Anda di halaman 1dari 5

AKIBAT HUKUM PEMENANG LELANG INDONESIA RAYA

Salah satu peristiwa hukum yang memerlukan barang bukti tertulis yang memiliki sifat
autentik yaitu pelelangan. Lelang adalah suatu bentuk perjanjian yang termasuk di dalam
kegiatan jual-beli baik di Civil Law ataupun di Common Law (Sianturi, 2013). Lelang
merupakan proses jual-beli yang dimulai dengan melakukan pengumuman yang berisikan
penawaran terhadap barang yang dijadikan objek lelang oleh pemilik barang.

Pengertian lelang dijelaskan di dalam Peraturan Menteri Keuangan No. 27/PMK.06/2016


terkait Petunjuk Pengadaan Lelang BAB 1 Ketetapan Umum Pasal 1 ayat (1). Lelang yakni
penjualan barang yang terbuka bagi umum menggunakan penawaran harga dengan lisan
ataupun tertulis yang bertambah maupun bekurang guna sampai pada harga yang paling
tinggi, yang diawali Pengumuman Lelang. Kemudian pasal 2 pada peraturan tersebut
menjelaskan bahwa, masing-
masing pengadaan lelang haruslah dilaksanakan di depan Pejabat Lelang terkecuali
ditetapkan
Peraturan Pemerintah / Undang-Undang.

Pasal 1 angka 4, 5, 6 Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 27/PMK.06/2016


mengklasifikasikan lelang menjadi:

a. Lelang Eksekusi yaitu lelang untuk melaksanakan putusan atau penetapan


pengadilan, dokumen-dokumen lain yang dipersamakan dengan itu, dan/ atau
melaksanakan ketentuan dalam peraturan perundang-undangan.
b. Lelang Noneksekusi Wajib yaitu Lelang untuk melaksanakan penjualan
barang yang oleh peraturan perundang-undangan diharuskan dijual secara
lelang.
c. Lelang Noneksekusi Sukarela yaitu Lelang atas Barang milik swasta,
perorangan atau badan hukum/badan usaha yang dilelang secara sukarela.

19

Pejabat Lelang (Vendumeester) yaitu orang yang berdasarkan peraturan


perundang-undangan diberi wewenang khusus untuk melaksanakan penjualan
barang secara lelang (Pasal 1 angka 14 Peraturan Menteri Keuangan No.
27/PMK.06/2016). Pejabat Lelang dibagi 2 (dua), yaitu:
1. Pejabat Lelang Kelas I adalah Pejabat Lelang pegawai Direktorat Jenderal
Kekayaan Negara, yang berwenang melaksanakan Lelang Eksekusi, Lelang
Noneksekusi Wajib dan Lelang Noneksekusi Sukarela.
2. Pejabat Lelang Kelas II adalah Pejabat Lelang swasta yang berwenang
melaksanakan Lelang Non Eksekusi sukarela.

Tempat pelaksanaan lelang harus dalam wilayah kerja Kantor Pelayanan


Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) atau wilayah jabatan Pejabat Lelang
Kelas II tempat barang berada berdasarkan Pasal 22 Peraturan Menteri Keuangan
No. 27/PMK.06/2016.

Di dalam kegiatan lelang harus menjamin kepastian hukum antar pihak untuk
menjaga kepentingan masing-masing pihak. Untuk itu di dalam lelang wajib diterbitkan
akta autentik yaitu akta risalah lelang. Akta risalah lelang memiliki kekuatan pembuktian
yang ideal. Penerbitan akta risalah lelang dalam kegiatan lelang ditegaskan di Peraturan
Menteri Keuangan No. 27/PMK.06/2016 Pasal 85 ayat (1) yaitu Pejabat Lelang yang
melakukan lelang haruslah menciptakan Risalah Lelang. Pasal 9 Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 27/PMK.06/2016 menegaskan Pejabat Lelang mencakup pejabat
lelang kelas I serta II. Pejabat lelang kelas I wewenangnya melakukan lelang bagi seluruh
tipe lelang 555 NOTARIUS, Volume 15 Nomor 1 (2022) E-ISSN:2686-2425 ISSN:
2086-1702 terhadap permohonan penjualan, serta pejabat lelang kelas II wewenangnya
melakukan lelang Non Eksekusi Sukarela terhadap permohonan Balai Lelang / Penjualan.
Menurut Pasal 1 ayat (2) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 27/PMK.06/2016, pejabat
lelang kelas I Pejabat Lelang Kelas I yakni Pejabat Lelang pegawai Direktorat Jenderal
Kekayaan Negara yang memiliki wewenang melakukan Lelang Noneksekusi Wajib,
Lelang Noneksekusi Sukarela, serta Lelang Eksekusi.

Peserta lelang yakni badan usaha ataupun perorangan bisa menjadi peserta lelang,
selain faktanya
tidak diperbolehkan aturan yang ada misalnya: Jaksa, Hakim, Pengacara, Panitera, Juru
Sita,
Pejabat Lelang, Notaris, yang berkaitan pada pengadaan lelang (Salbiah, 2004).
Sesudah ditetapkan
pemenang lelang, pembeli harus melunasi harga lelang yang diperhitungkan
menggunakan uang
jaminan, serta bagi uang miskin membayar sejumlah 0%. Jika pembeli tak memenuhi
kewajiban
maka terdapatnya sanksi yang dijatuhkan pada pembeli lelang bahwa badan hukum
ataupun
individu tak diizinkan ikut lelang di semua daerah di Indonesia pada waktu 6 bulan,
terdapat pada
No/ 40 / PMK.07 / 2006.

Kewajiban yang sudah dilakukan akan memunculkan hak karena terlaksananya


kewajiban
serta hak yang tak bisa dipisahkan dari kedudukan dan peranan dari pihak yang
melakukannya. Jika
individu melakukan kewajiban serta hak selaras pada kedudukannya, ia melakukan
sebuah peran.
Ketidaksamaan diantara peranan dengan kedudukan yakni bagi kepentingan ilmu
pengetahuan.
Dua-duanya tak bisa dipisahkan sebab yang satu bergantung pada ynag lainnya begitu
juga
sebaliknya, tak terdapat peranan bila tak ada kedudukan (Soekanto, 2006).
Sama halnya secara membeli objek lelang berhubungan pula dengan perjanjian diantara
peserta lelang serta penjual lelang dimana nanti dibuktikan dengan adanya risalah
lelang.
Tercantum dalam Pasal 71 Ayat 1 Permenkeu No. 93/PMK.06/2010 Jo Permenkeu No.
106/PMK.06/2013 Terkait Petunjuk Pelaksanaan Lelang.
Pembatalan lelang bisa dilihat melalui 2 kondisi yakni sebelum pengadaan lelang serta
sesudah pengadaan lelang. Pembatalan sebelum pengadaan lelang yang dimohon
penjual tak
memunculkan akibat hukum baik pada penjual lelang ataupun pembeli lelang. Hal itu
bisa ada jika
sebelum tahap lelang ada itikad baik melalui pihak kreditur guna melaksanakan
pelunasan hutang
pada kreditur dahulu, selanjutnya debitur yang melaksanakan penjualan terhadap objek
lelang
karena pihak kreditur sering lebih memilih menjual sendiri barang jaminan untuk
membayar
utangnya serta bisa menerima lagi jika terdapat sisa uang melalui hasil penjualan itu
sesudah
dipakai guna membayar utangnya kepada kreditur.
Lelang yang dilakukan dengan tak tertutup bukan hanya terbatas berdasar pelaksanaan
tetapi
harus terbuka pula berdasarkan hal kelengkapan dokumen memiliki artian KPKNL bisa
memberi
jaminan jika lelang yang akan dilakukan sudah sesuai dengan seluruh syarat terkait
kelengkapan
legalitas resmi objek lelang. Legalitas resmi objek serta subjek lelang yakni sebuah
keadaan yaitu
dokumen persyaratan lelang sudah dilengkapi pemohon lelang. Penjual selaras pada
tipe lelang 560
NOTARIUS, Volume 15 Nomor 1 (2022) E-ISSN:2686-2425 ISSN: 2086-1702
serta tak terdapat ketidaksamaan data, membuktikan hubungan hukum diantara
pemohon lelang
dengan barang yang hendak dilelang, kemudian memberi keyakinan pada pejabat lelang
jika subjek
lelang memiliki hak guna melelang objek lelang, serta objek lelang bisa dilelang.
Untuk pemenang lelang landasan dasar guna memperoleh perlindungan hukum
terhadap jual
beli yang dilaksanakan lewat lelang yakni asas lelang, yang mana asas akuntabilitas
yaitu salah
satunya yang pengaplikasiannya berdasar hal kepastian hukum. Terdapat kepastian
hukum untuk
pengadaan lelang yakni sebuah perwujudan melalui keselarasan diantara sejumlah
kepentingan
yang saling berlawanan (Huijbers, 1990).
Perlindungan hukum preventif untuk pemenang lelang eksekusi jaminan hak tanggungan
adalah sebuah wujud perlindungan yang diberi untuk pemenang lelang sebelum adanya
sebuah
perselisihan mengenai obyek lelang. Vendu Reglement memberi perlindungan hukum
dengan
preventif pada pemenang lelang eksekusi hak tanggungan mengenai peralihan hak
obyek lelang
(Hadjon, 1987).

Lelang adalah suatu bentuk penjualan barang yang dilakukan secara


terbuka untuk umum dengan harga penawaran yang semakin meningkat atau
menurun untuk mencapai harga tertinggi, yang diajukan secara tertulis maupun
secara lisan, sebelumnya didahului pemberitahuan tentang akan adanya
pelelangan atau penjualan barang.1 Lelang merupakan suatu penjualan barang di
muka umum dengan cara penawaran secara lisan dan naik-naik untuk memperoleh
harga yang semakin meningkat atau dengan penawaran harga yang semakin
menurun dan/atau dengan penawaran harga secara tertutup dan tertulis yang
didahului dengan usaha mengumpulkan para calon peminat/pembeli lelang yang
dipimpin oleh pejabat lelang.2

Peserta lelang dapat dinyatakan sebagai


pembeli atau pemenang lelang apabila:
1) Pembeli lelang adalah orang atau badan hukum atau badan usaha yang
mengajukan penawaran tertinggi
2) Pembeli lelang ditetapkan dan disahkan sebagai pemenang lelang oleh
pejabat lelang
3) Pembeli dilarang mengambil atau menguasai barang yang dibelinya
sebelum memenuhi Kewajian Pembayaran Lelalng dan pajak atau
pungutan sah lainnya sesuai peraturan perundang-undangan
4) Pembeli harus melunasi kewajiban pembayaran lelang dan pajak atau
pungutan sah lainnya
5) Pembeli yang bersangkutan tidak melunasi kewajiban pemayaran
lelang, pejabat lelang harus membatalkan pengesahannya sebagai
pembeli
6) Pembeli yang tidak memenuihi kewajibannya setelah disahkan sebagai
pembeli lelang, tidak diperbolehkan mengikuti lelang diseluruh wilayah
indonesia dalam waktu 6 (enam) bulan.

Setelah objek lelang tersebut telah terjual maka pemenang/ pembeli lelang
melakukan kewajiban- kewajibanya sebagai pemenang lelang. Pemenang/pembeli
lelang juga berhak mengambil alih aset atau objek lelang yang telah ia beli yang
dapat di buktikan dengan akta Risalah Lelang. Namun hak dari pemenang lelang
tersebut tidak bisa ia dapatkan di karenakan adanya permasalahan bahwa pihak
nasabah tidak ingin menyerahkan objek lelang yang telah ia beli. Oleh karena itu
maka pihak pembeli lelang melakukan permohonan untuk melakukan eksekusi
pengosongan melalui pengadilan. Dalam praktek penjualan barang secara lelang
tidak selalu berfungsi dengan baik, karena adanya kendala dalam pelaksanaannya.

1
Rachmadi Usman, Hukum Lelang, Jakarta: Sinar Grafika, 2016, hlm. 21
2
Sutarjo, Pelelangan Dalam Rangka Eksekusi Oleh Pengadilan Negeri Dan PUPN, Serta
Aspek-Aspek Hukum Yang Timbul Dalam Praktek, Makalah Penyuluhan Lelang,
Medan:1995,hlm. 22

Anda mungkin juga menyukai