Anda di halaman 1dari 18

Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health Vol. 2, No.

1, Oktober 2017
http://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/JIHOH No.ISSN online : 2541-5727
DOI : http://dx.doi.org/10.21111/jihoh.v2i1.914 No. ISSN cetak : 2527-4686

ANALISIS PERILAKU AMAN PADA TENAGA KERJA DENGAN


MODEL ABC (ACTIVATOR-BEHAVIOR-CONSEQUENCE)

Luthfi Rizky Affandhy1, Neffrety Nilamsari1


1
Universitas Airlangga
lfrizky@gmail.com

Abstrak

Salah satu cara yang dapat digunakan untuk menurunkan kecelakaan kerja ialah dengan menerapkan
program BBS yang bertujuan untuk mengubah perilaku tidak aman menjadi perilaku aman. Perilaku tidak aman
dapat terjadi karena ketidaktahuan, ketidakmauan atau ketidakmampuan tenaga kerja untuk berperilaku aman.
Oleh karena itu analisis perilaku aman menggunakan model perilaku ABC (Activator, Behavior, Consequence)
akan dilakukan untuk mengoptimalkan upaya pencegahan kecelakaan kerja. Tujuan utama dari penelitian ini
adalah untuk menganalisis perilaku aman pada tenaga kerja dengan metode ABC. Penelitian ini merupakan jenis
penelitian observasional dengan rancangan cross-sectional. Populasi penelitian adalah seluruh tenaga kerja
(N=32) di bagian produksi PT. X Mojokerto dan sampel penelitian adalah total populasi. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa sebagian besar tenaga kerja (90,6%) memiliki pengetahuan baik; 84,4% tenaga kerja
memiliki kesadaran baik; 84,4% menyatakan kebutuhan selamat terpenuhi; seluruh tenaga kerja (100%)
menyatakan ada dan berlaku peraturan K3 di perusahaan; 65,6% tidak pernah mendapatkan penguatan positif;
87,5% tidak pernah mendapatkan hukuman; dan 65,6% tenaga kerja telah berperilaku aman dalam tingkat baik
ketika bekerja.

Kata Kunci: model ABC; pekerja bagian produksi; perilaku aman

SAFE BEHAVIOR ANALYSIS OF WORKERS WITH ABC


(ACTIVATOR-BEHAVIOR-CONSEQUENCE) MODEL
Abstract

One way of reducing occupational accidents is by implementing BBS program and the goal is by
changing “at risk” behavior to safe behavior. The unsafe actions is likely driven by unawareness, ignorance, and
incompetence of the workers to commit safe behavior. As the result, analysis on workplace safety behavior, the
activator-behavior-consequence (ABC) model was applied to optimize the prevention of occupational accidents.
The main purpose of this study was to analyse the safe behavior of the workers through the ABC model. This
was an observational research using the cross-sectional design. The population was all workers (N=32)
employed in the Production unit PT. X Mojokerto and the sample was the total population. The results of this
study showed that most of workers (90,6%) had good knowledge; 84,4% of workers had good awareness; 84,4%
of workers stated the need for safety had been fulfilled; all workers stated that the existing safety rules of the
company had been implemented; 65,6% of workers never got positive reinforcement; 87,5% of workers never
got punishment; and 87,5% of workers did safety behavior at the workplace.

Keywords: production workers, safe behavior, The ABC model

14
Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health Vol. 2, No. 1, Oktober 2017
http://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/JIHOH No.ISSN online : 2541-5727
DOI : http://dx.doi.org/10.21111/jihoh.v2i1.914 No. ISSN cetak : 2527-4686

PENDAHULUAN Teori Suizer (1999) dalam Retnani


(2013) menyatakan bahwa aspek utama
Kemajuan ilmu pengetahuan dan dalam mencegah terjadinya kecelakaan
teknologi (IPTEK) sangatlah pesat dalam kerja yaitu dengan memperhatikan aspek
mendukung sektor perindustrian di behavioral para pekerja. Pernyataan ini
Indonesia, namun dalam penerapannya diperkuat oleh pendapat Cooper (2009)
tidak hanya menimbulkan dampak positif bahwa walaupun sulit untuk di kontrol
bagi perkembangan perusahaan tetapi juga secara tepat, 80-95% dari seluruh
dapat menimbulkan dampak negatif bagi kecelakaan kerja yang terjadi disebabkan
lingkungan kerja, termasuk dampak oleh unsafe behavior. Hal ini didukung
kesehatan dan keselamatan bagi tenaga oleh riset yang dilakukan oleh National
kerja. Kesehatan dan keselamatan kerja di Safety Council (NSC) pada tahun 2011
Indonesia kurang diterapkan secara dalam Ningsih (2013), menghasilkan fakta
optimal. Hal ini ditandai dengan masih bahwa penyebab kecelakaan kerja adalah
banyaknya kasus kecelakaan di tempat 88% karena perilaku tidak aman (unsafe
kerja. behavior), 10% karena kondisi yang tidak
Berdasarkan laporan International aman (unsafe condition), dan 2% tidak
Labour Organization (ILO) dalam Sirait diketahui penyebabnya. Penelitian lain
(2015), hampir setiap hari terjadi yang dilakukan oleh DuPont Company
kecelakaan kerja yang mengakibatkan (2005) juga menunjukkan bahwa
korban fatal, yaitu sekitar 6.000 kasus. kecelakaan kerja 96% disebabkan oleh
Sementara itu, di Indonesia, rata-rata per unsafe behavior dan 4% disebabkan oleh
tahunnya terdapat 99.000 kasus kecelakaan unsafe condition. Berdasarkan hasil riset
kerja. Sedangkan menurut data BPJS tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa
Ketenagakerjaan jumlah kecelakaan kerja perilaku manusia merupakan unsur yang
pada tahun 2012 terdapat 103.074 kasus, memegang peranan penting dalam
tahun 2013 terdapat 103.285 kasus, tahun mengakibatkan kecelakaan kerja (Cooper,
2014 terdapat 129.911 orang, dan pada 2009) dan perilaku terbesar yang
tahun 2015 terdapat 105.182 kasus dengan menyumbang terjadinya kecelakaan kerja
2.375 orang meninggal dunia dan pada yaitu perilaku tidak aman.
tahun 2016 101.367 kasus dengan 2.382 Untuk membantu mengubah
orang meninggal dunia. perilaku tidak aman tenaga kerja menjadi
perilaku aman guna mencegah terjadinya

14
Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health Vol. 2, No. 1, Oktober 2017
http://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/JIHOH No.ISSN online : 2541-5727
DOI : http://dx.doi.org/10.21111/jihoh.v2i1.914 No. ISSN cetak : 2527-4686

kecelakaan kerja, salah satunya adalah karena lantai licin akibat tumpahan
dengan melakukan pendekatan perilaku. minyak; air bekas pencucian raw material
Model ABC (Activator-Behavior- serta lemak, terkena semburan uap panas
Consequence) dapat diaplikasikan guna dari steam, terkena bahan kimia akibat
menganalisis perilaku manusia secara lebih NaOH, terjepit, tergores, teriris oleh mesin
sederhana. Perilaku dipengaruhi langsung produksi. Sehingga diperlukan APD
oleh Activator, yaitu suatu kondisi atau berupa pakaian kerja, penutup kepala,
rangsangan yang mendahului terjadinya safety boots, sarung tangan dan masker
perilaku tertentu. Behavior adalah setiap untuk melindungi pekerjanya dari
hal yang dapat diukur langsung yang kemungkinan terkena PAK dan terjadinya
dilakukan tenaga kerja, termasuk kecelakaan kerja serta kepatuhan terhadap
berbicara, bertindak, dan melakukan fungsi SOP (Standar Operasional Prosedur),
fisik. Consequence adalah hal yang dapat instruksi kerja, peraturan keselamatan yang
menentukan perilaku tersebut akan berlaku di perusahaan serta sikap kerja
terulang kembali. Consequence dapat yang aman.
bertindak sebagai activator baru atau Dalam melaksanakan pekerjaan,
activator ke dua yang dapat memicu masih dijumpai tenaga kerja yang memakai
munculnya perilaku baru atau perilaku APD dengan tidak tepat dan cenderung
lain. Perilaku aman dapat dilihat dari tidak menghiraukan keamanan diri sendiri
perilaku tenaga kerja ketika melakukan demi mengejar target produksi. Ketika
pekerjaannya di tempat kerja (Geller, dilakukan observasi awal ditemukan
2001). tenaga kerja tidak memakai APD masker
PT. X merupakan salah satu dengan benar, kurang mematuhi SOP
perusahaan makanan yang telah lama (Standar Operasional Prosedur) dalam
berdiri dan bertahan dengan eksistensinya melaksanakan pekerjaannya, kurangnya
dibidang produk penyedap rasa masakan. kehati-hatian dalam bekerja, sikap kerja
Salah satu unit produksi yaitu seksi EMP yang tidak aman dan mengabaikan adanya
(Extract Meat Powder) yang memproduksi rambu-rambu serta slogan K3 yang
bahan dasar pembuatan bumbu masako. lainnya. Saat dilakukan wawancara
Setiap tahapan dalam proses produksi singkat, tenaga kerja tersebut berasalan
dibantu oleh mesin yang menimbulkan lupa dan juga ada yang mengaku sudah
getaran, kebisingan serta suhu panas. terbiasa sehingga tenaga kerja tersebut
Risiko di seksi EMP antara lain terpeleset sudah merasa cukup aman tentang perilaku

15
Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health Vol. 2, No. 1, Oktober 2017
http://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/JIHOH No.ISSN online : 2541-5727
DOI : http://dx.doi.org/10.21111/jihoh.v2i1.914 No. ISSN cetak : 2527-4686

tersebut. Hal ini dapat meningkatkan risiko yang mengikuti suatu perilaku. Kejadian
terjadinya kecelakaan kerja. yang muncul sebelum suatu perilaku
Berdasarkan uraian tersebut, disebut activator sedangkan kejadian yang
diperlukan penelitian untuk menganalisis mengikuti suatu perilaku disebut
perilaku aman pada tenaga kerja di bagian consequence (Mc Sween, 2003). Perilaku
produksi PT. X sebagai upaya preventif memiliki prinsip dasar dapat dipelajari dan
atau pencegahan kecelakaan kerja guna diubah dengan mengidentifikasi dan
meningkatkan keselamatan kerja. memanipulasi keadaan lingkungan atau
Penelitian ini akan dilakukan dengan stimulus yang mendahului dan mengikuti
menggunakan model perilaku ABC suatu perilaku (Geller, 2001).
(Activator-Behavior-Consequence). Menurut model ABC, perilaku
dipicu oleh beberapa rangkaian peristiwa
TINJAUAN TEORITIS activator (sesuatu yang mendahului
perilaku dan secara kausal terhubung
Program modifikasi perilaku dengan perilaku itu sendiri) dan diikuti
menjadi populer dalam domain oleh consequence (hasil nyata dari perilaku
keselamatan karena terbukti bahwa bagi individu) yang dapat meningkatkan
sebagian besar kecelakaan kerja atau menurunkan kemungkinan perilaku
disebabkan oleh perilaku tidak aman. tersebut akan terulang kembali. Analisis
Fokus pada upaya mengubah perilaku tidak ABC membantu dalam mengidentifikasi
aman menjadi perilaku aman adalah cara-cara untuk mengubah perilaku dengan
penting, namun upaya untuk menganalisis memastikan keberadaan activator yang
mengapa orang berperilaku tidak aman tepat dan consequence yang mendukung
menjadi lebih penting. Dengan hanya perilaku yang diharapkan (Fleming, M. &
berfokus pada perubahan perilaku individu R. Lardner, 2002).
tanpa memperhatikan bagaimana orang
tersebut termotivasi untuk berubah hanya Activator Behavior Consequence

akan menghasilkan perubahan pada


gejalanya saja. Perilaku merupakan fungsi Gambar 1. The ABC Model
dari lingkungan sekitar. Kejadian yang Sumber: Geller, 2001

terjadi di lingkungan sekitar dapat dibagi Berdasarkan gambar 1. tersebut,


menjadi dua kategori, yaitu kejadian yang dapat diketahui bahwa adanya activator
mendahului suatu perilaku dan kejadian dapat mempengaruhi atau menyebabkan

16
Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health Vol. 2, No. 1, Oktober 2017
http://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/JIHOH No.ISSN online : 2541-5727
DOI : http://dx.doi.org/10.21111/jihoh.v2i1.914 No. ISSN cetak : 2527-4686

perilaku yang dilakukan. Perilaku yang walaupun activator merupakan pemicu


telah dilakukan dapat menghasilkan dari timbulnya behavior, akan menjadi
adanya consequence yang didapatkan tidak efektif apabila tidak ada
sebagai hasil atau outcome dari perilaku consequences.
tersebut. Consequence dapat berlaku Model ABC ini juga dapat
sebagai digunakan untuk mempromosikan perilaku
activator baru (A’ atau A2) untuk menjadi yang mengutamakan keselamatan. Dengan
pemicu atau perangsang lahirnya analisis ABC nantinya dapat diketahui
perilaku baru (B’ atau B2). Misalnya, mengapa tenaga kerja berperilaku tidak
apabila seseorang memperoleh sesuatu aman dan nantinya akan diidentifikasi
yang diinginkan misalnya hadiah sebagai bagaimana cara untuk mengubah cara
consequence dari perilaku awal yang berperilaku tenaga kerja tersebut menjadi
dilakukan dan ia merasa senang, maka hal berperilaku aman.
tersebut dapat menjadi activator baru bagi
seseorang untuk melakukan perilaku baru METODE PENELITIAN
yang mungkin serupa. Contoh lain adalah
ketika seseorang mendapatkan hukuman Penelitian ini merupakan jenis

sebagai consequence akibat perilaku tidak penelitian observasional karena peneliti

aman yang telah dilakukan, maka hal itu hanya melakukan pengamatan tanpa

dapat menjadi activator baru yang memberikan perlakuan. Rancangan

melahirkan perubahan perilaku menjadi penelitian yang digunakan ialah cross

perilaku baru atau perilaku lain yang lebih sectional karena penelitian dilakukan pada

baik dari perilaku sebelumnya. satu waktu tertentu. Sedangkan

Menurut Mc Sween (2003) terdapat berdasarkan metode analisis data yang

panah dua arah diantara behavior dan digunakan, penelitian ini ialah penelitian

consequence yang menegaskan bahwa deskriptif karena peneliti hanya

consequence mempengaruhi kemungkinan memberikan gambaran atau deskripsi

perilaku tersebut akan muncul kembali. tentang keadaan secara objektif

Consequence dapat menguatkan atau (Notoatmodjo, 2012).

melemahkan perilaku sehingga dapat Penelitian ini dilakukan di bagian

meningkatkan atau mengurangi frekuensi produksi PT. X, Mojokerto. Waktu

kemunculan perilaku tersebut. Sehingga penelitian adalah sejak pembuatan

peran consequence sangat penting, proposal penelitian dan pengumpulan data

17
Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health Vol. 2, No. 1, Oktober 2017
http://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/JIHOH No.ISSN online : 2541-5727
DOI : http://dx.doi.org/10.21111/jihoh.v2i1.914 No. ISSN cetak : 2527-4686

dilakukan mulai dari bulan Maret sampai HASIL PENELITIAN


Mei 2017. Sampel pada penelitian ini Karaketristik Tenaga Kerja
adalah total populasi yaitu seluruh tenaga Karakteristik tenaga kerja di PT. X,
kerja yang berjumlah 32 pekerja. Mojokerto menunjukkan bahwa sebagian
Variabel yang digunakan dalam besar tenaga kerja berada pada kategori
penelitian ini ialah pengetahuan tentang usia 19–25 tahun, berjenis kelamin laki-
faktor bahaya dan perilaku aman, laki, memiliki latar belakang pendidikan
awareness/kesadaran, kebutuhan selamat, SMA, dan telah bekerja selama 1–4 tahun.
peran manajemen, peraturan perusahaan
tentang K3, positive reinforcement dan Activator

punishment sebagai konsekuensi perilaku Activator mendasari setiap perilaku

tenaga kerja, dan persepsi perilaku aman seseorang yang selalu terjadi sebelum

tenaga kerja. Dalam penelitian ini juga adanya perilaku. Activator menjadi

akan dilaksanakan observasi perilaku aman “trigger” dalam melakukan sesuatu,

tenaga kerja saat melaksanakan namun terkadang juga dapat menyebabkan

pekerjaannya. seseorang tidak melakukan sesuatu

Teknik pengumpulan data dalam tersebut lagi.

penelitian ini adalah bersumber dari data Tabel 1. Distribusi Pengetahuan Tenaga
Kerja Bagian Produksi Pada
primer meliputi data hasil wawancara Tahun 2017
langsung, observasi atau pengamatan
Pengetahuan Frekuensi Persentase
dengan menggunakan lembar checklist (n) (%)
Baik 29 90,6
yaitu CBC, pengukuran, dan data sekunder
Kurang Baik 3 9,4
yang berasal dari perusahaan.
Total 32 100,0
Data hasil penelitian yang diperoleh
kemudian disajikan dalam bentuk teks dan Tabel 1 menunjukkan bahwa

tabel. Langkah selanjutnya adalah data hampir seluruh tenaga kerja (90,6%) di

tersebut dianalisis. Hasil analisis yang bagian produksi memiliki tingkat

telah dilakukan dan didapatkan, kemudian pengetahuan yang baik mengenai

akan dihubungkan dengan teori yang ada keselamatan kerja dan perilaku aman

untuk diambil kesimpulan dari penelitian ketika bekerja.

tersebut.

18
Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health Vol. 2, No. 1, Oktober 2017
http://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/JIHOH No.ISSN online : 2541-5727
DOI : http://dx.doi.org/10.21111/jihoh.v2i1.914 No. ISSN cetak : 2527-4686

Tabel 2. Distribusi Kesadaran Tenaga komunikasi dan sumber daya manusia serta
Kerja Bagian Produksi Pada
peralatan yang termasuk kedalam
Tahun 2017
infrastruktur peran manajemen. Ada
Kesadaran Frekuensi Persentase
(n) (%) beberapa tim program di PT. X Mojokerto,
Baik 27 84,4 diantaranya program dalam setiap kegiatan
Kurang Baik 5 15,6
rutin K3 di perusahaan. Adanya SOP, tim
Total 32 100,0
Tabel 2 menunjukkan bahwa bahwa dalam setiap program, jadwal target

sebagian besar tenaga kerja (84,4%) di pencapaian dalam setiap hari, meeting pagi

bagian produksi memiliki kesadaran yang rutin dilakukan, pendekatan secara

baik untuk berperilaku aman dalam langsung baik dari pihak manajerial

bekerja. dengan pekerja di lapangan, merupakan


pendukung dari kuatnya peran manajemen

Tabel 3. Distribusi Kebutuhan Selamat di perusahaan tersebut. Beberapa sertifikat


Tenaga Kerja Bagian Produksi yang dimiliki oleh PT. X Mojokerto,
Pada Tahun 2017
diantaranya adalah ISO 9001:2008, ISO
Kebutuhan Frekuensi Persentase 14001:2004, OHSAS 18001:2007, ISO
Selamat (n) (%)
Terpenuhi 22000:2005, Sertifikat Halal, Zero
27 84,4
Tidak 5 15,6 Emission, Sertifikat Produk Penggunaan
Terpenuhi
Tanda SNI (SPPT SNI).
Total 32 100,0
Tabel 3 menunjukkan bahwa bahwa Beberapa yang termasuk dalam

sebagian besar tenaga kerja (84,4%) di peraturan perusahaan tentang K3 adalah

bagian produksi telah terpenuhi kebutuhan adanya prosedur kerja, rambu-rambu

selamatnya. Kebutuhan selamat seperti mengenai cara bekerja yang baik dan

peralatan keselamatan, ketersediaan APD, benar, informasi bahaya kecelakaan kerja,

waktu kerja yang cukup untuk bekerja dan lainnya. Peraturan perusahaan dapat

dengan aman, dan tempat kerja yang aman. berlaku sebagai pedoman dan acuan dalam

Berdasarkan hasil wawancara bekerja sesuai dengan cara yang benar.

kepada pihak manajemen di PT. X Peraturan perusahaan mengandung prinsip

Mojokerto tahun 2017, dapat diketahui penerapan yang tegas dan apabila ada yang

bahwa terdapat peran manajemen yang melanggar maka dikenakan sanksi atau

sudah berjalan dengan baik serta terdapat hukuman. Distribusi peraturan perusahaan

sistem manajemen, tim program, tentang K3 pada tenaga kerja di bagian


produksi menunjukkan bahwa seluruh

19
Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health Vol. 2, No. 1, Oktober 2017
http://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/JIHOH No.ISSN online : 2541-5727
DOI : http://dx.doi.org/10.21111/jihoh.v2i1.914 No. ISSN cetak : 2527-4686

tenaga kerja (100%) menyatakan bahwa Tabel 5. Distribusi Hukuman Tenaga


Kerja Bagian Produksi Pada
ada peraturan mengenai K3 yang berlaku
Tahun 2017
di perusahaan tersebut. Peraturan
Hukuman Frekuensi Persentase
perusahaan mengenai K3 juga dinilai baik (n) (%)
Pernah 4 12,5
karena telah ada dan berlaku secara
Tidak Pernah 28 87,5
konsisten di dalam tempat kerja. Total 32 100,0
Tabel 5 menunjukkan bahwa bahwa
Consequence sebagian besar tenaga kerja (87,5%) di
Consequence adalah hasil atau bagian produksi tidak pernah mendapatkan
keluaran dari perilaku seseorang yang hukuman selama bekerja. Misalnya karena
dapat menyebabkan perilaku tersebut tidak memakai APD diantaranya seragam,
terulang kembali atau tidak. safety helmet, tidak mematuhi SOP yang
Tabel 4. Distribusi Penguatan Positif berlaku dan lainnya. Hukuman yang
Tenaga Kerja Bagian Produksi
Pada Tahun 2017 diberikan berupa teguran, peringatan
hingga dikeluarkan dari perusahaan.
Penguatan Frekuensi Persentase
Positif (n) (%)
Pernah 11 34,4 Perilaku Aman Tenaga Kerja
Tidak Pernah 21 65,6 Dalam penelitian ini dibagikan
Total 32 100,0
kuesioner sebagai salah satu cara penilaian
Tabel 4 menunjukkan bahwa
diri sendiri untuk mengetahui persepsi
sebagian besar tenaga kerja (65,6%) di
tenaga kerja terhadap perilaku aman yang
bagian produksi tidak pernah mendapatkan
telah mereka lakukan apakah tenaga kerja
penguatan positif selama bekerja.
tersebut telah merasa berperilaku aman
Penguatan positif yang diberikan di PT. X
selama bekerja atau sebaliknya. Hasil
Mojokerto khususnya seksi EMP berupa
pengukuran ini nantinya akan
pujian dan reward. Reward yang diberikan
dibandingkan dengan pengamatan yang
berupa kaos kaki. Hal ini dikarenakan
akan dilakukan oleh peneliti selama tenaga
semua personel EMP diwajibkan untuk
kerja bekerja. Hasil yang didapat, ialah
menggunakan kaos kaki untuk tetap
seluruh tenaga kerja di bagian produksi
menjaga kebersihan, kerapian dan etika.
(100%) telah berperilaku aman.
Observasi perilaku dilakukan untuk
menilai perilaku aman tenaga kerja dalam

20
Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health Vol. 2, No. 1, Oktober 2017
http://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/JIHOH No.ISSN online : 2541-5727
DOI : http://dx.doi.org/10.21111/jihoh.v2i1.914 No. ISSN cetak : 2527-4686

melaksanakan tugasnya, hasilnya dapat 63,0% telah berperilaku aman dalam


dilihat pada tabel 6 berikut: tingkat baik, sedangkan tenaga kerja
Tabel 6. Distribusi Perilaku Aman Tenaga dengan kesadaran yang kurang baik
Kerja Bagian Produksi Pada
sebagian besar (80,0%) telah berperilaku
Tahun 2017
aman dalam tingkat baik pula. Sebagian
Perilaku Frekuensi Persentase
Aman (n) (%) besar tenaga kerja dengan kebutuhan
Baik 21 65,6 selamat yang terpenuhi (66,7%) telah
Cukup Baik 11 34,4
berperilaku aman dalam tingkat baik,
Kurang Baik 0 0
Total 32 100,0 sedangkan tenaga kerja dengan kebutuhan
Tabel 6 menunjukkan bahwa selamat yang tidak terpenuhi (60%) telah
sebagian besar tenaga kerja (65,6%) telah berperilaku aman dalam tingkat baik pula.
berperilaku aman dalam tingkat yang baik Sebagian besar tenaga kerja menyatakan
selama menjadi tenaga kerja di PT. X, bahwa ada peraturan perusahaan mengenai
Mojokerto. Observasi perilaku aman K3 dan berlaku di perusahaan (65,6%)
tenaga kerja ini dilakukan selama 3 hari telah berperilaku aman dalam tingkat baik.
menggunakan CBC (Critical Behavior Tabel 7. Distribusi Silang Perilaku Aman
Checklist) yang terdiri dari penggunaan Tenaga Kerja Bagian Produksi
dengan Activator Pada Tahun
dan pengoperasian peralatan kerja, 2017
penggunaan APD sesuai dengan jenis Perilaku Aman
pekerjaanya, sikap kerja serta Cukup Total
Activator Baik
Baik
housekeeping (5S). n % n % n %
Pengetahuan
Distribusi Silang Perilaku Aman Baik 18 62,1 11 37,9 29 100
Kurang
Pekerja dengan Activator 3 100 0 0 3 100
Baik
Tabel 7 menunjukkan bahwa Kesadaran
sebagian besar tenaga kerja yang memiliki Baik 17 63 10 37 27 100
Kurang
pengetahuan baik (62,1%) telah 4 80 1 20 5 100
baik
berperilaku aman dalam tingkat yang baik, Kebutuhan Selamat
Terpenuhi 18 66,7 9 33,3 27 100
sedangkan tenaga kerja dengan
Tidak
pengetahuan yang kurang baik (100%) 3 60 2 40 5 100
terpenuhi
telah berperilaku aman dalam tingkat baik Peraturan K3
Ada dan
pula. Tenaga kerja yang memiliki 21 65,6 11 34,4 32 100
berlaku
kesadaran baik sebagian besar sebanyak

21
Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health Vol. 2, No. 1, Oktober 2017
http://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/JIHOH No.ISSN online : 2541-5727
DOI : http://dx.doi.org/10.21111/jihoh.v2i1.914 No. ISSN cetak : 2527-4686

Distribusi Silang Perilaku Aman PEMBAHASAN


Pekerja dengan Consequence Berdasarkan hasil observasi
Tabel 8. Distribusi Silang Perilaku Aman perilaku aman tenaga kerja dalam hal
Tenaga Kerja Bagian Produksi
penggunaan dan pengoperasian peralatan
dengan Consequence Pada
Tahun 2017 kerja, penggunaan APD, sikap kerja serta
Perilaku Aman housekeeping/5S diketahui bahwa perilaku
Cukup Total
Consequence Baik aman tenaga kerja dalam kategori baik dan
Baik
n % n % n % cukup baik. Dan hal ini dapat disebabkan
Penguatan Positif oleh adanya pemicu dan konsekuensi di
Pernah 9 82 2 18 11 100 tempat kerja sesuai dengan teori model
Tidak
12 57 9 43 21 100 perilaku ABC. Analisis perilaku aman
Pernah
Hukuman tenaga kerja bagian produksi PT. X,
Pernah 1 25 3 75 4 100
Mojokerto menggunakan model perilaku
Tidak
20 71 8 29 28 100 ABC dijelaskan sebagai berikut.
Pernah
Tabel 8 menunjukkan bahwa Pengetahuan tentang faktor bahaya
sebagian besar tenaga kerja yang pernah dan perilaku aman, awareness/kesadaran,
mendapatkan penguatan positif (81,8%) kebutuhan selamat, peran manajemen, dan
seperti pujian dan promosi kerja telah peraturan perusahaan tentang K3
berperilaku aman dalam tingkat baik, merupakan activator yang mendasari
sedangkan sebagian besar tenaga kerja setiap perilaku yang dilakukan seseorang
yang menyatakan tidak pernah sebelum perilaku tersebut terjadi.
mendapatkan penguatan positif (57,1%) Pengetahuan merupakan hal yang
telah berperilaku aman dalam tingkat baik penting dan pertama kali diperlukan
pula. Sebagian tenaga kerja yang pernah seseorang untuk mengadopsi suatu
mendapatkan hukuman di perusahaan perilaku baru (Notoatmodjo, 2007). Hasil
(75%) telah berperilaku aman dalam penelitian di bagian produksi PT. X
tingkat cukup baik, sedangkan sebagian menunjukkan bahwa hampir seluruh
besar tenaga kerja yang tidak pernah tenaga kerja (90,6%) memiliki tingkat
mendapatkan hukuman selama bekerja di pengetahuan yang baik. Sebagian besar
perusahaan tersebut (71,4%) telah tenaga kerja mengetahui bahwa kecelakaan
berperilaku aman dalam tingkat baik. kerja merupakan keadaan tidak selamat
yang disebabkan oleh perilaku tidak aman,
misalnya tidak menggunakan APD dan

22
Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health Vol. 2, No. 1, Oktober 2017
http://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/JIHOH No.ISSN online : 2541-5727
DOI : http://dx.doi.org/10.21111/jihoh.v2i1.914 No. ISSN cetak : 2527-4686

memakai peralatan atau mesin kerja sesuai apabila melakukan tindakan yang tidak
prosedur yang benar. Berdasarkan hasil aman ketika bekerja sehingga tidak selalu
penelitian, terdapat 3 (tiga) tenaga kerja bergantung dari pengawasan foreman
yang memiliki pengetahuan kurang baik maupun safety representative.
tetapi berperilaku dalam tingkat baik. Hal Setelah tenaga kerja mendapat
ini dikarenakan terdapat faktor lain yang pengetahuan terhadap perilaku aman serta
berperan mendukung terjadinya perilaku faktor bahaya, dan kesadaran maka masih
baik, seperti kesadaran responden serta diperlukan faktor kebutuhan selamat.
telah terdapat K3L Mandiri di bagian Perilaku aman dapat terbentuk ketika ada
produksi tersebut. kebutuhan keamanan dan keselamatan
Menurut Notoatmodjo (2012), kerja sudah terpenuhi. Menurut Robbins
perilaku aman yang didasari oleh adanya dan Coulter (2007) kebutuhan adalah salah
kesadaran menghasilkan arti yang benar- satu aspek psikologis yang menggerakkan
benar dirasakan dan secara sadar tenaga kerja dalam aktivitasnya dan
mendasari seseorang untuk melakukan menjadi dasar untuk berusaha mencapai
sesuatu hal atau tindakan perilaku. Hasil tujuan tertentu. Teori kebutuhan oleh
penelitian di bagian produksi menyatakan Robbins dan Coulter (2007) yang
bahwa sebagian besar tenaga kerja (84,4%) diadaptasi dari teori hierarki kebutuhan
telah memiliki kesadaran yang baik untuk oleh Maslow (1954) mengungkapkan
berperilaku aman dalam bekerja, yang bahwa tenaga kerja berperilaku aman
artinya tenaga kerja tersebut telah mengerti ketika bekerja untuk mancapai tujuan
dengan jelas bagaimana berperilaku aman keselamatan kerja yang lebih baik, di
dan memiliki keinginan kuat serta dorong oleh keinginan untuk memenuhi
kesediaan yang timbul tanpa adanya kebutuhannya dalam hal ini adalah
paksaan atau intervensi pihak lain untuk kebutuhan keselamatan (safety needs) yang
berperilaku aman ketika bekerja. Namun meliputi rasa ingin dilindungi dari bahaya
terdapat 4 (empat) responden yang fisik dan emosional pada saat bekerja.
memiliki kesadaran yang kurang baik Hasil dari penelitian juga
tetapi telah berperilaku aman. Hal ini menyatakan bahwa kebutuhan selamat
dikarenakan adanya rasa peduli dari telah didapatkan sebagian besar (84,4%)
masing-masing responden yang telah oleh tenaga kerja di perusahaan tempat
memiliki kesadaran baik untuk menegur bekerja. Hal ini dapat terjadi karena
dan mengingatkan responden yang lain kebutuhan keselamatan tenaga kerja seperti

23
Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health Vol. 2, No. 1, Oktober 2017
http://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/JIHOH No.ISSN online : 2541-5727
DOI : http://dx.doi.org/10.21111/jihoh.v2i1.914 No. ISSN cetak : 2527-4686

peralatan keselamatan, ketersediaan APD, 2014 menunjukkan bahwa terdapat


waktu kerja yang cukup, dan tempat kerja hubungan yang sangat kuat antara
yang aman telah terpenuhi, sehingga pengetahuan dengan safety behaviour
kebutuhan yang telah terpenuhi tersebut tenaga kerja unit Ring Frame Spinning II
membuat tenaga kerja merasa terlindungi PT. Lotus Indah Textile Industries.
dari bahaya kecelakaan kerja. Perasaan Penelitian lain yang dilakukan oleh
terlindungi dari bahaya kecelakaan kerja, Saraswati menunjukkan bahwa terdapat
yang akhirnya mendorong tenaga kerja hubungan antara kesadaran dan kebutuhan
untuk berperilaku aman ketika bekerja selamat dengan persepsi safe behavior
untuk mancapai tujuan keselamatan kerja tenaga kerja PT. Du Pont Agricultural
yang lebih baik. Hasil tersebut Products Indonesia – Sidoarjo pada tahun
menunjukkan kesesuaian dengan teori 2014.
yang dikemukakan oleh Robbins dan Penelitian yang dilakukan oleh
Coulter (2007) bahwa perilaku tertentu Retnani pada tahun 2013 menunjukkan
dapat terwujud ketika seseorang telah bahwa terdapat hubungan bermakna antara
memenuhi kebutuhannya. Namun, kesadaran dan kebutuhan selamat dengan
berdasarkan hasil penelitian terdapat 3 safe behavior serta berpengaruh secara
(tiga) tenaga kerja yang menyatakan bahwa signifikan pada tenaga kerja PT. Pupuk
kebutuhan selamatnya tidak terpenuhi Kalimantan Timur.
tetapi telah berperilaku aman dengan baik. Peran manajemen menjadi salah
Hal ini dapat terjadi karena tenaga kerja satu faktor yang berpengaruh terhadap
telah memiliki kesadaran untuk berperilaku perilaku aman tenaga kerja (Cooper, 2009).
aman dengan baik serta telah terbentuknya Salah satu bentuk peran manajemen di PT.
K3L Mandiri dengan salah satu X yaitu K3L Mandiri. Selain itu, adanya
programnya yaitu peningkatan kesadaran sistem manajemen, tim program,
karyawan, misalnya morning talk, safety komunikasi dan sumber daya manusia serta
talk, safety patrol, visualisasi shisa kosho peralatan yang termasuk kedalam
dan lain sebagainya. infrastruktur peran manajemen. Untuk
Beberapa penelitian menunjukkan pemenuhan sistem manajemen, manajemen
pengetahuan, kesadaran, dan kebutuhan telah menerapkan ISO 9001:2008 tentang
selamat berhubungan dengan terjadinya Penerapan Sistem Manajemen Mutu, ISO
perilaku aman tenaga kerja. Penelitian 14001:2004 tentang Penerapan Sistem
yang dilakukan oleh Fitriani pada tahun Manajemen Lingkungan, OHSAS

24
Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health Vol. 2, No. 1, Oktober 2017
http://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/JIHOH No.ISSN online : 2541-5727
DOI : http://dx.doi.org/10.21111/jihoh.v2i1.914 No. ISSN cetak : 2527-4686

18001:2007 tentang Sistem Manajemen tinggi dengan menerapkan peraturan yang


Kesehatan dan Keselamatan Kerja (OHS mendukung berjalannya keselamatan dan
Management System), ISO 22000:2005 kesehatan kerja di perusahaan, berupa
tentang Sistem Manajemen Keamanan kebijakan kesehatan dan keselamatan
Pangan. Untuk pemenuhan sarana kerja, SOP yang berlaku, misalnya IK atau
komunikasi yang menunjang perilaku instruksi kerja, standar ISO dan OHSAS.
aman, manajemen menyediakan safety talk Berdasarkan hasil penelitian, seluruh
setiap pagi dan safety meeting setiap bulan tenaga kerja (100%) telah mengetahui,
dengan tema yang berbeda-beda. Untuk memahami dan patuh terhadap peraturan
sumber daya finansial manajemen K3 perusahaan.
berusaha untuk selalu mengganti alat atau Selain activator, consequence juga
APD yang rusak tepat waktu. Sumber daya dapat digunakan untuk memotivasi
manusia disesuaikan dengan pengalokasian terjadinya suatu perilaku. Penguatan positif
peralatan yang digunakan dalam kerja. Ada dan hukuman merupakan suatu bentuk
beberapa tim program di PT. X, konsekuensi atau akibat yang diterima
diantaranya program dalam setiap kegiatan tenaga kerja akibat perilaku mereka.
rutin K3 di perusahaan. Kegiatan rutin Penguatan positif dapat berupa
tersebut meliputi cek ketersediaan obat, mendapatkan sesuatu yang diinginkan
cek kebersihan toilet, inspeksi kepatuhan seperti reward, kenaikan pangkat, ataupun
pemakaian APD dan lain sebagainya. Hal pujian dari atasan. Hasil penelitian
ini didukung dengan adanya hasil dari menunjukkan bahwa sebagian besar tenaga
penelitian yang menunjukan bahwa seluruh kerja (65,6%) menyatakan tidak pernah
tenaga kerja (100%) sudah berperilaku memperoleh penguatan positif berupa
aman dalam tingkat baik dan cukup baik. reward atas perilaku yang sudah mereka
Peraturan perusahaan juga termasuk lakukan. Hal ini sejalan dengan hasil
activator dalam membentuk perilaku wawancara kepada safety representative
aman. Seperti pendapat Geller (2001) bahwa di PT. X belum ada sistem
bahwa peraturan merupakan dokumen penghargaan yang khusus untuk tenaga
tertulis yang berisi dokumentasi mengenai kerja yang berperilaku aman, selama ini
standar, norma, dan kebijakan perusahaan reward yang diberikan kepada tenaga kerja
dengan tujuan untuk menciptakan perilaku yang berperilaku aman hanya berupa
yang diharapkan. Maka secara umum pujian dari atasan, tetapi belum konsisten
manajemen PT. X telah berkomitmen untuk semua tenaga kerja. Sehingga

25
Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health Vol. 2, No. 1, Oktober 2017
http://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/JIHOH No.ISSN online : 2541-5727
DOI : http://dx.doi.org/10.21111/jihoh.v2i1.914 No. ISSN cetak : 2527-4686

beberapa tenaga kerja menyatakan tidak kerja. Hal ini agar pihak manajemen
pernah menerima reward. Sedangkan mengetahui sebenarnya apa yang
terdapat reward berupa kaos kaki tetapi diharapkan tenaga kerja ketika mereka
diberikan kepada tenaga kerja yang melakukan perilaku yang diharapkan agar
mempunyai inisiatif untuk meningkatkan tidak terjadi salah persepsi. Salah satu
hasil produksi serta untuk tenaga kerja program yang dapat dilakukan adalah
yang menemukan pest. Hasil ini sejalan feedback support card berupa thank-you
dengan penelitian penelitian yang card. Kartu tertulis dapat menjadi cara
dilakukan oleh Retnani (2013) yang yang efektif untuk mendukung umpan
menyatakan pemberian positive balik secara lisan sebagai bagian dari
reinforcement tidak berpengaruh signifikan proses observasi (McSween, 2003).
terhadap terciptanya safe behavior tenaga Hukuman adalah suatu bentuk
kerja di PT. Pupuk Kalimantan Timur. konsekuensi yang diterima oleh tenaga
Namun bertolak belakang dengan kerja dengan harapan dapat memperkecil
penelitian yang dilakukan oleh Fitriani kemungkinan suatu perilaku untuk muncul
(2014) yang mengemukakan bahwa ada kembali. Sementara dalam penelitian ini,
hubungan kuat antara penguatan positif hukuman diartikan sebagai konsekuensi
(pemberian reward) dengan safety yang timbul akibat tenaga kerja berperilaku
behaviour tenaga kerja unit Ring Frame tidak aman ketika bekerja dalam bentuk
Spinning II PT. Lotus Indah Textile pemberian sanksi administratif,
Industries. pemotongan insentif, maupun sanksi lain
Dengan demikian, sebaiknya yang diterapkan perusahaan. Sebagian
manajemen membuat suatu sistem besar tenaga kerja (87,5%) menyatakan
penghargaan yang khusus diberikan tidak pernah mendapatkan hukuman,
apabila tenaga kerja berperilaku aman meskipun ada beberapa tenaga kerja yang
ketika bekerja. Pemberian pujian oleh menyatakan pernah mendapatkan
atasan maupun safety representative hukuman. Hal ini dikarenakan pihak
sebaiknya dilakukan kepada seluruh tenaga manajemen belum konsisten dalam
kerja dengan konsisten. Tenaga kerja akan menerapkan pemberian sanksi/hukuman
cenderung melakukan perilaku yang kepada tenaga kerja yang melanggar
diharapkan ketika mengetahui konsekuensi peraturan atau berperilaku tidak aman.
yang akan muncul. Pemberian reward Beberapa tenaga kerja diberlakukan sanksi
sebaiknya didiskusikan juga dengan tenaga atau hukuman tersebut namun tenaga kerja

26
Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health Vol. 2, No. 1, Oktober 2017
http://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/JIHOH No.ISSN online : 2541-5727
DOI : http://dx.doi.org/10.21111/jihoh.v2i1.914 No. ISSN cetak : 2527-4686

yang lain tidak diberikan. Sehingga akan yang tidak sesuai dengan SOP, tidak
memunculkan pengulangan perilaku yang berpegangan tangan saat turun tangga,
tidak diharapkan karena kurang tegasnya memutar sambil mengangkat, bercanda
manajemen dalam menerapkan ketika bekerja, melempar bahan/material
hukuman/punishment. dari atas ke bawah/tanah, serta area kerja
Perilaku aman ialah tindakan atau masih berpotensi menyebabkan terpeleset
kegiatan tenaga kerja yang dapat mencegah (genangan air sisa pencucian alat maupun
tenaga kerja dari terjadinya celaka atau minyak), sehingga diperlukan upaya untuk
cedera yang dapat membahayakan meningkatkan perilaku aman tenaga kerja.
keselamatan dan kesehatan tenaga kerja. Oleh karena itu, untuk mencapai
Dalam penilaian persepsi diri sendiri keselamatan kerja yang lebih baik, PT. X
terhadap perilaku aman menggunakan Mojokerto disarankan untuk melakukan
kuesioner, seluruh tenaga kerja bagian upaya-upaya yang berfokus pada
produksi merasa bahwa telah berperilaku peningkatan perilaku aman tenaga
aman ketika bekerja. Namun hal ini kerjanya.
berbeda dengan hasil observasi yang Upaya yang telah dilakukan oleh
menunjukkan 65,6% tenaga kerja telah perusahaan untuk melakukan kontrol
mempunyai perilaku aman yang baik terhadap perilaku tenaga kerja melalui
dalam bekerja sedangkan sisanya dalam program-program K3L Mandiri yang
kategori perilaku aman yang cukup baik. meliputi 3 (tiga) program besar yaitu: 1)
Hasil yang berbeda ini bisa dikarenakan Program Accident Reduction (Pengurangan
tenaga kerja ingin terlihat baik saat Jumlah Kecelakaan Kerja), 2) Program
penilaian dengan menggunakan kuesioner. Awareness Improvement (Peningkatan
Ketika bekerja serta melakukan kegiatan Kesadaran Karyawan), dan 3) Program
sehari-hari hal yang menjadi kebiasaan Legal Conformity.
akan terlihat. Beberapa pekerja termasuk
dalam kategori perilaku aman yang cukup KESIMPULAN
baik. Hal ini dapat terjadi karena perilaku Berdasarkan hasil penelitian maka
aman belum terbentuk secara menyeluruh dapat disimpulkan bahwa hampir seluruh
ke seluruh tenaga kerja, terbukti dengan tenaga kerja memiliki tingkat pengetahuan
masih ditemukannya tenaga kerja yang yang baik, sebagian besar tenaga kerja
tidak menggunakan APD (masker kain) memiliki kesadaran yang baik, sebagian
yang sesuai dan benar, pengoperasian alat besar tenaga kerja telah terpenuhi

27
Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health Vol. 2, No. 1, Oktober 2017
http://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/JIHOH No.ISSN online : 2541-5727
DOI : http://dx.doi.org/10.21111/jihoh.v2i1.914 No. ISSN cetak : 2527-4686

kebutuhan selamatnya, manajemen DAFTAR REFERENSI


berperan baik dan seluruh tenaga kerja BPJS Ketenagakerjaan. 2012. Laporan
Tahunan 2011.
menyatakan bahwa ada, patuh dan paham
http://www.bpjsketenagakerjaan.go
peraturan mengenai K3 yang berlaku di .id/assets/uploads/tiny_mce/Annual
%20Report/15072015_080550_AR
perusahaan. Sebagian besar tenaga kerja
%20BPJS%20TK%202011.pdf
tidak pernah mendapatkan penguatan (sitasi tanggal 2 Maret 2017)
positif selama bekerja ketika berperilaku BPJS Ketenagakerjaan. 2015. Laporan
aman dan tidak pernah mendapatkan Tahunan 2014.
http://www.bpjsketenagakerjaan.go
hukuman selama bekerja ketika .id/assets/uploads/tiny_mce/Annual
berperilaku tidak aman. Sebagian besar %20Report/15072015_080550_AR
%20BPJS%20TK%202014.pdf
tenaga kerja telah berperilaku aman dalam (sitasi tanggal 2 Maret 2017)
kategori baik.
Cooper, D. 2009. Behavioral Safety A
Framework for Success. Indiana:
SARAN BSMS Inc.

Saran yang dapat diberikan kepada DuPont Company. 2005. Not Walking The
pihak perusahaan antara lain: (1) Talk: DuPonts’s Untold Safety
Failures.
Melakukan observasi perilaku tenaga kerja http://assets.usw.org/resources/hse/r
secara berkelanjutan; (2) Menggunakan esources/Walking-theTalk-
Duponts-Untold-Safety-
hasil analisis observasi perilaku tersebut Failures.pdf. (sitasi tanggal 1 Maret
sebagai pertimbangan dalam membuat 2017)

program kesehatan dan keselamatan kerja; Fitriani, A. 2014. Hubungan Faktor


Anteseden Dan Konsekuensi
(3) Membuat suatu sistem penghargaan
Dengan Safety
yang khusus diberikan kepada tenaga kerja Behaviour Di Bagian Ring Frame
Spinning II PT. Lotus Indah Textile
yang berperilaku aman ketika bekerja
Industries. Skripsi. Surabaya, FKM
misalnya feedback support card berupa Universitas Airlangga.
thank-you card. Bagi peneliti selanjutnya, Fleming dan Lardner, 2002. Strategies to
diharapkan melakukan penelitian lebih Promote Safe Behavior As Part of
A Health and Safety Management
mendalam mengenai seberapa besar System. Norwich, Health and
pengaruh activator dan consequence Safety Executive.
www.hse.gov.uk/research/crr_pdf/2
terhadap perilaku aman tenaga kerja. 002/crr02430.pdf (sitasi tanggal 1
Maret 2017)

Geller, E.S., 2001. Working Safe : How to


Help People Actively Care for

28
Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health Vol. 2, No. 1, Oktober 2017
http://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/JIHOH No.ISSN online : 2541-5727
DOI : http://dx.doi.org/10.21111/jihoh.v2i1.914 No. ISSN cetak : 2527-4686

Health and Safety. Florida : Lewis Saraswati, F. 2014. Analisis Activator Dan
Publisher Geller, E. Scott. 2001. Consequence Dengan Safe Behavior
Behavior-Based-Safety in Industry Penggunaan Alat Pelindung Diri
: Realizing the LargeScale Potential Pada Tenaga Kerja Di PT. Du Pont
of Psychology to Promote Agricultural Products Indonesia–
Human Welfare. Applied and Sidoarjo Tahun 2014. Skripsi.
Preventive Psychology. Vol.10, Surabaya, FKM Universitas
Issue 2, Pages 87-105. Airlangga.

Maslow, A. 1954. Motivation and Sirait, F.A., 2015. Analisis Perilaku Aman
personality. Harper. pp. 92: New Pada Tenaga Kerja Dengan
York, NY. Pendekatan Behavior-Based Safety
(Studi di Workshop 8 Unit Produksi
McSween, T.E., 2003. The Values-Based PT. Duta Hita Jaya Bekasi, Jawa
Safety Process: Improving Your Barat). Skripsi. Surabaya, FKM
Safety Culture with Behavior-Based Universitas Airlangga.
Safety. 2nd Edition. New Jersey:
John Wiley & Sons Inc. Suizer, A.B., 1999. Safety Behavior:
Fewer Injuries?. Jakarta: Balai
National Safety Council. 2011. Injury Pustaka
Facts, 2011 Edition. Itasca, IL:
Author.

Ningsih, A.R., 2013. Evaluasi Pelaksanaan


Behavior Based Safety Pada
Program STOP dalam Membentuk
Perilaku Aman Tenaga Kerja di PT.
X tahun 2013. Skripsi. Surabaya,
Universitas Airlangga.

Notoatmodjo, S. 2007. Perilaku Kesehatan


Dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka
Cipta.

Notoatmodjo, S. 2012. Promosi Kesehatan


dan Perilaku Kesehatan. Edisi
Revisi. Rineka Cipta. Jakarta.

Retnani, N.D., 2013. Analisis Pengaruh


Activator dan Consequence
Terhadap Safe Behavior Pada
Tenaga Kerja di PT. Pupuk
Kalimantan Timur Tahun 2003.
Skripsi. Surabaya, FKM Universitas
Airlangga.

Robbins, S.P., dan Coulter. 2007.


Manajemen, Edisi Kedelapan.
Jakarta: PT Indeks.

29
Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health Vol. 2, No. 1, Oktober 2017
http://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/JIHOH No.ISSN online : 2541-5727
DOI : http://dx.doi.org/10.21111/jihoh.v2i1.914 No. ISSN cetak : 2527-4686

30

Anda mungkin juga menyukai