FAJAR SIDIK
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Mutu dan Perdagangan
Ikan Tuna Hasil Tangkapan Longline yang Didaratkan di PPS Nizam Zachman
Jakarta adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Fajar Sidik
NIM C44090004
ABSTRAK
FAJAR SIDIK. Mutu dan Perdagangan Ikan Tuna Hasil Tangkapan
Longline yang Didaratkan di PPS Nizam Zachman Jakarta. Dibimbing oleh
TRI WIJI NURANI dan SUGENG HARI WISUDO.
ABSTRACT
FAJAR SIDIK
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Perikanan
pada
Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan
Disetujui oleh
Diketahui oleh
Disetujui oleh
Diketahui oleh
Tanggal Lulus :
PRAKATA
Fajar Sidik
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki potensi ikan tuna
yang begitu besar. Tahun 2004 Indonesia menjadi negara nomor satu dalam
memproduksi ikan tuna dan memiliki target meningkatan perikanan tangkap
sebesar 0,5% /tahun dari tahun 2010 - 2014 (Sunoko et al., 2013). Berdasarkan
data FAO 2007 produksi ikan tuna ASEAN mencapai 26,2 persen dari produksi
ikan tuna dunia atau sebesar 1,7 juta ton. Volume produksi ikan tuna, cakalang
dan tongkol nasional tahun 2011 sebesar 955.520 ton, dimana produksi ikan tuna
sebesar 230.580 ton (BPS, 2012). Volume dan nilai ekspor komoditi perikanan
tuna mengalami peningkatan 5 tahun terakhir. Data statistik ekspor hasil
perikanan pada tahun 2007 sampai tahun 2011, volume ekspor ikan tuna memiliki
kenaikan rata-rata sebesar 4,30% dan nilai produksinya naik sebesar 13,61%
(KKP, 2012b).
Indonesia menjadi salah satu negara pengekspor ikan tuna di pasar dunia.
Negara-negara yang menjadi pangsa pasar utama ikan tuna asal Indonesia adalah
Jepang, Amerika dan Uni Eropa. Tahun 2011 Indonesia mengekspor ikan
tuna/cakalang/tongkol ke Jepang sebesar 44,604 ton dan ekspor ikan
tuna/cakalang/tongkol ke USA sebesar 15,062 ton. Meningkatnya aktivitas
perdagangan ikan tuna di pasar dunia menyebabkan adanya peningkatan standar
mutu hasil perikanan dari masing-masing negara. Hal ini menyebabkan terjadinya
penurunan permintaan hasil perikanan asal Indonesia. Turunnya permintaan ikan
tuna asal Indonesia disebabkan oleh kandungan logam berat dan histamin yang
cukup tinggi pada hasil perikanan Indonesia. Oleh karena itu perlu adanya kajian
mutu pada hasil tangkapan ikan tuna asal Indonesia dengan mengidentifikasi
sumber ikan tuna yang ada.
Volume produksi ikan tuna di pengaruhi oleh alat tangkapnya. Alat tangkap
yang sering digunakan untuk menangkap ikan tuna di perairan Indonesia adalah
alat tangkap tuna longline. Menurut data statistik perikanan tangkap Indonesia
tahun 2010, kenaikan rata-rata jenis alat tangkap tuna longline tahun 2000-2010
sebesar 23,26%, sedangkan pada alat tangkap jenis huhate dan pancing tonda
sebesar 27,47% dan 2,40% (KKP, 2011). Penelitian ini dilakukan di Pelabuhan
Perikanan Samudera Nizam Zachman Jakarta (PPSNZJ) yang merupakan salah
satu pelabuhan perikanan samudera yang memiliki produksi perikanan tuna yang
besar di Jakarta. Sebagian besar produksi ikan tuna di PPSNZJ berasal dari
perikanan laut dan pelabuhan lain. Ikan tuna yang di daratkan di PPSNZJ
dipasarkan ke lokal dan luar negeri dengan klasifikasi grade yang telah
ditentukan.
Tujuan Penelitian
METODE PENELITIAN
Tinjauan lapang dan pengumpulan data dilaksanakan pada bulan April 2013
di Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman Jakarta. Pengolahan data dan
penyusunan skripsi dilaksanakan pada bulan Mei – Juni 2013. Lokasi penelitian
terlihat pada Gambar 1.
Analisis Data
Transit/TLC/TP
Tuna dari kapal
langsung Ekspor
Gambar 2 Ilustrasi sumber ikan tuna di PPSNZJ terhadap pasar lokal dan ekspor
4
HASIL
Kapal bongkar
GradeEkspor : GradeLokal :
AAA A-
AAF B+
AF B-
AA Reject/C
A+ Oba/D
A
Gambar 3 Diagram alir proses penanganan ikan tuna dari perikanan laut
5
Proses bongkar ikan tuna dari perikanan laut dilakukan dengan hati-hati
menuju transit atau TLC di PPSNZJ. Proses bongkar dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 5 Ikan tuna jenis yellowfin Gambar 6 Ikan tuna jenis bigeye
(sumber : Lowe, 1839) (sumber : Lowe, 1839)
Selain jenis yellowfin dan bigeye, ada juga jenis ikan tuna albacore yang
menjadi hasil tangkapan ikan tuna lainnya. Jenis ikan tuna albacore biasanya
setelah tertangkap langsung dijadikan dalam bentuk frozen dan jarang sekali yang
dijual langsung dalam bentuk ikan tuna segar hal ini karena permintaan pasar
ekspor yang menginginkan ikan tuna jenis albacore dalam bentuk frozen.
Kapal bongkar di
pelabuhan lain
Pengiriman
Tuna
punya
sendiri? Tidak
Ya
Masuk transit
Prosesing
Gambar 7 Diagram alir proses penanganan ikan tuna dari transportasi darat
Ikan yang berasal dari pelabuhan lain dimasukkan kedalam transit atau TLC
(tuna landing center). Terdapat 29 unit transit yang ada di PPSNZJ dengan 18 unit
transit yang masih aktif dan 11 unit transit terhitung tidak aktif. Transit-transit
inilah yang akan menerima ikan tuna hasil bongkar kapal dan suplai dari
pelabuhan lain. Kegiatan bongkar ikan tuna dari pelabuhan lain pada Gambar 8.
Sebelum ikan tuna dimasukkan ke dalam box mobil, ikan tuna harus sudah
dipastikan telah mengalami perlakuan awal di atas kapal yaitu pembuangan isi
bagian tubuh ikan. Perlakuan diberikan mulai dari penanganan ikan tuna di atas
kapal sampai di perusahaan ikan tuna. Beberapa jenis perlakuan dalam
penanganan ikan tuna pada Tabel 2.
7
Ikan tuna yang memiliki kualitas lokal dikumpulkan dan ditimbang untuk
mengetahui ukuran beratnya, setelah itu ikan tuna langsung dibawa oleh pembeli
ke perusahaan ikan tuna disekitar PPSNZJ atau ke luar daerah seperti Cisarua
Bogor. Ikan tuna yang dijual ke pasar lokal dominan dalam bentuk ikan tuna
olahan. Beberapa perusahaan ikan tuna di kawasan PPSNZJ yang memproduksi
ikan tuna olahan yaitu PT Intimas, PT Awindo,dan PT Artamina. Produk olahan
yang sering dihasilkan dari perusahaan ikan tuna di kawasan PPSNZJ adalah loin,
saku dan steak. Produk olahan ikan tuna yang biasa dijual pada Gambar 10 dan
Gambar 11.
Gambar 10 Produk olahan ikan tuna steak di salah satu swalayan Jakarta
Gambar 11 Produk olahan ikan tuna saku di perusahaan tuna Intimas Jakarta
Produk ikan tuna olahan yang berupa steak dan saku sering ditemukan di
swalayan seperti di Carrefour blok M Jakarta. Harga dari masing-masing produk
ikan tuna olahan berbeda-beda tergantung pada jenis olahan dan bagian daging
yang diambilnya. Harga ikan tuna steak yang dijual di swalayan dihargai Rp.
7.599 per 100 gram dengan mutu grade A.
Tidak
Diizinkan?
Ya
Pengiriman ke Bandara
Soekarno-Hatta
Negara tujuan
Penandaan atau tagging bertujuan untuk mengetahui harga ikan tuna dan
tujuan pasarnya. Perendaman ikan tuna kedalam bak yang berisi es curah
dilakukan untuk menstabilkan suhu tubuh ikan tuna. Perendaman dilakukan
selama 1 jam sampai 2 jam dengan suhu -150C. Ikan tuna yang selesai direndam
selanjutnya di lap dengan busa/spon. Pengelapan ini dilakukan agar tubuh ikan
tidak basah untuk mencegah terjadinya kelembaban. Ikan tuna yang sudah di lap
kemudian langsung di packing dengan dilapisi plastik dan dimasukan kedalam
mobil box tertutup untuk dikirim.
Analisis Mutu
yang disebut spike untuk mengambil irisan daging dari tubuh ikan. Proses
pengecekan mutu bisa dilihat pada Gambar 13 dan Gambar 14.
merah terang
1 AAA kenyal banyak minyak cerah segar tidak ada tidak ada
4 AA kenyal ada minyak sedikit cerah terang tidak ada tidak ada
pelangi
sedikit
9 B kenyal sedikit minyak merah agak pucat tidak ada tebal
putih
susu
Oba/ D pucat/d
ada sashi/ pelangi
12 (daging aging tidak ada minyak merah gelap
bolong tebal
hitam) mateng,
kasar,
lembek
Semakin tinggi grade maka harga akan semakin mahal dan sebaliknya. Oleh
karena itu, mutu ikan tuna sangat dijaga agar tidak terjadi penurunan mutu yang
menyebabkan harga menjadi turun. Salah satu contoh yang menyebabkan mutu
ikan tuna turun pada Gambar 15.
12
Kulit terkelupas
Perbedaan harga ikan tuna segar ekspor dan lokal sangat signifikan
tergantung pada grade dan jenis ikan tuna. Berikut harga ikan tuna yang biasa
dijual ke pasar Jepang (ekspor) dan rumah makan (lokal) pada Tabel 4.
Harga pada Tabel 4 adalah harga yang dijual oleh pengusaha ikan tuna dari
PPSNZJ ke pasar ekspor dan lokal. Harga ini dapat berubah-ubah tergantung pada
harga mata uang asing terhadap rupiah. Sistem perdagangan ekspor ikan tuna
yang terjadi di negara Jepang adalah sistem lelang. Ikan tuna yang dikirim dari
PPSNZJ langsung dilelang, jadi tidak langsung dibayar ketika ikan tuna sampai di
Jepang. Biasanya ikan tuna dari PPSNZJ langsung dikirim ke Tokyo Jepang.
13
Analisis Statistik
Tabel 5 menggambarkan bahwa ada grade ikan tuna yang seharusnya masuk
ke pasar ekspor tetapi masuk kedalam pasar lokal. Hal ini terlihat pada hasil
tangkapan dari kapal bongkar Kilat Maju Jaya 1, KM Lucky Strike dan kilat
Samudera 3. Grade ekspor yang masuk ke pasar lokal yaitu AA, A, A- dengan
berat berturut-turut 19 kg, 18 kg dan 166 kg. Hal ini terjadi karena permintaan
pasar lokal yang menginginkan kualitas ikan tuna ekspor untuk dijual. Biasanya
hanya pembeli tertentu saja yang ingin membeli ikan tuna kualiatas ekspor untuk
dijual ke lokal seperti rumah makan Jepang yang ada di pasar lokal seperti
Jakarta. Contoh rumah makan Jepang di Jakarta yang biasa membeli ikan tuna
kualitas ekspor adalah rumah makan Obasha dan rumah makan Syakura.
Banyaknya ikan tuna lokal yang didapat hasil dari pembongkaran 9 unit kapal
disajikan pada Gambar 16 dan 17.
3500
3000 30 Maret 2013
2500 31 Maret 2013
2000 1-Apr-13
Berat
1500 4-Apr-13
1000 6-Apr-13
500 7-Apr-13
0 9-Apr-13
AA A A- B+ B- 11-Apr-13
Grade
5000 1-Apr-13
4000 4-Apr-13
3000 6-Apr-13
2000
7-Apr-13
1000
0 9-Apr-13
AA A A- B+ B- 11-Apr-13
Grade
yang masuk ke keperusahaan ikan tuna lokal biasanya diolah menjadi produk ikan
tuna olahan. Berdasarkan hasil bongkar kapal, diketahui jumlah ikan tuna dengan
grade reject dan oba terlihat padaTabel 6.
7000
30 Maret 2013
6000
5000 31 maret 2013
Berat (Kg)
4000 1-Apr-13
3000 4-Apr-13
2000 6-Apr-13
1000
7-Apr-13
0
Reject 9-Apr-13
Grade 11-Apr-13
3000
30 Maret 2013
2500
31 Maret 2013
Berat (Kg) 2000
1-Apr-13
1500
4-Apr-13
1000
6-Apr-13
500
7-Apr-13
0 9-Apr-13
Oba
Grade 11-Apr-13
Tabel 7 Hasil tangkapan tuna dari bongkar kapal longline untuk ekspor
Jumlah
AAF/ B+/
Tanggal Kapal Bongkar Kapal Jenis AA A+ A A-
A3 B
Bongkar Penitip
30-Mar- YF 0 218 338 898 0 0
16 kapal
13 Kilat Maju Jaya BE 0 1223 785 2604 27 0
31-Mar- XVIII YF 0 175 270 821 86 0
14 Kapal
13 BE 0 1592 1495 2996 70 0
United 23, 8 Kapal, 7 YF 0 761 479 3184 0 66
1-Apr-13 Hanindo 04 dan Kapal dan
Cakrawala XI 14 Kapal BE 113 1632 529 4891 0 637/503
YF 0 109 0 172 0 0
4-Apr-13 Duta Samudera 16 kapal
BE 0 1124 393 1669 0 113
YF 0 0 0 497 0 0
6-Apr-13 Muda Jaya I 9 kapal
BE 0 1244 1067 1450 0 0
Crown Maritime YF 0 0 95 57 0 0
7-Apr-13 5 kapal
Jaya III BE 0 92 515 623 0 152
YF 0 268 391 725 0 0
9-Apr-13 Lucky Strike 21 kapal
BE 0/56 734 526 1228 0 0
11-Apr- YF 0 77 77 182 0 0
Kilat Samudera 3 11 Kapal
13 BE 0 134 253 1324 0 0
1500 4-Apr-13
1000 6-Apr-13
7-Apr-13
500
9-Apr-13
0
AAA AAF AA A+ A A- B+ B 11-Apr-13
Grade
penitip. Jumlah ini lebih banyak dibandingkan dengan kapal bongkar pada tanggal
lainnya. Terlihat pada Gambar 20 bahwa ada grade ikan tuna ekspor yang menjual
ikan tuna grade B+, grade ini seharusnya masuk kedalam katagori grade ikan
tuna lokal. Kondisi ini terjadi karena harga ikan tuna di negara tujuan pada saat itu
sedang tinggi sehingga mendorong grade ikan tuna lokal ikut dijual ke ekspor.
Biasanya grade ikan tuna lokal yang dapat dijual ekspor ketika harga ikan tuna
naik adalah grade B+ dan B, pada grafik diatas berat grade B+ yang ikut dijual ke
ekspor sebesar 66 yang terjadi pada tanggal 1 April dan hal ini juga terjadi pada
jenis ikan tuna bigeye. Hasil tangkapan ikan tuna jenis bigeye untuk ekspor dari
masing-masing tanggal pembongkaran terlihat pada Gambar 21.
6000
5000 30 Maret 2013
31 Maret 2013
4000
Berat (kg)
1-Apr-13
3000
4-Apr-13
2000
6-Apr-13
1000 7-Apr-13
0 9-Apr-13
AAA AAF AA A+ A A- B+ B
11-Apr-13
Grade
Grade ikan tuna yang sering didapat berdasarkan Gambar 21 adalah grade
AA, A+ dan A. Setiap kapal bongkar dari masing-masing tanggal pembongkaran
mendapatkan ikan tuna dengan grade tersebut. Banyaknya grade AA, A+ dan A
disebabkan oleh jumlah hasil tangkapan jenis bigeye lebih banyak dari jenis
yellowfin sehingga peluang untuk mendapatkan grade selain grade A lebih
banyak. Sama halnya dengan jenis yellowfin, pada grade ikan tuna ekspor jenis
bigeye yang dijual ke ekspor yaitu pada tanggal 1 April, 4 April dan 7 April
dengan grade B+ dan B yang dijual.
Banyaknya grade B+ dan B yang dijual pada tanggal 1 April sebesar 637 kg
dan 503 kg, grade B+ yang dijual pada tanggal 4 April sebesar 113 kg dan grade
B+ yang dijual pada tanggal 7 april sebesar 152 kg. Grade yang paling banyak
dijual adalah grade A. Grade A yang paling banyak didapat pada jenis bigeye ada
pada tanggal 1 April sebesar 4.891 kg, hal ini karena banyaknya kapal bongkar
pada tanggal tersebut yang mendaratkan hasil tangkapnnya dibandingkan dengan
tanggal bongkar lainnya.
Uji Statistik
Uji statistik hubungan antara jumlah dan mutu terhadap harga pada hasil
tangkapan ikan tuna di PPSNZJ pada tanggal 30 Maret, 31 Maret, 1 April, 4 April,
6 April, 7 April, 9 April dan 11 April menggunakan software SPSS 16. Software
SPSS dapat menguji korelasi antara 3 komponen yaitu berat, harga dan mutu.
Korelasi antara jumlah dan mutu terhadap harga dapat diketahui seberapa erat
19
Berdasarkan hasil SPSS terkait hubungan antara jumlah dan mutu terhadap
harga. Diketahui bahwa ada pengaruh variabel independen (jumlah dan mutu)
terhadap variabel dependent (harga). Diketahui nilai R =0,859 dan R2= 0,738
maka dikatakan pengaruh yang diberikan kuat dan memiliki pengaruh sebesar
73,8%. Diketahui pula nilai Sig F Change = 0,00 maka dapat dikatakan bahwa
pengaruh variabel independen (jumlah dan mutu) sangat signifikan terhadap
variabel dependen (harga) karena nilainya pada kisaran 0-0,05 itu artinya ada
faktor lain yang mempengaruhi harga ikan tuna sebesar 26,2 % seperti cuaca,
iklim dan lainnya.
PEMBAHASAN
secara berturut-turut yaitu 1.780,608 ton, 99,283 ton dan 1.255,431 ton. Tiga
daerah ini memiliki pelabuhan perikanan yang sering mensuplai ikan tuna ke
PPSNZJ yaitu PPS Benoa Bali, PPS Cilacap dan PPN Palabuhanratu. Ikan tuna
yang disuplai dari pelabuhan lain memiliki mutu yang baik. Ikan tuna yang ada di
PPSNZJ sebesar 70% dijual ke ekspor dan 30 % dijual ke lokal. Volume ekspor
ikan tuna dari PPSNZJ pada tahun 2012 sebesar 13.194,431 ton dengan nilai
produksi Rp. 547.998.363.000 sedangkan ikan tuna yang dijual ke pasar lokal
sebesar 8.658,016 ton dengan nilai produksinya Rp. 286.136.074.000. Volume
produksi ikan tuna tersebut berdasarkan dari 4 jenis ikan tuna yaitu albacore,
madidihang (yellowfin), ikan tuna mata besar (bigeye), ikan tuna sirip biru
(southern bluefin).
Sumber ketersedian ikan tuna di PPSNZJ berasal dari perikanan laut dan
pelabuhan lain. Ikan tuna yang berasal dari perikanan laut berdasarkan pada kapal
bongkar yang mendaratkan hasil tangkapannya di pelabuhan PPSNZJ. Ikan tuna
yang didaratkan di PPSNZJ tidak semuanya berasal dari kapal bongkar, tetapi ada
yang berasal dari kapal penitip. Kapal penitip adalah kapal longline yang masih
beroperasi di tengah laut. Lamanya pengoperasian kapal longline berkisar antara 7
bulan sampai 1 tahun, sehingga menyebabkan kapal penitip menitipkan hasil
tangkapannya ke kapal longline yang ingin berlabuh di pelabuhan. Aktivitas
penitipan hasil tangkapan di tengah laut bertujuan untuk mengurangi
kerusakan/penurunan mutu hasil tangkapan akibat lamanya pengoperasian
sekaligus mengefisiensikan BBM. Kapal longline yang menampung hasil
tangkapan disebut kapal longline collecting atau pengumpul. Setiap hasil
tangkapan yang dititipkan diberi tanda atau tagging sesuai tanda yang diberikan
dari kapal penitip. Kapal longline collecting melakukan pengumpulan hasil
tangkapan selama satu minggu disamping melakukan penangkapan selama 4
sampai 6 bulan dalam pengoperasiannya.
Daerah penangkapan ikan dari kapal-kapal longline asal PPSNZJ berada di
WPP 572 dan WPP 573. Berdasarkan ketetapan Peraturan Menteri Kelautan dan
Perikanan Nomor PER.01/MEN/2009 WPP 572 meliputi Samudera Hindia
sebelah Barat Sumatera dan Selat Sunda sedangkan WPP 573 meliputi wilayah
perairan Samudera Hindia sebelah Selatan Jawa hingga sebelah Selatan Nusa
Tenggara, Laut Sawu, dan laut Timor Bagian Barat. WPP 572 dan WPP 573
menjadi target wilayah dalam penangkapan ikan tuna karena masih dianggap
memiliki sumberdaya ikan tuna yang melimpah, namun hanya jenis-jenis ikan
tuna tertentu saja yang sering didapat seperti madidihang (yellowfin tuna), ikan
tuna mata besar (bigeye tuna) dan albacore, untuk ikan tuna sirip biru (Southern
bluefin tuna) jarang tertangkap dikarenakan sumberdaya ikannya semakin
berkurang dan memiliki mobilitas yang tinggi dengan wilayah penyebarannya di
sekitar Samudera Pasifik dengan temperatur antara 350 S dan 450 S (Polacheck,
dkk., 1999). Oleh karena itu perlu adanya manajemen kapasitas ketersediaan ikan
tuna untuk dapat memperkirakan stok sumberdaya ikan tuna karena pengaturan
terhadap ketersediaan ikan tuna atau kapasitas merupakan salah satu kunci sukses
dalam mananjemen perikanan tangkap agar tidak terjadi over capacity (Hennessey
dan Healey diacu dalam ICES Journal of Marine Science, 2009). Biasanya jenis
ikan tuna sirip biru atau Southern bluefin tuna paling banyak didapatkan pada
bulan 12 sampai bulan 4. Ikan tuna jenis albacore biasanya ketika tertangkap
langsung dijadikan dalam bentuk ikan tuna beku (frozen) dikarenakan permintaan
21
pasar luar negeri yang cenderung menyukai produk ikan tuna beku atau frozen
dari jenis ikan tuna albacore.
Selain dari perikanan laut, ikan tuna yang ada di PPSNZJ berasal dari
pelabuhan lain. Beberapa pelabuhan perikanan yang sering mensuplai ikan ke
PPSNZJ adalah PPS Cilacap, PPN Palabuhanratu, dan PPS Benoa Bali.
Keterkaitan pelabuhan lain yang menyuplai ikan tuna ke PPSNZJ dikarenakan
adanya kapal milik pengusaha ikan tuna di PPSNZJ yang mendaratkan hasil
tangkapannya di pelabuhan tersebut seperti PPN Palabuhanratu, PPS Cilacap dan
PPS Benoa Bali. Suplai ikan tuna dari pelabuhan lain dikirim dengan
menggunakan mobil box. Banyaknya pengiriman biasanya terjadi maksimal 3 kali
per bulan dan minimal 1 kali per bulan, tergantung pada kapal yang melakukan
bongkar dipelabuhan tersebut. Kondisi ikan tuna di dalam box mobil harus
memiliki suhu -150 C agar suhu tubuh ikan tetap segar, untuk itu diberikan es
sebanyak kurang lebih 20 balok yang dibentuk curah kedalam box mobil dengan
bantuan balok kayu untuk menahan es curah agar tidak berjatuhan.
Ikan tuna ekspor asal PPSNJ biasanya dijual ke negara Jepang, Thailand,
Spanyol dan negara lainnya. Ikan tuna ekspor yang dijual dari PPSNZJ berupa
ikan tuna segar dan olahan. Ikan tuna segar biasanya di ekspor ke Jepang, Jerman
dan Belanda sedangkan ikan tuna olahan di ekspor ke Uni Eropa/Spanyol,
Thailand, dan Portugal. Proses perdagangan ikan tuna ekspor harus memiliki izin
ekspor. Salah satu surat izin ekspor adalah SHTI (Sertifikat Hasil Tangkapan
Ikan) dan HC (Health Certificate). Menurut PERMEN 13 tahun 2012, SHTI
adalah surat keterangan yang menyatakan bahwa hasil perikanan yang diekspor
bukan dari kegiatan Illegal, unreported, and Unregulated (IUU) fishing. SHTI
wajib dimiliki oleh pengusaha yang mengekspor ikan tuna ke wilayah Uni Eropa
sedangkan HC (Health Certificate) wajib dimiliki oleh pengusaha ikan tuna dalam
melakukan perdagangan ekspor khususnya untuk wilayah Asia. Surat-surat
keterangan tersebut menjadi salah satu pengontrol dalam manajemen perikanan
untuk tidak melakukan investasi yang berlebihan (Pakistan J, 2002). Salah satu
negara yang menjadi tujuan ekspor ikan tuna segar adalah Jepang. Menurut
(Zulham dan Sastrawidjaja, 2008) saat ini lebih dari 60% hasil tangkapan ikan
tuna Indonesia di ekspor sebagai produk ikan tuna segar, beku dan olahan
terutama untuk pasar Jepang, produk ikan tuna segar Indonesia juga sudah masuk
ke pasar Amerika serikat, Eropa, beberapa negara Asia selain Jepang seperti
Korea, Taiwan, Singapura dan Hongkong. Mutu ikan tuna segar ekspor memiliki
grade AAA, AAF, AF, AA, A+ dan A. Berdasarkan SNI standar untuk produk
ikan tuna ekspor bisa dilihat pada Tabel 10.
22
Grade AAA merupakan grade ikan tuna yang paling mahal, harga ikan
tuna grade AAA bisa mencapai Rp. 312.000/kg. Ikan tuna dengan grade AAA,
AAF, AF jarang sekali didapat oleh nelayan tuna longline di PPSNZJ karena
semakin berkurangnya sumberdaya ikan tuna. Grade ikan tuna yang sering
didapat adalah grade AA, A+ dan A. Berdasarkan hasil penelitian grade ikan tuna
ekspor yang paling banyak didapat oleh kapal tuna longline dari 9 kapal bongkar
adalah grade A, karena setiap kapal bongkar selalu membawa hasil tangkapan
ikan tuna dengan mutu grade A. Harga ikan tuna grade A sekitar Rp. 83.200/kg.
Ikan tuna dengan grade A jarang sekali dijual di pasar lokal dan hampir semuanya
dijual ke ekspor, namun beberapa rumah makan tertentu saja yang memesan ikan
tuna dengan grade A seperti rumah makan Jepang. Lain halnya dengan grade ikan
tuna lokal, grade ikan tuna yang dijual ke lokal memiliki grade B+, B, B-, Reject/
C, Oba/ D. Ikan tuna dengan grade lokal biasanya masuk ke perusahaan ikan tuna
lokal, rumah makan dan konsumen langsung. Ikan tuna yang masuk kedalam
perusahaan ikan tuna langsung diproses dan biasanya dijual dalam bentuk olahan
seperti saku, steak, loin dan jarang sekali dalam bentuk ikan tuna segar. Hal ini
karena kualitas reject atau oba adalah ikan tuna yang memiliki daging lembek dan
warnanya sudah tidak merah segar melainkan pucat atau hitam. Oleh karena itu
salah satu perlakuan yang diberikan pada ikan tuna reject atau oba adalah
pemberian gas CO. Gas CO berfungsi untuk memberikan warna pada ikan tuna
reject atau oba agar terlihat cerah.
Harga grade ikan tuna lokal dihargai berkisar Rp. 22.000/kg-Rp. 72.800/kg
(Lihat Tabel 4). Berdasarkan hasil penelitian grade ikan tuna lokal yang paling
banyak didapat dari 9 kapal bongkar adalah grade B+. Pada kondisi tertentu ada
grade ikan tuna lokal yang dijual ke ekspor yaitu grade B+ dan B. Hal ini
23
dikarenakan oleh harga ikan tuna di ekspor sedang meningkat, sehingga ikan tuna
grade B+ dan B dapat dijual ke ekspor. Selain faktor grade/mutu ada juga faktor
lain yang mempengaruhi harga ikan tuna yaitu jenis ikan tuna. Jenis ikan tuna
yang paling mahal adalah jenis bluefin tuna dengan harga diatas Rp. 312.000/kg
dengan grade AAA. Berdasarkan harga tersebut mengacu dari 2 jenis ikan tuna
yang sering didapat oleh nalayan di PPSNZJ yaitu ikan tuna jenis bigeye dan
yellowfin. Ikan tuna jenis bigeye dan yellowfin memiliki harga yang tidak jauh
beda, dalam hal ini jenis bigeye lebih mahal dari pada yellowfin.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa volume ikan tuna lokal
sebesar 45.944 kg lebih besar dari volume ikan tuna ekspor sebesar 41.740 kg.
Hal ini dikarenakan kesalahanan dalam manajemen penanganan ikan tuna mulai
dari pengangkatan ikan tuna dari laut, penanganan ikan tuna di atas kapal dan
pendistribusian ke transit atau industri. Pengangkatan ikan tuna dari laut ke atas
kapal harus dilakukan dengan struktural dan hati-hati agar tidak terjadi kerusakan
pada tubuh ikan seperti kulit terkelupas dan memar akibat benturan dari alat bantu
yang digunakan pada saat pengangkatan ke atas kapal, sedangkan penanganan
ikan tuna diatas kapal meliputi pembersihan bagian isi tubuh seperti isi perut dan
insang, proses memasukan ikan tuna ke dalam palka, kontruksi palka, suhu di
dalam palka harus dijaga agar menstabilkan suhu tubuh dan kapasitas palka.
Proses pendistribusian ikan tuna dari kapal ke transit tidak boleh terkena sinar
matahari langsung. Sedangkan ikan tuna dari darat yang memiliki mutu jelek atau
reject salah satunya diakibatkan oleh penanganan yang salah pada saat ikan
diturunkan dari mobil ke transit. Contohnya terjadi benturan sehingga membuat
daging ikan menjadi memar, adanya bekas ganco pada tubuh ikan, suhu didalam
mobil yang tidak sesuai dan faktor lain pada saat di perjalanan. Analisis
kemunduran mutu pada daging ikan tuna menurut PT. FCS, Bali and revised PT.
FCS, Jakarta ada beberapa katagori yaitu :
1. Decomposed (kerusakan)
2. Mutilated (terpotong-potong)
3. Severse Bruise (daging menjadi memar)
4. Smased (lembek)
5. Yaki (penampakan daging seperti terbakar)
6. Sashi (bolong-bolong)
7. Honeycomb (berlubang-lubang seperti sarang lebah)
8. Green Meat (warna daging menjadi kehijaun)
9. De-coloration (merah, pink, coklat)
Berdasarkan hasil uji statistik terkait hubungan antara jumlah dan mutu
terhadap harga yaitu berbanding lurus, semakin bagus grade ikan tuna maka
harganya akan semakin mahal. Mutu ikan tuna dari masing-masing grade
memiliki ciri-ciri yang berbeda (Lihat Tabel 3), ciri-ciri tersebut berdasarkan pada
kualitas yang ditetapkan oleh Kementerian Kelautan Perikanan Indonesia.
Menurut (KKP, 2012a) dalam buku pendataan dalam rangka revitalisasi perikanan
ikan tuna tahun 2011, kualitas hasil tangkapan ikan tuna/cakalang/tongkol
dikelompokan kedalam 3 katagori:
1. Kualitas sangat baik (Mutu I) adalah ikan segar dengan ciri-ciri :
a. warna ikan cerah mengkilat dan utuh
b. insang berwarna merah segar
c. kulit ketat elastik
24
Kesimpulan
Suplai ikan tuna di PPSNZJ bersumber dari perikanan laut dan perikanan
dari transportasi darat. Pelabuhan perikanan yang biasanya mengirimkan ikan tuna
ke PPSNZJ adalah PPS Benoa Bali, PPN Palabuhanratu, PPS Cilacap. Mutu ikan
tuna segar yang di ekspor memiliki grade AAA, AAF, AF, AA, A+ dan A,
sedangkan ikan tuna lokal memiliki grade B+, B, B-, Reject/ C, Oba/ D.
Hubungan jumlah dan mutu terhadap harga dapat dikatakan sangat kuat dan
memiliki pengaruh sebesar 73,8% dengan pengaruhnya sangat signifikan. Sistem
perdagangan ikan tuna yang ada di PPSNZJ bersifat kolektif dan kerjasama,
artinya setiap perusahaan tuna sudah memiliki kerjasama dengan pengusaha
penangkapan tuna untuk mensuplai hasil tangkapannya ke perusahaan mitranya.
Saran
Perlu adanya kesamaan format tally sheet dari setiap transit agar penentuan
pengklasifikasian grade ikan tuna memiliki kriteria yang sama serta perlu adanya
perbedaan tally sheet dari dua sumber ikan tuna yang berbeda agar lebih mudah
mengidentifikasi mutu, berat, jumlah dan daerah asalnya.
DAFTAR PUSTAKA
Lokal Grade Berat Lokal Grade Berat Lokal Grade Berat Lokal Grade Berat
YF AA YF AA YF AA YF AA
A A A A
A- 86 A- 80 A- A-
B+ 1056 B+ 1360 B+ 2890 B+ 319
B- B- B- B-
BE AA BE AA BE AA BE AA
A A A A
A- 71 A- 33 A- A-
B+ 1320 B+ 1579 B+ 8042 B+ 2111
B- B- B- B-
Tuna Reject 2179 Tuna Reject 2638 Tuna Reject 6582 Tuna Reject 1117
Tuna Oba 503 Tuna Oba 801 Tuna Oba 2994 Tuna Oba 436
Total 11308 Total 13996 Total 32800 Total 7563
29
Lanjutan
6-Apr-13 7-Apr-13 9-Apr-13 11-Apr-13
Expor Grade Berat Expor Grade Berat Expor Grade Berat Expor Grade Berat
YF AAA YF AAA YF AAA YF AAA
AAF AAF AAF AAF
AA AA AA 268 AA 77
A+ A+ 95 A+ 391 A+ 77
A 497 A 57 A 725 A 182
A- A- A- A-
B+ B+ B+ B+
B B B B
BE AAA BE AAA BE AAA 56 BE AAA
AAF AAF AAF AAF
AA 1244 AA 92 AA 734 AA 134
A+ 1067 A+ 515 A+ 526 A+ 253
A 1450 A 623 A 1228 A 1324
A- A- A- A-
B+ B+ 152 B+ B+
B B B B
total 4258 total 1534 total 3928 total 2047
Lokal Grade Berat Lokal Grade Berat Lokal Grade Berat Lokal Grade Berat
YF AA YF AA YF AA YF AA
A A A A 18
A- A- A- A-
B+ 693 B+ 136 B+ 37 B+ 218
B- B- B- B-
BE AA BE AA BE AA 19 BE AA
A A A 36 A 14
A- A- A- A-
B+ 732 B+ 475 B+ 1594 B+ 598
B- B- B- 733 B-
Tuna Reject 1187 Tuna Reject 177 Tuna Reject 1031 Tuna Reject 628
Tuna Oba 383 Tuna Oba 122 Tuna Oba 577 Tuna Oba 339
Total 9387 Total 2444 Total 7955 Total 3862
30
RIWAYAT HIDUP