1, Oktober 2017
http://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/JIHOH No.ISSN online : 2541-5727
DOI : http://dx.doi.org/10.21111/jihoh.v2i1.914 No. ISSN cetak : 2527-4686
Abstrak
Salah satu cara yang dapat digunakan untuk menurunkan kecelakaan kerja ialah dengan menerapkan
program BBS yang bertujuan untuk mengubah perilaku tidak aman menjadi perilaku aman. Perilaku tidak aman
dapat terjadi karena ketidaktahuan, ketidakmauan atau ketidakmampuan tenaga kerja untuk berperilaku aman.
Oleh karena itu analisis perilaku aman menggunakan model perilaku ABC (Activator, Behavior, Consequence)
akan dilakukan untuk mengoptimalkan upaya pencegahan kecelakaan kerja. Tujuan utama dari penelitian ini
adalah untuk menganalisis perilaku aman pada tenaga kerja dengan metode ABC. Penelitian ini merupakan jenis
penelitian observasional dengan rancangan cross-sectional. Populasi penelitian adalah seluruh tenaga kerja
(N=32) di bagian produksi PT. X Mojokerto dan sampel penelitian adalah total populasi. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa sebagian besar tenaga kerja (90,6%) memiliki pengetahuan baik; 84,4% tenaga kerja
memiliki kesadaran baik; 84,4% menyatakan kebutuhan selamat terpenuhi; seluruh tenaga kerja (100%)
menyatakan ada dan berlaku peraturan K3 di perusahaan; 65,6% tidak pernah mendapatkan penguatan positif;
87,5% tidak pernah mendapatkan hukuman; dan 65,6% tenaga kerja telah berperilaku aman dalam tingkat baik
ketika bekerja.
One way of reducing occupational accidents is by implementing BBS program and the goal is by
changing “at risk” behavior to safe behavior. The unsafe actions is likely driven by unawareness, ignorance, and
incompetence of the workers to commit safe behavior. As the result, analysis on workplace safety behavior, the
activator-behavior-consequence (ABC) model was applied to optimize the prevention of occupational accidents.
The main purpose of this study was to analyse the safe behavior of the workers through the ABC model. This
was an observational research using the cross-sectional design. The population was all workers (N=32)
employed in the Production unit PT. X Mojokerto and the sample was the total population. The results of this
study showed that most of workers (90,6%) had good knowledge; 84,4% of workers had good awareness; 84,4%
of workers stated the need for safety had been fulfilled; all workers stated that the existing safety rules of the
company had been implemented; 65,6% of workers never got positive reinforcement; 87,5% of workers never
got punishment; and 87,5% of workers did safety behavior at the workplace.
14
Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health Vol. 2, No. 1, Oktober 2017
http://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/JIHOH No.ISSN online : 2541-5727
DOI : http://dx.doi.org/10.21111/jihoh.v2i1.914 No. ISSN cetak : 2527-4686
14
Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health Vol. 2, No. 1, Oktober 2017
http://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/JIHOH No.ISSN online : 2541-5727
DOI : http://dx.doi.org/10.21111/jihoh.v2i1.914 No. ISSN cetak : 2527-4686
kecelakaan kerja, salah satunya adalah karena lantai licin akibat tumpahan
dengan melakukan pendekatan perilaku. minyak; air bekas pencucian raw material
Model ABC (Activator-Behavior- serta lemak, terkena semburan uap panas
Consequence) dapat diaplikasikan guna dari steam, terkena bahan kimia akibat
menganalisis perilaku manusia secara lebih NaOH, terjepit, tergores, teriris oleh mesin
sederhana. Perilaku dipengaruhi langsung produksi. Sehingga diperlukan APD
oleh Activator, yaitu suatu kondisi atau berupa pakaian kerja, penutup kepala,
rangsangan yang mendahului terjadinya safety boots, sarung tangan dan masker
perilaku tertentu. Behavior adalah setiap untuk melindungi pekerjanya dari
hal yang dapat diukur langsung yang kemungkinan terkena PAK dan terjadinya
dilakukan tenaga kerja, termasuk kecelakaan kerja serta kepatuhan terhadap
berbicara, bertindak, dan melakukan fungsi SOP (Standar Operasional Prosedur),
fisik. Consequence adalah hal yang dapat instruksi kerja, peraturan keselamatan yang
menentukan perilaku tersebut akan berlaku di perusahaan serta sikap kerja
terulang kembali. Consequence dapat yang aman.
bertindak sebagai activator baru atau Dalam melaksanakan pekerjaan,
activator ke dua yang dapat memicu masih dijumpai tenaga kerja yang memakai
munculnya perilaku baru atau perilaku APD dengan tidak tepat dan cenderung
lain. Perilaku aman dapat dilihat dari tidak menghiraukan keamanan diri sendiri
perilaku tenaga kerja ketika melakukan demi mengejar target produksi. Ketika
pekerjaannya di tempat kerja (Geller, dilakukan observasi awal ditemukan
2001). tenaga kerja tidak memakai APD masker
PT. X merupakan salah satu dengan benar, kurang mematuhi SOP
perusahaan makanan yang telah lama (Standar Operasional Prosedur) dalam
berdiri dan bertahan dengan eksistensinya melaksanakan pekerjaannya, kurangnya
dibidang produk penyedap rasa masakan. kehati-hatian dalam bekerja, sikap kerja
Salah satu unit produksi yaitu seksi EMP yang tidak aman dan mengabaikan adanya
(Extract Meat Powder) yang memproduksi rambu-rambu serta slogan K3 yang
bahan dasar pembuatan bumbu masako. lainnya. Saat dilakukan wawancara
Setiap tahapan dalam proses produksi singkat, tenaga kerja tersebut berasalan
dibantu oleh mesin yang menimbulkan lupa dan juga ada yang mengaku sudah
getaran, kebisingan serta suhu panas. terbiasa sehingga tenaga kerja tersebut
Risiko di seksi EMP antara lain terpeleset sudah merasa cukup aman tentang perilaku
15
Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health Vol. 2, No. 1, Oktober 2017
http://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/JIHOH No.ISSN online : 2541-5727
DOI : http://dx.doi.org/10.21111/jihoh.v2i1.914 No. ISSN cetak : 2527-4686
tersebut. Hal ini dapat meningkatkan risiko yang mengikuti suatu perilaku. Kejadian
terjadinya kecelakaan kerja. yang muncul sebelum suatu perilaku
Berdasarkan uraian tersebut, disebut activator sedangkan kejadian yang
diperlukan penelitian untuk menganalisis mengikuti suatu perilaku disebut
perilaku aman pada tenaga kerja di bagian consequence (Mc Sween, 2003). Perilaku
produksi PT. X sebagai upaya preventif memiliki prinsip dasar dapat dipelajari dan
atau pencegahan kecelakaan kerja guna diubah dengan mengidentifikasi dan
meningkatkan keselamatan kerja. memanipulasi keadaan lingkungan atau
Penelitian ini akan dilakukan dengan stimulus yang mendahului dan mengikuti
menggunakan model perilaku ABC suatu perilaku (Geller, 2001).
(Activator-Behavior-Consequence). Menurut model ABC, perilaku
dipicu oleh beberapa rangkaian peristiwa
TINJAUAN TEORITIS activator (sesuatu yang mendahului
perilaku dan secara kausal terhubung
Program modifikasi perilaku dengan perilaku itu sendiri) dan diikuti
menjadi populer dalam domain oleh consequence (hasil nyata dari perilaku
keselamatan karena terbukti bahwa bagi individu) yang dapat meningkatkan
sebagian besar kecelakaan kerja atau menurunkan kemungkinan perilaku
disebabkan oleh perilaku tidak aman. tersebut akan terulang kembali. Analisis
Fokus pada upaya mengubah perilaku tidak ABC membantu dalam mengidentifikasi
aman menjadi perilaku aman adalah cara-cara untuk mengubah perilaku dengan
penting, namun upaya untuk menganalisis memastikan keberadaan activator yang
mengapa orang berperilaku tidak aman tepat dan consequence yang mendukung
menjadi lebih penting. Dengan hanya perilaku yang diharapkan (Fleming, M. &
berfokus pada perubahan perilaku individu R. Lardner, 2002).
tanpa memperhatikan bagaimana orang
tersebut termotivasi untuk berubah hanya Activator Behavior Consequence
16
Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health Vol. 2, No. 1, Oktober 2017
http://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/JIHOH No.ISSN online : 2541-5727
DOI : http://dx.doi.org/10.21111/jihoh.v2i1.914 No. ISSN cetak : 2527-4686
aman yang telah dilakukan, maka hal itu hanya melakukan pengamatan tanpa
perilaku baru atau perilaku lain yang lebih sectional karena penelitian dilakukan pada
panah dua arah diantara behavior dan digunakan, penelitian ini ialah penelitian
17
Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health Vol. 2, No. 1, Oktober 2017
http://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/JIHOH No.ISSN online : 2541-5727
DOI : http://dx.doi.org/10.21111/jihoh.v2i1.914 No. ISSN cetak : 2527-4686
tenaga kerja, dan persepsi perilaku aman seseorang yang selalu terjadi sebelum
tenaga kerja. Dalam penelitian ini juga adanya perilaku. Activator menjadi
penelitian ini adalah bersumber dari data Tabel 1. Distribusi Pengetahuan Tenaga
Kerja Bagian Produksi Pada
primer meliputi data hasil wawancara Tahun 2017
langsung, observasi atau pengamatan
Pengetahuan Frekuensi Persentase
dengan menggunakan lembar checklist (n) (%)
Baik 29 90,6
yaitu CBC, pengukuran, dan data sekunder
Kurang Baik 3 9,4
yang berasal dari perusahaan.
Total 32 100,0
Data hasil penelitian yang diperoleh
kemudian disajikan dalam bentuk teks dan Tabel 1 menunjukkan bahwa
tabel. Langkah selanjutnya adalah data hampir seluruh tenaga kerja (90,6%) di
akan dihubungkan dengan teori yang ada keselamatan kerja dan perilaku aman
tersebut.
18
Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health Vol. 2, No. 1, Oktober 2017
http://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/JIHOH No.ISSN online : 2541-5727
DOI : http://dx.doi.org/10.21111/jihoh.v2i1.914 No. ISSN cetak : 2527-4686
Tabel 2. Distribusi Kesadaran Tenaga komunikasi dan sumber daya manusia serta
Kerja Bagian Produksi Pada
peralatan yang termasuk kedalam
Tahun 2017
infrastruktur peran manajemen. Ada
Kesadaran Frekuensi Persentase
(n) (%) beberapa tim program di PT. X Mojokerto,
Baik 27 84,4 diantaranya program dalam setiap kegiatan
Kurang Baik 5 15,6
rutin K3 di perusahaan. Adanya SOP, tim
Total 32 100,0
Tabel 2 menunjukkan bahwa bahwa dalam setiap program, jadwal target
sebagian besar tenaga kerja (84,4%) di pencapaian dalam setiap hari, meeting pagi
baik untuk berperilaku aman dalam langsung baik dari pihak manajerial
selamatnya. Kebutuhan selamat seperti mengenai cara bekerja yang baik dan
waktu kerja yang cukup untuk bekerja dan lainnya. Peraturan perusahaan dapat
dengan aman, dan tempat kerja yang aman. berlaku sebagai pedoman dan acuan dalam
Mojokerto tahun 2017, dapat diketahui penerapan yang tegas dan apabila ada yang
bahwa terdapat peran manajemen yang melanggar maka dikenakan sanksi atau
sudah berjalan dengan baik serta terdapat hukuman. Distribusi peraturan perusahaan
19
Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health Vol. 2, No. 1, Oktober 2017
http://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/JIHOH No.ISSN online : 2541-5727
DOI : http://dx.doi.org/10.21111/jihoh.v2i1.914 No. ISSN cetak : 2527-4686
20
Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health Vol. 2, No. 1, Oktober 2017
http://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/JIHOH No.ISSN online : 2541-5727
DOI : http://dx.doi.org/10.21111/jihoh.v2i1.914 No. ISSN cetak : 2527-4686
21
Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health Vol. 2, No. 1, Oktober 2017
http://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/JIHOH No.ISSN online : 2541-5727
DOI : http://dx.doi.org/10.21111/jihoh.v2i1.914 No. ISSN cetak : 2527-4686
22
Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health Vol. 2, No. 1, Oktober 2017
http://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/JIHOH No.ISSN online : 2541-5727
DOI : http://dx.doi.org/10.21111/jihoh.v2i1.914 No. ISSN cetak : 2527-4686
memakai peralatan atau mesin kerja sesuai apabila melakukan tindakan yang tidak
prosedur yang benar. Berdasarkan hasil aman ketika bekerja sehingga tidak selalu
penelitian, terdapat 3 (tiga) tenaga kerja bergantung dari pengawasan foreman
yang memiliki pengetahuan kurang baik maupun safety representative.
tetapi berperilaku dalam tingkat baik. Hal Setelah tenaga kerja mendapat
ini dikarenakan terdapat faktor lain yang pengetahuan terhadap perilaku aman serta
berperan mendukung terjadinya perilaku faktor bahaya, dan kesadaran maka masih
baik, seperti kesadaran responden serta diperlukan faktor kebutuhan selamat.
telah terdapat K3L Mandiri di bagian Perilaku aman dapat terbentuk ketika ada
produksi tersebut. kebutuhan keamanan dan keselamatan
Menurut Notoatmodjo (2012), kerja sudah terpenuhi. Menurut Robbins
perilaku aman yang didasari oleh adanya dan Coulter (2007) kebutuhan adalah salah
kesadaran menghasilkan arti yang benar- satu aspek psikologis yang menggerakkan
benar dirasakan dan secara sadar tenaga kerja dalam aktivitasnya dan
mendasari seseorang untuk melakukan menjadi dasar untuk berusaha mencapai
sesuatu hal atau tindakan perilaku. Hasil tujuan tertentu. Teori kebutuhan oleh
penelitian di bagian produksi menyatakan Robbins dan Coulter (2007) yang
bahwa sebagian besar tenaga kerja (84,4%) diadaptasi dari teori hierarki kebutuhan
telah memiliki kesadaran yang baik untuk oleh Maslow (1954) mengungkapkan
berperilaku aman dalam bekerja, yang bahwa tenaga kerja berperilaku aman
artinya tenaga kerja tersebut telah mengerti ketika bekerja untuk mancapai tujuan
dengan jelas bagaimana berperilaku aman keselamatan kerja yang lebih baik, di
dan memiliki keinginan kuat serta dorong oleh keinginan untuk memenuhi
kesediaan yang timbul tanpa adanya kebutuhannya dalam hal ini adalah
paksaan atau intervensi pihak lain untuk kebutuhan keselamatan (safety needs) yang
berperilaku aman ketika bekerja. Namun meliputi rasa ingin dilindungi dari bahaya
terdapat 4 (empat) responden yang fisik dan emosional pada saat bekerja.
memiliki kesadaran yang kurang baik Hasil dari penelitian juga
tetapi telah berperilaku aman. Hal ini menyatakan bahwa kebutuhan selamat
dikarenakan adanya rasa peduli dari telah didapatkan sebagian besar (84,4%)
masing-masing responden yang telah oleh tenaga kerja di perusahaan tempat
memiliki kesadaran baik untuk menegur bekerja. Hal ini dapat terjadi karena
dan mengingatkan responden yang lain kebutuhan keselamatan tenaga kerja seperti
23
Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health Vol. 2, No. 1, Oktober 2017
http://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/JIHOH No.ISSN online : 2541-5727
DOI : http://dx.doi.org/10.21111/jihoh.v2i1.914 No. ISSN cetak : 2527-4686
24
Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health Vol. 2, No. 1, Oktober 2017
http://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/JIHOH No.ISSN online : 2541-5727
DOI : http://dx.doi.org/10.21111/jihoh.v2i1.914 No. ISSN cetak : 2527-4686
25
Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health Vol. 2, No. 1, Oktober 2017
http://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/JIHOH No.ISSN online : 2541-5727
DOI : http://dx.doi.org/10.21111/jihoh.v2i1.914 No. ISSN cetak : 2527-4686
beberapa tenaga kerja menyatakan tidak kerja. Hal ini agar pihak manajemen
pernah menerima reward. Sedangkan mengetahui sebenarnya apa yang
terdapat reward berupa kaos kaki tetapi diharapkan tenaga kerja ketika mereka
diberikan kepada tenaga kerja yang melakukan perilaku yang diharapkan agar
mempunyai inisiatif untuk meningkatkan tidak terjadi salah persepsi. Salah satu
hasil produksi serta untuk tenaga kerja program yang dapat dilakukan adalah
yang menemukan pest. Hasil ini sejalan feedback support card berupa thank-you
dengan penelitian penelitian yang card. Kartu tertulis dapat menjadi cara
dilakukan oleh Retnani (2013) yang yang efektif untuk mendukung umpan
menyatakan pemberian positive balik secara lisan sebagai bagian dari
reinforcement tidak berpengaruh signifikan proses observasi (McSween, 2003).
terhadap terciptanya safe behavior tenaga Hukuman adalah suatu bentuk
kerja di PT. Pupuk Kalimantan Timur. konsekuensi yang diterima oleh tenaga
Namun bertolak belakang dengan kerja dengan harapan dapat memperkecil
penelitian yang dilakukan oleh Fitriani kemungkinan suatu perilaku untuk muncul
(2014) yang mengemukakan bahwa ada kembali. Sementara dalam penelitian ini,
hubungan kuat antara penguatan positif hukuman diartikan sebagai konsekuensi
(pemberian reward) dengan safety yang timbul akibat tenaga kerja berperilaku
behaviour tenaga kerja unit Ring Frame tidak aman ketika bekerja dalam bentuk
Spinning II PT. Lotus Indah Textile pemberian sanksi administratif,
Industries. pemotongan insentif, maupun sanksi lain
Dengan demikian, sebaiknya yang diterapkan perusahaan. Sebagian
manajemen membuat suatu sistem besar tenaga kerja (87,5%) menyatakan
penghargaan yang khusus diberikan tidak pernah mendapatkan hukuman,
apabila tenaga kerja berperilaku aman meskipun ada beberapa tenaga kerja yang
ketika bekerja. Pemberian pujian oleh menyatakan pernah mendapatkan
atasan maupun safety representative hukuman. Hal ini dikarenakan pihak
sebaiknya dilakukan kepada seluruh tenaga manajemen belum konsisten dalam
kerja dengan konsisten. Tenaga kerja akan menerapkan pemberian sanksi/hukuman
cenderung melakukan perilaku yang kepada tenaga kerja yang melanggar
diharapkan ketika mengetahui konsekuensi peraturan atau berperilaku tidak aman.
yang akan muncul. Pemberian reward Beberapa tenaga kerja diberlakukan sanksi
sebaiknya didiskusikan juga dengan tenaga atau hukuman tersebut namun tenaga kerja
26
Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health Vol. 2, No. 1, Oktober 2017
http://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/JIHOH No.ISSN online : 2541-5727
DOI : http://dx.doi.org/10.21111/jihoh.v2i1.914 No. ISSN cetak : 2527-4686
yang lain tidak diberikan. Sehingga akan yang tidak sesuai dengan SOP, tidak
memunculkan pengulangan perilaku yang berpegangan tangan saat turun tangga,
tidak diharapkan karena kurang tegasnya memutar sambil mengangkat, bercanda
manajemen dalam menerapkan ketika bekerja, melempar bahan/material
hukuman/punishment. dari atas ke bawah/tanah, serta area kerja
Perilaku aman ialah tindakan atau masih berpotensi menyebabkan terpeleset
kegiatan tenaga kerja yang dapat mencegah (genangan air sisa pencucian alat maupun
tenaga kerja dari terjadinya celaka atau minyak), sehingga diperlukan upaya untuk
cedera yang dapat membahayakan meningkatkan perilaku aman tenaga kerja.
keselamatan dan kesehatan tenaga kerja. Oleh karena itu, untuk mencapai
Dalam penilaian persepsi diri sendiri keselamatan kerja yang lebih baik, PT. X
terhadap perilaku aman menggunakan Mojokerto disarankan untuk melakukan
kuesioner, seluruh tenaga kerja bagian upaya-upaya yang berfokus pada
produksi merasa bahwa telah berperilaku peningkatan perilaku aman tenaga
aman ketika bekerja. Namun hal ini kerjanya.
berbeda dengan hasil observasi yang Upaya yang telah dilakukan oleh
menunjukkan 65,6% tenaga kerja telah perusahaan untuk melakukan kontrol
mempunyai perilaku aman yang baik terhadap perilaku tenaga kerja melalui
dalam bekerja sedangkan sisanya dalam program-program K3L Mandiri yang
kategori perilaku aman yang cukup baik. meliputi 3 (tiga) program besar yaitu: 1)
Hasil yang berbeda ini bisa dikarenakan Program Accident Reduction (Pengurangan
tenaga kerja ingin terlihat baik saat Jumlah Kecelakaan Kerja), 2) Program
penilaian dengan menggunakan kuesioner. Awareness Improvement (Peningkatan
Ketika bekerja serta melakukan kegiatan Kesadaran Karyawan), dan 3) Program
sehari-hari hal yang menjadi kebiasaan Legal Conformity.
akan terlihat. Beberapa pekerja termasuk
dalam kategori perilaku aman yang cukup KESIMPULAN
baik. Hal ini dapat terjadi karena perilaku Berdasarkan hasil penelitian maka
aman belum terbentuk secara menyeluruh dapat disimpulkan bahwa hampir seluruh
ke seluruh tenaga kerja, terbukti dengan tenaga kerja memiliki tingkat pengetahuan
masih ditemukannya tenaga kerja yang yang baik, sebagian besar tenaga kerja
tidak menggunakan APD (masker kain) memiliki kesadaran yang baik, sebagian
yang sesuai dan benar, pengoperasian alat besar tenaga kerja telah terpenuhi
27
Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health Vol. 2, No. 1, Oktober 2017
http://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/JIHOH No.ISSN online : 2541-5727
DOI : http://dx.doi.org/10.21111/jihoh.v2i1.914 No. ISSN cetak : 2527-4686
Saran yang dapat diberikan kepada DuPont Company. 2005. Not Walking The
pihak perusahaan antara lain: (1) Talk: DuPonts’s Untold Safety
Failures.
Melakukan observasi perilaku tenaga kerja http://assets.usw.org/resources/hse/r
secara berkelanjutan; (2) Menggunakan esources/Walking-theTalk-
Duponts-Untold-Safety-
hasil analisis observasi perilaku tersebut Failures.pdf. (sitasi tanggal 1 Maret
sebagai pertimbangan dalam membuat 2017)
28
Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health Vol. 2, No. 1, Oktober 2017
http://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/JIHOH No.ISSN online : 2541-5727
DOI : http://dx.doi.org/10.21111/jihoh.v2i1.914 No. ISSN cetak : 2527-4686
Health and Safety. Florida : Lewis Saraswati, F. 2014. Analisis Activator Dan
Publisher Geller, E. Scott. 2001. Consequence Dengan Safe Behavior
Behavior-Based-Safety in Industry Penggunaan Alat Pelindung Diri
: Realizing the LargeScale Potential Pada Tenaga Kerja Di PT. Du Pont
of Psychology to Promote Agricultural Products Indonesia–
Human Welfare. Applied and Sidoarjo Tahun 2014. Skripsi.
Preventive Psychology. Vol.10, Surabaya, FKM Universitas
Issue 2, Pages 87-105. Airlangga.
Maslow, A. 1954. Motivation and Sirait, F.A., 2015. Analisis Perilaku Aman
personality. Harper. pp. 92: New Pada Tenaga Kerja Dengan
York, NY. Pendekatan Behavior-Based Safety
(Studi di Workshop 8 Unit Produksi
McSween, T.E., 2003. The Values-Based PT. Duta Hita Jaya Bekasi, Jawa
Safety Process: Improving Your Barat). Skripsi. Surabaya, FKM
Safety Culture with Behavior-Based Universitas Airlangga.
Safety. 2nd Edition. New Jersey:
John Wiley & Sons Inc. Suizer, A.B., 1999. Safety Behavior:
Fewer Injuries?. Jakarta: Balai
National Safety Council. 2011. Injury Pustaka
Facts, 2011 Edition. Itasca, IL:
Author.
29
Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health Vol. 2, No. 1, Oktober 2017
http://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/JIHOH No.ISSN online : 2541-5727
DOI : http://dx.doi.org/10.21111/jihoh.v2i1.914 No. ISSN cetak : 2527-4686
30