Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam menengani hal-hal yang memungkinkan terjadinya kecelakaan penyakit


akibat kerja, perusahaan harusn menyediakan program Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) yang beetujuan untuk menurangi atau menghindari risiko
kecelakaan kerja, dalam Dr. Wahyudi (2014:376). Keselamtan dan Kesehatan
Kerja (K3) amat berkaitan dengan upaya pencegahan kecelakaan dan penyakit
akibar kerja dan memiliki jangkauan berupa terciptanya msyarakat dan
lingkungan kerja yang aman, sehat dan sejahtera, serta efisien dan produktif.
Banyak kasus kecelkaan ditempat krja yang terjadi diberbagai negara yang
dampaknya tidak saja bagi perusahaan bahkan merugikan tenaga kerja. Ternyata
kecelakaan ditempat kerja dan penyakit ditempat kerja bukan sesuatu yang sepele,
karena akan menggerogoti efisiensi perusahaan, yang pada akhirnya berdampak
pada perusahaan itu sendiri, Ardana (2012:207).

Menurut Ridley (2006:5) Kecelakaan kerja adalah kejadian yang bukan


terjadi, tapi disebabkan oleh kelemahan sisi majikan, pekerja, atau keduanya.
Akibat yang ditimbulkannya dapat memunculkan trauma bagi keduanya: bagi
pekerja, cedera dapat berpengaruh terhadap pribadi, keluarga, dan kualitas
hidupnya . sedangkan bagi majikan, berupa kerugian produksi, waktu terbuang
untuk penyelidikan, dan terburuk biaya untuk proses hukum. Menurut Efendi
(2005:316) ada beberapa penyebab kecelakaan kerja yaitu : Faktor penggunaan
alat pelindung diri, faktor manusia (perilaku tenaga kerja), faktor lingkungan
kerja.

Alat pelindung diri merupakan cara terakhir yang harus dilakukan untuk
mencegah kecelakaan kerja apabila program pengendalian lain tidak mungkin
dilaksanakan, artinya untuk mencegah terjadnya kecelakaan kerja hendaknya

1
dianalisis sedemikian rupa sehingga sistem kerja tidak mendatangkan akibat
negatif terhadap para pekerja (Efendi, 2005:316).

Demikian juga lingkungan kerja bisa menjadi tempat kerja yang tidka
aman, sumpek terlalu penuh, penerangan dan ventilasinya tidak memadai sebgaian
juga dapat mengakibatkan terjadinya kecelkaan kerja. Selain itu, iklim psikologis
diantara pekerja juga bisa kurang baik, misalnya tidak ada interaksi yang saling
membantu diantar apara pekerja, tidak ada accountability dan responsibility para
pekerja terhadap keselamatan yang lain (Efendi. 2005:316).

Begitu pula usaha yang dilakukan perusahaan CV AFRINDO juga


mempunyai komitmen untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja yang dialami
para pekerja salah atunya menyediakan alat pelindung diri yang meliputi
(kacamata safety. Sepatu safety, sarung tangan, respirator, earplug) tetapi hal
tersebut sering diabaikan para pekerja grinding dan bubut karena ada sebgaian
pekerja berpendapat bahwa alat pelindung diri membuat tidak nyaman saat
melakukan pekerjaan /kurang terbiasa dlam pemakaian alat pelindung diri.

Sementara itu lingkungan kerja di CV AFRINDO kurang nyaman bagi


para pekerja. Kondisi tempat yang penuh dengan barang hasil produksi plastik
yang tidka tertata dengan baik terutama di bagian inject plastic . beberapa
karyawan mengeluh jika kondisi mesin pada saat tidak stabil, terlebih mesin yang
dipakai menggunakan pemanas (Heater) yang berfungsi untuk melelhkan biji
plasik. Ruangan menjadi panas dan pengap karena di atap geudng tidak dipasang
turbinr ventilator yangberfungsi mengeluarkan udara panas dari dalam ruangan.
Hal ini dapat membahayakan keselamtan karyawan yang bekerja di bagian inject
plactic . terlebih mengenai kebisingan dtempat kerja akibat dari penggerindaan
dan suara mesin bubut, tentunya hal tersebut dapat merusak pengdengaran dan
merusak konsentrasi saat kerja.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti mencoba melakukan
penelitian dengan judul “Pengaruh Alat Pelindung Diri, Perilaku Tenaga

2
Kerja, dan Lingkungan kerja terhadap terjadinya Kecelakaan kerja
Karyawan operasional bagian produksi di CV Afrindo”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan diatas maka dapat ditentukan
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah alat pelindung diri berpengaruh terhadap kecelakaan kerja opersional


bagi produksi di CV Afrindo Menganti Gresik?
2. Apakah perilaku tenaga kerja berpengaruh terhadap kecelakan kerja karyawan
operasional bagian produksi di CV Afrindo Menganti Gresik?
3. Apakah lingkungan kerja berpengaruh terhadap kecelakaan kerja karyawan
opersaional bagian produksi di CV Afrindo Menganti Gresik?
4. Apakah alat pelindung diri, perilaku tenaga kerja dan lingkungan kerja
berpengaruh secara simultan terhadp kecelakaan kerja karyawan operasional
baigan produksi di CV Afrindo Menganti Gresik?

1.3 Tujuan Penelitian


Berdasarkan dengan perumusan masalah yang telah disajikan, tujuan penelitian
adalah :
1. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh alat pelindung diri terhadap
kecelakaan kerja karyawan operasional bagian produksi di CV Afrindo
Menganti Gresik.
2. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh perilaku tenaga kerja terhadap
kecelakaan kerja karyawan operasional bagian produksi di CV Afrindo
Menganti Gresik.
3. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh lngkungan kerja terhadap kecelakaan
kerja karyawan operasional bagian produksi di CV Afrindo Menganti Gresik.

3
4. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh secara simultan antara alat pelindung
diri, perilaku tenaga kerja, dan lingkungan kerja terhadap kecelakaan kerja
karyawan operasional bagian produksi di CV Afrindo Menganti Gresik.

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Hipotesis dan Kriteria Penerimaan Hipotesis

Berdasarkan uraian diatas, maka diajukan hipotesis penelitian sebagai berikut :

H1 : Diduga Alat Pelindung Diri berpengaruh terhadap kecelakaan kerja karyawan


di CV Afrindo Menganti Gresik.
H2 : Diduga Perilaku Tenaga Kerja berpengaruh terhadap kecelakaan kerja
karyawan di CV Afrindo Menganti Gresik.
H3 : Diduga Lingkungan Kerja berpengaruh terhadap kecelakaan kerja karyawan
di CV Afrindo Menganti Gresik.
H4 : Diduga Alat pelindung diri, perilaku tenaga kerja, lingkungan kerja
berpengaruh terhadap kecelakaan kerja karyawan di CV Afrindo Menganti
Gresik.
2.2 Sampel dan Data Penelitian
2.2.1 Sampel

Menurut Sugiyo (2010:116) sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik
yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak
mungkin mempelajari semua yang ada di populasi, misalnya karena keterbatasan
dana, tenaga dan waktu, maka penelitai dapat menggunakan sampel yang diambil
dari populasi tersebut.

Teknik penarikan sampel dalam penelitian ini adalah dengan


menggunakan metode probability sampling yaitu teknik pengambilan sampel
yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk
dipilih menjadi anggota sampel dengan menggunakan teknik simple random
sampling yaitu pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak

5
tanpa memperhaikan strata yang ada dalam populasi itu. (Sugiyo 2010:118).
Ukuran sampel didasarkan pada kesalahan sampel 5% penelitian ini sampel yang
diambil adalah 55 dari table kretjcie.

2.2.2 Data Penelitian

6
Perilaku
Kecelakaa Alat
Tenaga Lingkungan
No Nama Bagian n Kerja Pelindung
Kerja Kerja (X3)
(Y) Diri (X1)
(X2)
1 Mariadi Bubut 12 10 14 12
2 Gofar Bubut 11 10 15 15
3 Bayu Bubut 11 11 15 12
4 Yoyok Bubut 11 12 14 15
5 Agung Bubut 11 13 17 17
6 Said Bubut 14 12 17 12
7 Nur Bubut 11 9 12 9
8 Faris Bubut 11 7 15 12
9 Didik Bubut 11 9 12 13
10 Samsudin Bubut 9 7 14 12
11 Wahyu Bubut 11 11 16 14
12 Aris Bubut 8 7 12 15
13 Bambang Bubut 9 9 12 16
14 Supri Bubut 9 10 16 14
15 Samsul Bubut 10 9 13 16
16 Anwar Plastic Inject 14 12 17 15
17 Dimas Plastic Inject 6 10 13 13
18 Wahab Plastic Inject 10 7 12 12
19 Edy Plastic Inject 5 5 13 14
20 Slamet Plastic Inject 9 11 14 8
21 Tedy Plastic Inject 9 9 18 13
22 Andre Plastic Inject 7 10 14 11
23 Iwan Plastic Inject 9 11 13 14
24 Hery Plastic Inject 8 7 11 11
25 Jumali Plastic Inject 8 9 10 16
26 Purwanto Plastic Inject 5 6 8 9
27 Restu Plastic Inject 10 5 14 12
28 Saini Plastic Inject 9 10 12 11
29 Sukri Plastic Inject 11 12 16 13
30 Deny Plastic Inject 8 10 12 14
31 Sugeng Milling 10 11 13 13
32 Ipan Milling 13 11 18 12
33 Harto Milling 9 12 13 14
34 Kusnan Milling 10 9 9 8
35 Minto Milling 10 10 14 15
36 Nur Ichsan Las 10 10 13 13
37 Wandi Las 7 5 9 10
38 Khoirul Las 9 6 13 15
39 Maksun Las 8 10 14 12
40 Jupri Las 8 8 14 8
41 Imron Las 8 7 11 14
42 suud Las 10 10 12 9
43 Samsir Las 9 8 11 11
44 Waras Las 11 11 14 12
45 Aan Las 8 7 10 8
46 Kusnadi Bor dan Grinding 14 12 18 7
47 Toni Bor dan Grinding 10 10 12 8
48 Eko Bor dan Grinding 9 8 13 12
49 Arifin Bor dan Grinding 10 8 12 12
50 Matraji Bor dan Grinding 13 11 17 76
51 Hadi Bor dan Grinding 10 10 10 11
52 Ilham Bor dan Grinding 9 11 14 11
53 Gufron Bor dan Grinding 10 7 14 11
2.3 Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda
dengan kecelakaan kerja karyawan (Y) sebagai variabel dependen. Variabel-
variabel independenya adalah alat pelindung diri (X1), Perilaku tenaga kerja (X2),
lingkungan kerja (X3).

2.3.1 Asumsi Klasik

Persamaan regresi yang diperoleh dari analisis data harus menghasilkan estimator
linier tidak terbatas atau bersifat BLUE (Best Linier Unbiased Estimator),
sehingga dalam pengambilan keputusan hipotesis dalam uji f dan uji t tidak terjadi
bias. Untuk menghasilkan keputusan yang BLUE maka harus dipenuhi beberapa
asumsi yaitu :

2.3.1.1 Uji Autokorelasi

Uji Autokolerasi bertujuan menguji apakah dalam suatu model regresi linier adala
kolerasi antara kesalahan penggangu pada periode t dengan kesalahan pada
periode t-1 (sebelumnya) (Ghozali,2001). Bebrapa teknik yang dapat digunakan
untuk menguji autokolerasi antara lain. Durbin-Waston Test, Langranage
Mulplier, dan Metode Breusch-Godfrey.

Nilai Durbin Watson


Nilai Keterangan
Durbin Watson 2,009 Tidak ada autokolerasi

8
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa nilai Durbin Watson 2,009 terletak
antara batas atas du (1.681) dan 4 – du (2,319), maka dapat disimpulkan tidak
terdapat autokorelasi pada model regresi ini.

2.3.1.2 Uji Multikolinieritas

Multikolinieritas adalah situasi adanya multikolerasi diantara variabel independen


satu dengan yang lainnya atau dengan kata lain diantara variabel-variabel
independen tersebut dapat dibentuk hubungan antara variabel yang satu dengan
variabel yang lainnya. Model regresi yang baik tidak mengandung kolerasi
diantara variabel independen. Hubungan antara variabel independen terbebas dari
multikolinieritas jika memiliki tolerence value > 0,10 dan VIF < 10.

Variabel Bebas Tolerance Value VIF Keterangan


Alat Pelindung 0,702 1,424 Non
Diri multikolinieritas
Perilaku tenaga 0,690 1,449 Non
kerja multikolinieritas
Lingkungan Kerja 0,970 1,031 Non
multikolinieritas

Dari hasil pengolahan data diperoleh nilai tolerance value lebih besar dari
0,10 dan VIF lebih kecil dari 10, maka dapat disimpulkan bahwa model regresi
tidak terjadi multikolinearitas.

2.3.1.3 Uji Heteroskedastisitas

Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi
heteroskedastisitas. Untuk mengetahui ada atau tidaknya heteroskedastisitas
adalah dengan grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat dan residualnya.

9
Jika ada titik-titik yang membentuk pola tertentu yang teratur maka
mengidentifikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. Jika tidak ada pola yang
jelas, serta titik menyebar diatas dan bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak
terjadi heteroskedastisitas.

2.3.1.4
Uji

Normalitas

Data normal dan tidak normal dapat diuraikan sebagai beriku : jika data menyebar
disekitar garis diagonal dan mnegikuti arah garis diagonal atau grafik
histogramnya, menunjukkan pola terdistribusi normal, maka model regresi
memenuhi asumsi normalitas. Berikut hasil uji normalitas yang dihasilkan dari
data yang ada dan sudah diolah

10
Uji Normalitas

2.3.2 Analisis Regresi Linier Berganda

Analisis ini digunakan untuk mengetahui apakah variabel alat pelindung diri,
perilaku tenaga kerja dan lingkungan kerja berpengaruh terhadap kecelakaan
kerja.

Analisis ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel independen (X)


terhadap variabel dependen (Y).

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e

Pengujian dilakukan dengan bantuan SPSS didapatkan hasil sebgai berikut :

11
Coefficientsa
Unstandardized Standardized Collinearity
Coefficients Coefficients Statistics
Toleranc
Model B Std. Error Beta t Sig. e VIF
1 (Constant 3.549 1.534 2.314 .025
)
X1 .389 .126 .384 3.084 .003 .703 1.423
X2 .337 .112 .378 3.017 .004 .691 1.448
X3 -.162 .086 -.200 -1.888 .065 .970 1.031
a. Dependent Variable: Y
Persamaan regresi linier berganda diatas dapat dijelskan sebagai berikut :

Y = 1,180 + 0,390X1 + 0,449X2 - 0,215X3


1. Nilai konstanta = 1,180 menunjukkan bahwa, jika variabel alat pelindung diri (X1), perilaku
tenaga kerja (X2), lingkungan kerja (X3), bernilai 0, maka besarnya variabelm kecelakaan
kerja (Y) ada peningkatan sebesar 1,180 satuan.
2. Jika alat pelindung diri (X1) berubah dengan satu satuan nilai, maka Y akan berubah
sebasar 0,390 satuan. Dengan anggapan perilaku tenaga kerja (X2) dan lingkungan kerja
tetap.
3. Jika perilaku tenaga kerja berubah dengan satu satuan niai, maka Y akan berubah sebesar
0,449 satu satuan nilai dengan anggapan alat pelindung diri (X1) dan lingkungan kerja (X3)
tetap.
4. Jika lingkungan kerja berubah dengan satu satuan nilai, maka Y akan berkurang sebesar
-0,215 satuan nilai dengan anggapan alat pelindung diri (X1) dan lingkungan kerja (X3)
tetap.

2.3.3 Analisis Koefisien Determinasi (R2)

12
Analisis koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui besarnya
pengaruh dari seluruh variabel bebas yang terdiri dari alat pelingdung diri (X1),
perilaku tenaga kerja (X2) dan lingkungan kerja (X3) secara bersama-sama
terhadap variabel terikat yaitu kecelekaan kerja karyawan (Y).

Model Summaryb

Durbin-
Std. Error Watson
Mod R Adjusted of the
el R Square R Square Estimate

1 .667a .445 .413 1.595 2.009

Hasil perhitungan koefisien determinasi

1. Dilihat dari hasil Adjusted R square = 0,413 dapat dikatakan bahwa perubahan
variabel dependen kecelakaan kerja karyawan (Y) sebesar 41,3 % terhadap
variabel Alat pelindung diri (X1). Perilaku tenaga kerja (X2), dan lingkungan
kerja (X3), sedangkan sisanya 58,7% disebabkan oleh faktor lain yang tidak
ada dalam model ini.
2. R square sebesar 0,445 dapat dikatakan bahwa perubahan variabel dependen
kecelkaan kerja sebesar 44,5% terhadap variabel alat pelingdung diri, perilaku
tenaga kerja, dan lingkungan kerja, sedangkan sisanya 55,4% disebabkan oleh
faktor lain yang tidak ada dalam model ini.
3. R = 0,667 artinya kuatnya hubungan antar variabel independen (X) bersama-
sama terhadap variabel (Y) yaitu 67%.

2.3.4 Uji Hipotesis

13
Hipotesis penelitian ini adlah ada pengaruh secara parsial dan simultan atau
bersama-sama variabel pelindung (X1), Perilaku tenaga kerja (X2), dan
lingkungan kerja (X3) terhadap kecelakaam kerja (Y). Pengujian hipotesis
dilakukan dengan teknik statistik uji t (parsial) dan uji F (Simultan).

2.3.4.1 Uji t (Uji pengaruh parsial)


Untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap variabel
terikat secara parsial maka dilakukan pengujian dengan menggunakan uji t,
berikut beberapa tahap pengujian yang dilakukan :
1. Tingkat signifikan α = 5% uji dua sisi α/2 = 0,025 dengan df = n-k = 55-4 =
51 maka diperoleh ttabel = 2,008
2. Kriteria yang dipakai dalam uji t adalah :
a. Apabila t hitung > t tabel maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya
secara parsial ada pengaruh alat pelindung diri, perilaku tenaga kerja
dan lingkungan kerja terhadap kecelakaan kerja karyawan operasional
bagian produksi.
b. Apabila t hitung < t tabel maka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya
secara parsial tidak ada pengaruh alat pelindung diri, perilaku tenaga
kerja dan lingkungan kerja terhadap kecelakaan kerja karyawan
operasional bagian produksi.

Hasil Uji t

14
Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.


1 (Constant) 3.549 1.534 2.314 .025

X1 .389 .126 .384 3.084 .003

X2 .337 .112 .378 3.017 .004

X3 -.162 .086 -.200 -1.888 .065

2.3.4.2 Uji F (Uji Simultan)


Untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat secara
simultan maka dilakukan pengujian F, berikut tahap pengujian yang dilakukan :
1. Tingkat signifikansi (α) = 0,05 atau 5% dan df = n-k-1 = 55-3-1 = 51. Maka
diperoleh Ftabel = 2,79.
2. Kriteria yang dipakai dalam uji F adalah :
a. Apabila F hitung > F tabel maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya secara
simultan ada pengaruh nyata antara alat pelindung diri, perilaku tenaga
kerja, lingkungan kerja terhadap kecelakaan kerja karyawan operasional
bagian produksi.
b. Apabila F hitung < F tabel maka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya secara
simultan tidak ada pengaruh nyata antara alat pelindung diri, perilaku
tenaga kerja, lingkungan kerja terhadap kecelakaan kerja karyawan
operasional bagian produksi.

Uji F (simultan)

15
Sum of
Model Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 104.291 3 34.764 13.657 .000a
Residual 129.818 51 2.545
Total 234.109 54

Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima,


hal ini karena Fhitung 13,657> Ftabel 2,79 maka Ho ditolak dan Ha diterima
dengan demikian dapat dikatakan bahwa alat pelindung diri, perilaku tenaga kerja,
lingkungan kerja secara simultan berpengaruh terhadap kecelakaan kerja (Y).

16
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan

Dari hasil analisis data dan pembahasan dapat diambil simpulan sebgai berikut :
1. Faktor kepemimpinan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja
karyawan outsourcing di PT. Rajasa putra Jayaperkasa. Artinya semakin baik
kepemimpinan yang dijalankan, maka kinerja karyawan akan semakin
meningkat.
2. Faktor kepuasan kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja
karyawan outsourcing di PT, Rajasa putra Jayaprakasa. Artinya semakin tinggi
keuasan kerja yang diterima karyawan maka semakin tinggi kinerja karyawan.
3. Faktor motivasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan
outsourcing di PT. Rajasa putra Jayaprakasa. Artinya semakin tinggi motivasi
kerja karyawan, maka kinerjanya akan semakin meningkat.
4. Faktor kepemimpinan, kepuasan kerja dan motivasi secara bersama-sama
berpengaruh terhadap kinerja karyawan outsourcing di PT. Rajasa putra
Jayaprakasa.
5. Diantara faktor kepemimponan, kepuasaan kerja dan motivasi, faktor kepuasan
kerja mempunyai pengaruh dominan terhadap kinerja karyawan outsourcing di
PT. Rajasa putra Jayaprakasa.

17
3.2 Saran

Dari hasil penelitian, analisis data, pembahasan dan kesimpu;an yang telah
diambil, sehingga peneliti mengajukan saran sebgai berikut :

1. Bagi Pt. Rajasaputra Jayaprakasa hasil penelitian memberikan bukti empiris


yang menunjukkan adanya pengaruh kepemimpinan, kepuasan kerja dan
motivasi terhadap kinerja karyawan outsourcing yang ada di PT. Rajasaputra
Jayaprakasa. Hasil penelitian ini, dapat diketahui bahwa vaeriabel kepuasan
kerja mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap kinerja karyawan
outsourcing. Oleh karena itu, perlu diciptakan iklim kerja yang kondusif antara
karyawan agar setiap individu dapat bekerja dengan sebaik-baiknya.
2. Bagi perusahaan outsourcing agar lebih memperhatikan kineja karyawannya
dan terus melakukan Quality control terhadap karyawannya yang ada di PT>
Rajasaputra Jayaprakasa.
3. Bagi karyawan dapat memberikan gambaran mengenai faktor kepemimpinan,
kepuasan kerja dan motivasi yang mempengaruhi kinerja karyawan agar dapat
meningkatkan keprofesionalan didalam bekerja sehingga kinerja karyawan
akan tetap dalam kondisi yang stabil.
4. Bagi penelitian mendatang hendaknya instrumen penelitian lebih diperdalam
dan dikembangkan lagi sehingga kemampuan mengukurnya lebih baik dan
menambah variabel-variabel lain seperti Faktor individu, psikologis dan
keorganisasian yang merupakan faktor yang mempengaruhi kinerja.

18
DAFTAR PUSTAKA

Aji Hermawan, 2015, Pengaruh Alat Pelindung Diri, Perilaku Tenaga Kerja,
dan Lingkungan Kerja Terhadap Kecelakaan Kerja Karyawan
Operasional Bagian Produksi Di CV Afrindo Menganti,
Gresik:Universitas Muhammadiyah Gresik

19

Anda mungkin juga menyukai