Anda di halaman 1dari 22

SOSIALISASI PERATURAN

MENTERI HUKUM DAN HAM


NOMOR 15 TAHUN 2020 TENTANG
TATA CARA PEMERIKSAAN
MAJELIS PENGAWAS TERHADAP
NOTARIS

Makasar 31 Agustus 2020


FARDIAN.SH
• Majelis Pengawas Notaris adalah suatu badan yang mempunyai
kewenangan dan kewajiban untuk melaksanakan pembinaan
dan pengawasan terhadap Notaris berdasarkan Undang-Undang
Jabatan Notaris.

• Kata “suatu badan” adalah terkandung maksud sebagai suatu lembaga


yang hakekatnya melaksanakan sebagian dari kewenangan Menteri
Hukum dan Hak Asasi Manusia dibidang kenotariatan, khususnya
pembinaan dan pengawasan terhadap Notaris yang meliputi perilaku
Notaris dan pelaksanaan jabatan Notaris.
PENGATURAN TATA CARA PEMERIKSAAN
MAJELIS PENGAWAS NOTARIS
Slide 10
Tata Cara Pemeriksaan Majelis Pengawas yang diatur dalam Peraturan Menteri
01 adalah amanat dari Pasal 81 Undang-Undang Jabatan Notaris.

Tata Cara Pemeriksaan Majelis Pengawas Notaris sebelumnya diatur dalam


Permenkumham No. M.02.PR.08.10 Tahun 2004 tentang Tata Cara
02 Pengangkatan Anggota, Pemberhentian Anggota, Susunan Organisasi, Tata
Kerja dan Tata Cara Pemeriksaan Majelis Pengawas Notaris.

Kemudian, Permenkumham No. M.02.PR.08.10 Tahun 2004 dipecah mengatur


khusus tentang Tata Kerja Majelis Pengawas Notaris yaitu dengan
03 diterbitkannya Permenkumham No. 40 Tahun 2015 tentang Susunan
Organisasi, Tata Cara Pengangkatan Anggota, Pemberhentian Anggota, dan
Tata Kerja Majelis Pengawas.

Pada tanggal 2 Juni 2020, Permenkumham No. 15 Tahun 2020 tentang Tata
04 Cara Pemeriksaan Majelis Pengawas terhadap Notaris resmi diundangkan.
URGENSI PERUBAHAN PERMENKUMHAM
Slide 10 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN MPN

Belum seragamnya proses pemeriksaan notaris oleh


01 Majelis Pengawas Notaris di setiap jenjang.

Semakin banyaknya permasalahan yang dilakukan oleh


02 Notaris, baik dalam pelaksanaan jabatan maupun perilaku
Notaris yang terkena tindak pidana.

Peraturan perundang-undangan yang mengatur


03 tentang tata cara pemeriksaan terhadap Notaris
belum mengakomodir kebutuhan dan perkembangan
hukum terhadap pembinaan dan pengawasan terkait
perilaku dan pelaksanaan jabatan Notaris.
TUJUAN PERUBAHAN PERMENKUMHAM
Slide 10TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN
Penguatan MPD sebagai ujung tombak pembinaan dan
pengawasan terhadap perilaku dan pelaksanaan jabatan notaris dengan
penambahan kewenangan tindak lanjut terhadap hasil pemeriksaan 01
berkala dan penemuan fakta hukum.

Penertiban pengadministrasian laporan pengaduan masyarakat


dan pengaturan terkait pendampingan kuasa hukum terhadap 02
Pelapor dan Terlapor.

Memberikan kepastian dan perlindungan hukum kepada


masyarakat sebagai pengguna jasa Notaris dalam pembuatan akta 03
autentik, serta peningkatan pengawasan kepatuhan terhadap
pelaksanaan jabatan Notaris.
PERBANDINGAN PERMENKUMHAM
NO. M.02.PR.08.10 TAHUN 2004 DAN
PERMENKUMHAM NO. 15 TAHUN 2020
PERMENKUMHAM NO. PERMENKUMHAM NO.
M.02.PR.08.10 TAHUN 2004 15 TAHUN 2020

Laporan hanya dapat diajukan Laporan berasal dari: pihak yang


01 oleh pihak yang merasa dirugikan, dirugikan, hasil pemeriksaan
yaitu masyarakat. berkala, proses hukum dari
tingkat penyidikan sampai dengan
01
tingkat peradilan; dan/atau fakta
hukum lainnya.

Tidak mengatur tentang


02 administrasi laporan pengaduan
Pengadministrasian laporan diatur
masyarakat secara khusus.
secara mendetail. 02
PERMENKUMHAM NO. PERMENKUMHAM NO.
M.02.PR.08.10 TAHUN 2004 15 TAHUN 2020

Tidak mengatur mengenai Mengatur mengenai pendampingan


03 pendampingan kuasa hukum. kuasa hukum Pelapor/Terlapor 03
(sifatnya non litigasi).

Tidak mengatur mengenai Mengatur mengenai eksekusi


04 eksekusi putusan Majelis putusan. Ketika MPW mengusulkan
sanksi pemberhentian, maka juga 04
Pengawas Notaris.
harus mengajukan nama pemegang
protokol dari MPD.
Tidak mengatur mengenai tata
05 cara pemeriksaan protokol Mengatur mengenai tata cara
Notaris. pemeriksaan protokol Notaris oleh 05
MPD.
PENGATURAN TERBARU DARI
PERMENKUMHAM NO. 15 TAHUN 2020
KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS 01

Pasal 2 :
Majelis Pengawas berwenang melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap Notaris serta melakukan
pemeriksaan terhadap dugaan pelanggaran dan pelaksanaan jabatan Notaris.

Pasal 4 ayat (1) dan ayat (2) :


Pembentukan Majelis Pemeriksa secara berjenjang pada tingkat :
a. Majelis Pemeriksa Daerah;
b. Majelis Pemeriksa Wilayah;
c. Majelis Pemeriksa Pusat.
Pasal 4 ayat (3) s/d (6) :
Majelis Pemeriksa berjumlah 3 (tiga) orang yang terdiri dari perwakilan setiap unsur yang dibantu oleh
seorang sekretaris. Dan apabila ada majelis pemeriksa berhalangan hadir, maka dapat digantikan oleh Majelis
Pengawas dari unsur yang sama.
PENGAJUAN LAPORAN 02

Pasal 7 ayat (1):


Laporan diajukan oleh pihak yang dirugikan atas dugaan pelanggaran perilaku dan pelaksanaan jabatan
Notaris.

Pasal 8 ayat (2):


Laporan yang berasal dari pelaksanaan kewenangan Majelis Pengawas dapat diperoleh dari:
a. hasil pemeriksaan berkala;
b. proses hukum dari tingkat penyidikan sampai dengan tingkat peradilan; dan/atau
c. fakta hukum lainnya.

Pasal 9:
Terhadap laporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 dan Pasal 8, dilakukan pemeriksaan oleh Majelis
Pemeriksa secara berjenjang.
PENGADMINISTRASIAN LAPORAN 03

Pasal 10 ayat (1) dan (2):


Laporan diterima dan dicatat oleh Sekretaris Majelis Pengawas meliputi: identitas Pelapor dan Terlapor;
surat yang disampaikan kepada Ketua Majelis Pengawas Notaris; dan bukti/fakta hukum dan lampiran
dokumen.

Pasal 11 ayat (1):


Sekretaris Majelis Pengawas Notaris melakukan pengadministrasian laporan yang dicatat pada buku
register perkara yang memuat:
a. nomor dan tanggal register perkara;
b. nomor dan tanggal saraL Laporan;
c. nama Pelapor dan Terlapor;
d. lampiran bukti atau keterangan lainnya yang dianggap perlu dilakukan pencatatan; dan
e. nama ketua, anggota, dan sekretaris Majelis Pemeriksa yang telah dibentuk dan ditetapkan oleh
Majelis Pengawas.
PENDAMPINGAN KUASA HUKUM 04

Pasal 38:
(1) Pelapor dan Terlapor dapat mengajukan permohonan pendampingan penasehat hukum.
(2) Ketua Majelis Pemeriksa dapat menyetujui atau menolak pendampingan penasehat hukum dalam
persidangan setelah mendengar pendapat dari anggota Majelis Pemeriksa.
(3) Dalam hal penasehat hukum disetujui, Ketua Majelis Pemeriksa meminta penasehat hukum
memperlihatkan identitas dan surat kuasa untuk dicatat oleh Sekretaris Majelis Pemeriksa.

Pasal 39:
Kedudukan penasehat bersifat non litigasi, terkait sidang profesi dalam rangka pemeriksaan dugaan
pelanggaran jabatan dan perilaku Notaris.

Pasal 40:
(1) Penasehat Hukum terbatas pada pendampingan dalam sidang pemeriksaan pada Majelis Pemeriksa.
(2) Pendampingan penasehat hukum dilaksanakan dalam bentuk: pemberian jawaban/tanggapan tertulis.
EKSEKUSI PUTUSAN 05

Pasal 26 ayat (1):


Majelis Pemeriksa Wilayah dapat menjatuhkan putusan berupa:
a. sanksi peringatan lisan maupun peringatan tertulis (sifatnya final); atau
b. usulan penjatuhan sanksi kepada Majelis Pengawas Pusat berupa pemberhentian:
1. sementara 3 (tiga) bulan sampai dengan 6 (enam) bulan;
2. dengan hormat; atau
3. dengan tidak hormat.

Pasal 26 ayat (3):


Usulan pemberian sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1 ) huruf b diajukan dengan
melampirkan surat penunjukan nama Notaris pemegang protokol dari Majelis Pengawas
Daerah.
Pasal 48 ayat (1):
Dalam pelaksanaan sanksi peringatan tertulis, Ketua Majelis Pengawas Wilayah mengeluarkan keputusan tentang penjatuhan
sanksi peringatan tertulis.

Pasal 49 ayat (1):


Dalam pelaksanaan penjatuhan sanksi pemberhentian sementara, Menteri menerbitkan keputusan
tentang pemberhentian sementara dan penunjukan pemegang Protokol Notaris dan pemblokiran akun
Notaris sementara.

Pasal 50 ayat (1) dan (2):


Dalam pelaksanaan penjatuhan sanksi pemberhentian dengan hormat atau dengan tidak hormat,
disampaikan atas usul Ketua Majelis Pengawas Pusat kepada Menteri. Terhadap usul Ketua Majelis
Pengawas Pusat, Menteri menetapkan:
a. keputusan pemberhentian dengan hormat dengan tidak hormat dan pemblokiran akun Notaris
secara permanen; dan
b. penetapan pemegang Protokol Notaris.

Pasal 51:
Notaris yang dijatuhi sanksi pemberhentian wajib melakukan serah terima Protokol Notaris paling lama 14
Hari sejak putusan diterima. Apabila dalam jangka waktu tersebut belum dilakukan serah terima Protokol
Notaris, Majelis Pengawas Daerah berhak mengambil alih serah terima Protokol Notaris tersebut.
Pasal 53:
• Notaris yang dijatuhi sanksi pemberhentian baik sementara maupun
pemberhentian dengan hormat atau tidak dengan hormat dari jabatan Notaris
dilarang melaksanakan jabatannya.
• Apabila Notaris tetap menjalankan jabatannya dalam pembuatan akta, Notaris
dinyatakan melakukan perbuatan melawan hukum.
TATA CARA PEMERIKSAAN PROTOKOL NOTARIS 06
OLEH MPD

Pasal 18:
Pemeriksaan oleh Majelis Pemeriksa Daerah meliputi:
a. laporan pengaduan masyarakat;
b. pemeriksaan Protokol Notaris; dan/atau
c. fakta hukum terhadap dugaan pelanggaran pelaksanaan jabatan dan perilaku Notaris.

Pasal 21:
(1) Pemeriksaan Protokol Notaris sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 huruf b
dilaksanakan berdasarkan hasil pemeriksaan berkala 1 (satu) hari dalam 1 (satu) tahun
atau setiap waktu yang dianggap perlu.
(2) Hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa berita acara pemeriksaan
Protokol Notaris dan rekomendasi hasil pemeriksaan.
ALUR TATA CARA PEMERIKSAAN MPN
BERDASARKAN PERMENKUMHAM
NO. 15 TAHUN 2020
KETENTUAN PENUTUP

• Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Peraturan Menteri Hukum
dan Hak Asasi Manusia Nomor M.02.PR.08. 10 Tahun 2004 tentang Tata
Cara Pengangkatan Anggota, Pemberhentian Anggota, Susunan Organisasi,
Tata Kerja, dan Tata Cara Pemeriksaan Majelis Pengawas Notaris, dicabut
dan dinyatakan tidak berlaku.
• Peraturan Menteri ini mulai berlaku sejak tanggal diundangkan.
Slide 11

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai