci melalui

tempelan/selebaran/brosur atau media elektronik.

3.2.1 Tahap-tahap Lelang Melalui Internet

1. Tahap persiapan lelang

Penjual yang bermaksud melakukan penjualan barang

secara lelang melalui internet, mengajukan permohonan lelang

secara tertulis dengan mencantumkan cara penawaran kepada

kepala KPKNL atau pimpinan balai lelang dengan disertai

dokumen persyaratan lelang. Dalam hal penjual tidak menentukan

cara penawaran lelang, maka kepala KPKNL atau pimpinan balai

lelang berhak menentukan cara penawaran lelang melalui internet.

Pengumuman lelang melalui internet harus dilakukan oleh

penjual. Dalam pengumuman lelang tersebut dilengkapi dengan

informasi tentang jangka waktu pengajuan penawaran lelang.

Penyelenggara lelang melalui internet harus menayangkan data

terkait lelang pada aplikasi setelah pengumuman lelang terbit. Data


48

terkait lelang merupakan tanggung jawab penjual, meliputi

(Yochebed Anestia, 2017 : 49)

a. Nama penjual;

b. Spesifikasi barang;

c. Gambar/foto terbaru barang yang akan dilelang;

d. Nilai limit;

e. Jaminan penawaran lelang; dan

f. Jangka waktu pengajuan penawaran lelang. Waktu yang

dicantumkan dalam pengumuman lelang mengacu kepada

waktu server. Apabila tempat pelaksanaan lelang memiliki

waktu wilayah yang berbeda dengan waktu server, maka

pengumuman lelang harus memuat waktu pelaksanaan lelang

dalam 2 (dua) waktu wilayah, yaitu waktu tempat pelaksanaan

lelang dan waktu server (Yochebed Anestia, 2017 : 51).

Penayangan data terkait lelang tersebut mengikuti ketentuan

sebagai berikut (Yochebed Anestia, 2017 : 53):

a. Untuk lelang dengan 1 (satu) kali pengumuman lelang,

penayangan data dilakukan paling lambat 3 (tiga) hari setelah

pengumuman lelang terbit;

b. Untuk lelang dengan 2 (dua) kali pengumuman lelang,

penayangan data dilakukan paling lambat 5 (lima) hari setelah

pengumuman lelang terbit; dan


49

c. Untuk lelang ulang, penayangan data dilakukan paling lambat

3 (tiga) hari setelah pengumuman lelang ulang terbit.

Penyelenggara lelang melalui internet harus menayangkan

persyaratan dan ketentuan pelaksanaan lelang melalui internet bagi

peserta lelang pada aplikasi lelang melalui internet. Peserta lelang

yang akan melakukan penawaran lelang harus menyetujui dan

menyatakan tunduk serta mengikatkan diri terhadap persyaratan

dan ketentuan bagi peserta lelang yang ditayangkan oleh

penyelenggara lelang melalui internet.

Dalam hal terjadi pembatalan lelang atas permintaan

penjual, dengan penetapan atau putusan dari lembaga peradilan,

atau oleh pejabat lelang, maka penyelenggara lelang melalui

internet atau pejabat lelang harus memberitahukan pembatalan

lelang dimaksud kepada peserta lelang sebelum lelang melalui

internet dimulai. Pembatalan lelang tersebut dilakukan kepada

peserta lelang melalui aplikasi lelang melalui internet, surat

elektronik (email), telepon, website, short message service,

dan/atau papan pengumuman pada penyelenggara lelang melalui

internet.

Dalam hal pejabat lelang menerima secara tertulis informasi

terkait objek lelang, maka pejabat lelang dapat memberitahukan

informasi dimaksud kepada peserta lelang melalui aplikasi lelang

melalui internet, sebelum penayangan kepala risalah lelang.


50

2. Tahap pelaksanaan lelang

Pelaksanaan lelang melalui internet dimulai dengan

penayangan kepala risalah lelang oleh pejabat lelang. Tata cara

penayangan kepala risalah lelang oleh pejabat lelang adalah sebagai

berikut:

a. Untuk lelang melalui internet dengan penawaran tertutup (closed

bidding), dilakukan sesuai dengan jadwal pembukaan daftar

penawaran lelang sebagaimana dicantumkan dalam

pengumuman lelang;

b. Untuk lelang melalui internet dengan penawaran terbuka (open

bidding), dilakukan sesuai dengan jadwal pelaksanaan lelang

sebagaimana dicantumkan dalam pengumuman lelang

(Yochebed Anestia, 2017 : 55).

Pengajuan penawaran lelang oleh peserta lelang adalah

sebagai berikut:

a. untuk lelang melalui internet dengan penawaran tertutup (closed

bidding), dilakukan setelah penayangan objek lelang pada aplikasi

sampai dengan sebelum penayangan kepala risalah lelang;

b. untuk lelang melalui internet dengan penawaran terbuka (open

bidding), dilakukan setelah penayangan kepala risalah lelang

sampai dengan waktu penutupan penawaran lelang.


51

Penyelenggara lelang melalui internet dengan penawaran

terbuka (open bidding) harus menyediakan waktu pengajuan

penawaran lelang sekurang-kurangnya 2 (dua) jam.

3. Tahap Pengesahan Pembeli Lelang

Pengesahan pembeli pada lelang melalui internet dengan

penawaran tertutup (closed bidding) dilaksanakan dengan

ketentuan sebagai berikut:

a. penjual, 1 (satu) orang saksi dari penyelenggara lelang melalui

internet, dan 1 (satu) orang saksi dari penjual, harus hadir di

tempat pelaksanaan lelang pada saat pembukaan daftar

penawaran lelang dan pengesahan pembeli;

b. pejabat lelang membuka daftar penawaran lelang bersama

dengan penjual, 1 (satu) orang saksi dari penyelenggara lelang

melalui internet, dan 1 (satu) orang saksi dari penjual;

c. pejabat lelang mengesahkan penawar tertinggi yang telah

mencapai atau melampaui nilai limit dalam daftar penawaran

lelang sebagai pembeli (Yochebed Anestia, 2017 : 59);

Dalam hal terdapat penawar tertinggi yang sama, pejabat

lelang mengesahkan peserta lelang yang penawarannya diterima

lebih dahulu sebagai pembeli. Pengesahan pembeli pada lelang

melalui internet dengan panwaran terbuka (open bidding)

dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut:


52

a. penjual harus hadir di tempat lelang pada waktu penutupan

penawaran dan pengesahan pembeli;

b. pejabat lelang mengesahkan penawar tertinggi yang telah

mencapai atau melampaui nilai limit dalam daftar penawaran

lelang sebagai pembeli;

c. dalam hal terdapat penawaran tertinggi yang sama, pejabat

lelang mengesahkan peserta lelang yang penawarannya diterima

lebih dahulu sebagai pembeli.

3.2.2 Risalah Lelang Melalui Internet

Risalah lelang adalah berita acara pelaksanaan lelang yang

dibuat oleh pejabat lelang yang merupakan akta otentik dan

mempunyai kekuatan pembuktian yang sempurna. Berdasarkan

Pasal 1 angka 32 PMK 213 Tahun 2020, risalah lelang adalah

berita acara pelaksanaan lelang yang dibuat oleh Pejabat Lelang

yang merupakan akta autentik dan mempunyai kekuatan

pembuktian sempurna.

Christina Karolin (2017 : 54) mengemukakan bahwa

Penandatanganan minuta risalah lelang untuk lelang melalui

internet dengan penawaran tertutup (closed bidding) dilakukan

oleh:

a. pejabat lelang, penjual, 1 (satu) orang saksi dari penyelenggara

lelang melalui internet, dan 1 (satu) orang saksi dari penjual


53

pada lembar terakhir, jika objek yang dilelang berupa barang

bergerak;

b. pejabat lelang, penjual, 1 (satu) orang saksi dari penyelenggara

lelang melalui internet, 1 (satu) orang saksi dari penjual, dan

pembeli atau kuasa pembeli dari suatu badan hukum atau badan

usaha pada lembar terakhir, jika objek yang dilelang berupa

barang tidak bergerak Penandatanganan minuta risalah lelang

untuk lelang melalui internetdengan penawaran terbuka (open

bidding) dilakukan oleh pejabat lelang dan penjual pada lembar

terakhir, jika objek yang dilelang berupa barang bergerak dan

pejabat lelang, penjual, dan pembeli atau kuasa pembeli dari

suatu badan hukum atau badan usaha pada lembar terakhir, jika

objek yang dilelang berupa barang tidak bergerak

Apabila pembeli atau kuasa pembeli dari suatu badan

hukum atau badan usaha tidak menandatangani minuta risalah

lelang sampai dengan batas terakhir pelunasan harga lelang, maka

pejabat lelang membuat catatan keadaan tersebut pada bagian

bawah setelah kaki minuta risalah lelang dan menyatakan catatan

tersebut sebagai tanda tangan pembeli. Dalam hal penjual tidak

mau menandatangani minuta risalah lelang, maka pejabat lelang

membuat catatan keadaan tersebut pada bagian bawah setelah kaki

minuta risalah lelang dan menyatakan catatan tersebut sebagai

tanda tangan penjual. Ketentuan ini tidak mengurangi legalitas


54

kesepakatan para pihak dalam pelaksanaan lelang melalui internet

(Christina, Karolin, 2017 : 56).

3.2.3 Lelang Melalui Internet Yang Diselenggarakan Oleh IBID

Ditinjau Dari Perspektif Peraturan Lelang Dan Jual Beli Melalui

Internet di Indonesia

Lelang yang diselenggarakan oleh IBID jika disetarakan

dengan lelang sebagaimana diatur dalam peraturan lelang,

mendekati jenis lelang noneksekusi sukarela. Ditinjau dari

peraturan jual beli melalui internet, jual beli dengan cara lelang

yang diselenggarakan oleh IBID memiliki beberapa kedudukan,

yaitu:

1. Penyelenggara sistem elektronik.

IBID adalah pihak penyedia fasilitas dan pengelola, serta

mengoperasikan layanan jual beli dalam bentuk lelang melalui

internet bagi para penggunanya, sehingga dikategorikan

sebagai penyelenggara sistem elektronik sebagaimana diatur

dalam UU ITE. Hal ini karena terdapat kesesuaian antara

tindakan penyelenggaraan lelang oleh IBID dengan pengertian

dari Pasal 1 angka 6a UU ITE, yang menyebutkan bahwa

penyelenggara sistem elektronik adalah setiap orang,

penyelenggara negara, badan usaha, dan masyarakat yang

menyediakan, mengelola, dan/atau mengoperasikan sistem

elektronik, baik secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama


55

kepada pengguna sistem elektronik untuk keperluan dirinya

dan/atau keperluan pihak lain. Dalam hal penyediaan fasilitas

ini, terdapat perjanjian yang di dalamnya terdapat dua pihak,

yaitu IBID sebagai penyedia situs lelang, dan para

penggunanya, sebagai anggota situs. Isi perjanjian tercantum

pada syarat dan ketentuan yang ada pada halaman situs IBID.

Syarat dan ketentuan tersebut merupakan kontrak elektronik

sebagaimana tercantum dalam Pasal 1 angka 17 UU ITE, yaitu

perjanjian para pihak yang dibuat melalui sistem elektronik.

Penyelenggara fasilitas layanan jual beli melalui internet yang

menjadi tempat bertemunya penjual dan pembeli dalam disebut

Marketplace Online.

2. Pihak penyedia jasa dalam bentuk sistem pembayaran atau

agen escrow.

Dalam jual beli melalui internet saat ini dikenal adanya

perjanjian escrow. Perjanjian escrow adalah suatu persetujuan

untuk menyimpan dokumen, surat berharga, barang atau uang

pada suatu pihak yang netral, tidak memihak, dengan suatu

instruksi khusus tentang bagaimana, dalam hal apa, dan kepada

siapa si penyimpan harus melepaskan dokumen, surat

berharga, barang, atau uang tersebut (Rusli Pandika, 2002 :

34). Perjanjian escrow ini merupakan penunjang atas suatu

transaksi pokok (Rusli Pandika, 2002 : 34). Fungsi escrow


56

adalah untuk secara impartial melindungi kepentingan pihak-

pihak yang mengadakan perjanjian pokok dalam melaksanakan

perjanjian itu (Rusli Pandika, 2002 : 34). Dalam KUHPerdata

belum diatur perihal perjanjian escrow tersebut, namun dengan

sistem hukum perjanjian di Indonesia yang terbuka, yang

terlihat dari Pasal 1338 KUHPerdata, maka pada dasarnya

dimungkinkan adanya perjanjian escrow. Selain itu, secara

substansial, fungsi, dan tujuan escrow tidak memperlihatkan

tanda yang bertentangan dengan kesusilaan, kepatutan

ketertiban umum, atau peraturan perundang-undangan di

Indonesia. Dengan demikian, perjanjian escrow dapat

dikategorikan sebagai perjanjian tidak bernama, yaitu

perjanjian-perjanjian yang tidak diatur dalam KUHPerdata

namun hidup dalam masyarakat. Untuk hal-hal umum

mengenai perjanjian tetap tunduk pada KUHPerdata, seperti

Pasal 1320 tentang syarat sah perjanjian dan Pasal 1338 ayat

(1) tentang asas kebebasan berkontrak.

Dalam hal IBID menyediakan jasa dalam bentuk sistem

pembayaran, unsur-unsur mengenai perjanjian escrow

terpenuhi, yaitu:

a. penyediaan jasa ini merupakan penunjang transaksi pokok,

yaitu jual beli dengan cara lelang melalui situs IBID


57

b. IBID merupakan pihak ketiga yang netral dan tidak

memihak;

c. adanya penyimpanan uang dari pemenang lelang kepada

penjual;

d. ada ketentuan khusus yang tercantum pada halaman “syarat

dan ketentuan” yang kemudian dijabarkan dalam halaman

“IBID official payment” mengenai mekanisme pelaksanaan

penyimpanan uang dan penyerahan uang tersebut.

3. Pelaku usaha.

IBID adalah situs yang melakukan kegiatan usaha dengan

memberikan fasilitas pelayanan jual beli dengan cara lelang

melalui internet. Dalam situsnya juga terdapat perjanjian yang

harus disepakati oleh para penggunanya dan mengikat kedua

belah pihak. Oleh karena itu juga merupakan pelaku usaha

sebagaimana diatur dalam Pasal 1 angka 3 Undang-Undang

Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

(selanjutnya disebut “UU Perlindungan Konsumen”), yaitu

setiap orang perseorangan atau badan usaha, baik yang

berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum yang

didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam

wilayah hukum negara Republik Indonesia, baik sendiri

maupun bersama-sama melalui perjanjian menyelenggarakan

kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi, dan juga


58

sebagaimana tercantum dalam Pasal 1 angka 14 UU

Perdagangan, yaitu setiap orang perseorangan warga negara

Indonesia atau badan usaha yang berbentuk badan hukum atau

bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan dalam

wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia yang

melakukan kegiatan usaha di bidang perdagangan.

4. Objek lelang

Pada lelang melalui internet yang diselenggarakan oleh IBID,

objek lelang terbatas pada barang bergerak sesuai dengan yang

tercantum pada Pasal 509 KUHPdt, yaitu barang bergerak

karena sifatnya adalah barang yang dapat berpindah sendiri

atau dapat dipindahkan, seperti hewan, mobil, dan lukisan.

Jadi, barang yang dilelang adalah barang yang nyata-nyata

dapat dilihat dan dipindahtangankan oleh penjual sebagai

pemilik barang kepada pembeli melalui lelang.

Objek lelang IBID, tersebut tidak bertentangan dengan

peraturan lelang melalui internet. Berdasarkan Pasal 5 PMK

213/PMK.06/2020 tercantum bahwa lelang noneksekusi

sukarela terdiri dari lelang barang milik Badan Usaha Milik

Negara/Daerah berbentuk Persero, lelang harta milik bank

dalam likuidasi kecuali ditentukan lain oleh peraturan

perundang-undangan, lelang barang milik perwakilan negara

asing, dan lelang barang milik perorangan atau badan usaha


59

swasta. Berdasarkan Pasal 6 PMK 213/PMK.06/2020, barang

yang dapat dijual oleh penjual adalah berupa benda bergerak

maupun tidak bergerak.

Suatu benda atau barang digolongkan ke dalam

klasifikasi benda bergerak dikarenakan: (Sriwaty

Sakkirang, 2011 : 82)

1. Sifatnya

Benda yang dapat dipindahkan/berpindah dari satu

tempat ke tempat lain. Contohnya adalah,

kendaraan motor dan mobil

2. Ditentukan oleh Undang-undang

Benda tidak berwujud, yang menurut undang-

undang dimasukkan ke dalam kategori benda

bergerak. Contohnya adalah saham, obligasi, dan

cek.

Suatu benda digolongkan ke dalam

klasifikasi benda tak bergerak dikarenakan:

1. Sifatnya

Tidak dapat berpindah dari satu tempat ke tempat

lain atau biasa dikenal dengan benda tetap.

Contohnya adalah tanah.

2. Tujuan pemakaiannya
60

Segala sesuatu yang mengikuti tanah atau

bangunan untuk waktu yang agak lama, meskipun

tidak secara sungguh-sungguh digabungkan.

Contohnya adalah mesin-mesin dalam suatu pabrik

(Pasal 507 KUHPerdata).

3. Ditentukan oleh Undang-undang

Segala hak atau penagihan yang mengenai suatu

benda yang tak bergerak. Contohnya adalah kapal

dengan bobot 20 meter kubik (Pasal 314

KUHPerdata) meskipun menurut sifatnya dapat

dipindahkan.

Ditinjau dari perspektif peraturan jual beli

melalui internet, objek yang dijual oleh IBID juga

tidak bertentangan dengan aturan. Berdasarkan

Pasal 1 angka 5 UU Perdagangan disebutkan

bahwa barang adalah setiap benda, baik berwujud

maupun tidak berwujud, baik bergerak maupun

tidak bergerak, baik dapat dihabiskan maupun

tidak dapat dihabiskan, dan dapat diperdagangkan,

dipakai, digunakan, atau dimanfaatkan oleh

konsumen atau pelaku usaha. Dari pengertian

tersebut, berarti semua benda, baik bergerak


61

maupun tidak bergerak, dapat menjadi objek jual

beli melalui internet.

Sesuai dengan penulisan tesis ini, yang

melakukan penelitian terhadap situs IBID, maka

untuk objek lelang dibatasi pada benda bergerak.

5. Pihak-Pihak Terkait Transaksi

Pihak-pihak dalam lelang yang diselenggarakan oleh IBID

adalah:

a. Penjual.
Orang yang menguasai dan memiliki barang yang akan

dijual, serta telah terdaftar dan terverifikasi sebagai

pengguna pada IBID. Disebut menguasai, karena secara

nyata benda tersebut ada dalam penguasaannya. Disebut

“memiliki” karena hak milik atas benda bergerak tersebut

ada pada penjual.

b. Peserta lelang.
Orang-orang yang berminat untuk melakukan penawaran

atas suatu barang yang dilelang pada IBID, dan telah

terdaftar serta terverifikasi sebagai pengguna.

c. IBID
Pihak yang memfasilitasi penjualan barang melalui internet

dengan cara lelang dan juga penyedia jasa dalam bentuk

sistem pembayaran.

Dalam melaksanakan pelelangan, IBID tidak melibatkan


62

pihak atau pihak-pihak lain, selain yang telah disebutkan

tersebut. Penjual merupakan juru lelang untuk barang yang

dijualnya sendiri. Ditinjau dari perspektif peraturan lelang

melalui internet, pelaksanaan lelang yang diselenggarakan

oleh IBID tidak sah, karena bertentangan dengan aturan

lelang. Pada peraturan lelang, pihak-pihak terkait transaksi

lelang yang harus ada adalah:

a. Penjual.

Pada peraturan lelang, dibedakan antara penjual dan

pemilik barang. Berdasarkan Pasal 1 angka 49 PMK

Nomor 213 Tahun 2020, penjual adalah orang, badan

hukum, badan usaha atau instansi yang berdasarkan

peraturan perundang-undangan atau perjanjian

berwenang untuk menjual barang secara lelang.

Berdasarkan Pasal 1 angka 20 PMK Nomor 213 Tahun

2020, pemilik barang adalah orang, atau badan hukum,

atau badan usaha yang memiliki hak kepemilikan atas

suatu barang yang dilelang.

b. Penyelenggara lelang.

Berdasarkan Pasal 1 angka 53 PMK Nomor 213 Tahun

2020, penyelenggara lelang melalui internet adalah

KPKNL atau balai lelang yang menyelenggarakan

lelang melalui internet.


63

c. Pejabat lelang.

Dalam suatu pelelangan wajib dihadiri oleh pejabat

lelang. Hal ini diatur dalam Pasal 19 PMK 213 Tahun

2020, yang mencantumkan bahwa pada Lelang yang

dilaksanakan dengan penawaran melalui Aplikasi

Lelang, kehadiran Penjual sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) dapat dilakukan melalui sarana media

elektronik yang memungkinkan Pejabat Lelang dan

Penjual dapat saling mendengar dan melihat secara

langsung dalam pelaksanaan lelang.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh Penulis

dengan IBID, bahwa Pejabat Lelang tidak hadir dan mengikuti

pelaksanaan lelang.

Bahwa menurut hasil wawancara dengan ibu Suni staff

bagian hukum lelang IBID. Bahwa lelang secara online yang

dilakukan oleh IBID tidak menghadirkan Pejabat Lelang. Pejabat

Lelang hanya menerima email dari website lelang IBID dan setelah

dikirimkan data oleh pihak IBID Pejabat Lelang baru membuat

Risalah Lelang.

Objek Lelang yang ada pada Balai Lelang IBID jika

terbatas pada barang bergerak, maka risalah lelang tidak perlu

dibuat oleh Pejabat Lelang. Akan tetapi jika objek lelang


64

merupakan barang tidak bergerak maka harus menghadirkan

Pejabat Lelang untuk membuat Risalah Lelang yang akan menjadi

bukti otentik dengan pembuktian yang sempurna untuk para pihak.

Namun pada faktanya berdasarkan hasil wawancara Lelang yang

dilaksanakan IBID tidak tatap muka melalui media elektronik atau

video teleconference, oleh sebab itu IBID telah melaksanakan

lelang dibawah tangan yang merupakan benda bergerak .


65

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

1. Lelang online melalui media elektronik yang dilaksanakan melalui

Platform IBID tidak dilangsungkan dengan tatap muka. Transaksi

dilangsungkan antara Penjual, Pembeli, Saksi-saksi dan Pejabat

Lelang tidak melalui media online. Pelaksanaan Lelang tersebut

melanggar Pasal 19 ayat 1 PMK 213 Tahun 2020. Ketentuan yang

menyatakan bahwa Penjual wajib hadir. Dipertegas kembali pada

Pasal 19 ayat 2 yang menegaskan “lelang yang dilaksanakan dengan

penawaran melalui aplikasi lelang, sebagaimana yang dimaksud pada

ayat 1 dapat dilakukan melalui sarana media elektronik yang

memungkinkan pejabat lelang dan penjual dapat saling mendengar

dan melihat secara langsung dalam pelaksanan lelang” sehingga

pelaksanaan lelang oleh IBID tidak sesuai dengan peraturan

perundang-undangan. Pelaksanaan lelang oleh IBID sebagai balai

lelang yang telah melanggar ketentuan perundang-undangan akan

mengakibatkan tidak adanya perlindungan hukum bagi para pihak jika

terjadi masalah dalam pelaksanaan lelang tersebut.

2. Sistem Lelang online melalui media elektronik yang dilaksanakan

melalui Platform IBID untuk barang bergerak, Pejabat Lelang hanya

menerima email dari website lelang IBID dan setelah dikirimkan data

oleh pihak IBID Pejabat Lelang baru membuat Risalah Lelang. Lelang
66

barang bergerak yang dilakukan oleh IBID tidak menghadirkan

Pejabat Lelang serta dilaksanakan tidak secara tatap muka melalui

media elektronik atau video teleconference. Pejabat Lelang yang tidak

dihadirkan membuat Risalah Lelang terhadap objek lelang barang

bergerak yang dibuat oleh Pejabat Lelang menjadi tidak sempurna

dalam pembuktiannya dan kehilangan keotentikan Risalah Lelang.

Oleh sebab itu IBID telah melanggar peraturan perundang-undangan

dan lelang tersebut tidak sah karena tidak sesuai dengan peraturan dari

PMK 213 Tahun 2020.


67

4.2 Saran

1. Hendaknya balai lelang IBID harus menghadirkan Pejabat Lelang jika

melakukan transaksi lelang dengan objek barang tidak bergerak agar

tidak melanggar aturan perundang-undangan dan Peraturan Menteri

Keuangan Nomor PMK 213/PMK.06/2020, sehingga perlindungan

terhadap pembeli dan penjual dapat dilindungi oleh Undang-Undang

dan tidak merugikan para pihak yang bertransaksi.

2. Sebaiknya IBID memperbaharui aplikasi agar dapat melaksanakan

lelang melalui internet dengan aplikasi yang memadai dan sesuai

dengan peraturan yang berlaku agar para pihak dan Pejabat Lelang

dapat saling bertatap muka melalui video teleconference, sehingga

memenuhi persyaratan dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor

PMK 213/PMK.06/2020.
68

DAFTAR PUSATAKA

A. Peraturan Perundang-Undangan

Vendu Reglement Staatsblad 1908 Nomor 189

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 158/PMK.06/2013 tentang Pejabat Lelang

Kelas I

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 159/PMK.06/2013 tentang Pejabat Lelang

Kelas II;

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 160/PMK.06/2013 tentang Balai Lelang;

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang

Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik

Vendu Reglement Staatsblad 1908 Nomor 189

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 213/PMK.06/2020 tentang Petunjuk

Pelaksanaan Lelang

B. Buku

Abdul Halim Barkatullah, Hukum Transaksi Elektronik Di Indonesia, (Bandung,

Nusa Media, 2017)

Arly Raden ibnu, Pembaharuan Hukum Lelang Di Indonesia, (Surabaya, Pustaka

Aksara,2022)
69

Asep Saepudin, dkk, Hukum Keluarga, Pidana & Bisnis, (Jakarta: Kencana

Prenadamedia Group, 2013)

A.Y. Dhaniarto (2021) Lelang Terori dan Aplikasi, Badan Penerbit Fakultas

Hukum Universitas Indonesia.

Black Henry Cambell, (2009) Black’s Law Dictionary St. Paul Minn: West

Publishing Co, Amsterdam

Purnama Tioria Sianturi (2013) Perlindungan Hukum Terhadap Pembeli Barang

Jaminan Melalui Lelang, Bandung: Penerbit Mandar Maju.

Habib Adjie, (2015) Bahan Bacaan Mahasiswa Program Studi Magister

Kenotariatan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Surabaya.

Kansil, C.S.T. (2009), Kamus istilah Hukum. Gramedia Pustaka: Jakarta.

Kansil, C.S.T. (2014), Pengantar Ilmu Hukum Dan Tata Hukum Indonesia,

Penerbit Balai Pustaka Jakarta

Munir Fuady (2006) Hukum Bisnis dalam Teori dan Praktek. (Bandung: Citra

Aditya Bakti.

Philip Kotler dan Gary Armstrong, (2012), Prinsip prinsip Pemasaran, Edisi 13

Jilid 1, Jakarta: Erlangga,.

Rachmadi Usman, (2019) Hukum Lelang, Jakarta: Sinar Grafika.

HS, Salim (2011) Perkembangan Hukum Jaminan di Indonesia. Jakarta: Rajawali

Pers.

Satjipto Rahardjo (2012) Ilmu Hukum. Bandung : Citra Aditya Bakti.

Soemadiningrat, H.R. Otje Salman, (2010) Filsafat Hukum (Perkembangan &

Dinamika Masalah). Refika Aditama: Bandung.


70

Yahya Harahap (2007) Hukum Acara Perdata, Jakarta: Sinar Grafika.

M. Yahya Harahap (1994) Ruang Lingkup Permasalahan Eksekusi Bidang

Perdata, Jakarta: Gramedia.

C. Artikel/Jurnal

Christina, Karolin, 2017, “Tinjauan Keabsahan Lelang Melalui Aplikasi Dengan

Menggunakan Media Sosial”, Tesis, Fakultas Hukum Universitas Pelita

Harapan, Jakarta.

Diah Sulistya Ratna Sediati, 2010, “Peranan Pejabat Lelang Kelas II Dalam

Pelaksanaan Lelang di Indonesia”, Jurnal MMH, Jilid 39, No. 2.

Hendro Prahasto dan Siti Isfiati, 2001, “Analisis Kebijakan Kemungkinan

Penerapan Sistem Lelang Dalam Rangka Meningkatkan Nilai Kayu

(Hutan)”, Jurnal Sosial Ekonomi Vol. 2 No.1.

Rulli Nasrullah 2017, Media Sosial : Perspektif Komunikasi, Budaya, dan

Sosioteknologi, Bandung : Remaja Rosdakarya.

Runi Viola, 2018, “Notaris Sebagai Pejabat Lelang Kelas II”, ADIL: Jurnal

Hukum Vol. 8 No.2.

Yochebed Anestia, 2017, “Tinjauan Lelang Melalui Internet”. Tesis, Fakultas

Hukum Univesitas Gadjah Mada, Yogyakarta,

D. Internet

Blonto Interisti,Lelang Terbuka dan Tertutup Rumah BTN,http://rumah-

btn.blogspot.com diakses pada 26 Desember 2020 pukul 13.45 WIB.

Anda mungkin juga menyukai