Anda di halaman 1dari 29

PERATURAN LELANG I

POKOK BAHASAN

1. Dasar Hukum dan hukum yang berlaku dalam pelelangan.


2. Peristilahan dan pengertian lelang
a. Peristilahan
b. Pengertian lelang :
- Pengertian lelang menurut Pasal 1 V.R.
- Pengertian lelang menurut Polderman
- Pengertian lelang menurut Roel
3. Keharusan menggunakan juru lelang dan akibat pelanggarannya.
4. Cara-cara penawaran dalam pelelangan
a. Penawaran naik-naik
b. penawaran turun-turun
c. Penawaran dengan pendaftaran (tender)
- Tender penjualan
- Tender pembelian
5. Pejabat-pejabat yang berkaitan dengan lelang :
a. Juru lelang (Pejabat lelang) :
- Pejabat Lelang Klas I
- Pejabat Lelang Klas II
b. Superintendent
Lanjutan
6. Tata cara mengadakan lelang
7. Beberapa permasalahan yang timbul
dalam pelelangan
8. Peranan Kantor Bendahara Negara/
Kas negara dalam pembayaran biaya
lelang
9. Deregulasi dalam Lelang.
DASAR HUKUM HUKUM
YANG BERLAKU DALAM PELENGAN

1. Vendue Reglement (V.R.) : Peraturan Lelang Stb. 1908 No.


189sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dg Stb. 1941
No. 3.
Ditindak lanjuti dg SK Menkeu ttg Petunjuk Pelaksanaan Lelang.
Terakhir dg Peraturan Menteri Keuangan No. 40/PMK.07/2006.
Peraturan ini tdk menghapus V.R. ttp hanya memperjelas dan
menyesuaikan ketentuan-ketentuan yang ada dalam V.R dg
perubahan yang perubahan yg terjadi, seperti pengumumam
lelang dg selebaran, pemberitahuan scr kelilingmenurut ketentuan
lama diganti dg media cetak (koran), media elektronik.

2. Vendue Instructie (Instruksi Lelang) Stb.1908 No. 190 ttg Pejabat


Lelang Sebagaimana telah beberapa kali diubah rerakhir dg Stb
1930 No. 85. Ditindak lanjuti dg SK Menkeu No.
338/KMK.01/2000
Ttg Pejabat Lelang. Dan SK Menkeu No. 119/KMK. 07/2005 ttg
Pejabat Lelang Klas II dan PMK No. 41/PMK.07.2006 Ttg Pejabat
Lelang Kelas I
LANJUTAN

4. PP. no. 44 TAHUN 2003 tentang Pungutan oleh Negara


diluar pajak dan Retribusi

5. SK. Menkeu No 476/KMK/II/7/1972 ttg Tata Cara


Penerimaan dan Pertanggungjawaban Hasil Pelelangan
dan Pungutan- Pengutan oleh Kantor lelang.Negara dan
Kantor lelang Klas II.

7. SK. Lelang No. 47/KMK.01/1996ttg Balai Lelang,


kemudian diubah dg SK. Menkeu No 339/KMK.01/2000
dan diubah dg SK. Menkeu no 306/KMK.No
306/KMK.01/2002. terakhir diubah dg PMK
No.119/PMK.07/2005
PERISTILAHAN DAN
PENGERTIAN
A. PERISTILAHAN LELANG
Istilah lain dari lelang adalah penjualan di muka umum

B. PENGERTIAN LELANG
Menurut Pasal 1 V.R. (penafsiran otentik)
Penjualan di muka umum adalah penjualan barang yang
dilakukan di muka umum, dg penawaran harga yang makin
meningkat (bij opbod), dg persetujuan harga yang semakin
menurun (bij aflag) atau dg pendaftaran harga (bij inschriving)
atau dimana orang-orang yg diundang atau sebelumnya
sudah diberitahu ttg pelelangan atau penjualan atau
kesempatan yang diberikan kepada orang-orang yang
berlelang atau yang membeli untuk menawar harga,
menyetujui harga atau mendaftarkan harga.
Menurut Polderman

Dalam desertasinya yg berjudul “ Het


Openbaar Aanbod” Penawaran di muka
umum
adalah “ penjualan di muka umum adalah
suatu alat untuk mengadakan perjanjian atau
persetujuan yg paling menguntungkan basgi si
penjual dg cara penghipunan para peminat.”
Lanjutan
Syarat Lelang menurut Polderman tsb,
yaitu :
1. Penjualan di muka umum itu harus
selengkap mungkin
2. Ada kehendak untuk mengikatkan diri
(perlunya uang jaminan)
3. Pihak lain yang akan mengadakan
perjanjian tdk dapat ditunjuk
sebelumnya
 Kesimpulan :

- Bahwa lelang itu terjadi pada suatu saat atau titik, yaitu
pada saat tercapai persetujuan harga. Sebelum tercapai
persetujuan harga mk blm terjadi pelelangan, krn tawar
menawar harga di dlm jual beli itu mrpk sesuatu yg khas
dalam jual beli di Indonesia.

- Belum terjadi pelelangan, jika baru diberikan


kesempatan kepada khalayak ramai untuk melakukan
penawaran. Jadi pada tahap ini tawar menawar tidak
termasukdalam kegiatan lelang, shg apabila la dilakukan
tanpa berdasarkan peraturan lelang, maka bukan
merupakan suatu pelangggaran, misalnya iklan
penjualan tanah di surat kabar yang dilakukan oleh
penjualnya (pemiliknya) sendiri.
ROELL

“Penjualan di muka umum adalah suatu rangkaian


kejadian yg terjadi antara saat dimana seseorang
hendak menjual suatu barang atau lebih secara
pribadi maupun dg perantaraan kuasanya dg
memberi kesempatan kepada orng-orang yg hadir
melakukan penawaran untuk membeli barang-
barang yg ditawarkan sampai pada saat dimana
kesempatan itu lenyap, yaitu pada saat
tercapainya persetujuan antara penjual atau
kuasanya dg pembeli ttg harganya”
Jadi kesimpulannya :
- Lelang adalah merupakan suatu proses yg dimulai dari saat
seseorang akan menjual suatu barang sampai dg saat tecapainya
persetujuan harga (harga yg diluluskan) atau sampai saat lelang
itu dihentikan (krn tdk mencapai limit harga yg diinginkan penjual),
shg barang tdk jadi dilelang/tdk jadi dijual.

- Mulai saat dikeluarkan niat menjual barang di muka umum, proses


lelang sudah dimulai oleh karenanya itu semuanya harus dimulai
sesuai dg ketentuan dalam peraturan lelang.
Di Indonesia yg dianut adalah pendapat Roell, namun untuk
pengumuman lelangnya tetap berada ditangan penjual sesuai dg
Pasal 13 SK. Menkeu No. 304/KMK.01/2002 yg berbunyi “
Penjualan secara lelang didahului dg pengumuman lelang yg
dilakukan oleh penjual melalui surat kabar harian, media
elektronik”
PMK No. 40/PMK 07/2006 Pasal 1
butir (1)

“ Lelang adlh penjualan barang yg


terbuka untuk umum dg
penawaran harga secara tertulis
dan atau lisan yg semakin
meningkat atau menurun utk
mencapai harga tertinggi yg
didahului dg pengumuman.
JURU LELANG/PEJABAT LELANG
Keharusan menggunakan Juru Lelang/Pejabat
Lelang dan akibat pelanggarannya.

Pasal 1 a V.R. menyatakan : “Penjualan di muka


umum tdk boleh diadakan kecuali di depan juru
lelang” .

Hal ini dipertegas lagi dg PMK No. 40/PMK


07/2006 ttg Petunjuk Pelaksanaan Lelang, Pasal
2 menyatakan” Setiap pelaksanaan lelang harus
dilakukan oleh dan/atau dihadapan pejabat
lelang, kecuali ditentukan lain olehperaturan
perundang-undangan”.
Pelanggaran Thdp Keharusan menggunakan
perantaraan JuruLelang/Pejabat Lelang

 Pasal 1 a angka 3 V.R. menyatakan “


Seseorang yg berbuat bertentangan dg
ketentuan dlm pasal ini didenda paling banyak
sepuluh ribu Gulden dan perbuatannya
dikualifikasikan sbg tindak pidana pelanggaran”.

 Pengecualian :
 - Lelang yg dilakukan Kantor Pegadaian
 - Lelang yg dilakukan oleh Perhutani
 - Lelang tender pemerintah berdasarkan
Keppres
Juru Lelang/Pejabat Lelang di dalam
Melaksanakan Pekerjaannya
mewakili 3 (tiga) kepentingan, yaitu :

 - Kepentingan Pemerintah
 - Kepentingan penjual
 - Kepentingan pembeli
 Pengertian Pejabat Lelang (vendumeester):
 Adalah org yg khusus diberi wewenang oleh
menteri keuangan untuk melaksanakan
penjualan barang secara lelang berdasarkan
peraturan perundang-undangan yg berlaku
(Pasal 1 angka 2 Vendureglement).

 Pejabat lelang dibedakan 2 (dua) :


 1. Pejabat lelang Kelas I
 2. Pejabat Lelang Kelas II
 Pejabat Lelang Kelas I :
 Adalah pegawai DJPLN yg diangkat utk jabatan itu oleh Menteri
Keuangan yg didelegasikan kepada Dirjen.
 Syarat-syarat utk diangkat menjadi Pejabat Lelang Kelas I :
 a. Sehat Jasmani dan rohani yg dinyatakan dg surat ket. dr
dokter pemerintah;
 b. Berpendidikan serendah-rendahnya S1 diutamakan Sarjana
hukum, Ekonomi menejemen/akutansi, atau sarjana
Penilai;
 c. Berpangkat serendah-rendahnya penata Muda Gol.Ruang
III/a;
 d. Lulus Diklat Pejabat lelang II, Diklat Lelang III;
 e. Mempunyai kemapuan melaksanakan lelang yg
dinyatakan dg rekomendari atasan setingkat eselon III
di Unit kerja ybs.
 f. Tidak pernah terkena sanksi administratif dan memiliki
integritas yg tinggi yg dinyatakan dg surat keterangan
dr Pejabat Eselon III dlm unit kerja ybs.
 Pejabat Lelang Kelas II :
 Adalah orang-orang tertentu yg diangkat untuk
jabatan itu oleh Menteri Keuangan yg didelegasikan
kepada Dirjen. Orang-orang tertentu yg dimaksud
adalah orang-orang yg berasal dr : Notaris, Penilai,
pensiunan pegawai DJPLN diutamakan yg pernah
menjadi Pejabat lelang Kelas I, atau lulusan Diklat
Pejabat Lelang yg diadakan oleh Badan Diklat
Keuangan DepKeu.

 Pejabat Lelang kelas II berkedudukan di wilayah


kerja tertentu yg ditetapkan oleh Dirjen (Kantor
Pejabat lelang Kelas II atau di Balai Lelang).
 Syarat-syarat Untuk diangkat sbg Pejabat Lelang Kelas II :

 a. Sehat jasmani dan rohani;


 B. Berpendidikan serendah-rendahnya sarjana (S1) diutamakan
bidang hukum, ekonomi menejemen/akutansi, atau penilai;
 b. Memiliki kemampuan melaksanakan lelang yg dibuktikan dg
Surat Ket/rekomendari dr Kepala KP2LN dan lulus ujian profesi
Pejabat Lelang dan Penilai;
 C. Tidak pernah dijatuhi hukuman pidana yg dinyatakan dengan
surat Keterangan Catatan Kepolisian;
e. Telah mengikuti praktek kerja (magang) yg dibuktikan dg rekomendasi dari dsireksi
Balai Lelang dan Kepala KP2LN, atau Direksi Balai Lelang dan Pejabat Lelang Klas
II, kecuali pensiunan PNS DJPLN yg telah pernah menjadi Pejabat Lelang.
f. Lulus Diklat Pejabat Lelkang yg diselenggarakan Depkeu
 g. Khusus utk pensiunan PNS DJPLN, harus berpangkat serendah-
 rendahnya Penata muda Gol III/a dan berpendidikan serendah-rendahnya
 S1.
 h. Tidak pernah terkena sanksi administrasi, tdk pernah dijatuhi
 hukuman pidana dan memiliki integritas tinggi yg dibuktikan dg
ket. Pej. Yg berwenang Pejabat eselon III
 Kedudukan Pejabat Lelang

 Pejabat Lelang Kelas I hanya dapat


melaksanakan tugas dan wewenangnya
selama berkedudukan di KP2LN

 Pejabat Lelang Kelas II hanya dapat


melaksanakan tugasnya selama
berkedudukan di Kantor Pejabat Lelang
Kelas II atau Balai Lelang dalam wilayah
kerjanya.
 Pejabat Lelang Kelas I yg berkedudukan di
KP2LN berwenang melaksanakan lelang
eksekusi dan lelang non eksekusi

 Pejabat Lelang Kelas II berwenang


melaksanakan lelang non eksekusi atas
permintaan Balai lelang. Pelaksanaan lelang
tersebut hanya terbatas pada pelaksanaan
lelang non eksekusi sukarela, lelang aset
BUMN/BUMD berbentuk Persero, dan lelang
aset milik bank dalam likuidasi berdasarkan
PP No. 25 tahun 1999.
TUGAS DAN FUNGSI PEJABAT LELANG

 1. Peneliti dokumen persyaratan


lelang.
 2. Pemberi informasi lelang.
 3. Pemimpin lelang.
S

 4. Pejabat Umum
Wewenang, dan Kewajiban
Pejabat Lelang Kelas I
 Wewenang Pejabat Lelang :
 a. Melakukan analisis yuridis terhadap dokumen
 persyaratan lelang dan dokumen barang yang akan
 dilelang.
 b. Menegur dan mengeluarkan peserta atau
pengunjung lelang apabila melanggar tata tertib;
 c. Menghentikan pelaksanaan lelang sementara waktu;
 d. Menolak melaksanakan lelan apabila tidak yakin
 akan kebenaran formal berkas persyaratan lelang;
 ng, dan
 f. Membatalkan pembeli lelang yg wanprestasi.
 g. Melihat barang yg akan dilelang.
 i. Meminta bantuan aparat keamanan apabila
diperlukan;
 Kewajiban – kewajiban Pejabat Lelang

 Pejabat Lelang Kelas I mempunyai kewajiban sbb:


 a. B ertindak jujur, saksama, mandiri dan tidak
 berpihak dan menjaga kepentingan yg terkait
b. Meneliti dokumen persyaratan lelang;
c. Memimpin lelang;
d. Mengesahkan pembeli lelang;
e. Meminta dari pembeli bukti pelunasan harga lelang, bea perolehan
hak atas tanah dan/atau bangunan, dan pungutan-pungutan lain
yg diatur sesuai UU.;
f. Membuat administrasi pelaksanaan lelang;
g. .membuat dan menandatangani risalah lelang, serta
turunannya;
 h. Membuat laporan pelaksanaan lelang sesuai dg
 ketentusan yg berlaku;
 i. Mematuhi peraturan perundang-undangan lelang.
Larangan Utk Pej. Lelang
Kelas I
 melayani permohonan lelang diluar kewenanghannya;
 dg sengaja tdk hadir dlm pelaksanaan lelang yg telah
duijadwalkan;
 membeli barang yg dilelang dihadapannya;
 Melakukan pungutan lain diluar yg telah ditentukan;
 Melakukan tindakan yg tdk sesuai dg kepatutan;
 Menolak permohonan lelang;
 Merangkap jabatan sebagai pej. Neg., kurator,
pengacara, atau jabatan lain yg dilarang menurut
peraturan yg berlaku.
Wewenang pej. Lelang
Kelas II
 Wewenang Pejabat Lelang :
 a. Melakukan analisis yuridis terhadap dokumen
 persyaratan lelang dan dokumen barang yang akan
 dilelang.
 b. Menegur dan mengeluarkan peserta atau pengunjung
 lelang apabila melanggar tata tertib;
 c. Menghentikan pelaksanaan lelang sementara waktu;
 d. Menolak melaksanakan lelan apabila tidak yakin
 akan kebenaran formal berkas persyaratan lelang;
 e. Mengesahkan pembeli lelang, dan
 f. Membatalkan pembeli lelang yg wanprestasi.
 g. Melihat barang yg akan dilelang.
 i. Meminta bantuan aparat keamanan apabila diperlukan;
 Kewajiban – kewajiban Pejabat Lelang

 Pejabat Lelang Kelas II mempunyai kewajiban sbb:


 a. B ertindak jujur, saksama, mandiri dan tidak
 berpihak dan menjaga kepentingan yg terkait
 Mengadakan perikatan dg balai lelang mengenai pelaksanaan lelang dan
honorarium
b. Meneliti dokumen persyaratan lelang;
c. Memimpin lelang;
d. Mengesahkan pembeli lelang;
e. Meminta dari balai lelang bukti pelunasan harga lelang, bea perolehan hak
atas tanah dan/atau bangunan, dan pungutan-pungutan lain yg diatur
sesuai UU.;
f. Menyetor perurugi kepada superintenden
g. Membuat administrasi pelaksanaan lelang;
h. .membuat dan menandatangani risalah lelang, serta turunannya;
 h. Membuat laporan pelaksanaan lelang sesuai dg
 ketentusan yg berlaku;
 i. Mematuhi peraturan perundang-undangan lelang.
Larangan Utk Pej. Lelang
Kelas II
 melayani permohonan lelang diluar kewenanghannya;
 dg sengaja tdk hadir dlm pelaksanaan lelang yg telah
duijadwalkan;
 Menerima uang jaminan dan harga lelang dr pembeli.
 membeli barang yg dilelang dihadapannya;
 Melakukan pungutan lain diluar yg telah ditentukan;
 Melakukan tindakan yg tdk sesuai dg kepatutan;
 Menolak permohonan lelang;
 Merangkap jabatan sebagai pej. Neg., kurator,
pengacara, atau jabatan lain yg dilarang menurut
peraturan yg berlaku.
 Pemberhentian Pejabat Lelang

 Pejabat lelang diusulkan utk diberhentikan dlm hal ;


 a. Meninggal dunia;
 b. Pensiun;
 c. Indikasi pelanggaran terbukti;
 d. Dijatuhi sanksi administrasi dan kode etik
lembaga yg berwenang;
 e. Pejabat Lelang Kelas I yg belum lulus S1 dan belum
berpangkat Penata Muda Gol IIIa dlm jangka waktu
4 thn sejak ditetapkan Keputusan Menkeu ini.
 f. Pejabat Lelang Kelas II yg tdk lagi betrkedudukan
diwilayah kerjanya;
 g. Telah berusia 65 th.
 Usulan pemberhentian Pejabat Lelang tsb
diajukan oleh Kepala KP2LN kepada
Kakanwil DJPLN utk diteruskan kepada
Dirjen PLN.
 Pejabat lelang diperhentikan oleh Dirjen
atas nama Menkeu.

 Pembebastugasan dan pemberhentian tsb


tdk mengurangi tuntutan perdata dan
pidana berdasarkan peraturan perundang-
undangan yg berlaku.

Anda mungkin juga menyukai