Anda di halaman 1dari 6

TATA CARA LELANG

Pasal 11 ayat (1) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 27 /PMK.06/2016tentang Juklak


Lelang menyatakan Penjual yang akan melakukan penjualan barang secara lelang melalui
KPKNL, harus mengajukan surat permohonan lelang dengan disertai dokumen persyaratan
lelang kepada Kepala KPKNL untuk meminta jadwal pelaksanaan lelang.

Tata cara lelang ditetapkan Peraturan Direktur Jendral Kekayaan Negara Nomor
2/KN/2017 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Lelang yang meliputi tahapan:

1. PERMOHONAN LELANG
Dalam hal permohonan lelang, Asli Surat permohonan dan dokumen
persyaratan lelang disampaikan kepada Kepala KPKNL sebelum pelaksanaan lelang
dimulai. Permohonan lelang berbeda pada setip jenis lelangnya berdasarkan Pasal 1,
antara lain
a. Permohonan Lelang Eksekusi dan Lelang Noneksekusi Wajib, harus
diajukan secara tertulis oleh Penjual kepada Kepala Kantor Pelayanan
Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) dengan dilengkapi dokumen
persyaratan lelang yang bersifat umum dan khusus.
b. Permohonan Lelang Eksekusi Panitia Urusan Piutang Negara (PUPN)
diajukan melalui nota dinas yang ditandatangani oleh Kepala Seksi
Piutang Negara KPKNL dan disampaikan kepada Kepala KPKNL
bersangkutan.
c. Permohonan Lelang Noneksekusi Wajib Barang Milik Negara pada
KPKNL diajukan melalui nota dinas yang ditandatangani oleh Kepala
Subbagian Umum KPKNL dan disampaikan kepada Kepala KPKNL
bersangkutan,
d. Permohonan Lelang Noneksekusi Sukarela, harus diajukan secara
tertulis oleh Penjual kepada Kepala KPKNL, Pemimpin Balai Lelang
atau Pejabat Lelang Kelas II dengan dilengkapi dokumen persyaratan
lelang yang bersifat umum dan khusus.
e. Permohonan Lelang Eksekusi Benda Sitaan Pasal 45 Kitab Undang-
Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) berupa ikan hasil tindak
pidana perikanan, berikut dokumen persyaratannya dapat disampaikan
terlebih dahulu oleh Penjual kepada Kepala KPKNL melalui faksimile
atau surat elektronik (email).

Dokumen persayatan lelang yang bersifat umum dan khusus diatur dalam
Pasal 5 hingga pasal 10 Peraturan Direktur Jendral Kekayaan Negara Nomor
2/KN/2017.

2. Pelaksanaan Lelang
a. Waktu pelaksanaan lelang ditetapkan oleh Kepala KPKNL atau Pejabat
Lelang Kelas II.
b. Dalam setiap pelaksanaan lelang, Peserta Lelang harus menyetorkan atau
menyerahkan Jaminan penawaran lelang. Selain menyetorkan atau
menyerahkan jaminan penawaran lelang Peserta Lelang harus menunjukkan
Nomor Pokok Wajib Pajak, dalam hal:
1) barang yang dilelang berupa tanah dan/ atau bangunan;
2) barang yang dilelang berupa selain tanah dan/ atau dengan Nilai Limit
paling sedikit Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah);
3) lelang yang dilaksanakan dengan penawaran melalui internet;atau
4) lelang yang dilaksanakan dengan penawaran melalui surat elektronik
(email).

Bentuk jaminan penawaran lelang ditentukan oleh Penjual berupa:

1) Uang Jaminan Penawaran Lelang Garansi Bank (untuk Lelang dengan


nilai jaminan PenawaranLelang paling sedikit Rp50.000.000.000,00)
2) Jaminan Penawaran Lelang.
c. Setiap pelaksanaan lelang disyaratkan adanya Nilai Limit. Penetapan Nilai
Limit menjadi tanggung jawab Penjual. Persyaratan adanya Nilai Limit dapat
tidak diberlakukan pada Lelang Noneksekusi Sukarela atas barang bergerak
milik perorangan atau badan hukum atau badan usaha swasta.
d. Pelaksanaan lelang wajib didahului dengan Pengumuman Lelang yang
dilakukan oleh Penjual. Penjual harus menyerahkan bukti Pengumuman
Lelang sesuai ketentuan kepada Pejabat Lelang.
e. Dalam pelaksanaan lelang, Pejabat Lelang dapat dibantu oleh Pemandu
Lelang. Pemandu Lelang clapat berasal dari Pegawai DJKN atau dari luar
pegawai DJKN.
f. Setiap Peserta Lelang harus melakukan penawaran paling sedikit sama dengan
Nilai Limit dalam hal lelang dengan Nilai Limit diumumkan. Penawaran
Lelang dilakukan dengan cara:
1) lisan, semakin meningkat atau semakin menurun;
2) tertulis; atau
3) tertulis dilanjutkan dengan lisan, dalam hal penawaran tertinggi belu:m
mencapai Nilai Limit.
g. Pembeli dilarang mengambil atau menguasai barang yang dibelinya sebelum
memenuhi Kewajiban Pembayaran Lelang dan pajak atau pungutan sah
lainnya sesuai peraturan perundang-undangan. Pelunasan pembayaran Harga
Lelang dan Bea Lelang harus dilakukan secara tunai (cash) atau cek atau giro
paling lam bat 5 (lima) hari kerja setelah pelaksanaan lelang. Dalam hal
Pembeli tidak melunasi Pembayaran Lelang pada hari kerja berikutnya,
Pejabat Lelang harus membatalkan pengesahannya sebagai Pembeli dengan
membuat Pernyataan Pembatalan.
3. Risalah Lelang
Dalam Pasal 85 Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 27
/Pmk.06/201 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang menyatakan bahwa Pejabat
Lelang yang melaksanakan lelang wajib membuat Risalah Lelang. Risalah Lelang
adalah berita acara pelaksanaan lelang yang dibuat oleh Pejabat Lelang yang
merupakan akta otentik dan mempunyai kekuatan pembuktian sempurna.
Risalah Lelang merupakan suatu akta otentik yang dapat dipersamakan
dengan akta notaris. Akta Otentik adalah suatu akta yang bentuknya sudah ditentukan
undangundang, yang dibuat oleh atau dihadapan pejabat umum yang mempunyai
wewenang untuk itu di tempat mana akta tersebut dibuat. 1 Ketentuan dalam Pasal
1868 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata menyatakan bahwa: Suatu Akta Otentik
ialah suatu akta yang dibuat dalam bentuk yang ditentukan undang-undang oleh atau
dihadapan pejabat umum yang berwenang untuk itu di tempat akta itu dibuat.
Suatu akta adalah otentik, bukan karena penetapan undang-undang, akan
tetapi karena dibuat oleh atau dihadapan seorang pejabat umum. 2 Sehingga dalam hal
ini seseorang harus memiliki kedudukan sebagai pejabat umum untuk dapat membuat
suatu akta otentik. Sesuai dengan peraturan perundang-undangan, Pejabat Lelang

1
Rachmadi Usman, Hukum Lelang, Sinar Grafika, Jakarta,2015, Hlm. 156.
2
G.H.S. Lumban Tobing, Peraturan Jabatan Notaris (Notaris Reglement), Erlangga, Jakarta,1992, Hlm. 50.
merupakan pejabat umum yang diberi wewenang khusus untuk melaksanakan
penjualan barang secara lelang, karena itu Pejabat lelang diwajibkan untuk membuat
risalah lelang sebagai berita acara pelaksanaan lelang yang merupakan akta otentik.3
Risalah lelang terdiri atas :
1) Bagian Kepala Risalah Lelang paling sedikit memuat:
a. hari, tanggal, dan jam lelang ditulis dengan huruf dan angka;
b. nama lengkap dan tempat kedudukan Pejabat Lelang;
c. nomor dan tanggal surat keputusan pengangkatan Pejabat Lelang;
d. nomor dan tanggal surat tugas khusus untuk Pejabat Lelang Kelas I;
e. nama lengkap, pekerjaan dan tempat kedudukan atau domisili Penjual;
f. nomor atau tanggal surat permohonan lelang;
g. tempat pelaksanaan lelang;
h. sifat barang yang dilelang dan alasan barang tersebut dilelang;
i. dalam hal objek lelang berupa barang tidak bergerak berupa tanah atau
tanah dan bangunan harus disebutkan:
1. status hak atau surat-surat lain yang menjelaskan bukti kepemilikan;
2. Nomor dan tanggal SKT/SKPT dari Kantor Pertanahan; dan
3. keterangan lain yang membebani, apabila ada;
j. dalam hal objek lelang berupa barang bergerak harus disebutkan jumlah, jenis
dan spesifikasi barang;
k. cara Pengumuman Lelang yang telah dilaksanakan oleh Penjual;
l. cara penawaran lelang; dan
m. syarat dan ketentuan lelang.
2) Bagian Badan Risalah Lelang paling sedikit memuat:
a. banyaknya penawaran lelang yang masuk dan sah;
b. nama/merek/jenis/tipe dan jumlah barang yang dilelang;
c. nama, pekerjaan dan alamat Pembeli atas nama sendiri atau sebagai
kuasa atas nama badan hukum/badan usaha/ orang lain;
d. bank kreditor sebagai Pembeli untuk orang atau badan hukum atau
badan usaha yang akan ditunjuk namanya, dalam hal bank kreditor
sebagai Pembeli Lelang;
e. harga lelang dengan angka dan huruf; dan

3
Rachmadi Usman, Op. Cit, Hal. 157.
f. daftar barang yang laku terjual maupun yang ditahan disertai dengan
harga, nama, dan alamat Peserta Lelang yang menawar tertinggi.
3) Bagian Kaki Risalah Lelang paling kurang memuat:
a. banyaknya barang yang ditawarkan ·atau dilelang dengan angka dan
huruf;
b. banyaknya barang yang laku atau terjual dengan angka dan huruf;
c. jumlah harga barang yang telah terjual dengan angka dan huruf;
d. jumlah harga barang yang ditahan dengan angka dan huruf;
e. banyaknya dokumen atau surat-surat yang dilampirkan pada Risalah
Lelang dengan angka dan huruf;
f. jumlah perubahan yang dilakukan (catatan, tambahan, coretan dengan
penggantinya) maupun tidak adanya perubahan ditulis dengan angka
dan huruf;
g. tanda tangan Pejabat Lelang dan Penjual atau kuasa Penjual, dalam hal
lelang barang bergerak atau tanda tangan Pejabat Lelang, Penjual atau
kuasa Penjual dan Pembeli atau kuasa Pembeli, dalam hal lelang
barang tidak bergerak; dan
h. tanda tangan saksi-saksi untuk lelang dengan penawaran tanpa
kehadiran Peserta Lelang melalui surat elektronik (email , tromol pos
atau internet (closed bidding).

Berdasarkan 89 Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 27


/Pmk.06/201 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang menyatakan bahwa Pembetulan
kesalahan redaksional Risalah Lelang berupa pencoretan, penambahan dan/ atau
perubahan, dilakukan sebagai berikut:

a. pencoretan, kesalahan kata, huruf, atau angka dilakukan dengan garis lurus
tipis, sehingga yang dicoret dapat dibaca; dan/ atau
b. tambahan kata atau kalimat, ditulis di sebelah pinggir kiri dari lembar Risalah
Lelang atau ditulis pada bagian bawah dari bagian kaki Risalah Lelang dengan
menunjuk lembar dan berhubungan dengan perubahan garis yang itu, apabila
penulisan di · pinggir kiri dari lembar Risalah Lelang tidak mencukupi.

Jumlah kata, huruf, atau angka yang dicoret atau ditambahkan diterangkan
pada sebelah pinggir lembar Risalah Lelang, begitu pula banyaknya kata atau angka
yang ditambahkan. Pembetulan kesalahan redaksional sesudah Risalah Lelang ditutup
dan ditandatangani tidak boleh dilakukan, kecuali kesalahan redaksional yang bersifat
prinsipiil terkait Legalitas subjek dan objek lelang yang dapat merugikan Penjual dan/
atau Pembeli apabila tidak dilakukan pembetulan. Pembetulan kesalahan redaksional
yang prinsipiil dituangkan dalam Berita Acara dan dicatat pada bagian bawah setelah
kaki Minuta Risalah Lelang. Berita Acara dilekatkan pada Minuta Risalah Lelang dan
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Minuta Risalah Lelang.

Berdasaerkan Pasal 91 Ayat 1 dan Ayat 2 Peraturan Menteri Keuangan


Republik Indonesia Nomor 27 /Pmk.06/201 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang
menyatakan bahwa Dalam hal terdapat hal-hal penting yang diketahui setelah
penutupan Risalah Lelang, Pejabat Lelang harus membuat catatan hal-hal tersebut
pada bagian bawah setelah Kaki Minuta Risalah Lelang dan membubuhi tanggal dan
tanda tangan. Hal-hal penting meliputi:

a. adanya verzet terhadap hasil lelang;


b. adanya Pembeli wanprestasi;
c. adanya penerbitan pengganti Kutipan Risalah Lelang
d. adanya penerbitan Grosse Risalah Lelang atas permintaan Pembeli atau
Penjual;
e. adanya Penjual yang tidak mau menandatangani Risalah Lelang atau tidak
hadir sewaktu Risalah Lelang ditutup;
f. adanya Pembatalan Risalah Lelang berdasarkan putusan hakim yang sudah
berkekuatan hukum tetap;
g. adanya Pembeli yang ditunjuk oleh Bank dalam hal bank selaku kreditur
membeli agunannya sendiri; atau
h. adanya Berita Acara pembetulan kesalahan redaksional yang prinsipiil

Minuta Risalah Lelang dibuat dan diselesaikan paling lambat 6 (enam) hari
kerja setelah pelaksanaan lelang. Minuta Risalah Lelang yang dibuat oleh Pejabat
Lelang Kelas I disimpan pada KPKNL. ·

Anda mungkin juga menyukai