Anda di halaman 1dari 6

Lelang berasal dari kata bahasa latin “auctio” atau “auctus” artinya kenaikan atau

penambahan. (Dhaniarto, 2021, hal.45) Pengertian lelang dalam KBBI adalah penjualan
dimuka umum (dihadapan orang banyak dengan tawaran yang atas-mengatasi) dipimpin
oleh pejabat lelang. Sedangkan istilah “melelangkan” artinya menjual melalui lelang,
memberikan barang untuk dijual dengan cara lelang dan memborongkan pekerjaan. Oleh
karena itu menurut KBBI pengertian lelang secara harfiah mempunyai makna yang luas dan
tidak membatasi lelang sebagai penjualan tetapi lelang sebagai pemborongan pekerjaan.

Menurut para ahli lelang mempunyai arti yang luas dan sempit, sehingga lelang mempunyai
definisi sebagai berikut:

1. Polderman

Penjualan umum adalah alat untuk mengadakan perjanjian atau persetujuan yang
paling menguntungkan untuk si penjual dengan cara menghimpun para peminat. Maka, hal
tersebut mempunyai arti untuk membatasi lelang sebagai sarana penjualan karena adanya
kondisi “persetujuan yang paling menguntungkan”.

2. Preston Mc Afee dan John McMillan

Lelang adalah suatu institusi pasar dengan perangkat aturan yang jelas untuk
menentukan alokasi sumber daya dan harga berdasarkan penawaran dari para pelaku
pasar. Lelang dapat digunakan secara bersamaan dari sisi penjualan dan pembelian yang
disebut lelang dobel yaitu pembeli dan penjual saling melakukan penawaran sebagai
representasi tukar menukar yang terorganisir.

3. Roell

Penjualan dimuka umum adalah suatu rangkaian kejadian yang terjadi saat
seseorang hendak menjual suatu barang atau lebih secara pribadi maupun dengan
perantaraan kuasanya dengan memberi kesempatan kepada orang-orang yang hadir
melakukan penawaran untuk membeli barang-barang yang ditawarkan sampai pada saat
kesempatan itu lenyap yaitu tercapainya persetujuan antara penjual atau kuasanya dengan
pembeli tentang harga”.

Maka dari itu, lelang tidak terbatas pada penjualan barang semata.

Menurut Vendu Reglement (VR)

penjualan di muka umum ialah pelelangan dan penjualan barang yang diadakan di muka
umum dengan penawaran harga yang makin meningkat, dengan persetujuan harga yang
semakin menurun atau dengan pendaftaran harga, atau di mana orang-orang yang
diundang atau sebelumnya sudah diberikan tahu tentang pelelangan atau penjualan, atau
kesempatan yang diberikan kepada orang-orang yang berlelang atau membeli untuk
menawar harga, menyetujui harga atau mendaftarkan.

Maka, menurut VR penjualan dimuka umum mempunyai ketentuan yang dirincikan sebagai
berikut:
Lelang dan penjualan barang diadakan di muka umum dengan penawaran harga yang
semakin meningkat, mempunyai ketentuan terhadap persetujuan harga dalam kualifikasi
yaitu:

1. semakin menurun atau dapat dengan pendaftaran harga; atau


2. dimana orang-orang yang diundang atau sebelumnya sudah diberikan tahu tentang
pelelangan atau penjualan
3. kesempatan yang diberikan kepada orang-orang yang berlelang atau membeli untuk
menawar harga, menyetujui harga atau mendaftarkan

Ketentuan tersebut ditegaskan dalam peraturan teknis yang mengatur mengenai


pelaksanaan lelang yaitu Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
213/PMK.06/2020 tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang (PMK Nomor 21/PMK.06/2020).

Dalam Pasal 1 Angka 1 PMK Nomor 213/PMK.06/2020 mengatur lelang sebagai berikut:

“Lelang adalah penjualan barang yang terbuka untuk umum dengan penawaran harga
secara tertulis dan/atau lisan yang semakin meningkat atau menurun untuk mencapai harga
tertinggi, yang didahului dengan Pengumuman Lelang.”

Maka dari itu lelang mempunyai ketentuan sebagai berikut:

1. didahului pengumpulan peminat melalui Pengumuman lelang


2. penawaran harga secara tertulis dan/atau lisan yang meningkat atau menurun
3. penjualan barang dilakukan secara terbuka untuk umum dihadapan pejabat lelang

Dalam hal tersebut PMK Nomor 213/PMK.06/2020 dan VR mempunyai pengertian lelang
sebagai sarana penjualan dan tidak termasuk lelang pemborongan pekerjaan maupun
tukar-menukar.

Objek lelang berdasarkan PMK Nomor 213/PMK.06/2020 dalam Pasal 6 terdiri dari:

1. Setiap barang baik berwujud maupun tidak berwujud, bergerak maupun tidak
bergerak, dapat dihabiskan maupun tidak dapat dihabiskan, yang dapat
diperdagangkan, dipakai, dipergunakan, dimanfaatkan atau dinikmati serta
mempunyai nilai ekonomis, dapat dijual secara lelang.
2. barang tidak berwujud meliputi tidak terbatas pada Hak Menikmati Barang
(memanfaatkan barang, dan hak-hak sejenis lainnya yang sifatnya sementara,
dengan membayar sejumlah uang tetapi tidak mengubah status kepemilikan), Hak
Tagih (piutang), Hak atas Kekayaan Intelektual, Hak siar/rilis, dan Surat berharga.

Penyelenggara lelang terdiri dari:

1. Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL, instansi vertikal DJKN
yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala Kantor
Wilayah);
2. Balai Lelang (Badan Hukum Indonesia yang terbentuk Persatuan Terbatas, khusus
didirikan untuk melakukan kegiatan usaha di bidang lelang.
3. Pejabat Lelang Kelas I adalah Pegawai Negeri Sipil pada Kementerian Keuangan
yang diangkat sebagai Pejabat Lelang.
4. Pejabat Lelang Kelas II adalah orang perorangan yang berasal dari swasta/umum
yang diangkat sebagai Pejabat lelang oleh Menteri.
5. Pemandu Lelang adalah orang yang membantu Pejabat Lelang dalam menawarkan
dan menjelaskan barang dalam suatu pelaksanaan lelang.
6. Pengawas lelang (Superintenden) adalah pejabat yang diberi kewenangan oleh
Menteri untuk melakukan pembinaan dan pengawasan kepada Pejabat Lelang.
7. Penjual adalah orang, badan hukum atau badan usaha atau instansi yang
berdasarkan peraturan perundang-undangan atau perjanjian berwenang untuk
menjual barang secara lelang
8. Pembeli adalah orang atau badan hukum atau badan usaha yang mengajukan
penawaran tertinggi dan disahkan sebagai pemenang lelang oleh Pejabat Lelang.
9. Peserta lelang adalah orang atau badan hukum atau badan usaha yang telah
mengikuti syarat untuk mengikuti lelang

-Pejabat Lelang Kelas I diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia
Nomor 94/PMK.06/2019 tentang Pejabat Lelang kelas I:

“Pejabat Lelang Kelas I adalah Pegawai Negeri Sipil pada kementerian Keuangan yang
diangkat sebagai Pejabat Lelang yang merupakan pejabat umum sebagaimana diatur dalam
peraturan perundang-undangan.

Pengaturan Pejabat Lelang Kelas II diatur secara khusus dalam Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 189/PMK.06/2017 tentang Pejabat Lelang Kelas II (PMK Nomor
189/PMK.06/2017) “Pejabat Lelang Kelas II adalah Pejabat Lelang swasta yang berwenang
melaksanakan Lelang Noneksekusi Sukarela. sedangkan PMK 213/PMK.06/2020 Pihak
yang dapat diangkat menjadi Pejabat Lelang Kelas II adalah swasta/umum.

Terdapat perbedaan pengertian antara kedua PMK tersebut, dimana PMK Nomor
189/PMK.06/2017 mendefinisikan Pejabat Lelang Kelas II dengan berfokus pada
kewenangan yang dimiliki, sedangkan PMK Nomor 213/PMK.06/2020 mengatur pengertian
Pejabat Lelang Kelas II berdasarkan Pihak yang berwenang untuk mengangkat Pejabat
Lelang Kelas II.

Artinya, Pejabat Lelang Kelas II bukan merupakan Aparatur Sipil Negara sebagaimana
Pejabat Lelang Kelas I, TNI/Polri, Pejabat Negara, Kurator, Penilai, Pengacara dan/atau
Dewan Komisaris, Anggota Direksi atau karyawan Balai Lelang.

Peserta lelang tunggal harga naik signifikan sedangkan peserta banyak harga relatif tidak
naik.

Uang jaminan penawaran adalah uang yang disetor kepada penyelenggara lelang oleh
calon peserta lelang sebelum pelaksanaan lelang sebagai syarat menjadi peserta lelang
serta menunjukan NPWP minimal 20 persen dan maksimal 50 persen dari harga limit
apabila tidak terdapat harga limit maka jumlah uang jaminan ditentukan oleh penjual , maka
uang jaminan tersebut berfungsi sebagai peserta lelang yang disahkan sebagai pembeli dan
diperhitungkan dengan pelunasan kewajiban pembayaran lelang. Sehingga uang jaminan
penawaran lelang dari peserta lelang yang tidak disahkan sebagai Pembeli akan
dikembalikan seluruhnya tanpa potongan apapun.

Selain itu uang jaminan penawaran lelang akan disetorkan kepada yang berhak sesuai
kesepakatan Balai lelang dan pemilik jika Peserta Lelang disahkan sebagai Pembeli tidak
melunasi kewajiban pembayaran lelang sesuai ketentuan.

lelang mempunyai fungsi hukum privat dan publik karena lelang sebagai sarana penjualan di
muka umum menjembatani perbuatan hukum jual beli antara satu subjek hukum dengan
subjek hukum lainnya, selain itu, menyangkut juga aspek publik karena keikutsertaan publik
dan organ negara yang dirincikan sebagai berikut:

Fungsi budgeter dalam lelang merupakan sarana pengumpulan penerimaan negara yang
dilaksanakan dengan adanya kewajiban pembayaran bea lelang, pph, dan bphtb dengan
proses pelaporan dan pembayaran sesuai ketentuan dari instansi terkait yang berwenang.

Fungsi Privat berarti lelang sebagai sarana masyarakat dalam transaksi jual beli barang
sehingga memperlancar arus lalu lintas perdagangan barang. Selain itu fungsi privat lelang
tercermin dengan adanya jenis lelang noneksekusi sukarela.

Fungsi publik lelang yaitu lelang mendukung law enforcement dengan melaksanakan fungsi
yang diamanatkan peraturan perundang-undangan di bidang hukum perdata, pidana dan
pajak. Selain itu, lelang juga menjadi bagian dari eksekusi putusan hakim yang berkekuatan
hukum tetap atau dokumen-dokumen yang dipersamakan dengan putusan. fungsi publik
lainnya adalah lelang menjadi bagian dari tertib administrasi dan efisiensi pengelolaan
barang milik negara.

Oleh karena itu diperlukan pengawasan dalam pelaksanaan lelang oleh Pengawas Lelang
(superintenden) dengan memperoleh salinan risalah lelang yang digunakan untuk laporan
pelaksanaan lelang/kepentingan dinas. Secara rinci pengawas lelang melakukan
pengawasan sebagai berikut:

-laporan rekapitulasi hasil pengawasan terhadap balai lelang


-laporan rekapitulasi realisasi kegiatan dan hasil pelaksanaan lelang menurut jenis/asal
barang
-laporan hasil verifikasi salinan risalah lelang dan
-laporan rekapitulasi penatausahaan kertas sekuriti

Selain membuat laporan, juga dilakukan pemeriksaan langsung yang dilakukan pemeriksa
yang ditunjuk dan ditugaskan oleh Kepala Kanwil selaku Pengawas Lelang yang bertujuan
untuk: a) menilai kepatuhan pejabat lelang kelas I terhadap ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang lelang; b) menilai kinerja Pejabat Lelang kelas I baik dari
kualitas pelayanan maupun kuantitas pelayanan dan atau c) meneliti kebenaran pengaduan
dari masyarakat , informasi pihak-pihak terkait, dan atau/hasil pemeriksaan sebelumnya.
pemeriksaan langsung tersebut meliputi:
1. aspek kualitas pelayanan lelang: kesesuaian dengan peraturan; kecermatan dan
ketelitian dalam membuat minuta risalah lelang; dan kecermatan dan ketelitian dalam
menganalisis dokumen persyaratan lelang
2. aspek kuantitas yaitu jumlah minuta risalah lelang laku, ditahan, tidak ada
penawaran, wanprestasi
3. aspek kepatuhan administrasi dan pelaporan: penyelesaian minuta risalah lelang.

Kegiatan pemeriksaan oleh Superintenden ini dilakukan sebagai langkah mitigasi risiko
terhadap kinerja Pejabat Lelang Kelas I, kelas II dan balai lelang menjadi lebih terpantau
dan lebih memperhatikan tertib administrasi.

Pendaftaran dan pengumuman lelang termasuk dalam tahap pra lelang.


penjual melakukan pengumuman lelang yang ditujukan kepada masyarakat, dapat dilakukan
melalui media surat kabar harian yang terbit di tempat barang berada

Untuk lelang tanah atau tanah dan bangunan wajib dilengkapi Surat Keterangan Tanah dari
Kantor Pertahanan setempat, menetapkan nilai limit dan nilai uang jaminan

Setelah lelang dilaksanakan sesuai prosedur lelang, wajib dibuat Risalah Lelang. Risalah
Lelang merupakan suatu akta autentik. Berdasarkan Pasal 35 Vendu Reglement, Risalah
Lelang dipersamakan dengan berita acara lelang. Risalah Lelang berdasarkan Pasal 1
angka 32 PMK Nomor 213/PMK.06/2020 adalah “berita acara pelaksanaan lelang dibuat
oleh Pejabat Lelang yang merupakan akta autentik dan mempunyai kekuatan pembuktian
sempurna.” Risalah Lelang menjadi dasar autentifikasi dalam penjualan melalui lelang, yang
berisikan seluruh peristiwa yang berlangsung ketika penjualan lelang.

Untuk menjalankan fungsi budgeter, fungsi privat dan fungsi publik lelang, Pasal 52 PMK
Nomor 213/PMK.06/2020 membagi lelang dalam 3 (tiga) jenis yang terdiri dari Lelang
Eksekusi, Lelang Noneksekusi Wajib, dan Lelang Noneksekusi Sukarela. Masing-masing
jenis lelang tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

Lelang eksekusi adalah lelang yang dilaksanakan guna menjalankan putusan atau
penetapan pengadilan atau dokumen yang dipersamakan dengan putusan pengadilan.

Lelang non eksekusi adalah lelang yang dilakukan selain untuk pelaksanaan putusan
atau penetapan pengadilan. Lelang non eksekusi dapat terdiri dari lelang barang
milik/dikuasai Negara dan lelang sukarela atas barang milik SwastA

Lelang noneksekusi sukarela terdiri dari:

1. “Lelang barang milik Badan Usaha Milik Negara/Daerah berbentuk


persero;
2. Lelang barang milik perusahaan dalam likuidasi kecuali ditentukan lain
oleh peraturan perundang-undangan;
3. Lelang barang milik Badan Layanan Umum/Badan Hukum Pendidikan
yang tidak termasuk Barang Milik Negara;
4. Lelang barang milik perwakilan negara asing;
5. Lelang barang milik perorangan atau badan hukum/usaha swasta;
6. Lelang hak tagih (piutang);
7. Lelang kayu dan hasil hutan lainnya
8. Lelang Noneksekusi Sukarela lainnya sesuai peraturan perundang-
undangan.

Anda mungkin juga menyukai