Anda di halaman 1dari 3

RANGKUMAN PERATURAN LELANG

1. Perbeda LELANG dengan JUAL BELI PADA UMUMNYA


LELANG
Penjualan di muka umum
Ada Pengumuman sebelum lelang
Ada Pejabat Lelang
Peserta harus mendaftar dahulu
Untuk jenis tertentu diwajibkan ada jaminan
penawaran
Di pungut Bea Lelang dan pajak

JUAL BELI PADA UMUMNYA


Tidak harus di muka umum
Tidak harus di umumkan terlebih dahulu
Tidak ada pejabat tertentu
Tidak
Tidak
Pajak Penjualan

2. Perbedaan LELANG PADA UMUMNYA dengan PENGADAAN BARANG DAN


JASA PEMERINTAH
LELANG PADA UMUMNYA

PENGADAAN BARANG DAN JASA


PEMERINTAH
Panitianya tunggal
Panitianya Banyak
Objek yang dijual berupa Barang
Barang dan Jasa
Pesertanya umum
Badan Hukum dan Umum
Harga yang dikehendaki adalah harga Harga yang dikehendaki yang terendah
tertinggi
Alat bukti berupa RISALAH LELANG
Aat bukti berupa KONTRAK
Peserta tidak ada kualifikasi
Peserta
digolongkan
berdasarkan
kualifikasi
Pembayaran secara Tunai
Pembayaran secara bertahap atau
termin
3. Perbedaan JUAL BELI PADA UMUMNYA dengan PENGADAAN BARANG
DAN JASA
PENGADAAN BARANG DAN JASA

JUAL BELI PADA UMUMNYA

Merupakan
Pembelian
Barang
atau
pembelian jasa pemborongan pekerjaan
Pengadaan Barang dan Jasa oleh Pejabat
Pengadaan
Peserta yang tergabung dalam keanggotaan
organisasi Pengadaan Barang dan Jasa
Harus tertulis

Merupakan proses Menjual dan membeli


barang dan jasa
Sedangkan setiap orang tidak ada pengatur
khusus
Pelaku bebas tidak ditentukan

Penjualnya Banyak calon Pembeli satu

Penawaran bisa lesan atau tertulis langsung


maupun tidak langsung
Penjual dan beli masing-masing bisa banyak
dan perorangan

Dapat melalui E-Tandering, E-Catalogue, EPuchasing


Dapat
dilakukan
dengan
Penunjukan
Langsung
Pembayaran oleh Pemerintah dengan
sistem termin

Melalui segala media yang memungkinkan di


adakan jual-beli
Penjualan
dan
pembelian
dilakukan
berdasrkan kesepakatan barang dan harga
Pembayaran dilakukan dengan Tunai atau
angsuran

4. Lelang berdasarkan Pasal 6 UUHT tidak dapat dilaksanakan, karena pasal


tersebut mengatur mengenai PARATE EKSEKUSI yaitu Pemegang Hak
Tanggungan yang pertama berhak untuk menjual objek hak tanggungan atas
kekuasaan sendiri melalui pelelangan umum
5. NOTARIS sebagai PEJABAT LELANG KELAS II tidak melangggar UUJN,
karena Pasal 3 huruf g, UUJN tidak mengatur larangan NOTARIS merangkap
jabatan sebagai PEJABAT LELANG KELAS II
6. BALAI LELANG tidak berwewenang untuk melakukan lelang EKSEKUSI ,
karena PASAL 15 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 176/PMK.06/2010,
Balai lelang hanya bertindak sebagai PEMOHON LELANG terhadap LELANG
NON EKSEKUSI SUKARELA, yaitu :
LELANG barang milik BUMD/D berbentuk PERSERO
LELANG harta BANK DALAM LIKUIDASI
LELANG barang milik PERWAKILAN ASING
LELANG barang milik SWASTA, PERORANGAN atau BADAN HUKUM
7. Risalah Lelang adalah berita acara pelaksanaan lelang yang dibuat oleh
Pejabat Lelang yang merupakan akta otentik dan mempunyai kekuatan
pembuktian sempurna. Risalah Lelang teridi dari : Kepala , Badan dan Kaki ,
dibuat dalam Bahasa Indonesia dan diberi nomer urut. (Pasal 78 PMK no.
93/PMK.06/2010 tetang Pelaksanaan Lelang)
8. Penawaran Lelang (Pasal 54 Pasal 63 PMK no. 93/PMK.06/2010
tentang Pelaksanaan Lelang)
Pelaksanaan lelang dilakukan dengan mengadakan Penawaran. Penawaran
ini dapat dilakukan denagan cara :
1.

Penawaran Langsung
Dalam Penawaran Lelang Langsung, Peserta Lelang yang sah atau
kuasanya pada saat pelaksanaan lelang harus hadir di tempat
pelaksanaan lelang. Penawaran Lelang Langsung ini berlaku untuk :
a. Lelang Eksekusi
adalah lelang untuk melaksanakan putusan/penetapan pengadilan,
dokumen-dokumen lain yang dipersamakan dengan itu, dan/atau
melaksanakan ketentuan dalam peraturan perundang-undangan.
b. Lelang Noneksekusi

adalah lelang untuk melaksanakan penjualan barang yang oleh


peraturan perundang-undangan diharuskan dijual secara lelang.
c. Lelang Noneksekusi Sukarela
adalah lelang atas barang milik swasta, orang atau badan
hukum/badan usaha yang dilelang secara sukarela.
2.

Penawaran Lelang Tidak Langsung


Dalam Penawaran Lelang Tidak Langsung, Peserta Lelang yang sah
atau kuasanya pada saat pelaksanaan lelang tidak diharuskan hadir di
tempat pelaksanaan lelang dan penawarannya dilakukan dengan
menggunakan teknologi informasi dan komunikasi. Penawaran Lelang
Tidak Langsung dilakukan untuk Lelang Noneksekusi Sukarela.
Penawaran lelang tidak langsung ini dapat dilakukan dengan cara lisan
dan tertulis. Pada penawaran lelang tidak langsung secara lisan,
Peserta Lelang mengajukan penawaran dengan menggunakan media
audio visual dan telepon. Sedangkan pada penawaran lelang tidak
langsung secara tertulis, Peserta Lelang mengajukan penawaran
dengan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi antara lain:
LAN (local area network), Intranet, Internet, pesan singkat (SMS), dan
faksimili. Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan lelang melalui
Internet diatur dengan Peraturan Menteri.

9. Pejabat Lelang Kelas I adalah Pejabat Lelang pegawai Direktorat


Jenderal Kekayaan Negara yang berwenang melaksanakan Lelang Eksekusi,
Lelang Noneksekusi Wajib, dan Lelang Noneksekusi Sukarela. (Pasal 1
angka 2 PMK Nomor 174/PMK.06/2010). Pejabat Lelang Kelas I diangkat dan
diberhentikan oleh Direktur Jenderal atas nama Menteri, dengan memenuhi
syarat-syarat sebagai berikut: (Pasal 3)
10. Pejabat

Lelang Kelas II adalah Pejabat Lelang swasta yang berwenang

melaksanakan Lelang Noneksekusi Sukarela. (Pasal 1 angka 2 PMK No.


175/PMK.06/2010 ttg Pejabat lelang kelas II) Pejabat Lelang Kelas II diangkat
dan diberhentikan oleh Direktur Jenderal atas nama Menteri, dengan masa
jabatan selam 3 (tiga) tahun dan dapat diperpanjang kembali dan memenuhi
syarat-syarat sebagai berikut : (Pasal 2)

Anda mungkin juga menyukai