Anda di halaman 1dari 194

GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA BAGIAN

FINISHING PT. CBM PERKASA PADA PROYEK APARTEMEN TOWER

INTAN TAHUN 2017

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)

Oleh

AINIL FITRI

1111101000021

Peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Program Studi Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
2017
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
Skripsi, Mei 2017
Ainil Fitri, NIM : 1111101000021
Gambaran Perilaku Tidak Aman Pada Pekerja Bagian Finishing PT. CBM
Perkasa Pada Proyek Apartemen Tower Intan Tahun 2017
xv + 105 halaman, 3 tabel, 8 gambar, 3 bagan +10 lampiran

ABSTRAK
Sebagian besar kecelakaan kerja disebabkan oleh perilaku tidak aman.
Perilaku tidak aman merupakan tindakan dari seseorang atau beberapa pekerja
yang dapat membahayakan dirinya sendiri, orang lain, peralatan maupun
lingkungan yang ada di sekitarnya. Banyak pekerja industri konstruksi yang
berperilaku tidak aman. Seperti yang ditemui pada pekerja bagian finishing
Proyek Apartemen Tower Intan PT. CBM Perkasa. Berdasarkan hasil studi
pendahuluan diketahui bahwa dari 30 pekerja, ditemukan sebanyak 21 pekerja
berperilaku tidak aman.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan dilakukan pada bulan
Juni 2016 sampai Mei 2017. Faktor yang diteliti adalah faktor predisposisi yaitu
motivasi, fakor pemungkin yaitu ketersediaan APD, dan faktor penguat yaitu
hukuman & penghargaan serta pengawasan. Faktor yang diteliti dianalisis
menggunakan content analysis. Metode pengambilan data yang digunakan adalah
observasi, wawancara mendalam dan telaah dokumen. Triangulasi sumber dan
triangulasi metode digunakan untuk menvalidasi data.
Terdapat sebelas indikator perilaku tidak aman yang diamati, sebanyak
enam perilaku tidak aman dilakukan oleh pekerja bagian finishing proyek
apartemen Tower Intan. Faktor pendorong yang menyebabkan pekerja berperilaku
tidak aman yaitu dikarenakan rendahnya motivasi pekerja untuk berperilaku
aman, kebiasaan berkerja secara tidak aman, persepsi terhadap bahaya yang
buruk, serta ketidaknyamanan pekerja saat menggunakan APD. Faktor pemungkin
yaitu ketersediaan APD yang kurang memadai, ketidaksesuaian jumlah APD
dengan jumlah pekerja, ketidaksesuaian APD dengan bahaya yang ada dan tidak
adanya penyimpanan APD. Faktor penguat yaitu tidak adanya reward dan
punishment yang diberikan kepada pekerja serta pengawasan yang belum optimal
dilakukan.
Perilaku aman dalam bekerja dapat ditingkatkan dengan cara pembuatan
serta sosialisasi terkait prosedur ketersediaan APD yang mengatur mengenai
jumlah, kelayakan, kesesuaian jenis, perawatan, dan penyimpanan APD.
Peraturan perusahaan yang mengatur mengenai pengawasan juga sebaiknya dibuat
dan disosialisasikan agar pengawasan di tempat kerja lebih baik.
Kata Kunci: perilaku tidak aman, faktor pendorong, faktor pemungkin, faktor
penguat

iii
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES
PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM
OCCUPATIONAL HEALTH AND SAFETY CONCENTRATION
Undergraduated Thesis, May 2017
Name : Ainil Fitri, NIM : 1111101000021
Unsafe act description of finishing part workers in Apartment Tower Intan
Project of PT. CBM Perkasa 2017
xv + 105 pages, 3 tables, 8 pictures, 3 charts + 10 attachments
ABSTRACT
Most accidents are caused by unsafe act. Unsafe act is act of someone or
some workers that can endanger themselves, other people, tools or surrounding
environment. Many construction industry workers act unsafely, as it was observed
in workers finishing part of Apartment Tower Intan PT. CBM Perkasa project.
Based on preliminary study at Apartment Tower Intan PT. CBM Perkasa showed
that 21 workers acted unsafely.

This study used qualitative research method and was conducted from June
2016 until May 2017. The observed factors were predisposing factor such as
motivation, enabling factor such as the PPE availability, and reinforcing factors
are reward & punishment as well as supervision. The observed factors were
analyzed using content analysis. Data collection methods were observation, in-
depth interview and document review. Sources triangulation and methods
triangulation are used to validate data.

There were eleven unsafe acts indicators observed, as many as six factors
were found in workers of Apartment Tower Intan PT. CBM Perkasa. Predisposing
factors that cause worker to act unsafely were low motivation of workers to act
safely, unsafe work habit, bad perception of danger, and inconvenience of wearing
PPE. Enabling factors were inadequate PPE availability, incompatibility amount
of PPE with workers, incompatibility of PPEwith existing dangers and absence of
PPE storage. Reinforcing factors were absence of reward and punishment and
supervision was not optimally conducted.

Safe act in work can be increased by establishing and socializing


procedure about PPE availability that includes rules about amount,
appropriateness, care system, and PPE storage. Company rules about supervision
should be established and socialized in order to have a better supervision in the
work place

Keywords: unsafe act, predisposing factor, enabling factor, reinforcing factor

iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama Ainil Fitri

Tempat /Tanggal Lahir Bonjol, 05 April 1992

Agama Islam

Jenis Kelamin Perempuan

Alamat ………………..

Nomor HP 085299225949

Email Ainilfitri457@gmail.com

Riwayat Pendidikan TK Equator


(1998-1999)

Bonjol, Sumatera Barat

SDN 35 Tj. Medan


(1999-2005)

Bonjol, Sumatera Barat

SMP N 1 Bonjol
(2005-2008)

Bonjol, Sumatera Barat

SMAN 1 Bonjol
(2008-2011)

Bonjol, Sumatera Barat

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif


(2011-Skrg )

Hidayatullah Jakarta, Fakultas Kedokteran

Dan Ilmu Kesehatan Masyarakat (FKIK),

Program Studi Kesehatan Masyarakat,

Perinatal Kesehatan Dan Keselamatan Kerja


(K3)

Tangerang Selatan, Banten

vii
Pengalaman Organisasi Staff Public Relation, Forum Studi Keselamatan
(2013-2014)

dan Kesehatan Kerja (FSK3) UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta

Staff Divisi HRD, Forum Studi Keselamatan


(2014-2015)

Dan Kesehatan Kerja (FSK3) UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta

Pengalan Pelatihan Peserta Workshop”Ergonomic in The Work Place”


(2014)

Peserta Workshop”Management Of Fire Safety “


(2014)

Peserta Workshop”Investasi dan Pencegahan


(2014)

Kecelakaan Kerja”

Peserta Workshop”Risk Assessment in The Work


(2014)

Place”

Peserta Training “SMK3 Based on OSHAS 18001


(2014)

dan PP No. 50 Tahun 2012”

viii
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim. Alhamdulillah, segala puji bagi Allah

Subhanahu wa Ta’ala yang telah mengkaruniakan berkah dan kasih sayang-Nya

sehingga atas izin-Nya peneliti akhirnya dapat menyelesaikan Skripsi ini yang

berjudul “Gambaran perilaku tidak aman pada pekerja bagian finishing PT. CBM

Perkasa pada proyek pembangunan apartemen Tower Intan tahun 2017”.

Sholawat dan salam juga disampaikan kepada Rasulullah SAW, pembawa rahmat

bagi semesta alam.

Melalui kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati, peneliti ingin

mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Dr. Arif Sumantri, SKM, M.Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran

dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Fajar Ariyanti, M.Kes, Ph.D selaku Kepala Program Studi Kesehatan

Masyarakat

3. Ibu Dr. Iting Shofwati, S.T, M.KKK selaku Dosen Peminatan

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yang senantiasa memberikan

arahan dan motivasi terhadap penyelesaian skripsi ini.

4. Ibu Catur Rosidati, SKM, MKM selaku dosen pembimbing yang telah

meluangkan waktunya untuk memberikan dukungan, arahan dalam

penyusunan skripsi ini.

5. Bapak Dr. M. Farid Hamzens, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah

meluangkan waktunya untuk memberikan dukungan dan arahan dalam

penyusunan skripsi ini.

ix
6. Ayahanda dan ibunda tercinta, terima kasih yang tak terhingga atas doa,

semangat, kasih sayang, pengorbanan, dan ketulusannya dalam

mendampingi peneliti. Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan

rahmat dan ridho-Nya kepada keduanya. Serta kepada uni, dan adik yang

selalu mampu menjadi tempat beristirahat dan melepas penat yang luar

biasa.

7. Sahabatku Andam, Aqma dan Rina terimakasih atas semua dukunganya,

diskusi-diskusi yang selalu bisa membangkitkan semangat untuk optimis

menata masa depan.

8. Ruditho Priyandi sahabat seperjuangan sekaligus partner skripsi kapanpun

dan dimanapun. Terimakasih telah mau direpotkan selama proses

pengerjaan skripsi dan penelitian, terima kasih banyak atas bantuannya.

Ilmu-ilmu yang sudah diberikan Insya Allah akan selalu bermanfaat.

9. Serta ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi

dalam penyusunan skripsi ini. Hanya Allah yang dapat membalas segala

kebaikan dengan sebaik baik balasan.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan dan

tidak luput dari kesalahan. Oleh karena itu, peneliti mengharapkan saran dan kritik

yang membangun dari berbagai pihak agar skripsi ini menjadi lebih baik. Semoga

skripsi ini dapat memberikan manfaat kepada berbagai pihak.

Jakarta, Mei 2017

AINIL FITRI

x
DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................................ ii


ABSTRAK ......................................................................................................................... iii
ABSTRACT......................................................................................................................... iv
PERNYATAAN PERSETUJUAN ..................................................................................... v
PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI ............................................................................... vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP.......................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... ix
DAFTAR ISI...................................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL............................................................................................................ xiv
DAFTAR BAGAN ........................................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 4
1.3 Pertanyaan Penelitian .......................................................................................... 4
1.4 Tujuan Penelitian ................................................................................................ 5
1.4.1 Tujuan Umum ............................................................................................. 5
1.4.2 Tujuan Khusus ............................................................................................ 5
1.5 Manfaat Penelitian .............................................................................................. 5
1.6 Ruang Lingkup.................................................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................ 7
2.1 Kecelakaan Kerja ................................................................................................ 7
2.1.1 Definisi Kecelakaan .................................................................................... 7
2.1.2 Dampak Kecelakaan Kerja.......................................................................... 8
2.1.3 Rasio Kecelakaan Kerja .............................................................................. 8
2.1.4 Penyebab Kecelakaan Kerja........................................................................ 9
2.2 Perilaku ............................................................................................................. 12
2.2.1 Definisi Perilaku ....................................................................................... 12
2.2.2 Bentuk Perilaku ......................................................................................... 12
2.2.3 Faktor-Faktor Pembentuk Perilaku ........................................................... 13
2.3 Perilaku Tidak Aman ........................................................................................ 22
2.2.1 Definisi ...................................................................................................... 22

xi
2.4 Karakteristik Perusahaan Konstruksi ................................................................ 24
2.5 Kerangka Teori ................................................................................................. 27
BAB III KERANGKA BERPIKIR, DEFINISI ISTILAH ................................................ 29
3.1 Kerangka Berpikir ............................................................................................. 29
3.2 Definisi Istilah ................................................................................................... 32
BAB IV METODE PENELITIAN ................................................................................... 36
4.1 Jenis Penelitian.................................................................................................. 36
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................................ 36
4.3 Informan Penelitian ........................................................................................... 36
4.4 Instrumen Penelitian ......................................................................................... 39
4.5 Sumber dan Pengumpulan Data ........................................................................ 39
4.6 Manajemen Data dan Analisis Data .................................................................. 40
4.7 Keabsahan Data ................................................................................................ 41
4.8 Penyajian Data .................................................................................................. 41
BAB V HASIL .................................................................................................................. 42
5.1 Gambaran Umum Perusahaan ........................................................................... 42
5.2 Gambaran Perilaku Tidak Aman Pekerja.......................................................... 43
5.3 Gambaran Motivasi sebagai Faktor Pendorong Perilaku Tidak Aman pada
Pekerja .............................................................................................................. 50
5.4 Gambaran Ketersediaan APD sebagai Faktor Pemungkin Perilaku Tidak Aman
pada Pekerja...................................................................................................... 54
5.5 Gambaran Hukuman dan Penghargaan, Pengawasan sebagai Faktor Penguat
Perilaku Tidak Aman pada Pekerja .................................................................. 60
5.6 Pemetaan Perilaku Tidak Aman ........................................................................ 68
BAB VI PEMBAHASAN................................................................................................. 73
6.1 Keterbatasan Penelitian ..................................................................................... 73
6.2 Perilaku Tidak Aman pada Pekerja ................................................................... 73
6.3 Gambaran Motivasi sebagai Faktor Pendorong Perilaku Tidak Aman pada
Pekerja .............................................................................................................. 81
6.4 Gambaran Ketersediaan APD sebagai Faktor Pemungkin Perilaku Tidak Aman
pada Pekerja...................................................................................................... 84
6.5 Gambaran Hukuman dan Pengahrgaan, Pengawasan sebagai Faktor Penguat
Perilaku Tidak Aman pada Pekerja .................................................................. 89

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN .............................................................................. 94


7.1 Simpulan ........................................................................................................... 94

xii
7.2 Saran ................................................................................................................. 95
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 98
LAMPIRAN…………………………………………………………………………….105

xiii
DAFTAR TABEL

Tabel 3. 1 Definisi Istilah ...................................................................................... 32

Tabel 4. 1 Karakteristik Informan Utama…………………………………….… 38

Tabel 4. 2 Triangulasi Metode dan Sumber…………………………………….. 41

Tabel 5. 1 Rangkuman Perilaku Tidak Aman…………………………………... 68

xiv
DAFTAR BAGAN

Bagan 2. 1 The ILCI Loss Causation Model (E. F. Bird & G. L. Germain,

1990……..……………………………………………………………………….10

Bagan 2. 2 Kerangka Teori……………………………………………………...28

Bagan 3. 1 Kerangka Berpikir……………………………………………............31

xv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Accident Triangle (E. F. Bird & G. L. Germain, 1990) ................... 9

Gambar 5.1Pekerja Plester Tidak Menggunakan APD (Safety Shoes dan

Helm)…………………………………………………………..……………….. 43

Gambar 5. 2 Pekerja Pengecoran Tidak Menggunakan APD…...……………... 44

Gambar 5. 3 Pekerja Pengecoran Tidak Menggunakan APD (Safety Shoes dan

Helm ...................................................................................................................... 44

Gambar 5. 4 (a),(b),(c) Tidak Menempatkan Peralatan pada tempatnya .............. 46

Gambar 5. 5 Pekerja Bekerja Sambil Merokok .................................................... 47

Gambar 5. 6 (a), (b), (c)Alat Pelindung Diri ......................................................... 55

Gambar 5. 7 Helm dengan logo SNI ..................................................................... 58

Gambar 5. 8 (a), (b) APD diletakkan didekat tempat kerja .................................. 60

xvi
BAB I

PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Pekerjaan konstruksi merupakan kompleksitas kerja yang dapat menjadi

sumber terjadinya kecelakaan kerja dan pentingnya arti tenaga kerja di bidang

konstruksi (Taufik dkk, 2009). Menurut Siaoman dan Hendy (2007), konstruksi

mempunyai karakteristik yang unik dan kompleks serta dapat mempertinggi angka

risiko dan bahaya kecelakaan kerja. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan

bahwa industri konstruksi merupakan salah satu sektor industri yang memiliki

kompleksitas kerja serta risiko kecelakaan kerja yang cukup tinggi.

Dampak negatif yang timbul dari proses pembangunan konstruksi yaitu

munculnya angka kecelakaan akibat kerja. Menurut Pratiwi (2009), hal ini

dikarenakan pekerjaan jasa konstruksi hampir selalu berada di tempat terbuka,

serta memiliki kemudahan akses untuk dimasuki orang yang berbeda, dimana

kondisi tersebut tidak mendukung untuk Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3),

sehingga berpotensi untuk terjadi kecelakaan kerja. Industri konstruksi merupakan

lapangan pekerjaan yang memiliki potensi bahaya dan risiko kecelakaan kerja,

yang mana kecelakaan kerja ini juga dapat menimbulkan kerugian terhadap

pekerja dan juga kontraktor (Ferdy dan Yudi, 2008).

International Labor Organization (ILO, 2016) melaporkan bahwa setiap

15 detik terdapat seorang pekerja yang meninggal akibat kecelakaan atau penyakit

yang berhubungan dengan pekerjaan dan setiap 15 detik terdapat 153 pekerja

mengalami kecelakaan akibat hubungan kerja. Dalam satu tahun terdapat

1
317.000.000 kecelakaan Menurut data BPJS Ketenagakerjaan (2016)

menyebutkan bahwa tedapat 101.367 kecelakaan kerja dengan korban meninggal

dunia sebanyak 2.382 orang. Dalam sambutan Menteri Ketenagakerjaan Republik

Indonesia pada upacara hari Keselamatan dan Kesehatan Kerja Nasional

disebutkan bahwa pada akhir tahun 2015 telah terjadi kecelakaan kerja sejumlah

105.182 kasus dengan korban meninggal dunia sebanyak 2.375 orang (Menaker,

2016).

Menurut Heinrich (1980), 88% kecelakaan disebabkan oleh

perbuatan/tindakan tidak aman dari manusia (unsafe action), sedangkan sisanya

disebabkan oleh hal-hal yang tidak berkaitan dengan kesalahan manusia, yaitu

10% disebabkan oleh kondisi yang tidak aman (unsafe condition) dan 2%

disebabkan oleh takdir Tuhan. Heinrich menekankan bahwa kecelakaan lebih

banyak disebabkan oleh kekeliruan, kesalahan yang dilakukan oleh manusia.

Menurut Murthi dan Yuri (2009), unsafe act adalah suatu tindakan

seseorang yang menyimpang dari aturan yang sudah ditetapkan dan dapat

mengakibatkan bahaya bagi dirinya sendiri, orang lain, maupun peralatan yang

ada di sekitarnya. Pendapat lain yang berkenaan, unsafe act adalah setiap

perbuatan atau kondisi tidak selamat yang dapat mengakibatkan kecelakaan

(Silalahi, 1995). Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa unsafe act adalah

semua tindakan yang dilakukan oleh seseorang, dimana tindakan tersebut dapat

membahayakan dirinya sendiri, orang lain, peralatan maupun lingkungan yang ada

di sekitarnya.

PT. CBM Perkasa merupakan salah satu perusahaan yang bergerak

dibidang jasa konstruksi. Salah satu proyek yang sedang berjalan saat ini yaitu

2
pembangunan apartemen yang berlokasi di Ciputat. Berdasarkan hasil wawancara

dengan pihak safety yang dilakukan pada saat studi pendahuluan mengatakan

bahwa ada kejadian kecelakaan kerja namun tidak tercatat dengan baik. Kejadian

kecelakaan kerja di PT. CBM Perkasa semenjak April 2015 sampai Februari 2016

tercatat sebanyak 2 kejadian kecelakaan kerja. Pertama, kejadian pekerja yang

tertusuk paku pada bagian kaki sehingga pekerja dapat mengalami tetanus yang

bisa menyebabkan kematian. Kedua, pekerja bagian bekisting yang terkena

tusukan besi sehingga mengalami cidera pada bagian tangan yang menyebabkan

kuku pekerja copot. Kejadian kecelakaan kerja ini tergolong ringan namun

memiliki risiko yang tinggi.

Menurut pihak safety proyek apartemen Tower Intan, mayoritas

kecelakaan kerja terjadi karena perilaku tidak aman yang dilakukan pekerja

konstruksi, seperti tidak menggunakan Alat Pelindung Diri (APD), tidak

menempatkan peralatan kerja dengan sesuai sehingga rentan terjadi kecelakaan

kerja ringan lainya seperti tertusuk paku. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian

(Hafrida, 2014) di PT. Inti Benua Perkasatama Dumai yang menyatakan bahwa

80%-85% kecelakaan kerja yang terjadi disebabkan oleh kelalaian atau kesalahan

manusia.

Hasil studi pendahuluan yang dilakukan dengan cara observasi pada bulan

Juni 2016 pada pekerja proyek Apartemen Tower Intan dari 30 orang pekerjaan,

ditemukan lebih dari setengahnya yaitu 70% atau 21 orang berperilaku tidak

aman. Oleh karena itu peneliti tertarik ingin melakukan penelitian lebih jauh

mengenai “Gambaran perilaku tidak aman pada pekerja bagian finishing PT. CBM

Perkasa pada Proyek Apartemen Tower Intan Tahun 2017”.

3
1.2 Rumusan Masalah

Perilaku tidak aman adalah suatu tindakan seseorang yang menyimpang

dari aturan yang sudah ditetapkan dan dapat mengakibatkan bahaya bagi dirinya

sendiri, orang lain, maupun peralatan yang ada di sekitarnya. Pekerja proyek

apartemen Tower Intan yang diamati oleh peneliti saat studi pendahuluan

sebanyak 70% pekerjanya berperilaku tidak aman. Berdasarkan hasil pengamatan

tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Gambaran

perilaku tidak aman pada pekerja bagian finishing PT. CBM Perkasa pada proyek

Apartemen Tower Intan Tahun 2017”

1.3 Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimanakah gambaran perilaku tidak aman pada pekerja bagian

finishing PT. CBM Perkasa pada proyek Apartemen Tower Intan?

2. Bagaimanakah gambaran motivasi sebagai faktor pendorong perilaku tidak

aman pada pekerja bagian finishing PT. CBM Perkasa pada proyek

Apartemen Tower Intan?

3. Bagaimanakah gambaran ketersediaan APD sebagai faktor pemungkin

perilaku tidak aman pada pekerja bagian finishing PT. CBM Perkasa pada

proyek Apartemen Tower Intan?

4. Bagaimanakah gambaran hukuman dan penghargaan serta pengawasan

sebagai faktor penguat perilaku tidak aman pada bagian finishing PT.

CBM Perkasa pada proyek Apartemen Tower Intan?

4
1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Diketahuinya gambaran perilaku tidak aman pada pekerja bagian

finishing PT. CBM Perkasa pada proyek Apartemen Tower Intan Tahun 2017.

1.4.2 Tujuan Khusus

1. Diketahuinya gambaran perilaku tidak aman para pekerja bagian

finishing PT. CBM Perkasa pada proyek Apartemen Tower Intan.

2. Diketahuinya gambaran motivasi sebagai faktor pendorong perilaku

tidak aman pada pekerja bagian finishing PT. CBM Perkasa pada

proyek Apartemen Tower Intan.

3. Diketahuinya gambaran ketersediaan APD sebagai faktor pemungkin

perilaku tidak aman pada pekerja bagian finishing PT. CBM Perkasa

pada proyek Apartemen Tower Intan.

4. Diketahuinya gambaran hukuman dan penghargaan serta pengawasan

sebagai faktor penguat perilaku tidak aman pada pekerja bagian

finishing PT. CBM Perkasa pada proyek Apartemen Tower Intan

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.5.1 Bagi PT. CBM PERKASA

1. Perusahaan akan mendapat informasi mengenai perilaku tidak aman

para pekerja pada proyek Apartemen Tower Intan

2. Dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam melakukan perbaikan

berkelanjutan untuk pencegahan dan pengendalian kecelakaan kerja.

5
1.5.2 Bagi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

1. Dapat menjadi media untuk menjalin kerjasama antara institusi

pendidikan dan perusahaan.

2. Mendapat masukan yang bermanfaat dalam pengembangan kurikulum

Kesehatan dan Keselamatan Kerja UIN Jakarta.

1.5.3 Bagi Mahasiswa

1. Sebagai sarana penerapan dan pengaplikasian keilmuan K3 yang

diperoleh di perkuliahan.

2. Sebagai sarana menemukan gambaran tempat kerja yang sebenarnya.

3. Sebagai sarana menambah ilmu dan pengalaman.

1.6 Ruang Lingkup

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran perilaku tidak aman

yang dilakukan oleh pekerja bagian finishing PT. CBM Perkasa pada proyek

Apartemen Tower Intan Tahun 2017. Gambaran perilaku tidak aman pekerja juga

dilihat dari faktor yang mempengaruhinya seperti motivasi, ketersediaan APD,

hukuman dan penghargaan serta pengawasan. . Kegiatan penelitian ini dilakukan

pada bulan Juni 2016-Maret 2017. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif,

informan dalam penelitian ini merupakan pekerja bagian finishing, pihak safety

PT. CBM Perkasa pada proyek Apartemen Tower Intan dan pegawai HSE

perusahaan asing. Data penelitian ini diperoleh dengan cara pengambilan data

primer dan sekunder yang dilakukan dengan metode observasi, wawancara

mendalam dan telaah dokumen.

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Kecelakaan Kerja

2.1.1 Definisi Kecelakaan

Kecelakaan kerja merupakan kejadian yang berhubungan dengan

pekerjaan yang dapat menyebabkan kesakitan atau cidera (tergantung dari

tingkat keparahannya), kejadian kematian atau kejadian yang dapat

menyebabkan kematian. Pengertian ini juga digunakan untuk suatu kejadian

yang dapat menyebabkan kerusakan lingkungan atau yang berpotensi

menyebabkan merusak lingkungan (OHSAS 18001, 2007). Menurut Frank (E.

F. Bird & G. L. Germain, 1990), kecelakan kerja adalah kejadian yang tidak

diinginkan yang terjadi dan menyebabkan kerugian fisik pada manusia atau

kerugian material.

Sedangkan berdasarkan (UU No. 1 Tahun 1970) kecelakaan kerja

adalah suatu kejadian yang semula tidak diduga dan tidak dikehendaki, yang

dapat mengacaukan proses yang telah diatur dari suatu aktifitas dan

menimbulkan kerugian baik korban manusia maupun harta benda. Menurut

UU No. 3 tahun 1992 tentang jaminan sosial tenaga kerja, kecelakaan kerja

merupakan kecelakaan yang terjadi dalam pekerjaan sejak berangkat dari

rumah menuju tempat kerja dan pulang kerumah melalui jalan yang biasa atau

wajar dilalui.

Terjadinya kecelakaan kerja dapat disebabkan oleh sebab tertentu,

sebab dari kecelakaan harus diteliti dan ditemukan, sehingga selanjutnya

7
dengan tindakan korektif yang ditujukan kepada penyebabnya itu serta dengan

adanya upaya preventif lebih lanjut, diharapkan kecelakaan dapat dicegah dan

kecelakaan serupa tidak berulang kembali (P. K. Suma'mur, 2009).

2.1.2 Dampak Kecelakaan Kerja

Kecelakaan yang terjadi dapat menimbulkan kerugian berupa cedera

atau kematian pada pekerja, harta benda (properti), kerusakan lingkungan, dan

proses. Kerugian dapat menimpa diri pekerja dan keluarga, perusahaan,

masyarakat dan pemerintah (S. Imamkhasani, 1991). Menurut Suma’mur (P.

K. Suma'mur) kecelakaan kerja dapat menimbulkan beberapa kerugian,

sebagai berikut :

1. Kerusakan

Kerusakan yang terjadi dapat berupakerusakan alat kerja, bahan,

bagian mesin, proses atau lebih singkatnya properti perusahaan

2. Kekacauan organisasi

Kerusakan yang terjadi dapat menyebabkan kekacauan organisasi

dalam proses produksi

3. Keluhan dan kesedihan

4. Kelainan dan cacat

5. Kematian

2.1.3 Rasio Kecelakaan Kerja

Menurut Frank E. Bird, Jr. (E. F. Bird & G. L. Germain), dalam studi

yang dilakukan terhadap 1.753.498 kecelakaan kerja menunjukkan bahwa

setiap 1 kecelakaan serius atau cidera yang melumpuhkan dilaporkan, maka

8
terdapat 9.8 cedera ringan, 30.2 kecelakaan yang menyebabkan kerusakan

barang, dan 600 kecelakaan yang tanpa menimbulkan kerugian.

Hasil studi tersebut tergambar dalam piramida kecelakaan berikut :

1 Kecelakaan serius/ fatal

10 Kecelakaan atau penyakit ringan

30 Kerusakan barang

60 Near miss
Rasio perbandingan
Gambar 2. 1 Accident Triangle (E. F. Bird & G. L. Germain,
1990)
terjadinya cedera dan penyakit yang diderita seseorang akibat

kecelakaan dan kerusakan barang, yaitu 600:30:10:1 yang menunjukkan

bahwa 600 near miss dapat menimbulkan 30 kejadian kerusakan barang,

10 cedera atau penyakit ringan, atau 1 kejadian cedera atau penyakit

serius/ fatal.

2.1.4 Penyebab Kecelakaan Kerja

Proses terjadinya kecelakaan terkait empat unsur produksi, yaitu

people, equipment, material, enviroment (PEME) yang saling interaksi

sehingga menghasilkan suatu produk dan jasa. Kecelakaan dalam proses

interaksi tersebut terjadi ketika adanya kontak antara mausia dengan alat,

material, dan lingkungannya. Terjadinya kecelakaan dapat disebabkan karena

kondisi alat atau material yang kurang baik atau berbahaya, kondisi

9
lingkungan kerja yang tidak aman, atau dapat juga disebabkan oleh manusia

yang melakukan kegiatan di tempat kerja dalam menangani alat atau material.

Dalam teori dominonya, Heinrich (H. W. Heinrich & D. Petersen)

mengemukakan bahwa penyebab kecelakaan didasarkan atas kesalahan

manusia (Human Error) sebanyak 88% kasus kecelakaan disebabkan oleh

Unsafe Action, 10% disebabkan oleh Unsafe Condition, dan 2% merupakan

takdir dari Tuhan. Berdasarkan teori tersebut kemudian dikembangkan oleh

Frank Bird Jr dalam bukunya Practical Loss Control Leadership,

menerangkan bahwa kecelakaan dapat disebabkan oleh banyak faktor yang

mendukung untuk terjadinya kecelakaan. Berikut beberapa faktor yang

menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja (E. F. Bird & G. L. Germain) :

Bagan 2. 1 The ILCI Loss Causation Model (E. F. Bird & G. L. Germain,
1990
a. Kurangnya pengawasan dari pihak manajemen terhadap berjalannya

penerapan aspek-aspek keselamatan kerja dilapangan

b. Penyebab dasar (Basic Causes) merupakan faktor dasar/utama

penyebab terjadinya kecelakaan. Faktor dasar terbagi menjadi dari dua:

1) Faktor manusia (personal factor) adalah faktor yang berasal dari

dalam diri sendiri, contoh : kemampuan manusia tersebut yang

10
kurang, stress, pengetahuan yang kurang dan motivasi yang buruk

untuk bekerja sesuai dengan peraturan

2) Faktor dari pekerjaan (job factor) adalah faktor yang berasal dari

pengawasan pihak manajemen terhadap jalannya program

keselamatan dan kesehatan kerja

c. Penyebab langsung (Immediate Causes) merupakan faktor yang secara

langsung bersinggungan dengan manusia dan kondisi lingkungan

kerja. Penyebab langsung terdiri menjadi dua, yaitu :

1) Substandard Action (Prilaku manusia yang tidak baik) adalah

penyebab yang didasarkan pada prilaku manusia yang tidak

mengikuti peraturan keselamatan kerja dan bertindak tidak aman,

contoh : menjalankan mesin tanpa ijin, tidak menggunakan APD

2) Substandard Condition (Kondisi lingkungan yang tidak aman)

dimana lingkungan kerja, peralatan kerja yang mendukung

terjadinya kecelakaan kerja, contoh : Lingkungan kerja dekat

dengan sumber panas, adanya sumber bising, tidak adanya

peringatan

d. Incident/Accident adalah adanya kontak dengan suatu benda, energi

dan atau bahan hazard sebagai efek dari ketiga penyebab diatas yang

tidak dapat dikendalikan

e. Kerugian merupakan konsekuensi dari terjadinya insiden atau

kecelakaan baik terhadap manusia sebagai pekerja atau kerugian

terhadap peralatan yang digunakan untuk menunjang pekerjaan.

11
2.2 Perilaku

2.2.1 Definisi Perilaku

Menurut Sunaryo (2004 ) perilaku manusia adalah suatu aktivitas yang

timbul karena adanya stimulus dan respon, serta dapat diamati secara langsung

maupun tidak langsung.

Dari segi biologis perilaku dipandang sebagai suatu kegiatan atau

aktivitas organisme yang bersangkutan, baik yang dapat diamati secara

langsung maupun tidak langsung. Perilaku manusia pada hakikatnya adalah

suatu aktivitas dari manusia itu sendiri yang meliputi aktivitas eksternal

seperti berjalan, berbicara, berpakaian dan lain sebagainya, serta aktivitas

internal seperti berfikir, persepsi, emosi juga merupakan perilaku manusia.

(Notoatmodjo, 2007).

2.2.2 Bentuk Perilaku

Jika dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus yang dikemukakan

oleh Skinner dalam Notoatmodjo (2010), maka perilaku dapat dibedakan

menjadi dua, yaitu :

a. Perilaku tertutup/terselubung (covert behavior)

Respon seseorang terhadap stimulus masih dalam bentuk

terselubung atau tertutup. Repon dan reaksi terhadap stimulus ini

masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan atau kesadaran

dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut

dan belum dapat diamati dengan jelas oleh orang lain.

b. Perilaku terbuka/nyata tampak (overt behavior)

12
Respon terhadap stimulus telah diaplikasikan dalam tindakan nyata

atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam

bentuk tindakan atau praktek yang dapat mudah diamati dan dilihat

oleh orang lain

2.2.3 Faktor-Faktor Pembentuk Perilaku

Menurut Green dan Kreuter (2005) perilaku itu sendiri ditentukan atau

terbentuk dari 3 faktor yaitu:

1. Faktor pendorong (predisposing factors)

a. Umur

Umur adalah rentang kehidupan yang diukur dengan tahun.

Umur adalah usia individu yang terhitung mulai saat dilahirkan. Umur

merupakan salah satu variabel yang penting dalam menilai individu

(Chandra, 2008). Faktor umur mempunyai hubungan langsung dengan

logika berpikir dan pengetahuan seseorang. Semakin matang usia

seseorang, biasanya cenderung bertambah pengetahuan dan tingkat

kecerdasannya. Kemampuan mengendalikan emosi psikisnya dapat

mengurangi terjadinya kecelakaan (Cece, 2005). Umur bila dikaitkan

dengan kedewasaan psikologis seseorang walaupun belum pasti

bertambahnya usia akan bertambah pula kedewasaannya. Namun

umumnya dengan bertambahnya usia akan semakin rasional, makin

mampu mengendalikan emosi dan makin toleran terhadap pandangan

dan perilaku yang membahayakan. Simanjutak (1985), umur secara

alamiah mempunyai pengaruh terhadap kondisi fisik seseorang, ada

saat usia tertentu dimana seseorang dapat berprestasi secara maksimal

13
tetapi ada saat dimana terjadinya penurunan prestasi. Tingkat prestasi

kerja mulai meningkat bersamaan dengan meningkatnya umur, untuk

kemudian menurun menjelang usia tua. Jika seseorang makin

bertambah usianya, maka cenderung cepat puas karena tingkat

kedewasaan teknis maupun kedewasaan psikologis. Artinya, semakin

bertambah usianya maka semakin mampu menunjukkan kematangan

jiwa yaitu semakin bijaksana, semakin mampu berfikir rasional,

semakin mampu mengendalikan emosi, semakin toleran terhadap

pandangan dan perilaku yang berbeda dari dirinya sendiri, dan sifat-

sifat lain yang menunjukkan kematangan intelektual dan psikologis

(Siagian, 1987).

Berdasarkan penelitian kerja, pekerja muda yang berusia 18-

22 tahun yang mencakup 7, 35% dari seluruh pekerja

menyumbangkan 10, 62% dari total keseluruhan kecelakaan kerja

(Suma’mur, 1988). Kemudian dilakukan penelitian juga terhadap

pekerja di atas umur 50 tahun hasilnya pekerja yang berusia lanjut

lebih stabil dan tidak kurang produktif dengan rekan kerjanya yang

lebih muda (Robbins, 1998)

b. Tingkat Pendidikan

Pendidikan merupakan sarana mendasar upaya manusia untuk

memperoleh kelangsungan hidupnya, atau sebagai infrastruktur untuk

pengembangan sumber daya manusia (Mohamad, 2004). Oleh karena itu,

semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka akan semakin bertambah

pula perkembangan diri manusia, termasuk dalam hal pengetahuan.

Menurut Nawangwulan dalam Utari (2010), tingkat pendidikan sangat

14
berpengaruh terhadap program peningkatan pengetahuan secara langsung

dan tidak langsung terhadap perilaku. Pada salah satu hasil penelitian

diketahui bahwa terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan

pengetahuan pekerja dan membentuk perilaku secara langsung

maupun tidak langsung (Angkasawati, 2001)

c. Pengetahuan

Sebuah peningkatan dalam pengetahuan tidak selalu

menyebabkan perubahan perilaku. Beberapa macam pengetahuan

kesehatan mungkin dibutuhkan sebelum terjadinya suatu perilaku

kesehatan pribadi. Akan tetapi, perilaku sehat mungkin tidak terjadi

kecuali jika seseorang menerima isyarat yang cukup kuat untuk

memotivasi dirinya untuk bertindak sesuai dengan pengetahuanya

(Green dan Kreuter 2000). Pengetahuan merupakan sebuah

kebutuhan tetapi biasanya pengetahuan bukan merupakan faktor yang

cukup untuk merubah perilaku individu maupun kelompok.

Perilaku tidak secara tiba-tiba berubah sebagai respon

terhadap pengetahuan baru, akan tetapi efek kumulatif dari

peningkatan kesadaran akan meningkatkan pemahaman yang lebih

baik dari meresapnya fakta ke dalam sistem kepercayaan, nilai, sikap,

kepercayaan diri, serta akhirnya ke dalam perilaku (Green dan

Kreuter 2005).

d. Kepercayaan

Kepercayaan adalah sebuah keyakinan bahwa suatu fenomena

atau suatu objek adalah benar atau nyata. Agama/ keyakinan,

kepercayaan, dan kebenaran adalah kata-kata yang digunakan untuk

15
menyatakan atau mengartikan kepercayaan. Pernyataan terkait

dengan keyakinan terhadap kesehatan seperti:“Saya tidak percaya

bahwa pengobatan tersebut akan berhasil”; “Latihan tidak akan

membuat perbedaan” (Green dan Kreuter, 2005).

e. Nilai- nilai

Nilai kebudayaan, perspektif turun temurun terhadap akibat

dari hal yang dilakukan orang lain. Nilai dipelihara oleh kelompok

dalam suatu suku dan generasi dimana orang-orang memiliki

kesamaan sejarah dan identitas secara geografis. Nilai merupakan

sebuah dasar pembenaran pada tindakan seseorang dalam syarat etika

atau moral. Nilai menjadi pondasi yang benar dan yang salah,

dimensi baik dan buruk dari pandangan orang-orang kepada perilaku

tertentu (Green dan Kreuter, 2005). Nilai- nilai atau norma yang

berlaku akan membentuk perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai atau

norma yang telah melekat pada diri seseorang (Green, 2000).

f. Sikap

Sikap merupakan salah satu dari yang samar namun

merupakan kata yang sering digunakan dalam kamus ilmu perilaku.

Mucchielli menggambarkan sikap sebagai “sebuah kecenderungan

dalam pikiran atau perasaan yang konstan ke arah suatu kategori

tertentu dari seseorang, suatu objek atau situasi.” Kirscht

menyatakan bahwa sikap merepresentasikan sebuah koleksi dari

kepercayaan yang selalu dimasukkan dalam suatu aspek evaluasi;

16
sikap selalu dapat dinilai dalam istilah baik-buruk atau positif-

negatif (Green dan Kreuter, 2005).

Dua konsep kunci dalam sikap adalah (1) sikap merupakan

sesuatu perasaan cukup konstan yang langsung terhadap suatu objek

(seseorang, perilaku, situasi, atau ide); dan (2) yang melekat pada

struktur sebuah sikap adalah evaluasi, dimensi baik-buruk (Green

dan Kreuter, 2005).

g. Motivasi

Motivasi mempunyai arti dorongan, berasal dari bahasa latin

“movere”, yang berarti mendorong atau menggerakkan. Motivasi

inilah yang mendorong seseorang untuk berperilaku, beraktifitas

dalam pencapaian tujuan. Motivasi itu bersifat alami dan kebutuhan,

motivasi itu timbul karena adanya kebutuhan seseorang yang harus

segera dipenuhi untuk segera mencapai tujuan. Motivasi sebagai

motor penggerak, maka bahan bakarnya adalah kebutuhan

(Widayatun, 2005).

Motivasi dapat diartikan sebagai “driving force” yang

menggerakkan manusia untuk bertingkah laku dan berbuat dengan

tujuan tertentu. Motivasi adalah suatu perangsang keinginan (want)

dan daya tertentu yang ingin dicapai. Tingkah laku seseorang

dipengaruhi serta dirangsang oleh keinginan, kebutuhan, dan

kepuasannya. Rangsangan timbul dari dirinya sendiri (internal), dari

luar (eksternal) dan lingkungan. Rangsangan materil dan non materil

ini akan menciptakan motivasi yang mendorong orang bekerja atau

17
beraktifitas untuk memperoleh kebutuhan dan kepuasan dari kerjanya

(Hasibuan, 2005).

Petersen (1980) menyebutkan motivasi yang ditimbukan oleh

banyak faktor dapat mempengaruhi kinerja keselamatan kerja, seperti

faktor suasana kerja, kepuasan, kemampuan, kesenangan terhadap

pekerjaan dan adanya organisasi.

Untuk memotivasi pekerja untuk berperilaku aman dalam

bekerja ada 6 prinsip dasar menurut Frank E. Bird, 1996, yaitu:

1) Prinsip penetapan tujuan dan sasaran

2) Prinsip keterlibatan pekerja yang bersangkutan

3) Prinsip mutual interest dari pekerja

4) Prinsip psychological appeal dari pekerja

5) Prinsip pemberian informasi kepada pekerja

6) Prinsip penguatan perilaku.

Dengan 6 prinsip dasar yang ada dapat dilakukan untuk

memotivasi pekerja untuk dapat dan harus berperilaku aman dalam

bekerja di lingkungan kerja. Sehingga dapat mengurangi frekuensi

tingkat kecelakaan yang mungkin terjadi (Bachri, 2010)

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Meisya (2008)

dimana secara statistik terdapat hubungan yang bermakna antara

motivasi dengan perilaku tidak aman. Disebutkan bahwa adanya

motivasi yang tinggi maka perilaku pada saat bekerja akan menjadi

perilaku aman, tetapi jika pekerja mempunyai motivasi dalam diri

18
yang rendah maka secara langsung perilaku pada saat bekerja akan

menjadi perilaku tidak aman

h. Persepsi

Persepsi merupakan proses yang menyatu dalam diri

individu terhadap stimulus yang diterimanya. Persepsi merupakan

proses pengorganisasian, penginterpretasian terhadap rangsang yang

diterima oleh organisme atau individu sehingga merupakan sesuatu

yang berarti dan merupakan respon yang menyeluruh dalam diri

individu. Oleh karena itu dalam penginderaan orang akan

mengaitkan dengan stimulus, sedangkan dalam persepsi orang akan

mengaitkan dengan objek. Persepsi pada individu akan menyadari

tentang keadaan sekitarnya dan juga keadaan dirinya. Orang yang

mempunyai persepsi yang baik tentang sesuatu cenderung akan

berperilaku sesuai dengan persepsi yang dimilikinya (Notoatmodjo,

2003).

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Irwandi (2007)

dikatakan bahwa secara statistik terdapat hubungan bermakna antara

persepsi dengan perilaku tidak aman. Selain itu penelitian yang

dilakukan oleh Meisya (2008) juga menyatakan hal yang sama

dimana secara statistik terdapat hubungan yang bermakna antara

persepsi dengan perilaku tidak aman.

19
2. Faktor pemungkin (enabling factor)

a. Ketersediaan APD

Dalam UU No. 1 tahun 1970 pasal 14 butir c menyatakan

bahwa pengurus (pengusaha) diwajibkan untuk menyediakan secara

cuma-cuma semua alat perlindungan diri yang diwajibkan pada pekerja

yang berada di bawah pimpinannya dan menyediakan bagi setiap orang

lain yang memasuki tempat kerja tersebut, disertai dengan petunjuk-

petunjuk yang diperlukan menurut petunjuk pegawai pengawas atau

ahli-ahli keselamatan kerja.

b. Pelatihan

Pelatihan adalah salah satu metode terbaik yang dapat

digunakan untuk mempengaruhi perilaku manusia yang bertujuan

dalam pengembangan kebiasaan perilaku bekerja yang aman. Pelatihan

mempunyai pengaruh yang besar dan merupakan suatu alat pemotivasi

yang kuat dalam keselamatan. Melalui pelatihan seseorang umumnya

dapat diberikan tiga hal yaitu pengetahuan, keterampilan dan motivasi.

Menurut penelitian yang dilakukan Sumbung, tidak terdapat

hubungan antara pelatihan dengan perilaku tidak aman. Meski telah

mengikuti pelatihan, namun sebagian besar pekerja masih memiliki

pengetahuan tentang bahaya maupun penggunaan APD yang rendah.

Hal ini mungkin saja terjadi. Menurut Maaniaya (2005), kegagalan

suatu program pelatihan dapat juga disebabkan karena 1). Pelatihan

dilaksanakan pada waktu yang tidak tepat, kurang partisipasi manajer

terkait dalam perancangan program pelatihan. Tanpa partisispasi ini,

20
pelatihan seringkali berorientasi pada masalah teknis daripada

berorientasi pada permasalahan yang ada dan hasil–hasil yang

diharapkan pada pelatihan tersebut. 2). Penyampaian materi sangat

bergantung pada metode pemberian kuliah. Suatu pelatihan terutama

yang berkaitan dengan dunia industri, harus dilakukan dengan sangat

interaktif dan memungkinkan peserta untuk menerapkan dan

mempraktikkan konsep-konsep yang diajarkan selama proses

berlangsung. 3). Buruknya komunikasi selama pelatihan berlangsung.

Banyak keuntungan yang dapat diraih apabila instruktur pelatihan

lebih menitik beratkan pada penggunaan bahasa yang sederhana dan

teknik presentasi yang menggunakan grafik atau gambar.

3. Faktor Penguat (reinforcing factor)

a. Hukuman dan Penghargaan

Hukuman adalah konsekuensi yang diterima individu atau

kelompok sebagai bentuk akibat dari perilaku yang tidak diharapkan

(Syaaf, 2008). Hukuman dapat menekan atau melemahkan perilaku.

Hukuman tidak hanya berorientasi untuk menghukum pekerja yang

melanggar peraturan melainkan sebagai kontrol terhadap lingkungan

kerja sehingga pekerja terlindungi dari kecelakaan kerja. Sedangkan

penghargaan adalah konsekuensi positif yang diberikan kepada

individu atau kelompok dengan tujuan mengembangkan, mendukung

dan memelihara perilaku yang diharapkan (Syaaf, 2008). Jika

digunakan sebagaimana mestinya, penghargaan dapat menumbuhkan

rasa percaya diri dan optimisme dalam diri si penerimanya.

21
b. Pengawasan

Pengawasan adalah kegiatan manajer yang mengusahakan agar

pekerjaan-pekerjaan terlaksana sesuai dengan rencana yang ditetapkan

dan atau hasil yang dikehendaki. Agar pengawasan berhasil maka

manajer harus melakukan kegiatan-kegaiatan pemeriksaan,

pengecekan, pencocokan, inspeksi, pengendalian dan berbagai

tindakan yang sejenis dengan itu, bahkan bilamana perlu mengatur dan

mencegah sebelumnya terhadap kemungkinan-kemungkinan adanya

yang mungkin terjadi (Sarwoto, 1991).

2.3 Perilaku Tidak Aman

2.2.1 Definisi

Perilaku pekerja dapat digolongkan menjadi dua yaitu perilaku aman

yang berupa tindakan yang tidak berisiko menimbulkan cidera baik pada

pekerja lain maupun pekerja itu sendiri, dan yang kedua adalah membentuk

perilaku tidak aman atau perilaku berbahaya yaitu tindakan atau perilaku

pekerja yang dapat menimbulkan risiko cidera atau kecelakaan.

Menurut Bird (1990), perilaku tidak aman atau unsafe action adalah

tindakan seseorang yang menyimpang dari prosedur atau cara yang wajar atau

benar menurut persetujuan bersama, sehingga tindakan tersebut mengandung

bahaya, misalnya berdiri di bawah barang yang diangkat crane, mengebut di

jalan ramai, dan lain-lain. Keadaan dan tindakan berbahaya kalau dibiarkan

tanpa perbaikan akan menimbulkan kecelakaan kerja.Sedangkan menurut Bird

dan Germain, 1990, jenis-jenis tindakan tidak aman antara lain:

a. Mengoperasikan peralatan tanpa wewenang

22
b. Gagal untuk mengingatkan

c. Gagal untuk mengamankan

d. Pengoperasian dengan kecepatan yang tidak sesuai

e. Membuat peralatan safety menjadi tidak beroperasi

f. Memindahkan peralatan safety

g. Menggunakan peralatan yang rusak

h. Menggunakan peralatan secara tidak benar

i. Tidak menggunakan APD

k. Penempatan barang yang salah

Menurut DNV Modern Safety Management (1996) mendiskripsikan

faktor-faktor yang termasuk dalam perilaku tidak aman, diantaranya adalah:

a. Menjalankan peralatan tanpa wewenang

b. Tidak memberi peringatan

c. Melakukan pekerjaan dengan terburu-buru

d. Membuat alat keselamatan tidak dapat dioperasikan

e. Menuggunakan peralatan yang cacat

f. Menggunakan peralatan pelindung diri secara tidak benar

g. Penempatan barang yang tidak benar

h. Bercanda

i. Dipengaruhi rokok, alkohol (mabuk) dan atau obat-obatan

Menurut Dessler (1978), jenis-jenis perilaku tidak aman ialah:

a. Gagal dalam mengamankan

b. Tidak memakai APD

c. Membuang benda sembarangan

23
d. Bekerja pada kecepatan yang tidak aman

e. Membuat alat pengaman tidak berfungsi

f. Menggunakan peralatan yang tidak aman

g. Mengganggu, menggoda, bertengkar, bermain, dan sebagainya

Secara keseluruhan bentuk bentuk bentuk perilaku tidak aman

menurut Bird dan Germain (1990),Dessler (1986) dan DNV Modern Safety

Management (1996) yaitu :

a. Tidak melakukan pekerjaan sesuai prosedur

b. Tidak melakukan tindakan perawatan kerja dan peralatan keselamatan

c. Memberi peringatan terhadap adanya bahaya dengan cara yang tidak

dapat dimengerti

d. Tidak menggunakan APD

e. Menggunakan APD secara tidak benar

f. Tidak menempatkan peralatan pada tempatnya

g. Melempar alat-alat kerja

h. Bekerja di bawah pengaruh obat, dan minuman beralkohol

i. Bekerja sambil merokok

j. Bekerja sambil berkelakar dengan teman

k. Melakukan pekerjaan dengan cepat dan terburu-buru.

2.4 Karakteristik Perusahaan Konstruksi

Industri konstruksi merupakan lapangan pekerjaan yang memiliki potensi

bahaya dan risiko kecelakaan kerja, yang mana kecelakaan kerja ini juga dapat

menimbulkan kerugian terhadap pekerja dan juga kontraktor. Pekerja konstruksi

sangat berbeda karakteristiknya dengan pekerja di sektor industri atau pekerjaan

24
formal lainnya. Salah satu karakteristik pekerja konstruksi adalah mobilitasnya

yang sangat tinggi dan cenderung tidak terikat dalam satu perusahaan tertentu

(Ferdy dan Yudi 2008).

Menurut Ramli (2003) Karakteristik kegiatan konstruksi adalah sebagai

berikut:

1. Memiliki masa kerja terbatas

2. Melibatkan jumlah tenaga kerja yang besar

3. Melibatkan banyak tenaga kerja kasar (buruh) yang berpendidikan relatif

rendah

4. Memiliki intensitas kerja yang tinggi

5. Bersifat multidisiplin dan multi-crafts

6. Menggunakan peralatan kerja beragam, jenis teknologi, kapasitas dan

kondisinya

7. Memerlukan mobilisasi yang tinggi (peralatan, material, dan tenaga kerja).

Menurut Asiyanto (2008) pekerjaan konstruksi diantaranya:

1. Pekerjaan Persiapan

Pekerjaan persiapan ini terdiri dari penyiapan lahan pada lokasi

proyek, melakukan pedoman pengukuran, membuat akses jalan material dan

pekerja, pemilihan alat angkat yang digunakan serta letak pergerakannya perlu

direncanakan atau ditetapkan terlebih dahulu.

2. Pekerjaan Dewatering

Pekerjaan dewatering merupakan pekerjaan pengeringan yang

dilakukan sebelum galian tanah untuk basement dimulai agar air tanah yang

ada tidak mengganggu proses pelaksanaan basement.

25
3. Pekerjaan Struktur

Pekerjaan struktur adalah pelaksanaan pembangunan fisik gedung.

Pekerjaan struktur terbagi dari struktur bawah yang meliputi pekerjaan

fondasi dalam, galian basement, struktur basement, ground beam, dan

pekerjaan struktur atas yang terdiri dari pekerjaan kolom atau balok, core

wall, dan lift slab.

4. Pekerjaan arsitektur dan finishing

Pekerjaan finishing dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu pekerjaaan

finishing bagian dalam dan pekerjaan finishing bagian luar bangunan.

Finishing bagian dalam meliputi pekerjaan plester, pekerjaan tegel untuk

lantai dan pekerjaan plafon sedangkan pekerjaan finishing bagian luarmeliputi

pekerjaan lapisan dinding bagian luar seperti pengecatan, pekerjaan panel

dinding luar. Pekerjaan arsitektur dan finishing, antara lain :

a. Pekerjaan pemasangan bata/hebel (pekerjaan dinding)

Setelah pekerjaan struktur selesai, maka pekerjaan dinding dapat

segera dimulai. Pekerjaan dinding yaitu pekerjaan pemasangan bata atau

hebel untuk membentuk dinding sebagai penyekat atau pembatas ruangan

b. Pekerjaan Plesteran

Pekerjaan plesteran dilakukan setelah pekerjaan dinding dilakukan

atau dapat juga dilakukan sehari setelah dinding dipasang. Proses

pelaksanaan pekerjaan plesteran yaitu:permukaan dinding di plester

dengan campuran semen, air dan pasir kemudian diratakan. Setelah proses

plesteran selesai dilakukan baru dilakukan proses pengacian dengan

menggunakan campuran semen dan air.

26
c. Pekerjaan Lantai

Pekerjaan lantai yang dilakukan dalam proyek ini meliputi

pekerjaan cor lantai,pekerjaan plint keramik, pekerjaan pemasangan

keramik lantai, pekerjaan pemasangan keramik dinding dan pemotongan

keramik.

d. Pekerjaan Pengecatan

Pekerjaan pengecatan dengan cat air dengan terlebih dahulu

membersihkan permukaan dari kotoran-kotoran, dinding-dinding

diratakan/dihaluskan dengan plamir, sebelum dicat dengan cat air

dilakukan pengecatan dengan cat dasar.

e) Pekerjaan Landscaping

Pekerjaan landscaping adalah pekerjaan pembuatan sarana yang

letaknya di luar bangunan, tetapi masih merupakan satu kesatuan dengan

bangunan. Pekerjaan ini dilakukan bersama dengan pekerjaan struktur.

Pekerjaan ini terdiri dari pekerjaan mekanikal dan elektrikal.

2.5 Kerangka Teori

Dalam penelitian ini, teori yang digunakan mengacu pada teori

Lawrence Green dimana dalam teori tersebut terdapat 3 faktor yang

mempengaruhi perilaku manusia, yaitu faktor pendorong, faktor

pemungkin, dan faktor penguat yang digambarkan sebagai berikut:

27
Faktor Pendorong:

 Umur
 Tingkat Pendidikan
 Pengetahuan
 Sikap
 Nilai-nilai
 Motivasi
 Persepsi

Faktor Pemungkin :

 Ketersediaan APD
 Pelatihan
Perilaku Tidak Aman

Faktor Penguat :

 Hukuman dan
peghargaan
 Pengawasan

Bagan 2. 2 Kerangka Teori


Sumber : Green dan Kreuter (2005)

28
BAB III

KERANGKA BERPIKIR, DEFINISI ISTILAH

BAB III KERANGKA BERPIKIR, DEFINISI ISTILAH


3.1 Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir dalam penelitian ini sesuai dengan teori Lawrence

Green yang menjelaskan konsep perilaku itu dilihat dari yang mempengaruhinya,

yaitu diawali dari adanya faktor pendorong, faktor pemungkin dan faktor

penguat.

Faktor pendorong yang diteliti pada penelitian ini adalah motivasi yaitu

hal yang mendorong pekerja bagian finishing PT. CBM Perkasa untuk berperilku

tidak aman dalam beraktifitas mengerjakan tugasnya. Penelitian yang dilakukan

ole Halimah (2010) menyatakan bahwa responden yang memiliki motivasi yang

rendah atau buruk lebih banyak berperilaku tidak aman dibandingkan dengan

responden yang memiliki motivasi tinggi atau baik.

PT. CBM Perkasa diwajibkan untuk menyediakan APD untuk kegiatan

pekerjaan bagian konstruksi pada pembangunan apartemen Tower Intan, hal ini

sesuai dengan UU No.1 tahun 1970 pasal 14 butir C. Ketersediaan APD diteliti

dalam penelitian ini untuk mengetahui gambaran ketersediaan APD yang

dikaitkan dengan perilaku tidak aman pada pekerja.

Faktor penguat yang diteliti dalam penelitian ini adalah hukuman dan

penghargaan, pengawasan. Yang dimaksud dengan hukuman dan penghargaan

adalah konsekuensi negatif dan positif yang diberikan kepada pekerja bagian

finishing PT. CBM Perkasa terkait perilaku tidak aman yang dilakukan. Menurut

Siahaan (2013) terdapat hubungan antara hukuman dan penghargaan terhadap

29
perilaku kerja karyawan. Sedangkan, pengawasan yang dimaksud dalam

penelitian ini adalah kegiatan pemantauan pada pekerja bagian finishing PT. CBM

Perkasa untuk selalu berperilaku aman saat bekerja. Menurut Halimah (2010)

peran pengawas ini merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku

aman dan tidak amannya pekerja.

Faktor pendorong pengetahuan, sikap, motivasi, persepsi, nilai-nilai,

keyakinan, dan variabel demografi. Untuk variabel demografi usia tidak dilakukan

penelitian dikarenakan rentang umur pekerja berada antara 20-40 yang termasuk

usia produktif kerja. Menurut Demak (2013) pekerja dengan rentang usia 20-40

tahun tergolong kepada usia produktif kerja.

Menurut Notoatmodjo (2003) bahwa pengetahuan seseorang dibentuk oleh

pendidikannya, subjek penelitian memiliki tingkat pendidikan dari SD-SMP.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Manaiya (2005) dan Irawati (2008) tidak

terdapat hubungan antara pendidikan dengan perilaku tidak aman.

Keyakinan atau kepercayaan tidak menjadi varibel penelitian dikarenakan

keyakinan seseorang merupakan hal yang diperoleh dari keturunan individu

tersebut yang dipengaruhi oleh lingkungan dimana individu tersebut berkembang.

Oleh karena itu keyakinan merupakan variabel yang sulit untuk diteliti (Erick,

2006).

Cara ukur, alat ukur, dan indikator untuk variabel nilai sukar untuk

ditentukan sehingga variabel nilai tidak diteliti, sementara variabel sikap tidak

diteliti dikarenakan oleh Karyani (2005) mengatakan bahwa sikap seseorang dapat

dilihat dari perilkunya.

30
Variabel persepsi juga tidak dilakukan penelitian dikarenakan persepsi

dapat terlihat dari variabel motivasi. Petersen (1998) mengemukakan bahwa

persepsi seseorang dapat terlihat dari pandangan dan penafsiran seseorang

terhadap bahaya dan risiko yang ada.

Faktor Pendorong

1.Motivasi

Faktor Pemungkin
Perilaku Tidak Aman
1.Ketersediaan APD

Faktor Penguat

1. Hukuman dan
Penghargaan
2. Pengawasan

Bagan 3. 1 Kerangka Berpikir


2.

31
3.2 Definisi Istilah

Tabel 3. 1 Definisi Istilah

No Istilah Definisi Instrumen Metode Data Sumber

1 Perilaku Tidak Aman Tindakan atau perilaku - Lembar Observasi - Observasi Diketahuinya tindakan tidak - Pekerja
aman yang dilakukan pekerja
pekerja yang dapat - Pedoman - Wawancara - Pihak
saat bekerja, seperti :
menimbulkan risiko cidera wawancara -Telaah Safety
a. Tidak melakukan
atau kecelakaan yang dokumen pekerjaan sesuai prosedur - Informan
b. Tidak melakukan
dapat membahayakan diri Kunci
tindakan perawatan kerja
sendiri, orang lain dan
dan peralatan keselamatan
lingkungan c. Memberi peringatan
terhadap adanya bahaya
dengan cara yang tidak
dapat dimengerti
d. Tidak menggunakan APD
e. Menggunakan APD
secara tidak benar
f. Tidak menempatkan

32
No Istilah Definisi Instrumen Metode Data Sumber

peralatan pada
tempatnya
g. Melempar alat-alat kerja
h. Bekerja di bawah
pengaruh obat, dan
minuman beralkohol
i. Bekerja sambil merokok
j. Bekerja sambil berkelakar
dengan teman
k. Melakukan pekerjaan
dengan cepat dan terburu-
buru.

2 Motivasi Dorongan yang membuat - Pedoman - Wawancara Informasi mengenai motivasi - Pekerja

pekerja untuk berperilaku wawancara mendalam apa yang membuat pekerja - Pihak

tidak aman berperilaku tidak aman Safety

- Informan

33
No Istilah Definisi Instrumen Metode Data Sumber

Kunci

3 Ketersediaan APD Ketersediaan , - Pedoman - Wawancara Informasi mengenai -Pekerja

kelengkapan jumlah dan Wawancara mendalam ketersediaan APD untuk -Pihak Safety

kelayakan APD yang ada - Lembar Observasi - Observasi pekerja -Informan

- Telaah Kunci

dokumen

4 Hukuman dan Konsekuensi negatif dan - Pedoman - Wawancara Informasi mengenai sistem - Pekerja

Penghargaan positif yang diberikan Wawancara mendalam reward dan punishment yang -Pihak Safety

kepada pekerja terkait - Lembar Observasi - Observasi berlaku untuk pekerja -Informan

perilaku saat bekerja. - Telaah Kunci

Dokumen

34
No Istilah Definisi Instrumen Metode Data Sumber

5 Pengawasan Kegiatan pemantauan - Pedoman - Wawancara Informasi mengenai -Pekerja

pada pekerja untuk selalu wawancara - Observasi pengawasan yang dilakukan - Pihak

berperilaku aman saat - Lembar Observasi - Telaah Safety

bekerja dokumen - Informan

Kunci

35
BAB IV

METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN


4.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif tentang

perilaku tidak aman. Metode pengumpulan data yang dilakukan yaitu melalui

observasi, wawancara mendalam dan telaah dokumen. Penelitian ini dilakukan

untuk memperoleh informasi yang lebih mendalam mengenai gambaran perilaku

tidak aman para pekerja bagian finishing PT. CBM Perkasa pada Proyek

Apartemen Tower Intan Tahun 2017.

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada proyek pembangunan Apartemen Tower

Intan di Ciputat oleh PT. CBM Perkasa pada bulan Juni 2016- Maret 2017.

4.3 Informan Penelitian

Informan dalam penelitian ini ditentukan dengan metode purposive

sampling. Pemilihan informan dilakukan secara langsung melalui pertimbangan –

pertimbangan yang dilakukan peneliti sesuai dengan tujuan dan masalah

penelitian (Bungin, 2010). Yaitu, pekerja yang sering berperilaku tidak aman.

Penentuan jumlah informan dilakukan dengan teknik sequential yaitu jumlah

informan yang dipilih tidak ditentukan batasannya sampai peneliti menilai data

yang dikumpulkan dari sejumlah informan tersebut telah mencapai titik jenuh atau

tidak ada hal baru lagi yang dapat dikembangkan (Neuman, 2003). Karakteristik

informan yang diperoleh dalam penelitian ini antara lain: nama, usia, dan

pendidikan terakhir.

36
1. Informan utama yaitu mereka yang terlibat langsung dalam interaksi sosial

yang diteliti (Moleong, 2004). Informan utama penelitian ini adalah para

pekerja pembangunan Apartemen Tower Intan PT. CBM Perkasa pada

tahap pekerjaan finishing. Penentuan informan utama dalam penelitian ini

dilakukan dengan cara observasi secara menyeluruh terhadap pekerja

bagian finishing, kemudian peneliti memilih 5 orang yang paling sering

melakukan perilaku tidak aman selama peneliti melakukan observasi.

Dalam melakukan observasi terhadap informan, peneliti

menggunakan indikator perilaku tidak aman sebagai berikut :

a) Tidak melakukan pekerjaan sesuai prosedur

b) Tidak melakukan tindakan perawatan kerja dan peralatan keselamatan

c) Memberi peringatan terhadap adanya bahaya dengan cara yang tidak

dapat dimengerti

d) Tidak menggunakan APD

e) Menggunakan APD secara tidak benar

f) Tidak menempatkan peralatan pada tempatnya

g) Melempar alat-alat kerja

h) Bekerja di bawah pengaruh obat, dan minuman beralkohol

i) Bekerja sambil merokok

j) Bekerja sambil berkelakar dengan teman

k) Melakukan pekerjaan dengan cepat dan terburu-buru.

Dari hasil observasi awal, ditemukan 5 orang informan utama

yang merupakan pekerja bagian finishing paling sering dan banyak

melakukan perilaku tidak aman. Selanjutnya peneliti ingin mengamati

37
selama 3 minggu 5 informan utama ini untuk memperoleh informasi

mengenai perilaku tidak aman yang dilakukan pekerja bagian finishing dan

kemudian dilakukan wawancara mendalam mengenai perilaku tidak

tersebut.

Karakteristik informan utama dalam penelitian ini dapat dilihat pada

tabel 4.1 berikut:

Tabel 4. 1 Karakteristik Informan Utama

Informan Umur Pendidikan Terakhir

Informan Utama 1 23th SMP

Informan Utama 2 30th SD

Informan Utama 3 25 th SMP

Informan Utama 4 32 th SMP

Informan Utama 5 28 th SMP

2. Informan Pendukung

Informan pendukung yaitu pihak-pihak yang terkait langsung

dengan informan utama dan mengetahui tentang perilaku informan

utama saat bekerja (Moleong, 2004). Informan pendukung dalam

penelitian ini adalah pekerja bagian safety. Pengambilan informan

pendukung bertujuan untuk melakukan cross check informasi ataupun

triangulasi sumber yang didapat dari informan utama. Kemudian

dilakukan wawancara mendalam terhadap informan pendukung

tersebut tentang perilaku tidak aman pada pekerja.

38
3. Informan Kunci

Informan kunci yaitu mereka yang dapat memberikan

informasi walaupun tidak langsung terlibat dalam interaksi sosial yang

diteliti (Moleong, 2004). Informan kunci pada penelitian ini adalah

Riswanto, yang merupakan salah satu pegawai HSE (Health and Safety

Environment) di perusahaan asing yang memahami, memiliki

pengalaman dan informasi serta pengetahuan mengenai keilmuan K3

perilaku pekerja. Selain itu beliau juga menjadi auditor di K3

konstruksi. Berdasarkan teori di atas, beliau dapat memberikan

informasi meskipun tidak terlibat langsung interaksi sosial di

pembangunan apartemen Tower Intan.

4.4 Instrumen Penelitian

Dalam penelitian kualitatif, peneliti merupakan instrumen utama, namun

untuk memperoleh data yang dibutuhkan dibantu dengan instrumen lain berupa

pedoman wawancara mendalam mengenai perilaku tidak aman. Selain itu

instrumen pendukung berupa lembar observasi, alat pencatat, kamera dan

perekam suara.

4.5 Sumber dan Pengumpulan Data

Sumber data dari penelitian ini, yaitu:

1. Data Primer

Data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti dari informan. Data

primer yang dibutuhkan adalah mengenai perilaku tidak aman melalui

wawancara mendalam (indepth interview) dengan menggunakan pedoman

39
wawancara dan observasi dengan lembar observasi kepada seluruh informan

penelitian.

2. Data Sekunder

Data sekunder dalam penelitian ini yaitu data dan dokumen

perusahaan, antara lain peraturan keselamatan kerja, SOP kerja.

4.6 Manajemen Data dan Analisis Data

Data yang didapat akan dianalisa dengan model content analysis, yang

mencakup kegiatan klarifikasi lambang-lambang yang dipakai dalam komunikasi

dan menggunakan teknik analisis dalam memprediksikan.

Tahap-tahap yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Reduksi

Perolehan informasi akan ditulis dan dilaporkan dalam bentuk

transkrip. Transkrip merupakan uraian dalam bentuk tulisan yang rinci dan

lengkap mengenai apa yang dilihat dan didengar baik secara langsung maupun

dari hasil rekaman. Laporan disusun berdasarkan data yang diperoleh

kemudian direduksi, dirangkum, dipilih hal-hal yang pokok, difokuskan pada

hal-hal yang penting.

2. Display

Data yang telah dikategorisasikan menurut pokok permasalahan dan

dibuat dalam bentuk matriks sehingga memudahkan peneliti untuk melihat

pola-pola hubungan satu data dengan data lainnya.

3. Verifikasi

Penarikan kesimpulan/verifikasi merupakan proses perumusan makna

dari hasil penelitian yang diungkapkan dengan kalimat yang singkat, padat dan

40
mudah dipahami. Dilakukan dengan meninjau kebenaran dari penyimpulan itu,

khususnya berkaitan dengan relevansi dan konsistensinya terhadap judul,

tujuan dan perumusan masalah yang ada.

4.7 Keabsahan Data

Pendekatan kualitatif menggunakan jumlah informan yang sedikit, karena

itu perlu dilakukan pengecekan keabsahan data/validitas data, dalam penelitian

kualitatif menggunakan triangulasi, yaitu :

1. Triangulasi sumber, menggunakan fakta dari para pekerja konstruksi yang

menjadi informan.Selain dari para pekerja, sumber yang digunakan untuk

triangulasi ini adalah bagian K3 danpengawas

2. Triangulasi metode, menggunakan wawancara mendalam dan observasi

Tabel 4. 2 Triangulasi Metode dan Sumber

Triangulasi Metode Triangulasi Sumber


Informasi
Wawancara Observasi Telaah Pekerja Pihak Informan
mendalam Dokumen Safety Kunci
Perilaku tidak √ √ √ √ √ √
aman
Motivasi √ - - √ √ √

Ketersediaan √ √ √ √ √ √
APD
Hukuman √ √ √ √ √ √
&penghargaan
Pengawasan √ √ √ √ √ √

4.8 Penyajian Data

Setelah dianalisis dan ditarik kesimpulan kemudian data yang diperoleh

disajikan dalam bentuk narasi kutipan hasail wawancara yang kemudian

dibandingkan dengan teori. Dan juga disajikan dalam bentuk matriks berdasarkan

unsur-unsur yang diteliti.

41
BAB V
HASIL

BAB V HASIL
5.1 Gambaran Umum Perusahaan

PT. CBM Perkasa adalah perusahaan yang menyediakan jasa konstruksi

dan pengembangan di berbagai bidang. PT. CBM Perkasa dikenal sebagai

perusahaan yang mengutamakan diligensi, pengalaman, hubungan baik dan

kreatifitas yang dicapai dengan totalitas performa demi terwujudnya suatu proyek-

proyek yang sukses.

Dibangun pada tahun 1991, PT. CBM Perkasa telah menjadi salah satu

perusahaan konstuksi terdepan di Indonesia dengan pertumbuhan yang stabil

seiring berjalannya waktu. Melalui kemampuan teknikal dan pengalaman PT.

CBM Perkasa tidak hanya menyediakan jasa konstruksi di berbagai bidang,

namun lebih menekankan pada solusi yang dapat diberikan untuk kepuasan klien.

PT. CBM Perkasa membangun dengan yakin, karena PT. CBM Perkasa

mempunyai komitmen yang kuat, dukungan sumber daya manusia yang handal,

teknologi yang mutakhir, mitra jaringan yang luas, pengalaman belasan tahun, dan

manajemen perusahaan yang handal yang kesemuanya menjadi satu untuk terus

bertumbuh dan berkembang serta tetap menjadi penyedia jasa konstruksi dan

partner kepada banyak organisasi yang terdepan dan terpercaya

Proyek pembangunan apartemen Tower Intan merupakan salah satu

bangunan proyek yang berada di wilayah Ciputat, Tangerang Selatan. apartemen

Tower Intan ini merupakan salah satu bangunan yang dibangun dalam proyek City

Light. Proyek apartemen yang dimulai sejak 2014 ini diperkirakan akan selasai

akhir 2017 ini.

42
5.2 Gambaran Perilaku Tidak Aman Pekerja

Perilaku tidak aman adalah tindakan yang dilakukan pekerja konstruksi

yang menimbulkan risiko cidera atau kecelakaan. Dalam penelitian ini ditemukan

beberapa bentuk perilaku tidak aman yang dilakukan oleh pekerja selama

penelitian berlangsung, diantaranya sebagai berikut:

1. Tidak memakai APD

Berdasarkan observasi terhadap beberapa bidang pekerjaan seperti

pemasangan hebel, pengecoran, plester dan bekisting, peneliti menemukan

masih banyaknya pekerja yang tidak menggunakan APD saat bertugas.

Beberapa pelanggaran yang dilakukan seperti, tidak menggunakan safety shoes

dan helm saat melakukan pekerjaan pengecoran, dimana hal ini bisa

membahayakan diri pekerja sendiri. Bekerja dengan tidak menggunakan safety

shoes akan meningkatkan risiko kejadian tertusuk benda tajam seperti tertusuk

paku, sedangkan bekerja dengan tidak menggunakan helm akan meningkatkan

risiko kejatuhan benda dari atas, terbentur dan terpukul oleh benda keras atau

tajam. Untuk pekerjaan bekisting selain menggunakan safety shoes dan helm

seharusnya juga menggunakan sarung tangan untuk menurunkan risiko

tergores besi. Hasil observasi tersebut dapat dilihat pada gambar dibwah ini:

Gambar 5. 1 Pekerja Plester Tidak


Menggunakan APD (Safety Shoes dan Helm)

43
Gambar 5. 2 Pekerja Pengecoran Tidak Menggunakan APD
(Safety Shoes dan Helm)

Gambar 5. 3 Pekerja Pengecoran Tidak Menggunakan APD (Safety Shoes


dan Helm)
Berdasarkan hasil wawancara dengan para informan utama, diperoleh

informasi yang serupa mengenai perilaku tidak aman yang dilakukan pekerja

terkait tidak menggunakan APD, berikut kutipannya:

“Paling sering ya APD, karena malas memakainya, ribet mbak. Ga


enak di kepala jika memakai APD.” (Informan Utama 4)

“Kalo yang sering sih paling saya ga pake APD sama ga narok alat
kerja ditempatnya, sembarang gitu, mbak bisa liat sendiri lah ini hehehe.”
(Informan Utama 1)
Beberapa temuan di atas menguatkan indikasi bahwa hal ini seakan

menjadi suatu kebiasaan yang secara sadar dilakukan oleh para pekerja.

44
2. Tidak menempatkan peralatan pada tempatnya

Selain tidak menggunakan APD saat bekerja, peneliti juga menemukan

bahwa pekerja sering tidak menempatkan peralatan pada tempatnya. Hal ini

dapat dilihat dari banyaknya material yang berserakan di sepanjang lorong.

Beberapa ember tempat semen, peralatan perkakas seperti paku dan palu, serta

tumpukan kabel merupakan beberapa contoh peralatan pekerja yang tidak

ditempatkan sesuai penempatannya. Peralatan yang berserakan tersebut tentu

dapat mengganggu akses jalan dan membahayakan keselamatan para pekerja

sendiri atau bahkan orang lain. Berikut bukti yang ditemukan oleh peneliti:

(a)

(b)

45
(c)

Gambar 5. 4 (a),(b),(c) Tidak Menempatkan Peralatan pada tempatnya


Berdasarkan gambar di atas dapat dilihat bahwa terdapat paku,

kepingan besi dan benda-benda tajam lainnya yang dapat membahayakan

keselamatan pekerja dan orang lain yang menggunakan akses jalan tersebut.

Lilitan kabel yang berserakan bisa menyebabkan tersandung. Selain itu juga

terdapat tumpukan hebel yang menghambat akses jalan, sehingga pengguna

jalan baik pekerja itu sendiri atau orang lain harus berjalan di bagian tepi sisi

lorong tersebut dengan cara sedikit meloncat dikarenakan terdapat lobang-

lobang di sisi tepi lorong tersebut. Kondisi ini tentunya dapat meningkatkan

risiko terjadinya kecelakaan kerja.

Selain berdasarkan observasi di atas hal ini juga didukung dengan hasil

wawancara dengan informan utama berupa pengakuan informan, berikut

kutipannya:

“Kalo yang sering ga narok alat kerja ditempatnya sembarang gitu,


mba bisa liat sendiri lah ini hehehe”(Informan Utama 1)
“Kalo narok alat kerja sembarangan ya maklum aja ya
mba,karena kan kerjaanya di proyek gini mba, gak ada tempat tempat khsusu
seperti pekerjaan lainya”(Informan Utama 3)

46
3. Bekerja sambil merokok

Bentuk temuan perilaku tidak aman lainya adalah kebiasaan

merokok pekerja saat melakukan pekerjaan. Bekerja sambil merokok juga

membahayakan pekerja itu sendiri. Hal ini dikarenakan di lingkungan kerja

pembangunan apartemen ini terdapat material yang mudah terbakar seperti

aliran listrik. Tidak hanya itu, kebiasaan merokok ini juga bertentangan

dengan aturan yang ditetapkan perusahaan yakni dilarang merokok di area

kerja.

Gambar 5. 5 Pekerja Bekerja Sambil Merokok


Selain berdasarkan observasi di atas hal ini juga didukung dengan hasil

wawancara dengan informan utama, berupa pengakuanya bahwa informan

utama sering merokok saat bekerja , berikut kutipannya:

“Iya mah kalau ngerokok mah, ya kalo ngerokok ya emang udah biasa
mba.. soal ngerokok udah soal pribadi, saya juga bingung soalnya jawabnya,
ga enak juga kalo ga ngerokok mah”(Informan Utama 1)

“Ya paling ngerokok mba, kalo yang sering mah itu aja
mba”(Informan Utama 3)

4. Berkelakar dengan teman

Berkelakar atau bersenda gurau dengan teman saat sedang melakukan

pekerjaan yang membutuhkan konsentrasi penuh juga merupakan bentuk

47
perilaku yang tidak aman saat bekerja. Hal ini dikarenakan dapat

menyebabkan kecelakaan kerja dan berbahaya bagi keselamatan pekerja.

Berdasarkan hasil observasi peneliti di lingkungan pembangunan apartemen

Tower Intan, masih sering ditemukan pekerja yang berkelakar dengan

temannya melalui kata-kata saat melakukan pekerjaan serius, seperti saat

melakukan pekerjaan bekisting sebelum pengecoran. Kondisi pekerja yang

tidak fokus karena berkelakar dapat menyebabkan tanganya tertusuk besi,

paku ataupun terpukul palu.

Selain berdasarkan observasi, hal ini juga didukung dengan hasil

wawancara dengan informan utama yang menyatakan :

“Ya saya suka becanda sama temen yang lain mba”(Informan Utama
3)

5. Melempar alat-alat kerja

Berdasarkan hasil observasi, peneliti menemukan banyaknya pekerja

yang memberikan alat-alat kerja seperti palu dan sendok semen ke pekerja lain

dengan cara dilempar. Hal ini tentunya sangat berbahaya karena dapat

mengenai tubuh rekan kerjanya.

Selain berdasarkan observasi, hal ini juga didukung dengan hasil

wawancara dengan informan utama , berikut kutipannya:

“Saya juga sering memberikan peralatan ke teman dengan cara

melemparnya, biar cepat. Terkadang sih karena lelah dan malas jalan jadinya

saya lempar.”(Informan Utama 4)

48
6. Melakukan pekerjaan dengan cepat dan terburu-buru

Berdasarkan hasil observasi juga ditemukan pekerja yang melakukan

pekerjaanya dengan terburu-buru. Mengingat bahwa lokasi penelitian ini

merupakan lokasi pembangunan sebuah apartemen, sehingga alat-alat yang

digunakan pun cukup berbahaya jika tidak digunakan dengan hati-hati. Peneliti

menemukan seorang pekerja yang mengaduk semen terburu-buru, hal ini

sangat bahaya jika pacul yang digunakan pekerja mengenai kakinya, dimana

pekerja tersebut mengaduk semen tanpa menggunakan safety shoes.

Selain berdasarkan observasi, hal ini juga didukung dengan hasil

wawancara dengan informan utama , berikut kutipannya:

“Hehe saya kalau hari sabtu maunya buru-buru aja pulangnya mba
makanya kerjanya cepet-cepet, kan mau malmingan anak muda mba
hehe”(Informan Utama 1)

Berdasarkan hasil observasi dan pernyataan dari informan utama,

diketahui bahwa perilaku tidak aman yang sering dilakukan oleh pekerja

bagian finishing adalah tidak memakai APD, tidak menempatkan peralatan

pada tempatnya, bekerja sambil merokok, berkelakar dengan teman, melempar

alat-alat kerja serta melakukan pekerjaan dengan cepat dan terburu-buru. Hal

ini juga didukung dengan pernyataan pihak safety terkait perilaku tidak aman,

seperti berikut:

“Wah itu lumayan banyak mba hehe, dulu yang paling sering tuh
ketika bekerja diketinggian sih gapake body harnest, gapake helm gitu, tapi
kan kalau sekarang palingan ga pake helm, sama sepatu mba, soalnya udah
masuk tahap finishing. Terus pekerja itu juga suka narok peralatan
sembarangan mba, seperti paku banyak berserakan, ngerokok juga, macem
macem lah”(Informan Pendukung)
Informasi mengenai perilaku tidak aman pekerja di lingkungan proyek

juga didukung oleh pernyataan informan kunci yang menyatakan:

49
“Yaa, banyak ya. Yang paling sering sih ga jauh jauh dari masalah
APD , kamu tau sendirikan kalau para pekerja di proyek itukan punya
rentang pendidikan yang beragam yaa,itu mempengaruhi banget bagaimana
mereka, ehm melihat perilaku aman dan tidak aman, kebiasaan pekerja-
pekerja itu suka melempar alat kerja, terus juga ketaatan mereka memakai
APD, mengikuti prosedur yang ada itu sangat kurang, sangat banyak banget
terjadi di hhmmm proyek proyek gitu”

5.3 Gambaran Motivasi sebagai Faktor Pendorong Perilaku Tidak Aman

pada Pekerja

Faktor pendorong atau predisposisi perilaku tidak aman pada pekerja yang

dimaksud dalam penelitian ini yaitu terkait dengan motivasi pekerja berperilaku

tidak aman. Motivasi adalah gambaran mengenai dorongan yang membuat pekerja

berperilaku tidak aman saat bekerja.

Hasil penelitian mengenai gambaran motivasi perilaku tidak aman pada

pekerja bagian finishing PT. CBM Perkasa pada proyek pembangunan apartemen

Tower Intan berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan informan utama

diketahui bahwa lebih banyak pekerja yang tidak mempunyai motivasi untuk

keselamatan diri sendiri pada saat bekerja. Berikut urainya:

1. Tidak menggunakan APD

Berdasarkan wawancara mendalam dengan informan utama

disimpulkan bahwa motivasi pekerja dalam menggunakan APD masih rendah,

berikut kutipan wawancara dengan pekerja:

“Saya biar enak aja kerjanya mba, kalau make APD itu ribet dan
membuat kepala pusing kalau menggunakan APD” (Informan Utama 2)

“Keinginan saya aja sih mba, biar lebih enak aja kerjanya, kalau
menggunakan APD itu ga enak aja di kepala rasanya seperti pakai helm”
(Informan Utama 4)
2. Tidak menempatkan peralatan pada tempatnya

50
Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan informan utama

disimpulkan bahwa masih rendahnya motivasi pekerja terhadap keselamatan

diri, hal ini terlihat dimana masih banyak nya pekerja menempatkan peralatan

tidak pada tempatnya. Berikut kutipan wawancara mendalam dengan informan

utama:

“Ya biar enak aja sih mba, kalau perlu alat kerjanya gampang
nyarinya”(Informan Utama 1)

3. Bekerja sambil merokok

Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan informan utama

disimpulkan bahwa masih rendahnya motivasi pekerja terhadap keselamatan

diri, hal ini terlihat dari masih banyak nya pekerja yang merokok sambil

bekerja, padahal tindakan ini dapat membahayakan pekerja itu sendiri. Berikut

kutipan wawancara mendalam dengan informan utama:

“Kalau tidak merokok, pekerjaan akan lama selesainya mba.”


(Informan Utama 3)

“Kalau merokok sih karena sudah terbiasa. Karena sehari-hari


merokok gitu” (Informan Utama 4)
“Kalo merokok itu mah biar enak aja gitu kerjanya
kan.”(Informan Utama 5)
4. Berkelakar dengan teman

Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan informan utama

disimpulkan bahwa masih rendahnya motivasi pekerja terhadap keselamatan

diri, hal ini terlihat dari kurangnya kesadaran pekerja bahwa berkelakar dengan

teman saat bekerja dapat membahyakan diri pekerja itu sendiri. Berikut kutipan

wawancara mendalam dengan informan utama:

“Ya gimana mba kerjaan ditempat beginian serius-serius amat


seperti orang kantoran ya ga mungkin mba hehe, kerjaan udah bikin

51
capek badan mesti relax lah mba dengan becanda sm temen temen hehe”
(Informan Utama 3)

5. Melempar alat-alat kerja

Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan informan utama

disimpulkan bahwa masih rendahnya motivasi pekerja untuk berperilaku aman

, hal ini terlihat dari kurangnya kesadaran pekerja bahwa melempar alat-alat

kerja bisa membahayakan rekan kerja. Berikut kutipan wawancara mendalam

dengan informan utama:

“Kalau melempar alat kerjanya supaya cepet aja sih


mba”(Informan Utama 2)

6. Melakukan pekerjaan dengan cepat dan terburu-buru

Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan informan utama

disimpulkan bahwa masih rendahnya motivasi pekerja untuk berperilaku aman

, hal ini terlihat dari kurangnya kesadaran pekerja bahwa melakukan pekerjaan

dengan cepat dan terburu-buru bisa membahayakan diri sendiri. Berikut

kutipan wawancara mendalam dengan informan utama:

“Saya kerjanya emang cepet mba, apalagi kalau hari sabtu saya
kepengen cepat baliknya jadi kerjanya dicepatin biar cepet selesainya
jadi cepet baliknya “ (Informan Utama 1)

Jadi, berdasarkan wawancara mendalam dengan informan utama

diketahui gambaran motivasi pekerja untuk berperilaku aman masih rendah.

Secara singkat dapat disimpulkan bahwa motivasi pekerja tidak memakai APD

diantaranya adalah perasaan tidak praktis, tidak biasa menggunakan APD,

perasaan pusing saat menggunakan APD, perasaan tidak nyaman. Sedangkan

motivasi pekerja yang selalu merokok saat bekerja dikarenakan adanya

52
kecanduan sehingga memiliki anggapan keliru, yakni pekerjaan akan lebih

lama selesai tanpa merokok. Ketika para pekerja berkelakar/becanda sambil

bekerja, hal tersebut dimotivasi oleh persepsi yang menyatakan bahwa

pekerjaan akan lebih mudah dilakukan apabila dilakukan bersamaan dengan

bercanda. Sedangkan motivasi para pekerja dalam memberikan alat kerja ke

pekerja lain dengan melempar adalah agar peralatan tersebut lebih cepat

diterima oleh pekerja lain. Kemudian perilaku terakhir yakni, meletakkan

peralatan kerja tidak pada tempatnya, dimotivasi oleh alasan agar para pekerja

lebih mudah dalam menemukan alat-alat tersebut ketika dibutuhkan.

Informan mengenai motivasi pekerja tersebut juga didukung dengan

hasil wawancara mendalam dengan informan pendukung yaitu pihak safety,

berikut kutipannya:

“Sejauh ini ya yang saya tau biasanya pekerja yang ada APD ga
make APD karena kurang paham manfaat APD itu, mereka beranggapan
dengan memakai APD sambil bekerja itu ribetlah inilah”(Informan
Pendukung)

Hal serupa juga dinyatakan oleh informan kunci saat dilakukan

wawancara mendalam, berikut kutipannya:

“Banyak sih, salah satunya yaa karena k3 ini masih awam bagi
mereka, mereka masih belum paham konsep dasar dari k3 itu sendiri dan
awarnese nya juga ehmm masih kurang meskipun mereka sudah tahu, jadi
ada beberapa di proyek yang sudah saya tangani eehhmm mereka sudah
tau tentang K3, tapi awarnese kepekaan mereka terhadap melakukan
yang kita rancang itu kurang. Mereka beranggapan APD itu membuat
ribet saja”(Informan Kunci)

Dari pernyataan diatas dapat diketahui bahwa perilaku tidak aman

yang dilakukan oleh pekerja proyek konstruksi karena para pekerja tidak

paham akan pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja.

53
5.4 Gambaran Ketersediaan APD sebagai Faktor Pemungkin Perilaku Tidak

Aman pada Pekerja

Faktor pemungkin perilaku tidak aman pada pekerjaan yang dimaksud

dalam penelitian ini adalah terkait ketersediaan APD. Ketersediaan APD yang

dimaksud dalam penelitian ini adalah gambaran mengenai ketersediaan, kesesuain

jumlah APD dengan jumlah pekerja, kelayakan APD, kesesuaian jenis APD

dengan bahaya yang yang ada, penyimpanan APD. Hasil penelitian diperoleh

informasi bahwa pihak PT. CBM Perkasa telah menyediakan APD untuk pekerja.

APD yang disediakan berupa safety shoes, helm dan harnest. APD yang

disediakan untuk pekerja dalam kondisi layak pakai. Untuk ksesuasian APD yang

disediakan dengan jumlah pekerja masih sangat kurang, begitu juga dengan kese

suain APD dengan bahaya yang ada belum sesua serta tidak terdapat tempat

penyimpanan khusus APD ditempat kerja. Berikut uraiannya:

1. Gambaran Ketersediaan APD

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada pekerja bagian

finishing PT. CBM Perkasa pada proyek Apartemen Tower Intan Tahun,

diperoleh gambaran mengenai ketersediaan APD, Berikut contoh APD yang

disediakan untuk pekerja.

(a) (b) (c)

54
Gambar 5. 6 (a), (b), (c)Alat Pelindung Diri
Berdasarkan observasi diketahui bahwa APD yang disediakan pihak

PT. CBM Perkasa adalah helm, sepatu, dan harnest. Selain berdasarkan

observasi di atas hal ini juga diperkuat dengan informasi yan diperoleh dari

informan utama, berikut kutipannya:

“Disediain kalau helm sama sepatu” (Informan Utama 2)

“Ya semua disediain sama kantor kita semua mba, dikasih helm sama
sepatu gitu..” (Informan Utama 4)

Selain berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan informan

utama, informasi ini juga didukung dengan pernyataan pihak safety terkait

ketersediaan APD, berikut kutipannya:

“Dulu nya sih kita sediain ya mba, walaupun seadanya, awalnya kita
pinjamkan mba nanti kesananya kalau ada apa apa harus ganti, misalnya ada
kehilangan kerusakan mereka harus ganti, seperti semula. Jangan sampe kita
pinjamkan tapi mereka tidak ada tanggung jawab, tapi kenyataan dilapangan
ada ada aja mba”(Informan Pendukung)

Berdasarkan penjelasan di atas diketahui bahwa pihak perusahaan PT.

CBM telah menyediakan APD untuk pekerja meskipun terbatas.

Hal ini juga sesuai dengan hasil wawancara mendalam dengan

informan kunci yang menyatakan :

“Ketersediaan APDnya juga perlu diperhatikan, karena kan sudah


sudah ada ketentuan di UU No 1 Th 1970 bahwa perusahaan harus
menyediakan APD secara cuma cuma, namun ya masih banyak juga
perusahaan tidak menerapkanya. Seperti ada yang ga terlalu konsen tentang
budgeting APD, perusahaan asing biasanya mengharuskan untuk detail
tentang budgeting, sedangkan perusahaan lokal atau dalam negeri kurang
memperhatikan budgeting tentang APD”

Berdasarkan kutipan diatas diketahui bahwa alat pelindung diri harus

disediakan pihak perusahaan secara cuma cuma untuk semua pekerja.

2. Kesesuain jumlah APD dengan jumlah pekerja

55
Kesesuaian jumlah APD yang disediakan oleh PT. CBM Perkasa untuk

pekerja dinilai masih sangat kurang dan tidak mencukupi untuk seluruh

pekerja sehingga masih banyak pekerja yang tidak meiliki APD seperti helm

dan sepatu. Pernyataan tersebut didasari dari hasil observasi dan wawancara

mendalam dengan informan utama, berikut kutipannya:

“Ya harus ditambahin lagi mba, karena teman saya ga dapet sama
sekali” (Informan Utama 2)
“Stoknya harus ditambah lagi penyediaannya karena masih ada yang
tidak mendapat APD dan pekerja tidak mampu membeli sendiri” (Informan
Utama 4)
“Nah itu yang masih kurang kan kayak tadi saya cerita..kuranglah
pokonya..harusnya ditambahlah biar semuanya kebagian biar ga diomelin
kalo gamake kan” (Informan Utama 5)
Selain informasi dari informan utama, hal ini juga didukung dengan

hasil wawancara dengan informan pendukung yang menyatakan:

“Apalagi dari segi jumlahnya arus ditambah lagi, tapi kayak nya ga
mungkin mba, disini safety itu bukan merupakan suatu hal yang penting mba,
kalau kita keras dilapangan tapi dari manajemnya kurang support itu ga
bakal jalan juga, udah lah saya sendiri disini mba, sepertinya saya orang
safety tersibuk deh mba hehe, merangkap pekerjaan safety officer sekalian
safety man”(Informan Pendukung)

Berdasarkan wawancara mendalam dengan informan pendukung

diketahui bahwa untuk kesesuaian ketersediaan APD dengan jumlah pekerja

masih sangat kurang, karena proyek ini tidak mendapatkan sokongan yang

kuat dari manajemen atas untuk safety. Dari awal proyek ini berjalanpun untuk

ketersediaan APD nya memang tidak mencukupi dengan jumlah pekerja.

Kondisi ini juga semakin diperburuk oleh pekerja itu sendiri, dimana pekerja

tersebut menyalah gunakan APD yang dipinjamkan dengan merusak APD

tersebut, hal ini tentunya semakin memperkurang jumlah APD yang ada.

Sehingga jika ada pekerja yang baru, mereka tidak mendapatkan APD karena

56
dari pihak safety pun tidak melakukan pengadaan ulang terkait APD, berikut

kutipannya:

“Kadang kadang mereka itu disalah gunakan, yaa sepatu ada yg kita
kasih dengan utuh dibelah sama dia haha, dibolongin depanya udah seperti
sandal, jadi macem macem pekerja itu. Kalau untuk sekarang ini memang
sudah tidak ada lagi keterseiaan APD ini, penyediaan APD nya pun sudah
tidak bisa dilakukan, hal ini memang memang menjadi masalah bagi kita
semua, karena memang kita tidak mendapatkan support dari atasan langung
terkait K3, apalagi penyediaan APD.”(Informan Pendukung)

Berdasarkan wawancara mendalam dengan informan kunci diperoleh

informasi bahwa penyediaan APD itu harus disesuaikan dengan pekerja ,

berikut kutipannya:

“Ketersediaannya ya tergantung komitmen dari perusahaanya


terhadap k3, yaa seharusnya sih sesuai yang dengan aturan yang berlaku,
ketersediaanya harus sesuai dengan pekerja, harus ada manajemen APD
nyalah. Kalau untuk proyek konstruksi seperti yang saya sebutin tadi, sepatu
dan helm itu udah merupakan atribut umum banget deh untuk proyek, kalau
udah ga ada helm sama sepatu itu mah udah kebangetan sih menurut saya,
hehe”
Dari keterangan diatas diketahui bahwa penyediaan alat pelindung diri

sangat tergantung dari komitmen perusahaan terhqdap keselamatan dan kesehatan

kerja, namun seharusnya penyediaan APD disesuaikan dengan pekerja.

3. Kelayakan APD

Berdasarkan observasi diketahui bahwa APD yang disediakan pihak

PT. CBM Perkasa dalam kondisi yang layak untuk digunakan. Terlihat dari

keadaan APD tersebut telah memiliki SNI, serta tidak terdapat crack.

57
Gambar 5. 7 Helm dengan logo SNI
Hasil observasi ini didukung oleh pernyataan informan utama yang

diperoleh melalui wawancara mendalam yang peneliti lakukan, berikut

kutipannya:

“Kalau APD disediakan, ya kondisinya layak pakai, kalau ga layak


gamau saya, dibuang sama saya, saya kalau dikasi sepatu kecil dibuang
sama saya” (Informan Utama 2)

“Kondisinya bagus dan layak pakai mba”( Informan Utama 4)


“Bagus sih, karena yang dikasih bukan APD yang rusak
kok”(Informan Utama 5)
Pernyataan informan utama tersebut juga didukung oleh pernyataan

informan pendukung yaitu pihak safety sebagai berikut:

“Kalau untuk kondisi APD yang disediain yaa bagus yaa yang pasti,
kan yg baru juga yang dikasih”(Informan Pendukung)

Berdasarkan penjelasan di atas diketahui bahwa APD yang disediakan

oleh pihak PT. CBM Perkasa dalam kondisi bagus dan layak pakai.

4. Kesesuaian jenis APD dengan bahaya yang yang ada

Berdasarkan observasi ditemukan beberapa bahaya yang ada

dilingkungan kerja proyek pembangunan apartemen Tower Intan, seperti

adanya paparan debu yang dapat membahayakan pekerja jika pekeja tidak

menggunakan APD seperti masker, bahaya tergores pada pekerja pembesian

jika tidak menggunakan sarung tangan, bahaya tertimpa jika tidak

58
menggunakan helm, serta bahaya tertusuk paku atau benda tajam lainya jika

tidak menggunakan safety shoes.

Hasil penelitian untuk kesesuaian jenis APD dengan bahaya yang ada,

diketahui bahwa jenis APD yang disediakan masih jauh dari kata sesuai

dengan bahaya yang ada. Jenis APD yang disediakan tidak disesuaikan

dengan bahaya dan risiko setiap aktifitas pekerjaan yang membutuhkan jenis

APD yang berbeda-beda. Pernyataan tersebut didasari oleh hasil observasi dan

wawancara mendalam dengan informan utama, berikut kutipannya:

“Sangat kurang sih ya, karena kadang kita bekerja juga mengdapi
debu tapi tidak dikasih masker”(Informan Utama 2)

Pernyataan tersebut didukung juga dengan pernyataan yang diberikan

oleh informan pendukung yaitu pihak safety, seperti di bawah ini:

“Masih belom sih mba, karena memang tidak ada support banyak dari
maanajemen terkait APD, sehingga ya semuanya seadanya aja
mba”(Informan Pendukung)

5. Penyimpanan APD

Selain itu untuk penyimpanan, berdasarkan hasil observasi diketahui

bahwa tidak ada tempat penyimpanan khusus untuk APD dari pihak

perusahaan, karena APD yang disediakan menjadi tanggung jawab masing-

masing pekerja dan dibawa pulang ketika pekerjaan selesai. Selain itu

memang tidak ada stok APD untuk disimpan, hal ini didukung dengan

pernyataan informan utama dan informan pendukung yaitu pihak safety,

sebagai berikut:

“Saya tarok aja sihmba dideket dideket sini, karena ya memang ga


ada juga tempat khusus naroknya” (Informan Utama 2)

59
(a) (b)
Gambar 5. 8 (a), (b) APD diletakkan didekat tempat kerja

Berdasarkan gambar diatas dapat terlihat bahwa APD berupa helm

diletakkan diatas kaleng cat, dan safety shoes diletakkan pada lantai di sekitar

tempat kerja.

“Penyimpanan dengan cara membawa pulang jika jam pulang, jadi


disimpan di rumah, Sepatu yaa ditaro rak sepatu mba , helm tarok aja
dimeja palingan. Kalau saat istirahat diletakkan di sudut atau di dekat kita
saja”(Informan Utama 4)
“yaa kalo penyimpanan sih ga ada ya mba, karena kan APD kita
pinjamkan ke mereka ya tanggung jawab mereka. Lagian juga stok udah ga
ada, kalau kita minta kepusat juga ga akan dikasih, jadi semuanya terbatas
mba hehhe”(Informan Pendukung)
Berdasarkan wawancara mendalam dengan informan pendukung

diketahui bahwa komitmen manajemen atas terhadap keselamatan dan

kesehatan kerja di proyek pembangunan Apartemen Tower Intan ini masih

sangat kurang, sehingga penegakan aspek K3 nya juga masih kurang.

5.5 Gambaran Hukuman dan Penghargaan, Pengawasan sebagai Faktor

Penguat Perilaku Tidak Aman pada Pekerja

Faktor penguat yang dimaksud dalam penelitian ini adalah faktor lain

selain diri pekerja itu sendiri yang mendorong pekerja untuk berperilaku tidak

aman dalam bekerja. Faktor tersebut dalam penelitian ini adalah pemberian

hukuman dan penghargaan serta pengawasan.

1. Hukuman dan Penghargaan

60
Humukan/sanksi adalah konsekuensi negatif yang diterima pekerja

terkait perilaku tidak aman yang dilakukanya. Sedangkan penghargaan adalah

konsekuensi positif yang diberikan kepada pekerja yang berperilaku aman

dalam bekerja. Gambaran hukuman pada pekerja bagian finishing PT. CBM

Perkasa pada proyek pembangunan Apartemen Tower Intan sebagai berikut:

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh informasi mengenai hukuman

atau sanksi yang diberikan kepada pekerja yang berperilaku tidak aman yaitu

tidak ada sanksi, palingan berupa teguran saja. Hal ini didukung dengan hasil

wawancara mendalam yang dilakukan dengan informan utama, bisa dilihat di

bawah ini:

“Di sini tidak ada hukuman, saya mau merokok atau melakukan hal
lain juga ga apa apa”(Informan Utama 1)

“Safety tu seharusnya ada, pasti ada disini ada k3 nya, tapi ya kita
bandel aja, ditegur paling tapi ya kita agghhh didalam rumah juga, kecuali
saya di bawah diluar saya pake”( Informan Utama 2)

“Gaada kalo hukuman gitu, paling ya ngingetin aja gitu, gimana mau
ngehukum ya mba, emang dari sananya aja udah ga nyediain”(Informan
Utama 3)

“Tidak ada ya sanksi seperti itu mah tidak ada. Cuma ditegur saja
oleh orang safety gitu kalau tidak pakai APD dan diperintahkan untuk
menggunakan APD lalu melanjutkan pekerjaan” (Informan Utama 4)

“Kalau tidak memakai APD ditegur saja kadang juga dimarahi,


diingatkan hati-hati.” (Informan Utama 5)

Pernyataan pekerja yaitu sebagain informan utama juga didukung

dengan pernyataan pihak safety, sebagai berikut:

“Hukumanya sih dulu ada mba, misalnya pekerja nya tidak makai
APD atau pelanggaran lainya yang intinya berperilaku membahayakan lah,
jadi kita memberikan hukuman dia tidak bisa bekerja selama beberapa hari,
tapi kalau kesini sini udah engga sih mba,” (Informan Pendukung)

61
Namun, hal ini bertentangan dengan informasi yang didapatkan

dari informan kunci yang mengatakan bahwa hukuman atau sanksi yang

diberikan kepada pekerja yang melanggar aturan secara bertahap dimulai

dari peringatan ringan hingga berat, tergantung dari jenis pelanggranya

yang dilakukan, berikut kutipannya:

“Kalau ditempat saya itu, punishmentnya ada tingkat peringatan,


misalnya dibolongin id nya satu kali itu tandanya ringan, sampe 3 kali itu
tandanya pelanggaran berat, lalu disebar fotonya sehingga bisa jadi
contoh untuk pekerja lain sehingga tidak melakukan hal tersebut. ehmm
juga itu tergantung dengan tingkat pelanggaranya bisa satu kali
melanggar, tapi sangat berbahaya bisa langsung 3 bolonganya. Kalau
misalnya seperti merokok itu satu bolong, atau misal las tanpa pengaman
tidak ada kompensasi bisa langsung 3 bolongan, operator tanpa
kompetensi harus juga diperhatikan”(Informan Kunci)

Sedangkan untuk pemberian penghargaan untuk pekerja yang

berperilaku aman, diketahui bahwa belum adanya penghargaan tersebut

diberikan, sebagaimana yang diungkapkan oleh pekerja di bawah ini:

“Kalau penghargaan sih tidak ada mba, paling hanya disanjung,


seperti dibandingkan dengan pekerja lain lebih bagus” (Informa Utama 1)

“Kalau diproyek ini ga ada” (Informan Utama 2)

“Kalo hadiah...belum yaa.. belum pernah dapet, ya gimana saya


mau dapet mba, saya ibaratkan nya ngelanggar terus, ga ada APD saya
mah” (Informan Utama 3)

“Belum ada yang mendapatkan hadiah. Tidak diberikan apapun.


Tidak adalah kalau untuk hadiah seperti itu sepengetahuan saya”
(Informan Utama 4)

“Gatau tuh mba saya ada hadiah-hadiah gitu..gapernah dikasih


sih kalo saya mah..gatau ya..”(Informan Utama 5)

Penjelasan di atas juga didukung dengan pernyataan dari pihak

safety yang menyatakan bahwa pihak perusahaan belum memberikan

62
penghargaan khusus kepada pekerja yang berperilaku aman, berikut

kutipannya:

“Apa yaa, yaa, yaa paling kita kasih bubur kacang susu paling itu

aja hehe, buat penyemangat mereka untuk terus berperilaku aman. Kalau

penghargaan khusus gitu belum ada yaa di kita disini, bingung juga

ngasihnya gitu kalopun ada, keterbatasan dana juga mbaa, kan gada dana

khusus buat acara acara safety kan, jadi kita minim-minimin lah

pengeluaran” (Informan Pendukung)

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari informan utama dan

informan pendukung diketahui bahwa tidak ada penghargaan yang

diberikan kepada pekerja yang berperilaku aman. Hal ini bertentangan

dengan informasi yang diperoleh dari wawancara mendalam dengan

informan kunci, berikut kutipannya:

“Kalau tentang penghargaan untuk best worker sih biasanya


berupa hadiah atau penghargaan supaya best worker nya merasa dinilai
dan dihargain kerjanya selain itu untuk memicu teman kerjanya juga
supaya termotivasi untuk berperilaku aman. Kalau ditempat saya setiap
bulan ada safety campign memberitahukan tentang kegiatan-kegiatan
keselamatan. Setiap bulan campign yang dilakukan selama 15 menit, ada
best worker, hal tersebut bisa jadi motivasi juga, yang menang dapat
hadiah reward seperti minuman ataupun voucher karena kita tidak bisa
ngasih uang langsung”(Informan Kunci)

Berdasarkan hasil telaah dokumen prosedur keselamatan dan

kesehatan kerja PT. CBM Perkasa diketahui belum terdapat aturan khusus

yang mengatur tentang hukuman untuk pekerja yang berperilaku tidak

aman dan penghargaan untuk pekerja yang berperilaku aman. Pernyataan

ini juga didukung dengan pernyatan pihak safety, sebagai berikut:

63
“Engga ada sih mba, palingan awalnya teguran aja sih mba,
kalau dia memang sulit untuk dikasih tahu baru saya tindak lanjutin dg
stop dia kerja dulu, inipun inisiatif saya aja mba”

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan diketahui bahwa

hukuman/sanksi yang diberikan kepada pekerja yang berperilaku tidak

aman yaitu berupa teguran saja. Sedangkan untuk pemberian reward atau

penghargaan diketahui bahwa pihak PT. CBM Perkasa belum pernah

memberikan reward atau penghargaan untuk pekerja yang berperilaku

aman.

2. Pengawasan

Pengawasan yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu kegiatan

pemantauan atau pengawasan yang dilakukan pihak safety perusahaan

terkait perilaku pekerja.

Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan pada pekerja

bagian finishing diketahui bahwa terdapat pengawasan terhadap pekerja

tersebut berupa safety patrol dengan berkeliling di area proyek yang

dilakukan oleh pihak safety. Pengawasan yang dilakukan pihak safety ini

dilakukan setiap hari pada waktu pagi hari, siang hari, dan sore hari.

Pengawasan yang dilakukan ini terkait dengan perilaku pekerja, serta

pengecekan lingkungan kerja yang membahayakan. Jika ditemukan

pelanggaran atau perilaku tidak aman makan akan dilakukan peneguran.

Hasil observasi ini juga diperkuat dengan yang dikatakan oleh informan

utama saat peneliti melakukan wawancara mendalam. Berikut kutipannya:

“Ya ada sih mba yang ngawasin terus, tadi baru aja pengawasnya
turun” (Informan Utama 2)

64
“Ga nentu sih mba kelilingnya, ya ga pasti gitu waktunya kapan
aja tapi adaa.. sering dia.. siang, sore, pagi juga sering keliling sih..tapi
ga disini terus gitu.. jalan keliling muter liat yang lain juga”(Informan
Utama 3)
.
“Orang safety biasanya ke lapangan melihat pekerjaan kita, jalan
dan keliling untuk melihat, menegur jika ada yang tidak menggunakan
APD” (Informan Utama 4)

Pernyataan tersebut juga didukung dengan pernyataan dari

informan pendukung sebagai berikut:

“Selama aktifitas mereka masih berjalan. ya paling pagi kita


sempatkan dulu kekantor sebentar , terus kita kelapangan semua harus
kita cek pekerja, tempat tempat yang membahayakan gitu kan, sudah
memadai apa belom pengamanan pengamanan pekerja, semua kita
croccheck lah dari lantai atas sampe bawah dan setelah makan siang
sekitar jam setengah 2 atau jam 2 lah aktifitas dimulai kembali , bisa
dikatakan tiga kali lah sama malam , pas aktifitas lembur, tapi kalau
sekarang sih aktifitas lembur udah mulai berkurang sih palng saya ganti
sore “(Informan Pendukung)

Penjelasan tersebut juga diperkuat dengan pernyataan dari

informan kunci sebagai berikut:

“Ya seperti pengawasan biasanya, minimal harus ada yang


mengawasi selama pekerjaan berlangsung, karena kan bahaya ditempat
kerja konstruksi itu banyak ya terus belum lagi risikonya juga besar”
(Informan Kunci)

Menurut salah satu informan utama, pengawasan yang dilakukan

oleh pihak perusahaan masih kurang, berikut kutipannya:

“Ya bisa dikatakan kurang mba, kalau meeting banyak orang


kantor tetapi ketika kerja di atas tidak pernah ada orang kantor naik untuk
ngawas”(Informan Utama 1)

Hal ini juga didukung dengan hasil wawancara yang peneliti

peroleh dari informan pendukung yang menyatakan bahwa pengawasan

yang dilakukan memang masih belum efektif dan bahkan bisa dikatakan

masih kurang. Hal ini dikarenakan kurangnya jumlah sumber daya

65
manusia untuk melakukan pengawasan dibandingkan dengan jumlah

pekerja. Selain itu bentuk pengawasan ini hanya berupa safety patrol pada

jam-jam tertentu saja, tidak bisa memantau sepanjang hari selama

pekerjaan berlangsung. Berikut kutipannya:

“Kalo untuk efektif belom.. karna yaa banyaknya orang-orang di


lapangan, kurang jumlah gitu yang ngawasin, mereka kan banyak saya
sendiri mba .. jadi ya itu masih kurang walaupun gajadi hambatan juga
sih.. jadi ya kalo dibilang efektif sih yaa masih jauh mba..”(Informan
pendukung)

Selain itu pengawasan ini belum menimbulkan efek jera terhadap

pekerja, hal ini terlihat dari pernyataan informan utama yang merasa biasa

saja tidak merasa takut sama sekali ketika pengawasan dilakukan, berikut

kutipannya:

“Perasaannya biasa-biasa saja mba. Lagipula mereka hanya


melihat saja jalan, tidak melakukan apapun terhadap kita, paling hanya
ditegur kalau tidak sesuai dengan mereka. Selebihnya terkadang bercanda
dengan kita”(Informan Utama 4)

Berdasarkan wawancara mendalam dengan informan kunci

didapatkan informasi mengenai pengawasan yang efektif untuk pekerja

proyek dengan mendelegasikan beberapa orang untuk melkaukan

pengawasan, berikut kutipanya:

“Konstruksi kan banyak ya, bisa dilegasikan kepada mandor atau


leader, harus ada incahrt yang selalu keliling mmperhatikan pekerja.
Supaya pekerja ini bisa terpantau terus , selain tujuanya untuk memantau
pekerja pengawan yang efektif harus bis ajuga mencipkan tempat kerja
yang aman, jadi para pengawas nya juga harus telaten menilai apakah
tempat kerja atau area kerjanya bagus dalam artian rapi tidak banyak
material berserakan tidak pada tempatnya, hmmm terus pengawasnya
juga harus tegas menindak lanjutin jika ada pekerja yang bekerja tidak
sesuai aturan”(Informan Kunci)

66
Berdasarkan penjelasan di atas diketahui bahwa terdapat

pengawasan terhadap pekerja. Pengawasan tersebut berupa safety patrol

yang dilakukan setiap harinya oleh pihak safety. Akan tetapi pengawasan

yang dilakukan belum efektif karena tidak dapat memberikan efek jera

kepada pekerja yang berperilaku tidak aman, selain itu mengingat jumlah

pekerja yang tidak dapat diwakili oleh satu pengawas.

67
5.6 Pemetaan Perilaku Tidak Aman

Pada sub bab ini akan di rangkum mengenai perilaku tidak aman pada pekerja bagian finishing pada proyek pembangunan

apartement Tower Intan yang dilihat dari tiga aspek, yaitu motivasi, ketersediaan APD, hukuman dan penghargaan, pengawasan yang telah

diuraikan ada sub bab sebelumnya.

Rangkuman mengenai perilaku tidak aman dapat dilihat pada table berikut:

Tabel 5. 1 Rangkuman Perilaku Tidak Aman

Variable
Hukuman dan
No Perilaku Tidak Aman Motivasi Ketersediaan APD Pengawasan
Penghargaan
1 Tidak memakai APD Pekerja tidak APD disediakan, Tidak ada sanksi yang Pengawasan terhadap
memakai APD namun dalam jumlah diberikan kepada pekerja pemakaian APD
karena tidak terbatas yang berperilaku tidak pekerja dilakukan
nyaman saat memakai APD, serta belum setiap hari oleh pihak
meggunakan APD ada penghargaan yang safety dengan cara
dan terbiasa diberikan untuk pekerja safety patrol. Jika
melakukan yang bekerja memakai ditemukan pekerja
pekerjaan tanpa APD yang tidak memakai
menggunakan APD petugas safety
hanya menegur dan

68
Variable
Hukuman dan
No Perilaku Tidak Aman Motivasi Ketersediaan APD Pengawasan
Penghargaan
APD mengingatkan untuk
bekerja lebih hati-hati
tanpa APD.
Pengawasan ini
dilakukan oleh satu
orang.

2 Tidak menempatkan Pekerja tidak - Tidak ada sanksi yang Pengawasan terhadap
peralatan pada menempatkan diberikan kepada pekerja tindakan tidak
tempatnya peralatan pada yang tidak menempatkan menempatkan peralatan
tempatnya demi peralatan pada tempatnya, pada tempatnya tidak
mempermudah serta belum ada dilakukan secara
saat bekerja jika penghargaan yang khusus, namun
peralatan tersebut diberikan untuk pekerja dilakukan saat safety
dibutuhkan yang menempatkan patrol, jika ditemukan
peralatan pada tempatnya petugas safetynya
langsung menegur dan
menyuruh untuk
memindahkan
peralaatan tersebut.
Pengawasan ini
dilakukan setiap hari
oleh pihak safety dan
dilakukan oleh satu

69
Variable
Hukuman dan
No Perilaku Tidak Aman Motivasi Ketersediaan APD Pengawasan
Penghargaan
orang.

3 Bekerja sambil merokok Pekerja terbiasa - Tidak ada sanksi yang Pengawasan terhadap
melakukan diberikan kepada pekerja tindakan bekerja sambil
pekerjaan sambil yang berperilaku tidak merokok dilakukan
merokok memakai APD, serta belum setiap hari oleh pihak
ada penghargaan yang safety dengan cara
diberikan untuk pekerja safety patrol. Jika
yang bekerja memakai ditemukan tindakan
APD pekerja sambil
merokok petugas safety
memberikan teguran
berupa peringatan
untuk tidak membuang
puntung rokok
sembarangan.
Pengawasan ini
dilakukan oleh satu
orang.

4 Berkelakar dengan Pekerja berkelakar - Tidak ada sanksi yang Pengawasan terhadap
teman dengan teman saat diberikan kepada pekerja tindakan berkelakar
bekerja karena berkelakar dengan teman dengan teman saat
ingin saat bekerja, serta belum bekerja dilakukan

70
Variable
Hukuman dan
No Perilaku Tidak Aman Motivasi Ketersediaan APD Pengawasan
Penghargaan
menghilangkan ada penghargaan yang setiap hari oleh pihak
kejenuhan saat diberikan untuk pekerja safety dengan cara
bekerja, dan yang tidak berkelakar safety patrol.
pekerja memiliki dengan teman saat bekerja Pengawasan ini
anggapan yang dilakukan oleh satu
keliru kalau orang.
berkelakar sambil
bekerja tidak
berbahaya
(persepsi pekerja
terhadap bahaya
yang buruk)

5 Melempar alat-alat kerja Pekerja melempar - Tidak ada sanksi yang Pengawasan terhadap
alat-alat kerja diberikan kepada pekerja tindakan melempar
supaya lebih cepat, yang berperilaku melempar alat-alat kerja
perilaku melempar alat-alat kerja saat dilakukan setiap hari
alat-alat kerja memberikan ke rekan oleh pihak safety
dianggap tidak kerja, serta belum ada dengan cara safety
membahayakan penghargaan yang patrol. Pengawasan ini
keselamatan diberikan untuk pekerja dilakukan oleh satu
yang tidak melempar alat- orang.
alat kerja saat memperikan

71
Variable
Hukuman dan
No Perilaku Tidak Aman Motivasi Ketersediaan APD Pengawasan
Penghargaan
ke rekan kerja

6 Melakukan pekerjaan Pekerja bekerja - Tidak ada sanksi yang Pengawasan terhadap
dengan cepat dan dengan cepat dan diberikan kepada pekerja tindakan melakukan
terburu buru terburu buru demi yang melakukan pekerjaan pekerjaan dengan cepat
keinginan cepat dengan cepat dan terburu dan terburu buru
pulang dan target buru, serta belum ada dilakukan setiap hari
pekerjaan cepat penghargaan yang oleh pihak safety
selesai diberikan untuk pekerja dengan cara safety
yang tidak melakukan patrol. Pengawasan ini
pekerjaan dengan cepat dan dilakukan oleh satu
terburu buru orang.

72
BAB VI

PEMBAHASAN

BAB VI PEMBAHASAN
6.1 Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki keterbatasan antara lain:

1. Kondisi lingkungan yang kurang kondusif karena wawancara dengan

informan dilakukan pada saat pekerjaan sedang berlangsung, sehingga

mengurangi konsentrasi pekerja dalam menjawab pertanyaan yang

diberikan

2. Pengamatan yang dilakukan selama 3 hari dalam minggu yang berbeda,

setiap harinya dilakukan selama 8 kali yaitu setiap jam namun hanya

dengan durasi 10 menit, hal ini memungkinkan perilaku tidak aman

lainnya tidak terobservasi dengan baik

3. Kesalahan persepsi peneliti terhadap perilaku tidak melakukan pekerjaan

sesuai prosedur, sehingga tidak ada temuan terkait perilaku tidak aman

tersebut.

4. Saat dilakukan proses pengambilan data proyek PT. CBM Perkasa sudah

pada tahap finishing, hal ini memungkin adanya informasi mengenai

ketersediaan APD yang diamati tidak menghasilkan informasi dengan

akurat dan menyeluruh.

6.2 Perilaku Tidak Aman pada Pekerja

Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan perilaku tidak aman pekerja

adalah tindakan atau perilaku pekerja yang dapat menimbulkan risiko cidera atau

kecelakaan. Dari sebelas indikator perilaku tidak aman yang digunakan pada

penelitian ini, ditemukan enam perilaku tidak aman yang dilakukan oleh pekerja,

73
yaitu tidak memakai APD, tidak menempatkan peralatan pada tempatnya, bekerja

sambil merokok, berkelakar dengan teman, melempar alat-alat kerja, dan

melakukan pekerjaan dengan terburu-buru.

Penjabaran mengenai perilaku tidak aman yang dilakukan oleh pekerja

bagian finishing PT. CBM Perkasa pada proyek apartemen Tower Intan dapat

dilihat di bawah ini:

1. Tidak memakai APD

Salah satu perilaku tidak aman yang dilakukan oleh pekerja bagian

finishing PT. CBM Perkasa pada proyek apartemen Tower Intan adalah tidak

memakai APD, seperti tidak memakai APD safety shoes dan helm yang

merupakan APD standar untuk pekerja konstruksi.

Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Pratiwi (2012)

bahwa tindakan yang paling sering dilakukan adalah tidak menggunakan alat

pelindung diri secara lengkap yakni sebanyak 29,3% atau 12 orang responden.

Selain itu penelitian yang dilakukan Annisha (2011) yang mengatakan bahwa

perilaku tidak aman yang dilakukan oleh pekerja konstruksi masih cukup

tinggi seperti perilaku tidak menggunakan APD dengan lengkap, tidak

menggunakan masker, tidak menggunakan sarung tangan dan tidak

menggunakan sepatu (safety shoes).

Hal tersebut juga sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh

Pratiwi (2009) bahwa tidak menggunakan APD di area proyek merupakan

salah satu tindakan tidak aman yang sering dilakukan oleh pekerja. Banyak

dari pekerja yang tidak menggunakan APD dikarenakan memiliki anggapan

74
bahwa di area tempat kerja mereka bekerja sudah tidak ada lagi bahaya yang

muncul. Biasanya area yang mereka anggap aman itu adalah area dalam

ruangan atau tertutup.

Selain itu hasil analisa penelitian yang dilakukan oleh Uda dan Erik

(2013) menunjukkan bahwa perilaku tidak aman untuk alat pelindung diri

(APD) adalah sebesar 98,4%. Tindakan tidak aman yang paling banyak

dilakukan oleh para pekerja untuk alat pelindung diri (APD) adalah dalam hal

penggunaan helm selama proyek berlangsung,

Kewajiban dan hak tenaga kerja pasal 12 pada butir b dalam Undang-

Undang No 1 Tahun 1970 disebutkan bahwa adanya penggunaan alat-alat

pelindung diri yang diwajibkan, pada butir c disebutkan agar pekerja

memenuhi dan mentaati syarat-syarat keselamatan dan kesehatan kerja yang

diwajibkan. Berdasarkan Permenakertrans No 8 tahun 2010 pasal 6

menyatakan bahwa pekerja/buruh dan orang lain yang memasuki tempat kerja

wajib memakai/menggunakan APD sesuai dengan potensi bahaya dan risiko.

APD yang digunakan harus sesuai standar ketentuan untuk masing-masing

jenis dan kelayakannya, digunakan serta difungsikan dengan baik dan benar

sebagaimana mestinya.

Akan tetapi pada proyek pembangunan apartemen Tower Intan ini

masih ditemukannya pekerja bagian finishing yang tidak menggunakan APD

bahkan tidak menggunakan APD standar yang diwajibkan untuk pekerja

konstruksi seperti safety shoes dan helm. Hal ini dikarenakan masih

kurangnya kepedulian pekerja terhadap keselamatan dan kesehatan dirinya,

selain itu pekerja menganggap pekerjaan yang dilakukannnya adalah

75
pekerjaan ringan dan tidak membahayakan dimana APD justru dianggap

merepotkan.

2. Tidak menempatkan peralatan pada tempatnya

Perilaku tidak aman berikutnya yang dilakukan oleh pekerja bagian

finishing PT. CBM Perkasa yaitu tidak menempatkan peralatan pada

tempatnya. Hal ini dapat dilihat dari banyak nya material yang berserakan di

sepanjang lorong, serta banyak nya tumpukan kabel dan beberapa perkakas

yang dapat mengganggu akses jalan dan membahayakan para pekerja atau

orang lain. Perilaku tidak aman ini sesuai dengan hasil penelitian Meisya

(2008) dalam penelitiannya, bahwa sebanyak 36 % perilaku tidak aman yang

dilakukan oleh pekerja adalah tidak menempatkan peralatan pada tempatnya.

Selain itu juga sejalan dengan hasil penelitian Septiana dan Mulyono (2014)

yang mengatakan bentuk lain dari perilaku tidak aman adalah meletakan

peralatan tidak pada tempatnya yang berpotensi menimbulkan bahaya.

Hal ini juga sesuai dengan penelitian oleh Delfianda (2012) yang

mengatakan perilaku tidak aman yang dilakukan pekerja salah satu nya adalah

tidak menempatkan peralatan sesuai dengan tempatnya. Perilaku tidak sesuai

ini dapat terjadi karena beberapa hal, di antaranya karakteristik individu itu

sendiri, seperti kurangnya kesadaran tentang aspek keselamatan kerja. Selain

itu, hal ini juga bisa disebabkan oleh kesalahan manajemen sehingga kurang

tegasnya pengawasan yang diberikan, atau bahkan tidak adanya pengawasan

terhadap pekerja.

. Perilaku tidak menempatkan peralatan pada tempatnya juga

bertentangan dengan teori 5R terkait housekeeping, yaitu pada poin tidak rapi

76
dan tidak resik yang berakibat kurangnya tingkat keaman ditempat kerja.

Selain itu, dengan tidak meletakkan peralatan tidak pada tempatnya juga

mengurangi keefektifan dalam bekerja dan menurunkan efesiensi dalam

bekerja..

3. Bekerja sambil merokok

Dalam aturan dan tata tertib yang berlaku di PT. CBM Perkasa

terdapat larangan merokok diarea kerja. Namun kenyataan dilapangan

berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa banyak ditemukan pekerja

merokok di area kerja bahkan bekerja sambil merokok yang merupakan salah

satu perilaku tidak aman.

Hal ini sesuai dengan DNV Modern Safety Management (1996)

mendeskripsikan perilaku pekerja yang merokok sambil bekerja termasuk

dalam kategori perilaku yang tidak aman. Hasil penelitian ini sejalan dengan

penelitian Pratiwi (2009) bahwa 41,3% menyatakan mereka terkadang

merokok sambil bekerja dengan alasan untuk mengurangi tingkat kejenuhan

saat bekerja.

Aktifitas merokok saat bekerja merupakan perilaku tidak aman

karena hal tersebut dapat menimbulkan resiko kebakaran mengingat

lingkungan kerja di proyek pembangunan apartemen ini terdapat material

yang mudah terbakar seperti kabel aliran listrik yang masih dalam tahap

instalasi. Menurut Depnakertrans (2008) tentang teori segitiga api yang

menjelaskan bahwa untuk dapat berlangsungnya proses nyala api diperlukan

adanya 3 unsur pokok, yaitu : bahan yang dapat terbakar (fuel), oksigen (O2)

yang cukup dari udara atau bahan bakar oksidator , dan panas yang cukup.

77
Apabila ketiga unsur tersebut bertemu akan terjadi api. Pekerja yang merokok

sambil bekerja beresiko membuang sisa rokoknya sembarangan yang dapat

memicu kebakaran , maka dari itu merokok sambil bekerja salah satu bentuk

perilaku tidak aman.

4. Berkelakar dengan teman

Berkelakar atau bersenda gurau dalam penelitian ini adalah bercanda

dengan sesama rekan kerja pada saat melakukan pekerjaan. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa pada umumnya bentuk senda gurau yang dilakukan oleh

pekerja pada saat bekerja adalah mengobrol atau berkelakar dengan kata-kata

dengan sesama rekan kerja. Informan mengatakan senda gurau atau berkelakar

yang mereka lakukan bertujuan untuk menghilangkan kejenuhan dan

kebosanan akibat pekerjaan mereka dan lingkungan kerja mereka yang dirasa

kurang menyenangkan. Mereka juga mengatakan bercanda yang mereka

lakukan tidak berbahaya. Senda gurau pada saat bekerja dapat mengganggu

konsentrasi mereka pada saat melakukan pekerjaan serius seperti yang

dikemukakan oleh Apri (2012) yang mengatakan bahwa bersenda gurau pada

saat bekerja sangat dilarang karena dapat mengganggu konsentrasi pekerja

sehingga pekerja kurang fokus terhadap pekerjaannya, apalagi jika pekerja

tersebut bekerja dengan peralatan atau tempat kerja yang berbahaya. Hal

tersebut akan membuat pekerja berpotensi untuk melakukan kesalahan dalam

bekerja yang akibatnya dapat menyebabkan kecelakaan kerja. Bersenda gurau

pada saat bekerja merupakan suatu perilaku yang harus dihilangkan karena

dapat mengakibatkan kejadian yang sangat fatal sehingga tidak hanya

78
menyebabkan kerugian material, tetapi juga dapat menyebabkan kerugian non

material.

Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan Delfianda

(2012) bercanda dengan rekan kerja sewaktu melaksanakan pekerjaan, dengan

tujuan untuk menghilangkan kejenuhan dalam bekerja merupakan salah satu

bentuk perilaku tidak aman yang sering dilakukan oleh pekerja. Perilaku

semacam ini membuka ruang bagi ketidakseriusan dalam bekerja yang

memungkinkan terjadinya kelalaian. Penelitian yang dilakukan oleh Pratiwi

(2009) juga menghasilkan informasi bahwa 45,9% pekerja menyatakan

mereka berkelakar atau bersenda gurau saat bekerja, dengan alasan untuk

menghilangkan kejenuhan. Namun, tetap saja perilaku tidak aman ini

membukakan ruang untuk menimbulkan suatu konsekuensi yang buruk yaitu

kecelakaan kerja.

Oleh karena itu, untuk mencegah risiko kecelakaan kerja akibat

bersenda gurau pada saat bekerja, sebaiknya group leader mengingatkan dan

mengawasi pekerja agar tetap fokus pada saat mengelas. Menurut Sarwono

(1991), dengan pengawasan yang dilakukan secara berkala dan intens kondisi

yang berbahaya atau kegiatan yang tidak aman dapat diketahui dengan segera

dan dapat dilakukan usaha untuk memperbaikinya.

5. Melempar alat-alat kerja

Berdasarkan hasil penelitian, peneliti menemukan salah satu perilaku

tidak aman yang dilakukan pekerja adalah melempar alat-alat kerja. Banyak

dari pekerja yang memberikan alat-alat kerja seperti palu dan sendok semen

ke pekerja lain dengan cara di lempar. Pekerja melempar alat kerja ketika

79
memberikan kepada teman dan beralasan karena cepat dan mudah. Padahal

hal ini walaupun dianggap sepele oleh pekerja tetapi memiliki risiko cidera

dan luka.

Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Annisha

pada tahun 2010 bahwa salah satu perilaku tidak aman yang dilakukan oleh

pekerja kontruksi adalah melempar material. Pernyataan ini juga di dukung

oleh penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Salawati (2009) yang

menyatakan bahwa lebih 50% pekerja melakukan melempar alat-alat ketika

memberikannya kepada rekan kerja nya.

Hal ini juga didukung dengan penelitian yang dilakukan Pratiwi (2009)

bahwa terdapat 16,7% pekerja yang melempar alat-alat kerja saat memberikan

ke teman kerjanya. Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Delfianda (2012)

menyatakan bahwa pekerja melempar alat kerja ketika memberikan kepada

teman dan beralasan karena cepat dan mudah.

Namun, tetap saja hal tersebut tidak dapat ditolerir, walaupun dianggap

sepele oleh pekerja tetapi memiliki risiko cidera dan luka mengingat

lingkungan kerja konstruksi merupakan area kerja dengan resiko kecelakaan

kerja yang tinggi. Sekecil apapun tindakan tidak aman yang dapat

menyebabkan terjadinya kerugian yang cukup besar, baik benda maupun

timbulnya korban jiwa.

6. Melakukan pekerjaan dengan cepat dan terburu-buru

Perilaku tidak aman selanjutnya yang dilakukan oleh pekerja PT. CBM

Perkasa adalah melakukan pekerjaan dengan cepat dan terburu-buru. Hal ini

sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Larasati (2011) yang

80
mengatakan bahwa sebagian besar pekerja kontruksi melakukan pekerjaan

cepat dan terburu-buru. Sejalan dengan itu, Pratiwi (2009) dalam

penelitiannya juga mengatakan bahwa sebanyak 56,8% pekerja melakukan

pekerjaannya dengan cepat dan terburu-buru. Hal ini dapat dikarenakan

pemahaman pekerja yang rendah tentang aspek keselamatan, serta beban kerja

yang berat dan kurang nya monitoring atau pengawasan yang kurang

maksimal.

Dari uraian diatas bisa dilihat bahwa terdapat 6 temuan perilaku tidak

aman yang dilakukan pekerja bagian finishing PT. CBM Perkasa pada proyek

pembangunan apartemen Tower Intan. Ada beberapa perilaku tidak aman

lainnya yang tidak ditemukan kemungkinan karena, waktu observasi yang

terbatas yang tidak mampu melihat perilaku tidak aman lainnya dengan baik

dan perseps peneliti yang mendefisinikan tidak melakukan pekerjaan sesuai

prosedur merupakan suatu aktifitas yang dilakukan pekerja yang

membutuhkan sertifikasi khusus, seperti pekerjaan crane yang membutuhkan

CIO. Sehingga, peneliti selanjutnya hendaknya melakukan observasi dengan

waktu yang lebih lama dan memahami betul masing-masing indikator perilaku

tidaka aman.

6.3 Gambaran Motivasi sebagai Faktor Pendorong Perilaku Tidak Aman

pada Pekerja

Berdasarkan ilmu psikologi motivasi berarti upaya untuk mengetahui hal

yang mendasari seseorang berperilaku. Motivasi berasal dari bahasa Latin yang

berarti to move yang secara umum mengacu pada adanya kekuatan dorongan

yang menggerakkan kita untuk berperilaku tertentu (Notoadmodjo, 2010). Yang

81
dimaksud dari motivasi pada penelitian ini adalah dorongan yang membuat

pekerja berperilaku tidak aman.

Hasil penelitian mengenai gambaran motivasi perilaku tidak aman pada

pekerja bagian finishing PT. CBM Perkasa pada proyek pembangunan apartemen

Tower Intan berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan informan utama

diketahui bahwa lebih banyak pekerja yang tidak mempunyai motivasi untuk

keselamatan diri sendiri pada saat bekerja. Hal ini dibuktikan dengan masih

banyaknya temuan terhadap pekerja yang melakukan tindakan tidak aman.

Sejalan juga dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Septiani dan Mulyono

(2014) yang menyatakan bahwa pekerja yang melakukan perilaku tidak aman

akan lebih besar pada pekerja yang motivasinya kurang baik. Selain itu penelitian

yang dilakukan oleh Halimah (2010) juga menyatakan hal yang serupa bahwa

responden yang memiliki motivasi rendah lebih banyak yang berperilaku tidak

aman dari pada responden yang memiliki motivasi tinggi.

Secara singkat disimpulkan bahwa motivasi pekerja bagian finishing

melakukan tindakan tidak aman, tidak memakai APD diantaranya adalah perasaan

tidak praktis, tidak biasa menggunakan APD, perasaan pusing saat menggunakan

APD, perasaan tidak nyaman dan bahkan tidak memiliki APD. Sedangkan

motivasi pekerja yang selalu merokok saat bekerja dikarenakan adanya

kecanduan sehingga memiliki anggapan keliru, yakni pekerjaan akan lebih lama

selesai tanpa merokok. Ketika para pekerja berkelakar/becanda sambil bekerja,

hal tersebut dimotivasi oleh persepsi yang menyatakan bahwa pekerjaan akan

lebih mudah dilakukan apabila dilakukan bersamaan dengan bercanda. Sedangkan

motivasi para pekerja dalam memberikan alat kerja ke pekerja lain dengan

82
melempar adalah agar peralatan tersebut lebih cepat diterima oleh pekerja lain.

Kemudian perilaku terakhir yakni, meletakkan peralatan kerja tidak pada

tempatnya, dimotivasi oleh alasan agar para pekerja lebih mudah dalam

menemukan alat-alat tersebut ketika dibutuhkan.

Menurut Sialagan (2008), faktor-faktor yang mendorong motivasi pekerja

adalah pemenuhan rasa puas pekerja yang dialami pekerja (faktor intrinsik),

misalkan seperti keberhasilan mencapai sesuatu, diperolehnya pengakuan, rasa

tanggung jawab, kemajuan, karier, rasa profersionalis dan intelektual. Dorongan

yang ada dalam diri pekerja untuk berperilaku aman juga harus didukung

perusahaan dengan menciptakan lingkungan yang menfasilitasi terjadinya

perilaku aman ditempat kerja. Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan

bahwa meskipun motivasi pekerja tinggi tetapi dengan tidak terpenuhinya

kepuasan, karir, gaji yang merupakan faktor intrinsik dan tidak adanya reward

yang merupakan salah satu bentuk dukungan dari perusahaan sehingga kurang

mendorong motivasi pekerja dan hal ini dapat membuat motivasi pekerja menjadi

rendah karena kurangnya faktor pendorong tersebut.

Untuk memperkuat motivasi tersebut, diperlukan suatu dorongan seperti

pemberian reward sebagai bentuk penghargaan dan pengembalian positif dari

perilaku yang dilakukan sebagai bentuk dukungan dari perusahaan agar pekerja

termotivasi untuk berperilaku dengan aman dan selamat karena merasa

keberadaannya dihargai. Sebagaimana yang telah dipaparkan oleh Geller (2001),

penghargaan merupakan konsekuensi positif yang diberikan kepada individu atau

kelompok dengan tujuan untuk mengembangkan, mendukung dan memelihara

perilaku yang diharapkan. Penghargaan dapat membentuk perasaan percaya diri,

83
pengendalian diri, optimisme dan rasa memiliki (Halimah, 2010). Selain itu juga,

menurut Mangkunegara (2005), imbalan yang diberikan kepada pekerja sangat

berpengaruh terhadap motivasi. Kurangnya motivasi akan keselamatan juga dapat

dipengaruhi oleh hukuman atau punishment yang berlaku. Pemberian hukuman

tidak dilakukan oleh pihak perusahaan untuk pekerja yang berperilaku tidak aman

. pemberian hukuman yang berlaku yaitu berupa teguran .

Oleh karena itu, untuk menumbuhkan motivasi keselamatan diri para

pekerja, hendaknya pihak PT. CBM Perkasa dapat memberikan beberapa

perlakuan seperti pemberian hukuman bagi pekerja yang berperilaku tidak aman

saat bekerja dan pemberian penghargaan bagi pekerja yang berperilaku aman.

Selain itu bisa juga dilakukan dengan memberikan pelatihan, karena pelatihan

merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kompetensi dan juga motivasi

pekerja dalam melakukan pekerjaan sesuai standar K3. (Chandra, 2005).

Pihak PT. CBM perkasa hendaknya memaksimalkan pengawasan yang

dilakukan dengan melakukan pengawasan selama jam kerja untuk meminimalisir

perilaku tidak aman yang sudah menjadi kebiasaan yang dilakukan oleh pekerja.

Sehingga dengan pengawasan yang dilakukan sepanjang jam kerja , setiap

pelanggaran yang dilakukan akan langsung dapat diketahui dan dapat segera

dilakukan tindakan perbaikan seperti peneguran tegas dan jika pelanggaran

berulang maka dapat diberi hukman yang dapat menimbulkan efek jera.

6.4 Gambaran Ketersediaan APD sebagai Faktor Pemungkin Perilaku Tidak


Aman pada Pekerja

Dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan gambaran faktor

pemungkin yaitu hal-hal yang dapat memungkinkan pekerja untuk berperilaku

tidak aman saat bekerja. Faktor pemungkin yang diteliti dalam penelitian ini

84
yaitu dilihat dari aspek ketersediaan APD, kesesuaian jumlah APD dengan

jumlah pekerja, kelayakan APD, kesesuaian jenis APD dengan bahaya yang

ada, dan penyimpanan APD. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa

pihak PT. CBM sudah menyediakan APD untuk pekerja meskipun masih

dalam jumlah yang terbatas. Alat Pelindung Diri (APD) yang disediakan

dalam keadaan layak pakai.

1. Ketersediaan APD

Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan ketersediaan APD

adalah keberadaan APD untuk pekerja oleh pemberi kerja, penyimpanan,

kelengkapan jenis dan kecukupan jumlah APD yang disediakan dengan

jumlah pekerja, dan kelayakan APD yang disediakan.

Hasil yang didapatkan yaitu APD yang disediakan oleh pihak PT.

CBM Perkasa adalah helm, sepatu, dan harnest. Pekerja disediakan APD

pada saat proyek berjalan, namun ketersediaan itu terbatas sehingga masih

ditemukanya pekerja yang tidak memakai APD dikarenakan tidak

mendapatkan jatah dari kantor.

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Demak (2013),

ketersediaan APD mendukung sikap positif penggunaan APD oleh

pekerja. Ketersediaan yang merata juga meningkatkan sikap positif

penggunaan APD oleh pekerja untuk berperilaku aman. Sedangkan

menurut Hendryanto (2014) mengatakan bahwa perilaku pekerja

cenderung berperilaku tidak aman ketika ketersediaan APD tidak merata.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Putra (2012),

ketersediaan APD yang berkelanjutan didukung oleh adanya komitmen

85
perusahaan yang tertuang dalam prosedur atau SOP untuk dapat dipatuhi

dan dilaksanakan. Namun, hasil yang didapatkan adalah tidak ditemukan

adanya bentuk komitmen perusahaan untuk penyediaan APD. Hal ini

menyebabkan ketersediaan APD bagi PT. CBM Perkasa terbatas.

2. Kesesuaian Jumlah APD dengan Jumlah Pekerja

Kesesuaian jumlah APD dengan jumlah pekerja yang dimaksud

adalah seluruh pekerja yang sedang bekerja dapat menggunakan APD

yang disediakan oleh pemberi kerja saat melakukan pekerjaannya.

Menurut Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 pasal 14 butir c telah

dikatakan bahwa pengurus (pengusaha) diwajibkan mengadakan secara

cuma-cuma semua APD yang diwajibkan pada tenaga kerja di bawah

pimpinannya. Hal ini juga serupa dengan peraturan dalam

PERMENAKERTRANS No. 8/MEN/VII/2010 dalam pasal 2 ayat 1 yang

mengatakan bahwa pengusaha wajib menyediakan APD bagi

pekerja/buruh di tempat kerja.

Kesesuaian jumlah APD dengan jumlah pekerja masih sangat

kurang. Hal ini dikarenakan proyek tidak mendapatkan sokongan yang

kuat dari manajemen atas untuk safety. Sedangkan menurut hasil

penelitian Afryanto (2011) dukungan yang kuat dari manajemen

berpengaruh pada jumlah APD yang ada dengan jumlah pekerja yang

bekerja di perusahaan tersebut.

Oleh karena itu PT. CBM Perkasa dapat memperbaiki komitmen

perusahaan terhadap safety agar jumlah ketersediaan APD dengan jumlah

pekerja dapat sesuai. Hendaknya perusahaan membuat prosedur terlebih

86
dahulu mengenai ketersediaan APD. Prosedur yang mengatur mengenai

jumlah, kelayakan, kesesuaian, jenis, perawatan, dan penyimpanan APD.

3. Kelayakan APD

Kelayakan APD yaitu kondisi APD yang masih baik dan dapat

berfungsi sesuai dengan fungsinya. Menurut Anto (2009) APD yang rusak

atau dalam kondisi tidak layak tidak dapat memberikan perlindungan dari

bahaya yang ada di tempat kerja dengan baik. Hal ini malah dapat

mengakibatkan kerugian bagi pekerja karena memakai APD yang tidak

layak.

Hal yang ditemukan di PT. CBM Perkasa adalah APD yang ada

layak pakai. APD yang ada dalam kondisi bagus dan layak pakai.

Walaupun tidak ada prosedur untuk mengatur atau mengecek kelayakan

APD yang digunakan oleh pekerja.

4. Kesesuaian Jenis APD dengan bahaya yang ada

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa kesesuaian jenis

APD dengan bahaya yang ada dilingkungan proyek pembangunan

apartemen Tower Intan belum disesuaikan. Penelitian yang dilakukan oleh

Minati (2015) juga mengatakan hal yang sama, bahwa belum terdapat

kesesuaian antara jenis APD dengan bahaya yang ada .

Sebaiknya penyediaan jenis APD ini harus disesuaikan dengan

bahaya yang dihadapi oleh pekerja dilingkungan kerjanya. Karena setiap

pekerjaan mengandung bahaya yang berbeda dan APD yang berbeda pula.

Tujuan dari penggunaan APD itu sendiri adalah untuk melindungi diri

pekerja dari bahaya ditempat kerja.

87
5. Penyimpanan APD

Penyimpanan APD untuk pekerja PT. CBM Perkasa tidak

dilakukan. APD yang diberikan akan dibawa pulang oleh pekerja. Hal ini

bertentangan dengan teori tempat penyimpanan APD menurut Dias (2013)

tempat penyimpanan APD seharusnya bebas debu, kotoran, tidak lembab,

dan bebas dari gigitan binatang. Serta seharusnya APD disimpan di tempat

yang rapih dan memudahkan pekerja untuk meraihnya saat akan bekerja.

Hal di atas terjadi dikarenakan tidak adanya SOP atau prosedur

yang mengatur mengenai penyimpanan APD. Menurut Sahab (1997) yang

mengemukakan bahwa sistem yang di dalamnya terdapat manusia (sumber

daya manusia), prosedur merupakan salah satu hal yang penting dalam

mewujudkan penerapan keselamatan di tempat kerja. Sehingga dengan

tidak adanya prosedur dapat memperbesar kemungkinan pekerja untuk

tidak melakukan tindakan yang aman.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa ketersediaan APD

belum bagus, baik dari segi kesesuaian jumlah APD dengan pekerja,

kesesuaian APD dengan bahaya, dan penyimpanan APD. Oleh karena itu

penambahan fasilitas APD baik dari segi jumlah dan jenis sangat penting

dilakukan oleh pihak PT. CBM Perkasa pada proyek pembangunan apartemen

Tower Intan agar APD yang tersedia benar-benar sesuai dengan bahaya yang

dihadapi pekerja Dalam penyimpanan APD juga diperlukan, agar kualitas

APD tersebut tetap terjaga.

88
6.5 Gambaran Hukuman dan Pengahrgaan, Pengawasan sebagai Faktor

Penguat Perilaku Tidak Aman pada Pekerja

Dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan gambaran faktor penguat

yaitu hal-hal yang dapat memberikan dukungan kepada pekerja untuk berperilaku

aman saat bekerja. Faktor penguat yang diteliti dalam penelitian ini yaitu

hukuman dan penghargaan, pengawasan.

1. Hukuman dan Penghargaan

Hukuman merupakan konsekuensi yang diterima individu atau

kelompok sebagai bentuk akibat dari perilaku yang tidak diharapkan (Syaaf,

2008). Hukuman dapat menekan atau melemahkan perilaku. Hukuman tidak

hanya berorientasi untuk menghukum pekerja yang melanggar peraturan

melainkan sebagai kontrol terhadap lingkungan kerja sehingga pekerja

terlindungi dari kecelakaan kerja. Sedangkan penghargaan adalah konsekuensi

positif yang diberikan kepada individu atau kelompok dengan tujuan

mengembangkan, mendukung dan memelihara perilaku yang diharapkan

(Syaaf, 2008).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada pekerja bagian

finishing PT. CBM Perkasa pada pembangunan apartemen Tower Intan

diketahui bahwa tidak terdapat hukuman atau sanki terhadap pekerja yang

berperilaku tidak aman. Tindakan yang dilakukan terhadap pekerja yang

berperilaku tidak aman hanya berupa teguran, namun teguran yang merupakan

89
salah satu bentuk hukuman atau sanksi ini belum efektif untuk mengurangi

tindakan tidak aman yang dilakukan oleh pekerja karena teguran ini hanya

bersifat lisan.

Penyebab dari tidak berjalanya hukuman atau sanksi ini di proyek

pembangunan apartement Tower Intan karena dari pihak manajemen belum

memenuhi kewajibanya dengan baik yaitu menyediakan APD sesuai dengan

kebutuhan pekerja, sehingga hal tersebut membuat manajemen tidak dapat

memberlakukan hukuman dengan baik terhapat perilaku tidak aman yang

dilakukan oleh pekerja.

Sebaiknya PT. CBM Perkasa pada proyek pembangunan apartemen

Tower Intan mememenuhi kewajibannya terlebih dahulu terkhusus untuk

penyediaan APD, karena hal ini harus dipenuhi agar dapat memberlakukan

hukuman terhadap pekerja yang berperilaku tidak aman.

Hukuman menekankan atau dapat melemahkan perilaku (Geller,

2009). Hukuman tidak hanya berorientasi untuk menghukum pekerja yang

melanggar peraturan tetapi juga bisa sebagai kontrol terhadap lingkungan

kerja sehingga dapat mengurangi terjadinya perilaku yang tidak aman

(Roughton, 2002). Pemberian hukuman hendaknya disertakan dengan teguran

secara tulisan atau juga bisa dengan pemberlakuan sistem denda untuk pekerja

yang berperilaku tidak aman. Menurut Budiono, dkk (2003) untuk

90
menerapkan kedisiplinan pekerja hendaknya didorong oleh berbagai pihak,

misalnya dengan memberikan pemeriksaan dan pengawasan serta sangsi bagi

yang tidak mematuhi.

Berdasarkan hasil penelitian di PT. CBM Perkasa pada proyek

pembangunan apartemen Tower Intan diketahui bahwa belum adanya sistem

pemberian reward khusus dari perusahaan terhadap pekerja yang berperilaku

aman.

Menurut Pamungkas (2012) mengatakan jika dijalankan secara tepat

penghargaan dan hukuman akan memotivasi pekerja. Gunakan pemberian

penghargaan sebagai momentum meningkatkan motivasi, gunakan pemberian

sanksi atau hukuman sebagai momentum untuk memperbaiki jangan sampai

pekerja melakukan kesalahan yang sama dimasa depan.

Selain itu menurut Mangkunegara (2005), imbalan yang diberikan

kepada pekerja sangat berpengaruh terhadap motivasi. Oleh karena itu

pimpinan perlu membuat perencanaan pemberian imbalan agar pekerja

terpacu motivasinya untuk berperilaku aman dan patuh akan aturan yang

berlaku.

Berdasarkan uraian diatas diketahui bahwa pemberian reward itu bisa

meningkatkan motivasi pekerja untuk lebih berperilaku aman. Oleh karena itu

91
sebaiknya pihak PT. CBM Perkasa mengadakan program pemberian reward

terhadap pekerja yang berperilaku aman.

2. Pengawasan

Pengawasan yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu kegiatan

pemantauan atau pengawasan yang dilakukan pihak safety perusahaan terkait

perilaku pekerja. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa

pengawasan yang diberikan oleh pihak safety berupa safety patrol dengan

berkeliling diarea proyek dan pengawasan ini dilakukan setiap hari. Namun,

pengawasan yang diberikan kepada pekerja dinilai belum optimal karena

pengawasan ini dilakukan hanya oleh satu pengawas saja, tidak sebanding

dengan jumah pekerja sehingga tidak bisa terawasi setiap pekerjanya dengan

baik. Selain itu pengawasan yang dilakukan belum lah efektif karena bentuk

pengawasanya hanya berupa safety patrol pada jam-jam tertentu saja,

pengawasannya juga tidak menimbulka efek jera bagi pekerja sehingga belum

mengurangi perilaku tidak aman.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Joko (2016) bahwa 66,7%

responden mengatakan pengawasan tidak terlaksana dengan baik. Pengawasan

yang tidak terlaksana dengan baik ini dikarenakan petugas pengawas tidak

selalu berada dilingkungan dimana pekerjaan berlangsung. Penelitan yang

dilakukan oleh Halimah (2010) menyatakan peran pengawas yang kurang

mendukung cendrung menyebabkan pekerja berperilaku tidak aman, peran

pengawas ini merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku aman

dan tidak amannya pekerja.

92
Pengawasan sangat diperlukan untuk dapat memastikan pekerja

bekerja dengan baik, pengawasan yang dilakukan dengan tujuan memastikan

pekerja untuk berperilaku aman saat bekerja. Agar pengawasan berhasil maka

manajer harus melakukan kegiatan-kegaiatan pemeriksaan, pengecekan,

pencocokan, inspeksi, pengendalian dan berbagai tindakan yang sejenis

dengan itu, bahkan bilamana perlu mengatur dan mencegah sebelumnya

terhadap kemungkinan-kemungkinan adanya yang mungkin terjadi (Sarwoto,

1991).

Peran seorang pengawas sangat penting untuk memberitahukan

ataupun memberikan teguran terhdap pekerja yang melakukan tindakan tidak

aman. Kontak secara personal harus dilakukan sesering mungkin untuk

mempengaruhi sikap pekerja, pengetahuan, dan keterampilan (Bird and

Germain, 1990). Pengawasan terhadap aktivitas pekerja diharapkan dapat

menumbuhkan kepatuhan dan kesadaran akan pentingnya keselamatan dan

kesehatan kerja bagi dirinya, pekerja lain, dan lingkungan kerjanya. Namun,

pada proyek pembangunan apartemen Tower Intan ini, belum terdapat

prosedur khusus terkait pengawasan yang harus dilakukan.

Maka dari itu sebaiknya pihak PT. CBM Perkasa melakukan

pengawasan selama jam kerja, tidak hanya pada waktu tertentu dengan cara

safety patrol saja, agar pengawasan yang dilakukan dapat lebih maksimal dan

dapat memberikan rasa diawasi dan diperhatikan bagi pekerja. Menurut

Sarwono (2001), dengan pengawasan yang dilakukan secara berkala dan

intens, kondisi yang berbahaya atau kegiatan yang tidak aman dapat diketahui

dengan segera dan dapat dilakukan usaha untuk memperbaikinya.

93
BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN


7.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian gambaran perilaku tidak aman pekerja

bagian finishing yang dilakukan di PT. CBM Perkasa pada proyek

pembangunan apartemen Tower Intan, disimpulkan bahwa:

1. Gambaran perilaku tidak aman yang dilakukan oleh pekerja bagian

finisihing PT. CBM Perkasa pada proyek pembangunan apartemen Tower

Intan adalah tidak menggunakan APD, tidak menempatkan peralatan pada

tempatnya, bekerja sambil merokok, berkelakar dengan teman, melempar

alat-alat kerja, melakukan pekerjaan dengan cepat dan terburu-buru.

2. Gambaran motivasi sebagai faktor pendorong perilaku tidak aman para

pekerja bagian finishing PT. CBM Perkasa pada proyek pembangunan

apartemen Tower Intan yaitu : sangat rendahnya motivasi untuk

keselamatan diri bagi para pekerja. Motivasi atau dorongan yang membuat

pekerja berperilaku tidak aman adalah karena kebiasaan, demi

kenyamanan bekerja, lebih praktis, demi menghilangkan kejenuhan serta

keinginan cepat pulang dan pekerjaan selesai tepat waktu namun tidak

memperhatikan aspek keselamatan.

3. Gambaran ketersediaan APD sebagai faktor pemungkin perilaku tidak

aman para pekerja bagian finishing PT. CBM Perkasa pada proyek

pembangunan apartemen Tower Intan, pada dasarnya belum bagus, baik

94
dari segi ketersediaan APD dengan jumlah pekerja, kesesuaian APD

dengan bahaya dan tempat penyimpanan APD.

4. Gambaran hukuman dan penghargaan, pengawasan sebagai faktor penguat

perilaku tidak aman para pekerja bagian finishing PT. CBM Perkasa pada

proyek pembangunan apartemen Tower Intan yaitu:

a. Hukuman/sanksi yang diberikan kepada pekerja yang berperilaku tidak

aman yaitu berupa teguran. Sedangkan untuk pemberian reward untuk

pekerja yang berperilaku aman belum ada.

b. Terdapat pengawasan berupa safety patrol yang dilakukan setiap

harinya oleh pihak safety. Akan tetapi pengawasan yang dilakukan

belum efektif..

7.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan penelitian di atas, maka

peneliti memberikan saran sebagai bahan pertimbangan untuk perbaikan

kedepanya:

7.2.1. Bagi Top Manajemen

1. Membuat komitmen terhadap penerapan prinsip keselamatan dan

kesehatan kerja (K3) melalui pembuatan prosedur penyediaan APD,

prosedur kerja di bagian finishing, prosedur pelaksanaan safety patrol,,

prosedur hukuman dan penghargaan serta pengawasan.

2. Pihak manajemen sebaiknya memberikan pelatihan tentang safety

patrol kepada petugas safety dan penambahan jumlah sumber daya

manusia pelaksana safety patrol untuk mengoptimalkan pelaksanaan

safety patrol.

95
3. Pihak manajemen hendaknya memberikan pelatihan kepada pekerja

terkait keselamatan dan kesehatan kerja guna meningkatkan motivasii

pekerja dalam melakukan praktik kerja aman.

4. Pihak manajemen harus menyediakan APD yang sesuai dengan jumlah

pekerja.

5. Memberikan reward untuk pekerja yang berperilaku aman dan sanksii

untuk pekerja yang berperilaku tidak aman berupa sanksi denda atau

sanksi sosial dengan pemajangan foto pekerja yang berperilaku tidak

aman untuk menimbulkan rasa malu bagi pekerja yang berperilaku

tidak aman.

7.2.2. Bagi Pihak Safety

1. Sosialisasi peraturan larangan merokok di tempat kerja melaluii

pelaksanaan safety talk dan toolbox meeting sebelum melakukan

pekerjaan.

2. Pihak safety hendaknya memaksimalkan pengawasan yang dilakukan

dengan melakukan pengawasan selama jam kerja, serta pelaksanaan

pengawasan pihak safety harus dapat mengkoreksi pekerja yang

berperilaku tidak aman saat bekerja.

3. Pihak safety dalam melakukan safety patrol hendaknya harus mampu

memberikan contoh yang baik terkait perilaku aman dalam bekerja.

4. Pihak safety hendaknya melakukan identifikasi risiko agar penyediaan

APD disesuaikan dengan bahaya yang ada.

96
7.2.3. Bagi Pekerja

1. Pekerja hendaknya selalu memakai alat pelindung diri saat bekerja

dan meminta bantuan pihak safety jika memiliki kendala dalam

penggunaan alat pelindung diri.

2. Pekerja hendaknya tidak merokok selama berada di area kerja.

3. Pekerja hendaknya mampu bekerja dengan serius tidak berkelakar

dengan teman kerja.

4. Pekerja hendaknya meletakan peralatan sesuai pada tempatnya.

5. Pekerja hendaknya tidak melempar alat-alat kerja saat memberikan ke

rekan kerja.

6. Pekerja hendaknya tidak melakukan pekerjaan dengan cepat dan

terburu-buru

97
DAFTAR PUSTAKA

Afidah, Nur dan Vivien. 2016. Pengaruh tindakan tidak aman terhadap

kecelakaan kerja pada karyawan bagian produksi dalam masa gilign shift

3 PG X Kediri. Jurnal Wiyata

Afryanto, Rizal. 2011. Analisis Penyebab Kecelakaan Kerja di PT. X Tahun 2011.
Depok: Skripsi Program Sarjana Kesehatan Masyarakat UI
Arifi Soenaryo, M.Taufik H dan Hendra Siswanto, 2009, Perbaikan Kolom Beton
Bertulang menggunakan Concrete Jacketing dengan Prosentase Beban
Runtuh yang Bervariasi. Jurnal Rekayasa Sipil, Volume 3, No.2, 2009.
Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Malang.
Alfiaha, Dzalva Ismi. 2015. Faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan
metode kontrasepsi jangka panjang diwilayah kerja Puskesmas kecematan
Kalideres tahun 2015. Jakarta: Skripsi Program Sarjana Kesehatan
Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah
Annishia, Fristi Bella. 2011. Analisis perilaku tidak aman pekerja konstruksi PT.

PP di proyek pembangunan Tiffany Jaksel tahun 2011. Jakarta: Skripsi

Program Sarjana Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah

Angkasawati. 2001. Peranan Tingkat Pendidikan Terhadap Kinerja Kepala Desa

Di Kecamatan Tanggunggunung Kabupaten Tulungagung. Jakarta: Rineka

Cipta.

Asiyanto, 2008. Manajemen Alat Berat Untuk Konstruksi. Jakarta: PT. Pradnya

Paramita.

Bachri, Bachtiar S. 2010. Meyakinkan Validitas Data Melalui Triangulasi pada

Penelitian Kualitatif. Surabaya: Universitas Negri Surabaya

98
Bird, E, F and Germain, G, L. 1990. Practical Loss Control Leadership. Edisi
Revisi. USA : Division Of International Loss Control Institute
Budiono, Sugeng. 2003. Bunga Rampai Hiperkes dan Kecelakaan Kerja.
Semarang:Universitas Diponegoro.
Bungin, Burhan. 2010. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rajawali Pers.
Bird, E. Frank and Germain, L. George. 1990. Practical Loss Control Leadership.
Georgia: Institute Publishing.
Candra, Budiman. 2008. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Penerbit

Buku Kedokteran EGC.

Demak, Bambang. 2013. Gambaran Perilaku Tidak Aman Pekerja PT. PHE
2013. Semarang: Skripsi Program Sarjana Kesehatan Masyarakat
UNDIP
Demak, Denisa. 2014. Analisis Penyebab Perilaku Aman Bekerja pada Perawat
di RS. Islam Asshobirin Tangerang Selatan Tahun 2013. Skripsi Program
Sarjana Kesehatan Masyarakat. UIN Syarif Hidayatullah. Jakarta
DNV Modern Safety Management, 1996, Loss Control Management Training,
Revised edition, United State of America.
Dessler, Gary. 1978. Personnel Management. Virginia: Reston Publishing
Company.
Delfianda. 2011. Survei faktor tindakan tidak aman pekerja konstruksi PT.

Waskita Karya proyek World Class University di UI Sepok tahun 2011.

Depok: Skripsi Program Sarjana Kesehatan Masyarakat Universitas

Indonesia

Dias, Rinawati. 2013. Pemakaian Alat Pelindung Diri Sebagai Upaya Dalam
Pencegahan Kecelakaan Kerja Di Bagian Granule Di PT. Bina Guna
Kimia Ungaran. Surakarta: Skripsi Program Sarjana Kesehatan
Masyarakat UNS
Ferdy, Ardinold, Yudi Ariyanto. 2008. Macam-macam dan Penyebab Kecelakaan
Struckby pada Proyek Konstruksi di Surabaya. Surabaya: Skripsi Fakultas

99
Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Kristen Petra. Available from
http://digilabpatra.com [Diakses pada 4 juli 2016]
Green, L.W. dan Kreuter, M.W. (2000). Health promotion planning an

educational and environmental approach. (2nd ed.). Mountain View:

Mayfield Publishing Company

Green, L.W., dan Kreuter, M.W. 2005. Health Program Planning, An Educational

and Ecological Aproach, Fourth Edition, Boston: McGraw-Hill Companies

Hafrida. (2014). Pengaruh faktor personal dan manajemen K3 terhadap tindakan

tidak aman (unsafe action) pada pekerja di PT. Inti Benua Perkasatama

Dumai Tahun 2014. Medan : Skripsi Program Sarjana Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatra Utara

Halimah, Siti. 2010. Faktor yang mempengaruhi perilaku tidak aman karyawan di

PT. Sim Plant Tambun II tahun 2010. Jakarta: Skripsi Program Sarjana

Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah

Hasibuan, S.P Malayu. 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia Edisi Revisi.

Jakarta: Bumi Aksara

Hendryanto, Ari. 2014. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tindakan


Tidak Aman (Unsafe Act Pada Pekerja Lapangan PT. Telkom Cabang
Sidikalang Kabupaten Dairi Tahun 2014). Depok: Skripsi Program
Sarjana Kesehatan Masyarakat UI
ILO. (2016). Safety and Health at Work. www.ilo.org/global/topics/safety-and-
health-at-work/lang--en/index.htm 23 Juni 2017

Irwandi. (2007). Faktor-faktor yang berhubungan dengan beban kerja perawat di

unit rawat inap RSJ Dadi Makasar.

Joko, Yabedi. 2016. Faktor yang berhubungan dengan tindakan tidak aman

(unsafe action) pekerja PT. Amanah Insannillahia Batusangkar tahun

100
2016. Padang: Skripsi Program Sarjana Kesehatan Masyarakat Universitas

Andalas

Karyani. 2005. Faktor-faktor yang berpengaruh pada perilaku aman (Safe

Behaviour) di Schlumberger Indonesia. Depok: Tesis FKM Universitas

Indonesia

Maaniaya, Iman. 2005. Faktor-faktor yang berhubungan dengan tindakan tidak

aman (unsafe act/substandard practice) Pekerja diBagian press PT. YIMM

Tahun 2005. Depok : Tesis FKM UI

Moleong Lexy J. 2004, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Menteri Ketenagakerjaan RI. (2016). Sambutan Menteri Ketenagakerjaan

Republik Indonesia pada Upacara Hari Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Nasional dan Pernyataan Dimulainya Bulan Keselamatan dan Kesehatan

Kerja Nasional Tahun 2016 [Online]. Diakses dari:

http://pnk3.com/uploads/artikel/isi/sambutan-menaker-bulan-k3-tahun-

2016-s.pdf

Murthi, Albert Rudolf, Yuri Widya. 2009. Evaluasi Unsafe Act Pekerja pada

Suatu Proyek. Thesis Surabaya: Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan

Universitas Kristen Petra. Available from http://digilabpatra.com [diakses

pada 4 April 2016].

Meisya, Nur. 2008. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Tidak

Selamat pada Pekerja Bagian Produksi PT. X. Depok: Skripsi Program

Sarjana Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia

101
Minati, Selly Tri. 2015. Gambaran Manajemen Alat Pelindung Diri (APD) PT.

Krakatau Engineering Tahun 2015 ( Studi Kasus pada Proyek Blast

Furnace PT. Krakatau Steel (Perser0), Tbk). Jakarta:Laporan Magang

Program Sarjana Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah.

Minati, Selly Tri. 2015. Gambaran perilaku tidak aman pad apekerja PT.

Krakatau Engineering tahun 2015. Jakarta: Skripsi Program Sarjana

Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah

Mulyono dan Dwi Ayu. 2014. Faktor yang mempengaruhi unsafe action pada

pekerjadibagain pengantongan urea. The Indonesian Journal of

Occupational Safety and Health

Mohamad, S. (2004). Bunga Rampai Guru dan Pendidikan. Jakarta: Balai

Pustaka.

Neuman, W.L. 2003. Social Research Method: Qualitative and Quantitative

Approach. Boston: Allyn and Bacon

Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Kesehatan Masyarakat: Ilmu dan Seni. Jakarta:

Rineka Cipta

Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka

Cipta

Pamungkas, Dini Age. 2012. Hubungan reward dan punishment dengan tingkat

motivasi karyawan dalam mematuhi peraturan keselamatan dan kesehatan

kerja (Studi pada karyawan bagian produksi PT. X Semarang). Diakses

pada http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

102
Pratiwi, Ayu Diah. 2011. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi tindakan

tidaka man (Unsafe Act) pada pekerja di PT. X tahun 2011. Depok: Skripsi

Program Sarjana Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia

Petersen, Dan. 1988. Safety Management A Huan Approach, Aloray Inc.

Proffesional and Academic Publisher Goshen , New York

Pratiwi, Shinta Dwi. 2009. Tinjauan faktor perilaku aman pada karyawan PT.

Waskita Karya proyek Gor Boker tahun 2009. Depok: Skripsi Program

Sarjana Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia

Putra, Pratama. 2012. Hubungan Antara Perilaku Pekerja Dengan Kejadian


Kecelakaan Kerja Bagian Produksi PT. Linggarjati Mahardika Mulia di
Pacitan. Semarang: Skripsi Program Sarjana Kesehatan Masyarakat
UNES
Robbins, Stephen P. 2001. Perilaku Organisasi Edisi Bahasa Indonesia :Konsep.
Kontroversi, Aplikasi. Jakarta: PT. Prenhallindo
Sunaryo. 2004. Psikologi untuk Keperawatan. Jakarta: EGC.

Siaoman, Benny, Hendy Sanjaya. 2007. Faktor Penyebab Kecelakaan Jatuh Pada
proyek Konstruksi di Surabaya. Surabaya: Skripsi Fakultas Teknik Sipil
dan Perencanaan Universitas Kristen Petra
Syaaf, Fathul Mashuri. 2008. Analisis Perilaku Beresiko (at-risk behavior) pada
pekerja unit usaha las sector informal di Kota X. Depok: Skripsi Program
Sarjana Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.
Tarrants, William Eugene. 1980. The measurement of safety permorment. New
York: Garlant STMP Press

Uda, Sabrata dan Gunawan. 2013. Evaluasi perilaku tindakan tidak aman

(Unsave ACT) dan kondisi tidak aman (Unsave Condition) pada proyek

konstruksi gedung di Palangka Raya. Konferensi Nasional Teknik Sipil

103
Utari, G. C. (2010). Hubungan Pengetahuan, Sikap, Persepsi, dan Keterampilan

Mengendara Mahasiswa Terhadap Perilaku Keselamatan Berkendara

(Safety Riding di Universitas Gunadarma Bekasi tahun 2009). Jakarta:

Skripsi Program Sarjana Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah

Widayanti, A. 2005. Perbedaan Interaksi Sosial antara Mahasiswa SI yang

Mengikuti Organisasi Kemahasiswaan di Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Negeri Semarang. Semarang: Universitas Negeri Semarang

104
LAMPIRAN

105
Lampiran 1

Lembar Observasi Perilaku Tidak Aman

Nama : Andre

Usia :23 Tahun

Pendidikan Terakhir :SMP

No Perilaku Tidak Aman Pengamatan Minggu Pertama Pengamatan Mnggu Kedua


3Januari 2017 9Januari 2017

1 2 3 4 5 6 7 8 1 2 3 4 5 6 7 8

1 Tidak melakukan pekerjaan sesuai prosedur

2 Tidak melakukan tindakan perawatan kerja dan


peralatan keselamatan

3 Memberi peringatan terhadap adanya bahaya dengan


cara yang tidak dapat dimengerti

4 Tidak menggunakan APD                

5 Menggunakan APD secara tidak benar

6 Tidak menempatkan peralatan dengan sesuai                

7 Melempar alat-alat kerja


8 Bekerja dibawah pengaruh obat, dan minuman
beralkohol

9 Bekerja sambil merokok    

10 Bekerja sambil berkelakar dengan teman  

11 Melakukan pekerjaan dengan cepat dan terburu-buru.      

No Perilaku Tidak Aman Pengamatan Minggu Ketiga

18 Januari 2017
1 2 3 4 5 6 7 8

1 Tidak melakukan pekerjaan sesuai prosedur

2 Tidak melakukan tindakan perawatan kerja dan


peralatan keselamatan

3 Memberi peringatan terhadap adanya bahaya dengan


cara yang tidak dapat dimengerti

4 Tidak menggunakan APD        

5 Menggunakan APD secara tidak benar


6 Tidak menempatkan peralatan dengan sesuai        

7 Melempar alat-alat kerja

8 Bekerja dibawah pengaruh obat, dan minuman


beralkohol

9 Bekerja sambil merokok   

10 Bekerja sambil berkelakar dengan teman

11 Melakukan pekerjaan dengan cepat dan terburu-buru.    


Lembar Observasi Perilaku Tidak Aman

Nama : Purnomo

Usia : 30 th

Pendidikan terakhir : SD

No Perilaku Tidak Aman Pengamatan Minggu Pertama Pengamatan Mnggu Kedua


3 Januari 2017 9 Januari 2017

1 2 3 4 5 6 7 8 1 2 3 4 5 6 7 8

1 Tidak melakukan pekerjaan sesuai prosedur

2 Tidak melakukan tindakan perawatan kerja dan


peralatan keselamatan

3 Memberi peringatan terhadap adanya bahaya dengan


cara yang tidak dapat dimengerti

4 Tidak menggunakan APD                

5 Menggunakan APD secara tidak benar

6 Tidak menempatkan peralatan dengan sesuai


7 Melempar alat-alat kerja   

8 Bekerja dibawah pengaruh obat, dan minuman


beralkohol

9 Bekerja sambil merokok

10 Bekerja sambil berkelakar dengan teman

11 Melakukan pekerjaan dengan cepat dan terburu-buru.

No Perilaku Tidak Aman Pengamatan Minggu Ketiga


18Januari 2017

1 2 3 4 5 6 7 8

1 Tidak melakukan pekerjaan sesuai prosedur

2 Tidak melakukan tindakan perawatan kerja dan


peralatan keselamatan

3 Memberi peringatan terhadap adanya bahaya dengan


cara yang tidak dapat dimengerti
4 Tidak menggunakan APD        

5 Menggunakan APD secara tidak benar

6 Tidak menempatkan peralatan dengan sesuai

7 Melempar alat-alat kerja 

8 Bekerja dibawah pengaruh obat, dan minuman


beralkohol

9 Bekerja sambil merokok

10 Bekerja sambil berkelakar dengan teman

11 Melakukan pekerjaan dengan cepat dan terburu-buru.


Lembar Observasi Perilaku Tidak Aman

Nama : Ribut Jayanto

Usia : 25 th

Pendidikan terakhir : SMP

No Perilaku Tidak Aman Pengamatan Minggu Pertama Pengamatan Mnggu Kedua


3 Janauri 2017 9 Januari 2017
1 2 3 4 5 6 7 8 1 2 3 4 5 6 7 8

1 Tidak melakukan pekerjaan sesuai prosedur

2 Tidak melakukan tindakan perawatan kerja dan


peralatan keselamatan

3 Memberi peringatan terhadap adanya bahaya dengan


cara yang tidak dapat dimengerti

4 Tidak menggunakan APD                

5 Menggunakan APD secara tidak benar

6 Tidak menempatkan peralatan dengan sesuai


7 Melempar alat-alat kerja

8 Bekerja dibawah pengaruh obat, dan minuman


beralkohol

9 Bekerja sambil merokok   

10 Bekerja sambil berkelakar dengan teman   

11 Melakukan pekerjaan dengan cepat dan terburu-buru.

No Perilaku Tidak Aman Pengamatan Minggu Ketiga


18 Januari 2017

1 2 3 4 5 6 7 8

1 Tidak melakukan pekerjaan sesuai prosedur

2 Tidak melakukan tindakan perawatan kerja dan


peralatan keselamatan

3 Memberi peringatan terhadap adanya bahaya dengan


cara yang tidak dapat dimengerti

4 Tidak menggunakan APD        


5 Menggunakan APD secara tidak benar

6 Tidak menempatkan peralatan dengan sesuai

7 Melempar alat-alat kerja

8 Bekerja dibawah pengaruh obat, dan minuman


beralkohol

9 Bekerja sambil merokok  

10 Bekerja sambil berkelakar dengan teman  

11 Melakukan pekerjaan dengan cepat dan terburu-buru.


Lembar Observasi Perilaku Tidak Aman

Nama : Suwondo

Usia : 32Tahun

Pendidikan terakhir : SMP

No Perilaku Tidak Aman Pengamatan Minggu Pertama Pengamatan Mnggu Kedua


10 Januari 2017
4 Januari 2017
1 2 3 4 5 6 7 8 1 2 3 4 5 6 7 8

1 Tidak melakukan pekerjaan sesuai prosedur

2 Tidak melakukan tindakan perawatan kerja dan


peralatan keselamatan

3 Memberi peringatan terhadap adanya bahaya dengan


cara yang tidak dapat dimengerti

4 Tidak menggunakan APD            v    

5 Menggunakan APD secara tidak benar

6 Tidak menempatkan peralatan dengan sesuai

7 Melempar alat-alat kerja   


8 Bekerja dibawah pengaruh obat, dan minuman
beralkohol

9 Bekerja sambil merokok

10 Bekerja sambil berkelakar dengan teman

11 Melakukan pekerjaan dengan cepat dan terburu-buru.

No Perilaku Tidak Aman Pengamatan Minggu Ketiga


19Januari 2017

1 2 3 4 5 6 7 8

1 Tidak melakukan pekerjaan sesuai prosedur

2 Tidak melakukan tindakan perawatan kerja dan


peralatan keselamatan

3 Memberi peringatan terhadap adanya bahaya dengan


cara yang tidak dapat dimengerti

4 Tidak menggunakan APD        

5 Menggunakan APD secara tidak benar

6 Tidak menempatkan peralatan dengan sesuai


7 Melempar alat-alat kerja 

8 Bekerja dibawah pengaruh obat, dan minuman


beralkohol

9 Bekerja sambil merokok  

10 Bekerja sambil berkelakar dengan teman

11 Melakukan pekerjaan dengan cepat dan terburu-buru.


Lembar Observasi Perilaku Tidak Aman

Nama : Ahmad Wahyudin

Usia : 28 th

Pendidikan terakhir : SMP

No Perilaku Tidak Aman Pengamatan Minggu Pertama Pengamatan Mnggu Kedua


4 Januari 2017 10 Januari 2017

1 2 3 4 5 6 7 8 1 2 3 4 5 6 7 8

1 Tidak melakukan pekerjaan sesuai prosedur

2 Tidak melakukan tindakan perawatan kerja dan


peralatan keselamatan

3 Memberi peringatan terhadap adanya bahaya dengan


cara yang tidak dapat dimengerti

4 Tidak menggunakan APD                

5 Menggunakan APD secara tidak benar

6 Tidak menempatkan peralatan dengan sesuai

7 Melempar alat-alat kerja

8 Bekerja dibawah pengaruh obat, dan minuman


beralkohol

9 Bekerja sambil merokok   

10 Bekerja sambil berkelakar dengan teman

11 Melakukan pekerjaan dengan cepat dan terburu-buru.

No Perilaku Tidak Aman Pengamatan Minggu Ketiga


19 Januari 2017

1 2 3 4 5 6 7 8

1 Tidak melakukan pekerjaan sesuai prosedur

2 Tidak melakukan tindakan perawatan kerja dan


peralatan keselamatan

3 Memberi peringatan terhadap adanya bahaya dengan


cara yang tidak dapat dimengerti

4 Tidak menggunakan APD

5 Menggunakan APD secara tidak benar

6 Tidak menempatkan peralatan dengan sesuai


7 Melempar alat-alat kerja

8 Bekerja dibawah pengaruh obat, dan minuman


beralkohol

9 Bekerja sambil merokok

10 Bekerja sambil berkelakar dengan teman

11 Melakukan pekerjaan dengan cepat dan terburu-buru.


Lampiran 2

Matriks Wawancara Informan Utama


Pertanyaan Informan Utama Pekerja
Perilaku Tidak IU1 IU2 IU3 IU4 IU5 Kesimpulan
Aman
Coba AndaPekerjaan saya Masang hebel dan Pekerjaan saya Pekerjaan saya Banyak pekerjaan Pekerjaan sehari-
Ceritakan, memasang hebel plester saat ini adalah sehari-hari di saya mba, setiap harinya adalah
Bagaimana aja sih mba, mengecor karena bangunan ini hari pasti ada. memasang
pekerjaan Andapalingan ya sudah finishing. memasang hebel. Saya mencor hebel,memotong
sehari-hari? motongin Selain itu saya Selain itu paling kolom ini, juga hebel, plester,
hebelnya, terus juga memasang mengangkat memasang hebel ngecor
palingan hebel, memotong semen dan juga, plester apa
ngerjain bagian hebel untuk membantu teman saja sih mba kalau
pengecoran dipasangkan, lalu jika ada yang saya mah
kolom mba menyusunnya. membutuhkan
Terkadang saya bantuan
juga bikin kolom,
menyusun besi.
Bagaimana Anda Ya, dikerjakan Pertama kali bikin Kalau bikin kolom Ya seperti yang Kalau mencor Pekerjaannya
melakukan saja yang pasti lot-lot an, ditarik ya bekisting, mba lihat, saya kolom itu dipaku- dilakukan sesuai
pekerjaan Anda cepat selesainya benang tinggal dipasang besi gitu memasang hebel pakuin terlebih terget
tersebut? sesuai dengan dipasangin mba dipakuin juga, menyemen. dahulu kayunya
yang diminta aja. disusun gitu tripleknya buat Kan yang atau triplek baru
Saya bingung penahan cor, menyemen ada, dilanjutkan
untuk setelah itu yang saya hanya dengan
menceritakan, lainnya seperti memasang memberikan cor
mba bisa foto nyemen ya hebelnya. Tetapi
saja ngaduk semen kalau tidak ada ya
dulu kan tuh, trus saya yang
ya dicor kolomnya menyemen dan
mba, nanti kalau masang
udah beku udah
jadi gitu dibuka
lagi penutupnya,
tripleknya ini loh
mba

Bagaimana perilaku Kalau yang Apa yaa, paling Saya tidak Paling sering ya Pekerjaan saya Tidak
yang biasanya anda sering sih saya yang melanggar menggunakan APD, karena kan hanya seperti menggunakan
lakukan pada saat tidak pakai APD yang kadang APD iya, karena malas ini saja mba, jadi APD, sepertii
melakukan dan meletakan ditegorin itu karna tidak memilikinya memakainya, ribet tidak perlu APD, helm da n
pekerjaan yang bisa alat kerja di tidak pakai APD, sama sekali dan mba. Tidak enak jadi saya tidak sepatu,merokok
menyebabkan sembarang melempar alat-alat tidak dikasih. di kepala jika memakai APD saat bekerja,
kecelakaan kerja? tempat. Saya kerja, dan narok Saya juga memakai APD. karena pekerjaan melempar alat
juga merokok. alat kerja merokok dan Selain itu, saya saya seperti tidak kerja,
Kalau melempar sembarangan bercanda dengan juga sering mba, tidak manjat- meletakkan alat
alat kerja jarang ajasih. teman-teman yang memberikan manjat. Kalau kerja
dilakukan karena lain. peralatan ke teman merokok sih iya sembarangan,
setiap pekerja Kalo narok alat dengan cara becandadengan
memiliki alatnya kerja melemparnya, biar teman, bekerja
masing-masing. sembarangan ya cepat. Terkadang terburu-buru.
Kalau becanda maklum aja ya sih karena lelah
ya becanda mba, mba,karena kan dan malas jalan
hiburan kerja kerjaannya di jadinya saya
mba. Sama kerja proyek gini mba, lempar.
suka cepet biar gak ada tempat
cepet selesai dan tempat khsusus
pulang mba seperti pekerjaan
lainya.
Motivasi
Mengapa Anda Ya biar enak aja Saya tidak makai Kalau tidak Tidak ada Tidak pake APD Motivasi pekerja
berperilaku sih mba, kalau APD karena ribet merokok, dorongan sih , ya karena saya yang tidak
demikian? perlu alat dan membuat pekerjaan akan keinginan saya aja gasuka aja mba, menggunakan
kerjanya kepala pusing lama selesainya sih mba biar enak gabiasa makeknya APD adalah
gampang kalau mba. Gimana ya kerjanya kalau jadi gaenak kalau merasa ribet,
nyarinya,Soal menggunakan mba ya, saya tuh menggunakan kerja. Apalagi tidak biasa,
merokok itu APD, kalau ngerokok juga APD tidak enak di pake sepatu sehingga
sudah kecanduan melempar alat baut ngilangin kepala rasanya gabetah saya suka membuat
jadinya susah, kerja ya supaya ngantuk juga. seperti pakai helm, gerah. Mending kepalaya pusing
kalau cepet aja sih mba, Kalau kerja jam udah gitu bikin begini aja mbak bikin ga nyaman
manfaatnya ya narok alat siang ga ngerokok ribet aja. Kalau lebih enak juga dalam bekerja,
ga ada mba, sembarangan biar bikin saya merokok sih kakinya kerjanya dan sebagian
bikin sakit yang gampang ngantuk apalagi karena sudah jadi enak juga. tidak memiliki
ada hehe, tapi ngambilnya kalau habis makan terbiasa, karena Kalo merokok itu APD. Merokok
gimana sudah perlu siang. Bacanda sih sehari-hari mah biar enak aja sambil bekerja
kecanduan mba, supaya akrab merokok gitu gitu kerjanya kan., dikarenakan
gapuas aja gitu mba, dan biar udah biasa juga kecanduan serta
mba kalau ga santai, gimana sih merokok jadi beranggapan
ngerokok sambil mba kerjaan ya kurang afdol pekerjaan akan
kerja. Kalau ditempat beginian aja gitu mba lama selesai tanpa
APD mah emang serius-serius amat rasanya kalo kerja merokok. Untuk
dari sananya ga seperti orang tuh tidak merokok becanda sambil
ada mba, mau kantoran ya ga hehe bekerja karena
gimana lagi. mungkin mba pekerjaanya
Becanda sama hehe, kerjaan sudah bikin capek
temen ya biar udah bikin capek jadi butuh relax
asik aja mba, badan mesti relax dengan bercanda
biar ga bosan lah mba dengan sambil bekerja.
gitu kerjanya. becanda sm temen Untuk
Kalau kerjanya temen hehe. melemparkan alat
ya cepet mba Narok barang kerja agar biar
biar cepet beres sembarangan ya cepat saja .
nya juga dan baiar gampang Meletakkan
cepet pulang nyarinya kalau peralatan kerja
hehe diperperlukan lagi tidak pada
kerja mba tempatnya
dengan alasan
biar enak dan
gampang
nyarinya. Kerja
dengan terburu-
buru supaya
pekerjaan cepet
selesai dan
pulang lebih awal
Bagaimana Perasasaan saya Biasa saja, karena Perasaanya sih Ya biasa aja mba, Ya perasaanya Informan
perasaan anda saat biasa aja sih saya juga sudah baisa aja mba karena udah nyaman aja mengatakan
Anda berperilaku mba, ga ada lama kerja kebiasaan kali ya kerjanya mba bahwa perasaan
demikian? perasaan gimana dikonstruksi gini mereka saat
gimana juga, mba berperilaku tidak
santa aja aman biasa saja
demi
kenyamanan
dalam bekerja
Ketersediaan APD
Bagaimana Saya tidak Yadisediain kalau Tidak ada Ya semua Dulu Ada kalau Dulunya ada
ketersediaan APD menggunakan helm sama sepatu ketersediaan disediain sama APD mah, disediain
di tempat anda APD karena APD, saya saja kantor kita semua sekarang-sekarang walaupun tidak
bekerja? tidak disediakan. tidak mba, dikasih helm aja ga ada memadai, kalau
Seandainya menggunakan sama sepatu gitu.. disediain lagi kesini kesini udah
disediakan pasti sepatu saat ga ada.
akan digunakan. mengaduk semen
Apa saja jenis APD APD tidak Sepatu sama helm APD tidak Helm dan sepatu Sepatu dikasih APD yang
yang disediakan? tersedia tersedia orang kantor sama tersedia helm
helm. Harnest sama sepatu
pelindung
ketinggian juga
Bagaimana Anda APD tidak Saya sih naroknya APD tidak Penyimpanan Dulunya ya, Body Dalam
dalam menyimpan tersedia dibawah mba, tersedia dengan cara harnest disimpan penyimpanan
APD Anda? tempat nongkrong membawa pulang oleh kantor karena APD ketika
dibawah itu mba jika jam pulang, kalau perlu harus sedang bekerja
pos basement jadi disimpan di pinjam ke kantor. ditempat kerja
rumah. Kalau saat Yang lainnya yaitu di pos
istirahat diletakkan disimpan di basemen dan
di sudut atau di rumah. Sepatu dilingkungan
dekat kita saja diletakkan di kerja saja. Kalau
tempat sepatu. jam kerja selesai
Kalau di tempat di bawa balik
kerja disimpan pulang kerumah
dekat sini saja masing-masing.
mba biar tidak
susah
mengambilnya
kembali kalau
mau mulai kerja
lag, tapi kalau
sekarang sekarang
mah disini
udahbebas aja
Bagaimana kondisi APD tidak Ya Kondisinya APD tidak Kondisinya bagus Bagus sih kayakya Informan
APD yang tersedia layak pakai, kalau tersedia dan layak pakai karena yang menyatakan
disediakan? ga layak gamau dikasih bukan bahwa APD yang
saya, dibuang APD ruksak kok disediakan dalam
sama saya, saya kondisi layak
aja dikasi sepatu pakai, bagus.
keci aja dibuang
Bagaimana APD tidak Sangat kurang sih APD tidak Sudah sih mba Saya tidak Untuk kesesuaian
kesesuaian jenis tersedia ya, karena kadang tersedia sepertinya mengerti mba jumlah APD yang
APD yang kita bekerja juga kalau soal begitu disediakan
disediakan dengan mengdapi debu dengan bahaya
bahaya yang ada tapi tidak dikasih informan
saat anda bekerja? masker menyatakan
sangat kurang
Bagaimana menurut APD tidak Ya harus APD tidak Stoknya harus Nah itu yang Utuk ksesuaian
anda kesesuaian tersedia ditambshin lagi tersedia ditambah lagi masih kurang kan jumlah APD
jumlah APD yang mba, karena penyediaannya kayak tadi saya dengan pekerja
ada dengan jumlah teman saya ga karena masih ada cerita..kuranglah belum sesauai
pekerja yang ada? dapet sama sekali yang tidak pokonya..harusnya karena masih
mendapatkan APD ditambahlah biar banyak pekerja
dan pekerja tidak semuanya yang tidak
mampu membeli kebagian biar ga mendapatkan
sendiri juga mba diomelin kalo APD sama sekali
gamake kan
Hukuman dan
Penghargaan
Jelaskan bagaimana Di sini tidak ada Safety tu Ga ada kalo Tidak ada ya Kalau tidak Menurut
hukuman/sanksi hukuman, saya seharusnya ada, hukuman gitu, sanksi seperti itu memakai APD informan utama
yang berlaku di mau merokok pasti ada disini paling ya mah tidak ada. ditegur saja terkait hukuman
tempat Anda atau melakukan ada K3 nya, tapi ngingetin aja gitu, Cuma ditegur saja kadang juga dan sanki tidak
bekerja untuk hal lain juga ga ya kita bandel aja, gimana mau oleh orang safety dimarahi, ada, palingan
pekerja yang sering apa apa ditegur paling tapi ngehukum ya gitu kalau tidak diingatkan hati- cuman sekedar
berperilaku yang ya kita agghhh mba, emang dari pakai APD dan hati. ditegur saja dan
bisa menyebabkan didalam rumah sananya aja udah diperintahkan diingetin untuk
kecelakan? juga, kecuali saya ga nyediaain, untuk tetap hati-hati
dibawah diluar menggunakan
saya pake APD lalu
melanjutkan
pekerjaan
Bagaimana pula Kalau Kalau diproyek ini Kalo Belum ada yang Gatau tuh mba Menrut informan
penghargaan yang penghargaan sih ga ada hadiah...belum mendapatkan saya ada hadiah- utama terkait
diberikan untuk tidak ada mba, yaa.. belum hadiah. Tidak hadiah penghargaan
pekerja yang paling hanya pernah dapet, ya diberikan apapun. gitu..gapernah belum ada untuk
berperilaku aman? disanjung, gimana saya mau Tidak adalah kalau dikasih sih kalo pekerja yang
seperti dapet mba, saya untuk hadiah saya mah..gatau berperilaku aman
dibandingkan ibaratkan nya seperti itu ya..
dengan pekerja ngelanggar terus, sepengetahuan
lain lebih bagus ga ada APD saya saya
mah
Pengawasan
Bagaimana Ya bisa Ya ada sih mba Ya itu tadi kalo
Orang safety Ya ada sih pak Menurut
pengawasan yang dikatakan yang ngawasin ada yang punya
biasanya ke komar disini Informan utama
diberikan oleh pihak kurang mba, terus, tadi baru aja APD tapi gapake
lapangan melihat biasanya yang ini pengawasan yang
perusahaan ketika Kalau meeting pengawasnya APD ditegor gitu,
pekerjaan kita, ngatur kerjaan gitu dilakukan pihak
Anda sedang banyak orang turun pas dia lagi
jalan dan keliling ini ngapain2nya PT.CBM masih
bekerja? kantor tetapi keliling, kalo ga
untuk melihat, lah gitu kurang,
ketika kerja di karena gapunya
menegur jika ada
atas tidak pernah paling dibilangin
yang tidak
ada orang kantor pak hati-hati
menggunakan
naik utnuk kerjanya
APD atau yang
ngawas kerja ditempat
bahaya
Siapa yang Paling itu pak Palingan orang Ada itu pak ma Orang safety Pak komar Menurut
melakukan komar orang safetynya mba pak komar, safety informan utama
pengawasan safety mba man ya keliling pengawasan
tersebut? gitu dilakukan oleh
orang safety
Kapan biasanya Pengawasan Ya tidak tentu Yaa, ga nentu sih Setiap hari Yarang-jarang ya Menurut
pengawasan paling seminggu mba kapanya, ya mba kelilingnya, sepertinya mba. kayanya..tapi informan
tersebut dilakukan? dua kali kadang-kadang, ya ga pasti gitu Selalu ada setiap kadang ada..ga pengawasan
mengecek. ada kayanya sih waktunya kapan harinya walaupun terlalu merhatiin dilakukan setiap
Kalaupun ada mba, cuma kadang aja tapi adaa.. hanya sebentar juga sih saya hari, tetapi
yang naik ke mah lewat doang sering dia.. siang, saja, walaupun beberapa
atas paling pagi gitu bentaran sore, pagi juga sambil jalan lewat informan
atau sore sekitar sering keliling gitu tetapi sih mengatakan
jam tiga atau jam sih..tapi ga disini sepertinya setiap pengawasan
empat terus gitu.. jalan hari paling dilakukan
keliling muter liat dua kali hal ini
yang lain juga. berarti pekerja
merasa tidak
adanya
pengawasan saat
mereka bekerja.
Bagaimana yang Yang saya Saya mah tenang Biasa aja sih mba Perasaannya biasa- Saya tidak terlalu Pengawasan yang
anda rasakan ketika rasakan ketika aja, karena sudah karena tidak lama biasa saja mba. memperhatikan itu dilakukan tidak
adanya pengawasan ada pengawas kenal juga udah dan pak komar Lagipula mereka mba, saya mah menimbulkan
tersebut? yaitu senang lama paling saya keliling gitu hanya melihat saja kerja saja, kalau perasaan takut
ajak ngobrol aja jalan, tidak ditegur pakai bagi pekerja,
sih melakukan apapun sarung tangan
terhadap kita, misalnya ya saya
paling hanya pakai. Terkadang
ditegur kalau tidak saya juga tidak tah
sesuai dengan ada yang
mereka. mengawasi
Selebihnya
terkadang
bercanda dengan
kita
Lampiran 3

Matriks Wawancara Informan Pendukung

Pertanyaan Informan Pendukung


Perilaku Tidak Aman Informan Pendukung Kesimpulan
Jelaskan menurut Anda, bagaimana perilaku Wah itu lumayan banyak mba hehe Informan pendukung menyatakan bahwa
tidak aman yang sering dilakukan pekerja saat Dulu yang paling sering tuh ketika bekerja perilaku tidak aman antara lain tidak
bekerja? diketinggian sih gapake body harness, gapake menggunakan body hardness pada pekerjaan
helm gitu, tapi kan kalau sekarang palingan ga yang berkaitan dengan ketinggian, tidak
pake masker,helm ,sama sepatu mba..soalnya memakai helm, masker dan sepatu. Pekerja
udah masuk tahap finishing … juga sering meletakkan sesuatu tidak pada
Terus pekerja itu juga suka narok peralatan tempatnya, merokok juga .
sembarangan mba, seperti paku banyak
berserakan,ngerokok juga iya , macem macem
lah.

Motivasi
Menurut Anda, mengapa pekerja berperilaku Sejauh ini ya, yang saya tau biasanya pekerja Menurut informan, perilaku tidak aman para
demikian? yang ada APD ga make APD karena kurang pekerja dikarenakan kurangnya pemahaman
paham manfaat APD itu, mereka beranggapan para pekerja terkait manfaat penggunaan APD.
dengan memakai APD sambil bekerja itu Selain itu kurangnya penekanan dari pihak
ribetlah inilah, kalau dari kita sih kendalanya manajemen juga menjadi penyebab perilaku
kurangnya penekanan juga mba, keterbatasan tidak aman para pekerja.
kita juga stack jadinya, saya pun ingin
berbuat melakukan penekanan kemeraka pun
tapi support kita dari atasan kurang jadi
akhirnya semuanya seperti itulah yang mba
liat
Ketersediaan APD
Bagaimana ketersediaan APD yang disediakan Dulu nya sih kita sediain ya mba. Walaupun Ketersediaan APD pada awalnya disediakan
pihak perusahaan untuk pekerja? seadanya, awalnya kita pinjamkan mba nanti walaupun dalam keadaan terbatas, yaitu tidak
kesananya kalau ada apa apa harus ganti, sesuai dengan jumlah pekerja yang ada
misalnya ada kehilangan kerusakan mereka
harus ganti, seperti semula. Jangan sampe kita
pinjamkan tapi mereka tidak ada tanggung
jawab, tapi kenyataan dilapangan ada ada aja
mba. Jadi kendala juga buat dikita sendiri
juga begitu, kita sudah sering kali kasih
kemereka , malah ga dipake hmm suka
apa,semacem buat mereka itu ahh apa ya,
buat mereka itu engga betah padahal itu semua
buat mereka pribadi juga, tapi kadang disatu
sisi intinya mereka itu bekerja supaya tidak
ada terjadi kena gorekan besi stick, tapi
kadang kadang mereka itu disalah gunakan,
yaa sepatu ada yg kita kasih dengan utuh
dibelah sama dia haha, dibolongin depanya
udah kek seperti sandal, jadi macem macem
pekerja itu.
Kalau untuk sekarang ini memang sudah tidak
ada lagi keterseiaan APD ini, penyediaan APD
nya pun sudah tidak bisa dilakukan, hal ini
memang memang menjadi masalah bagi kita
semua, karena memang kita tidak
mendapatkan support dari atasan langung
terkait K3, apalagi penyediaan APD. Disini itu
memang ada pekerja yg tidak mendapatkan
APD, karena jumlah APD yang kita punya
belum sebandinglah dari perusahaan,semacam
apa ya, disini itu K3 itu hanya sebatas
formalitas aja, kalau ada yang nanya diproyek
itu ada divisi K3, ya jawabnya ada. Tapi divisi
ini tidak berjalan sebagai mana mestinya,
karena memang kita dari manajemen atas
tidak mendapatkan dana khusus tidak ada
budgetinglah namanya. Jadi yaa seperti yang
mba liat sehari hari inilah keadaan K3 ataupun
APD sesungguhnya

Bagaimana prosedur yang ada tentang APD? Terkait masalah prosedur apalagi terkait safety Berdasarkan informasi dari informan prosedur
(APD wajib) (dokumen tertulis) disini bener bener kurang mba, palingan, safety hanya terlampir di aturan umum tentang
prosedur safety terlampir di aturan umum proyek saja
tentang proyek aja mba, nanti deh saya kasih
liat mba,
Bagaimana sistem penyimpanan APD? Yaa kalo penyimpanan sih ga ada ya mba, Informan menyatakan tidak ada tempat khusus
karena kan APD kita pinjamkan ke mereka ya untuk penyimpanan APD karena APD
tanggung jawab mereka. Lagian juga stock dipinjamkan kepada pekerja dan menjadi
udah ga ada, kalau kita minta kepusat juga ga tanggung jawab pekerja
akan dikasih, jadi semuanya terbatas mba
hehhe
kecuali untuk harnest itu kita tarok dikantor
aja mba, sistimnya pinjam tarok kembali.
Apa saja jenis APD yang disediakan untuk Yaitu sepatu itu udah harus mutlak, helm Jenis APD yang disediakan antara lain, sepatu,
pekerja? juga, kalau buat pekerjaan ketinggian mesti helam, body harnest
make harnest dan kalau memungkin
sebenarnya masker juga dibutuhkan buat
pekerja proyek sih mba
Bagaimana kondisi APD yang disediakan Kalau untuk kondisi APD yang disediain yaa Berdasarkan informasi, kondisi APD yang
tersebut? bagus yaa yang pasti, kan yg baru juga yang disediakan dalam keadaan bagus dan baru
dikasih
Bagaimana tindakan Bapak jika ada APD yaa seperti yang saya bilang tadi mba APD yang disedikan oleh perusahaan dan
yang rusak? pertama kali saya tekan kan tanggung jawab dipinjamkan kepada pekerja, sepenuhnya
mereka, mereka harus bertanggung jawab. menjadi tanggung jawab pekerja
Karena konsepnya dari awal kita memberikan
APD tersebut mereka harus jaga jangan sampe
hilang juga sampe pekerjaan mereka selesai,
sebab kalau dari kita untuk mengganti kembali
atau memberikan APD baru saangat tidak
mungkin. Kendalanya disini ya itu tadi mba
kurangnya support dari manajemn atas.

Bagaimana kesesuaian jenis APD yang Masih belom sih mba, karena memang tidak Kesesuain APD dengan bahaya belum sesuai,
disediakan untuk pekerja dengan bahaya yang ada support banyak dari manajemen terkait karena memang APD seadanya saja
ada saat mereka bekerja? APD, sehingga ya semuanya seadanya aja
mba
Bagaimana kesesuaian jumlah APD yang ada Apalagi dari segi jumlahnya arus ditambah Ketersediaan APD dari segi julmlah sangat
dengan jumlah pekerja ? lagi, tapi kayak nya ga mungkin mba, disini kurang karena di proyek ini tidak ada
safety itu bukan merupakan suatu hal yang sokongan dari manajemen atas ,safety bukan
penting mba, kalau kita keras dilapangan tapi merupakan suatu hal yang penting diproyek
dari manajemnya kurang support itu ga bakal ini.
jalan juga, udah lah saya sendiri disini mba,
sepertinya saya orang safety tersibuk deh mba
hehe, merangkap pekerjaan safety officer
sekalian safety man
Hukuman dan Penghargaan
Coba ceritakan, bagaimana Anda memberikan Hukumanya sih dulu ada mba, misalnya Dulunya hukuman yang diberikan untuk
hukuman/sanksi untuk pekerja yang berilaku pekerja nya tidak makai APD atau pekerja yang berperilaku tidak aman berupa
tidak aman? pelanggaran lainya yang intinya berperilaku stop hari kerja, kalau sekarang-sekarang
membahayakan lah jadi kita memberikan sudah tidak ada hukuman atau sanksi seperti
hukuman dia tidak bisa bekerja selama itu
beberapa hari, tapi kalau kesini sini udah
engga sih mba,
Bagaimana dokumen atau prosedur terkait Engga ada sih mba, palingan awalnya teguran Untuk prosedur atau kebijkan tertulis
pemberian hukuman atau sanksi kepada aja sih mba, kalau dia memang sulit untuk mengenai hukuman atau sanksi belum ada,
pekerja yang berperilaku tidak aman? dikasih tahu baru say a tindak lanjutin dg stop yang dilakukan dilapangan berupa teguran
dia kerja dulu. Ini pun merupakan inisiatif saja pada pekerja yg berperilaku tidak aman,
saya aja sih mba kalau sudah kelewat batas diambil tindakan
dengan stop kerja
Bagaimana pula Anda memberikan Apa yaa, yaa paling kita kash bubur kacang Belum adanya penghargaan khsusus untuk
penghargaan untuk pekerja yang berperilaku susu paling itu aja hehe, buat penyemangat pekerja yang berperilaku aman, palingan
aman? mereka untuk terus berperilaku aman. Kalau dikasih bubur, hal ini disebabkan karena
penghargaan khusus gitu belum ada yaa di kita keterbatasan dana.
disini, bingung juga ngasihnya gitu kalopun
ada, keterbatasan dana juga mbaa, kan gada
dana khusus buat acara acara safety kan, jadi
kita minim-minimin lah pengeluaran
Pengawasan
Bagaimana pengawasan yang diberikan Selama aktifitas mereka masih berjalan. ya Pengawasan yang dilakukan oleh pihak safety
kepada pekerja saat bekerja? paling pagi kita sempatkan dulu kekantor berupa pengecekan area kerja serta
sebentar , terus kita kelapangan semua harus pengawasan langsung terhadap pekerjanya
kita cek pekerja, diaman tempat tempat yang mulai dari lantai atas sampai lantai bawah
membahayakan gitu kan, sudah memadai apa
belom pengamanan pengamanan pekerja,
semua kita croccheck lah dari lantai atas
sampe awah
Siapa yang melakukan pengawasan tersebut? Yang paling pasti tuh sih saya mba hehe Pengawasan dilakukan oleh pihak safety
Kapan biasanya pengawasan tersebut Bisa dibilang pagi mungkin setiap pagi, dan Pengawasan dilakukan pada pagi hari, setelah
dilakukan? setelah makan siang sekitar jam setengah 2 istirahat siang dan malam hari jika aktivitas
atau jam 2 lah aktifitas dimulai kebali, bisa kerja lembur kalau tidak ada aktifitas lembur
dikatakan tiga kali lah sama malam, pas ya sore.
aktifitas lembur, tapi kalau sekarang sih
aktifitas lembur udah mulai berkurang sih
palng saya ganti sore
Menurut Anda bagaimana keefektifan Belum kalau untuk efektif mah.. karna yaa Belum efektif karena, jumlah pengawas
pengawasan yang diberikan kepada pekerja? banyaknya orang-orang di lapangan, kurang kurang
jumlah gitu yang ngawasin, mereka kan
banyak saya sendiri mba .. jadi ya itu masih
kurang walaupun gajadi hambatan juga sih..
jadi ya kalo dibilang efektif sih yaa masih jauh
mba..
Lampiran 4

Matriks Wawancara Informan Kunci

Pertanyaan Informan Kunci


Perilaku Tidak Aman IK Kesimpulan
Menurut Anda bagaimana perilaku tidak aman Yaa, banyak ya. Yang paling sering sih ga jauh Menurut informan kunci, perilaku tidak
yang sering pekerja proyek konstruksi lakukan jauh dari masalah APD , kamu tau sendirikan aman yang sering dilakukan oleh pekerja
pada saat bekerja? kalau para pekerja di proyek itukan punya pada proyek konstruksi adalah melempar
rentang pendidikan yang beragam yaa,itu alat-alat kerja, tidak menggunakan APD
mempengaruhi banget bagaimana mereka ,ehm dan kurang mengikuti prosedur.
melihat perilaku aman dan tidak aman,
kebiasaan pekerja pekerja itu suka melempar
alat kerja, terus juga ketaatan mereka memakai
APD, mengikuti prosedut yang ada itu sangat
kurang, sangat banyak banget terjadi di hhmmm
proyek proyek gitu
Menurut Anda, mengapa pekerja tersebut Banyak sih, salah satunya yaa karena K3 ini Menurut informan utama, terjadinya
berperilaku demikian? masih awam bagi mereka, mereka masih belum perilaku tidak aman pada pekerja proyek
paham konsep dasar dari K3 itu sendiri dan konstruksi karena para pekerja belum
awarnese nya juga ehmm masih kurang paham dan masih awam mengenai
meskipun mereka sudah tahu, jadi ada beberapa konsep dan penerapan K3. Selain itu bisa
di proyek yang sudah saya tangani eehhmm juga karena kurangnya kepekaan terhadap
mereka sudah tau tentang K3, tapi awarnese keselamatan dalam bekerja. Faktor
kepekaan mereka terhadap hmm melakukan kenyamanan yang dirasakan pekerja juga
yang kita rancang itu kurang. Mereka termasuk alasan kurangnya perilaku aman
beranggapan APD itu membuat ribet saja. pada pekerja
Ehmm tunggu tunggu tadi juga ada faktor
ketidaknyamanan yang menyebabkan pekerja
itu males make APD.
Bagaimana biasanya ketersediaan APD yang Tentang ketersediaan APDnya juga perlu Menurut informan utama APD harus
disediakan pihak perusahaan bagi pekerja pada diperhatikan, karena kan sudah sudah ada disediakan oleh pihak perusahaan secara
proyek konstruksi? ketentuan di UU No 1 Th 1970 bahwa cuma-cuma untuk semua pekerja.
perusahaan harus menyediakan APD secara
cuma cuma, namun ya masih banyak juga
perusahaan tidak menerapkanya. Seperti ada
yang ga terlalu konsen tentang budgeting APD,
perusahaan asing biasanya mengharuskan untuk
detail tentang budgeting, sedangkan perusahaan
lokal atau dalam negeri kurang memperhatikan
budgeting tentang APD
apa saja biasanya jenis APD yang disediakan? Yaa tergantung dengan bahaya yang ada APD yang disediakan biasanya body
diproyek itu sendiri, biasanya jenis APD yg ada harnest, masker, helm dan sepatu
yaaa ada harnest untuk pekerjaan
ketinggian,masker, dan yang sangat umum
diproyek itu helm sama sepatu lah
Bagaimana ketersediaan APD yang seharusnya Ketersediaannya ya tergantung komitmen dari Penyediaan APD tergantung pada
disediakan oleh pihak perusahaan? perusahaanya terhadap K3, yaa seharusnya sih komitmen dari perusahaan terhadap
sesuai yang dengan aturan yang berlaku, keselamatan dan kesehatan kerja, namuan
ketersediaanya harus sesuai dengan pekerja, seharusnya penyediaan APD disesuaikan
harus ada manajemen APD nya mulai dari dengan pekerja
proses pengadaan APD, distribudi, perawatan
APD nya. Kalau untuk proyek konstruksi seperti
yang saya sebutin tadi, sepatu dan helm itu udah
merupakan atribut umum banget deh untuk
proyek, kalau udah ga ada helm sama sepatu itu
mah udah kebangetan sih menurut saya,hehe
menurut Anda, bagaimana biasanya Kalau ditempat saya itu, punishmentnya ada Hukuman atau sanksi yang biasanya
hukuman/sanksi yang berlaku untuk pekerja tingkat peringatan, misalnya dibolongin id nya diberikan kepada pekerja yang melanggar
yang berperilaku tidak aman? satu kali itu tandanya ringan, sampe 3 kali itu aturan secara bertahap dari peringatan
tandanya pelanggaran berat, lalu disebar ringan hingga berat, tergantung pada jenis
fotonyas sehingga bisa jadi contoh untuk pelanggaran yang dilakukan pekerja.
pekerja lain sehingga tidak melakukan hal
tersebut.ehmm juga itu tergantung dengan
tingkat pelanggaranya bisa satu kali melanggar,
tapi sangat berbahaya bisa langsung 3
bolonganya. Kalau misalnya seperti merokok itu
satu bolong, atau misal las tanpa pengaman
tidak ada kompensasi bisa langsung 3 bolongan,
operator tanpa kompetensi harus juga
diperhatikan
Bagaimana pula penghargaan yang biasanya Kalau tentang penghargaan untuk best worker Penghargaan seharusnya ada diberikan
diberikan untuk pekerja yang berperilaku aman? sih biasnaya berupa hadiah atau penghargaan untuk pekerja agar pekerja lebih
supaya best worker nya merasa dinilai dan termotivasi dan merasa dihargai.
dihargain kerjanya selain itu untuk memicu
teman kerjanya juga supaya termotivasi untuk
berperilaku aman. Kalau ditempat saya setiap
bulan ada safety campign memberitahukan
tentang kegiatan-kegiatan keselamatan. Setiap
bulan campign yang dilakukan selama 15 menit,
ada best worker, hal tersebut bisa jadi motivasi
juga, yang menang dapat hadiah reward seeprti
minuman ataupun voucher karena kita tifak bisa
ngasih uang langsung

Menurut Anda, bagaimana seharusnya sistem Kalau menurut saya ya, seperti yang saya Hukuman atau sanksi yang diberikan tidak
hukuman atau penghargaan yang efektif bilang tadi, sistim hukuman atau sanksi untuk hanya berupa teguran lisan namun juga
diberikan kepada pekerja konstruksi? para pekerja yang suka melanggar aturan K3 itu perlu menampilkan foto pekerja yang
harus lebih tegas lagi, maksudnya yaa jangan berperilaku tidak aman di papan
hanya sekedar teguran lisan harus yang ngena pengumuman untuk menimbulkan efek
lah ke mereka seperti berhenti kerja ( rasa malu dan jera bagi para pekerja.
diberhentikan beberapa hari) terus fotonya Selain itu untuk reward bisa diberikan
disebarin, biar yang lain tau apa sanksi kalau dengan dimulai dari ucapan terimakasih
bekeja tidak sesuai aturan. Hmm, Kalau untuk kepada pekerja dan juga pemberian hadiah
penghargaan seharusnya manajemen juga ikut seperti APD.
langsung memberikan hmm semacam apa ya
support atau ucapan terikasih langsung kepada
best worker, karena pastinyakan pekerja merasa
bangga kalau dapat sambutan baik baik dari
manajemenya, selain itu juga seperti yg saya
bilang tadi kasih hadiah, alangkah lebih baiknya
hadiahnya itu berupa atribut safety seperti
helm, sepatu, masker dan sebagainya sehingga
semakin membuat mereka semangat untuk
bekerja dengan aman. Terus menurut saya
menggunakan stopcard juga lebih efektif ya, itu
juga melibat seluruh pekerja untuk
mengidentifikasi perilkau tidak aman ditempat
kerjanya
Bagaimana pengawasan yang biasanya Ya seperti pengawasan biasanya, minimal harus Pengawasan biasanya diberikan selama
diberikan kepada pekerja saat bekerja pada ada yang mengawasi selama pekerjaan pekerjaan berlangsung karena bahaya
proyek konstruksi? berlangsung, karena kan bahaya ditempat kerja ditempat kerja konstruksi itukan banyak
konstruksi itu banyak ya terus belum lagi
resikonya juga besar
Siapa yang biasanya melakukan pengawasan Ada beberapasih, biasanya orang safetynya dan Pengawasan biasanya dilakukan oleh
tersebut? project manajer nya lah sebagai kepala pihak safety dan penanggung jawab area.
sekolahnya disana ibaratnya gitu
Kapan biasanya pengawasan tersebut dilakukan? Setau saya ya, biasanya pengawasan itu Pengawasan dilakukan setidaknya tiga kali
dilakukan pada saat pagi beberapa saat pekerja sehari yaitua pagi, siang dan sore hari.
memulai pekerjaanya lah, terus jam-jam siang
gitu, kira-kira setelah makan sianglah, pas
banget tuh kan jam jam ngantuk kerja, dan
palingan ditambah dengan sore sebelum balik
kerja
Menurut Anda, bagaimana seharusnya Konstruksi kan banyak ya, bisa dilegasikan Pengawasa itu sebaiknya dilakukan
pengawasan yang efektif diberikan kepada kepada mandor atau leader, harus ada incahrt dengan cara mendelegasikan mandor atau
pekerja di proyek konstruksi? yang selalu keliling mmperhatikan pekerja. leader dan harus ada inchart yang selalu
Supaya pekerja ini bisa terpantau terus, selain berkeliling memperhatikan pekerja supaya
tujuanya untuk memantau pekerja pengawan pekerja ini bisa terpantau terus
yang efektif harus bisa juga mencipkan tempat
kerja yang aman, jadi para pengawas nya juga
harus telaten menilai apakah tempat kerja atau
area kerjanya bagus dalam artian rapi tidak
banyak material berserakan tidak pada
tempatnya, hmmm terus pengawasnya juga
harus tegas menindak lanjutin jika ada pekerja
yang bekerja tidak sesuai aturan
Lampiran 5

Transkrip Wawancara Informan Utama

IU 1

1. Nama : Andre

2. Usia : 23 Tahun

3. Pendidikan terakhir : SMP

P : mas coba ceritain dong mas gimana nih bapak kerjaannya sehari-hari?

I : Kerjaan sehari-hari yaa.. apa yaa,

P : coba mas ceritain gimana cara kerjanya?

I :kerjaan saya ya masang able ini aja mba..

P : gimana tuh mas,ngelakuin kerjaan mas itu?

I : ya dikerjain aja mba, yang pasti cepet selesainya sesuai sama yang diminta sama bos

gitu..

P : ini awalnya gimana sih mas proses masang ablenya ? ceritain dong

I : hehe ceritainya saya juga bingung, mba foto aja

P : hehe iya, kerjaan mas bagian ini aja apa ada bagian lain?

I : yaa palingan masang able ini mba terus pengecoran


P : terus gimana aja nih pak perilaku yang sering mas lakuin kalo kerja yang kira-kira bisa

bikin bahaya sama celaka lah , gimana aja?

I : maksudnya kaya gimana ya mba?

P : iyaa, contohnya kaya gini pak ga ngelakuin pekerjaan sesuai perosedur atau apa yang

disuruh gitu, ga ngerawat peralatan kerja, ga ngasih tau temen kalo ada bahaya, ga pake APD, ga

naro alat kerja ditempatnya, ngelempar alat-alat kerja kalo ngasih ketemen, kerja sambil

ngerokok, sama becnda sama temen, gimana pak yang sering dari contoh yang saya sebutin itu

pak?

I : kalo yang sering sih paling saya ga pake APD sama ga narok alat kerja ditempatnya

sembarang gitu, mba bisa liat sendiri lah ini hehehe

P : itu aja mas ? kalau lempar alat kerja gitu, ngasih ketemen?

I : ngerokok juga sih mbaa iyaa... trus kalau ngelempar alat kerja itu tuh jarang, karena

udah pad apunya sendiri sendiri

P : trus selain itu apalagi mas? Saya kemaren liat mas kerjanya cepet banget deh sigap gitu

I : hmmm... gitu sih kalo yang sering mba… oh itu mba pas itu hari sabtu ya ?hehe saya

kalau ahri sabtu maunya buru-buru aja pulangnya mba, kan mau malmingan anak muda amba

hehe.

P : terus kenapa mas ga make APD ?


I : ya saya engga punya gimana dong mba, saya mah kerja suka ngikuti aturan ko mba,

tapi kalau disini kan kerjanya engga ada aturan mba ehhe, kalau disini diwajibkan pake helm

saya ya pasti pake helm mba.

P : hmm,, kalau ngerokok sambl kerja itu kenapa sih ?

I : ya kalo ngerokok ya emang udah biasa mba.. soal ngerokok udah soal pribadi, saya

juga bingung soalnya jawabnya,ga enak juga kalo ga ngerokok mah..

P : trus gimana tuh mas perasaanya mas berperilaku kaya gitu mas?

I : perasaannya mah biasa aja sih,.

P : biasa aja ya mas?

I : gimana ya, soalnya ngerokok itu udah kecanduan sih, jadinya susah

P : trus kalo untuk APD disini gimana mas penyediaannya?

I : Kan tadi saya dah bilang, kalau disini ada aturan pake helm pake safety, pasti semua

pasti pake mba, saya aja ketemu orang kantor aja jarang. Kalo disini gini mba modelnya, kerja ya

kerja aja dating kerjain, saya aja bingung mba sama proyek disini ini proyek beneran, apa proyek

bohong –bohongan, mba turun aja dari lantai 18 berapa orang, kalau lagi rapat atau meeting

banyak, tapi kalau dilapangan pad aga ada yang naik, kita aja yang kerja malah bingung

P : Jadi gimana tuh mas, ada gasih disediaain APD nya?

I : Duh mba, kan saya bilang ini proyek main-main apa beneran sih hehe, engga ada mba

disediaain ,saya gapunya sama sekali mba bisa liat nih kaki saya hehehe
P : oh gitu mas

I : iya mba, disini beda dengan diproyek-proyek sebelumnya ditempat saya pernah kerja,

langka deh mba tempat kerja bebas begini hehe

P : terus nih mas jelasin dong mas gimana hukuman atau sanksi gitu pak yang berlaku

disini kalo ada pekerja yang cara kerjanya berbahaya gitu pak bisa bikin celaka kaya ga pake

APD gitu gimana pak?

I : Ga ada, disiniloh ga ada hukuman saya mau ngerokok kek, mau ngapain hehehe

P : ah masa sih mas ?

I : iya mba, kalau ditempat lain sih pernah, tergantung kontraktor sih mba, kalau pas saya

kerja di jaya konsturksi iya suka di tegur

P : oo gitu mas , terus kalo misalnya mas atau temen-temen kerjanya bagus gitu pak pake

APD terus, gamacem2 gitu, ada kaya hadiah atau penghargaan gitu disini mas ?

I : wah kalau pengahrgaan sih engga mba, paling ya cuman apa ya, disanjunglah, itu

udah, maksudnya dibandingkan dengan pekerja lain lebih bagus lah

P : terus kalau untuk pengawasan nih mas gimana pengawasan dari orang kantor kalo mas

lagi kerja?

I : ya makanya itu kalau meeting banyak orang kantor, tapi kenapa pas kerjaa diatas ini,

gapernah ad aorang kantor naik,

P : Berarti pak komar doang mas yg suka naik ?


I ; Kalau saya perhatiikan iya sih mba, yang paling PM lah seminggu dua kali ngecek, tapi

P : kapan aja mas biasanya pengawasanya ? pagi siang atau sore mas?

I : ya sering sihh, tapi ga rutin gitu sih ga, terus kalau adapun yang naik keatas palingan

pagiii kalau ga sore jam 3 atau jam 4

P : terus gimana mas yang bapak rasain pak pas ada pengawas gitu orang safety muter gitu

di tempat bapak kerja pak?

I : malah seneng loh mba

P : hehe masa sih mas ?

I :hehhe, tanaya aja itu temen saya, malah seneng loh mba, soalnya itu kita kerja, yaa gak,

udah dapet seginilah, engga pernah dikoplein engga pernah diginiin gimana perasaanya ?hehe

P : Setiap pagi emangnya ga ngumpul safety morning gitu mas ?

I : Ga ada mba ehhe, paling ngumpul dibedeng office hiihhi

P : Seneng ya diawasi ehhe


IU 2

Nama : Purnomo

Usia : 30 th

Pendidikan terakhir : SD

P : Bapak kalau disini kerjaanya ngapain aja pak ?

I : masang hable, plester mbaa

P : itu gimana kerjanya Pak?

I : pertama kali bikin lot-lot an, ditarik benang tinggal dipasangin mba disusun gitu

P : Terus kalau selama kerja disini pernah ga pak ngalamin kecelakaan kerja gitu ?

I : Yaa paling luka kena paku, wajar mah kalau kenap aku, palu atau martel gitu mba,

namanya juga kerja bangunan

P : Kalau kena paku gitu kaki apa tanganya pak ?

I : ini nih mba tangan saya, sedikit aja sih, gores biasanya

P :Kalau perilaku bapak yang biasanya bias menyebabkan kecelakaan kerjai tu biasanya

gimana pak ? , ceritain dong pak, gimana biasanya perilaku yang sering bapak lakukan pada saat

bekerja yang ga sesuai dengan aturan K3?

I :apa yaa, paling yang ngelanggar yang kadang ditegorin itu karna gapake APD mba, dan

narok alat kerja sembarangan ajasih.


P : selain itu apa lagi pak yang dilarang dan sering dilakukan? Kayak ngelempar peralatan

kerja sering ga pak ?

I :ya sering, itu mah udah wajar itu , kan lama dari pada jalan lama, ribet

P : tapi kan bahaya pak , nanti kena kaki temenya atau apa

I : yakan diarahin, awas baru dileparin mba

P : terus apalagi pak, yang sering bapak lakuin ? ngerokok sambil kerja mungkin pak?

I : paling apa yaa, kalo saya sih ngerokok paling berhenti dulu kerja, saya tidak bisa

disuruh kerja ngerokok, ga fokus saya, jadi kalau saya mau ngerokok saya berhenti dulu,istirahat

dulu lah duduk dipojokan

P : Kalau ga pak APD gitu, kenapa bapak perilakunya kaya gitu pak?? Terus napa pak

berantakan gini sembarangan aja narok alat kerja gergaji gini ?

I : Ada tapi ribet, ini pun kepalanya pusing saya kalau dipake, berat kepala saya ..ini aja

sepaatu lepas saya, kalau ini mah biasa aja neng kan bisa keliatan juga

P :terus mana sepatunya ?

I : Ada di mess dibawah

P : terus gimana pak perasaanya berperilaku demikina? Ada perasaan was-was ga sih pak ?

I : engga biasa aja mba, udah lama saya kerja begini juga

P : terus untuk ketersediaan APD disini gimana pak?

I : ya disediainya
P : trus untuk kondisi APD yang disediakan itu gimana pak?

I : yaa kalo untuk kondisinya sih layak pakai lah mba,, kalau ga layak, gabakal mau saya,

dibuang ama saya, saya aja kalau dikasih sepatu kecil aja dibuang, sepatu apaan ini berat-beratin

P : yah bapak, dikasi atuh ketemenya hehe jadi untuk kesesuaian jumlah APD sama

pekerjanya disini gimana pak?

I : ya harus ditambah kayaknya, masa temen saya berkali-kali minta gadapet-dapet,

katanya kan kalo butuh tinggal minta ke kantor , eh setiap kita kesana dibilangnya abis mulu,

berarti kurang kan ya...

I : hmm menurut apak nih, APD yg disediaain udah sesuai belom pak dengan bahaya yg

ada ?

P : menurut saya sih sangat kurangsih ya, karena kita bekerja juga mengahdapi debuya

mba, tapi ga dikasih masker

P : Terus untuk perawatanya biasanya gimana pak ?

I : Hehe, boro-boro dirawat mba, dipake aja jarang sama saya mba

P :hmm, terus jelasin dong pak kalau untuk sanksi atau hukuman yang ada di sini untuk

pekerja yang perilakunya ga aman, yg ga sesuai lah gitu sama aturan k3 pak

I : safety tu seharusnya ada, pasti ada disini ada k3 nya, tapi ya kita bandel ja, ditegur

paling tapi ya kita agghhh didalam rumah juga, kecuali saya dibawah diluar saya pake,

P : kalau untuk hadiah atau penghargaan gitu disini gimana pak untuk pekerja yang patuh,

perilakunya aman sesuai aturan K3 gitu


I : kalau diproyek ini ga ada,kalau dulu dimana ya , tempat dulu saya kerja ada

P : oh gituu, terus kalau pengawasan itu gimana disini pak?

I : ya ada sih mba yang ngawasin terus, tadi abru aja pengawasnya turun

P : ngapain aja tuh pak biasanya?

I : ya sembari lewat liat gitu kalo ada yang ga sesuai menurut mereka yang ditegor

P : kapan aja pak biasanya pengawasannya pak, terus siapa yang ngawas pak ?

I : ya tidak tentu mba kapanya, palingan orang safetynya mba

P : tapi setiap harinya ada pak?

I : ya kadang-kadang,ada kayanya sih mba, Cuma kadang mah lewat doang gitu bentaran

P : terus menurut bapak gimana gimana perasaan bapak kalau lagi ada pengawas /

I : saya mah tenang aja, karena sudah kenal juga udah lama paling saya ajak ngobrol aja

sih
IU3

1. Nama : Ribut Jayanto

2. Usia : 25 th

3. Pendidikan terakhir : SMP

P : Pak ceritain dong pak coba, gimana kerjaan bapak disini sehari-harinya gitu?

I : kerjaan mba?

P : iya gimana kerjaan bapak biasanya disini? Ngapain aja gitu pak?

I : kalo sekarang mah ya lagi gini gini aja mba ngecor, namanya juga udah finishing mba..

P : selain itu ngapain aja pak?

I : ya pasang able, ngegergaji able –able nya buat dipasangin ya kan, trus disusun ablenya,

disemen, namanya bikin bangunan ya mba ya begitu lah.. kadang ya juga bkin kolom, nyusun

besinya, ya tergantung gitu perharinya kita gimananya..

P : nah gimana itu bapak ngerjain kerjaannya pak? ceritain gitu pak gimana caranya bapak

ngerjain kerjaannya bapak itu pak gitu...

I : kalo bikin kolom ya bekisting, dipasang besi gitu dipakuin triplek nya buat penahan

coranya nanti mba, abis itu yang lain mah ya kaya nyemen ya ngaduk semen dulu kan tuh, trus

ya dicor kolomnya mbaa, nanti kalau udah beku udah jadi gitu dibuka lagi penutupnya,tripleknya

ini loh mba

P : terus gimana pak perilaku atau cara kerja bapak deh yang sering gitu bapak lakuin tapi

yang bisa bikin bahaya lah gitu atau celaka pak?


I : maksudnya kaya gimana ya mba?

P : iya perilaku yang sering bapak lakuin kaya contohnya... ga ngelakuin pekerjaan sesuai

perosedur atau apa yang disuruh gitu, ga ngerawat peralatan kerja, ga ngasih tau temen kalo ada

bahaya, ga pake APD, ga naro alat kerja ditempatnya, ngelempar alat-alat kerja kalo ngasih

ketemen, kerja sambil ngerokok, sama becnda sama temen, nah gimana aja nih pak yang sering?

I : iyaa... itu APD

P : gapake APD pak? sering? APD apa pak yang sering gadipake?

I : iya sering, wong saya ga punya APD nya sama sekali mba,gadikasih dari sananya

P : nah selain gapake APD gitu gitu apalagi pak yang sering? ga naro alat kerja

ditempatnya, ngelempar alat-alat kerja kalo ngasih ketemen, kerja sambil ngerokok, sama becnda

sama temen, nah gimana lagi nih pak yang sering?

I : ya paling ngerokok mba, saya suka becanda sama temen yang lain mba, Kalo narok alat

kerja sembarangan ya maklum aja ya mba,karena kan kerjaanya di proyek gini mba, gak ada tempat

tempat khsusu seperti pekerjaan lainya.

P : selain itu apalagi pak ?

I : kalo yang sering mah itu aja mba..

P : jadi kenapa tu pak , suka berperilaku begitu ?


I : yaa kalau ga ngerokok lama mba beres kerjaanya, hmm gimana ya mba susah juga sih

kita laki laki jelasin ke perempuan, saya juga suka ditanyain juga sm org kenapa saya

ngerokoknya banyak , hehehe

P : yakan bahaya pak, nanti bapak keasikan ngerokok malah kenapa kenapa lagi

I : susah sih mba jelasinya, mungkin karena saya udah terbiasa mba jadi saya gapapa,

heheh, kalau masalah kenapa kenapa itu mah musibah mba, siapa aja bisa kena mba

P : hm, kalau becanda dg teman itu kenapa pak ? nanti ke asikan becanda kakinya kena

pacul loh pak pas ngaduk semenya

P : engga lah mba, ya gimana mba kerjaan ditempat beginian serius-serius amat seperti

orang kantora ya ga mungkin mba hehe, kerjaan udah bikin capek badan mesti relax lah mba

dengan becanda sm temen temen hehe, mba bisa rasain juga kan gimana suasana kerja digedung

ini kalau ga ada suara ketawaa ehhe serem mba hehe

I : bapak bisa aja ngeles nya, kalau kek gini gimana tuh pak berserakan gini ?

P : Kalo narok alat kerja sembarangan ya maklum aja ya mba,karena kan kerjaanya di proyek gini

mba, gak ada tempat tempat khsusu seperti pekerjaan lainya., kalau begini kan gampang ambilnya mba

I :pak gimana sih pak perasaanya kalau lagi berperilaku demikian, ga aman ?

P : hehe ya biasa aajasih mba, karena kan kerjaanya juga udah ga bahaya bahaya banget

mba jadi udah aman lah kerja sambil becanda

P : hmm, gt ya, kaau utk APD jadi gimana tuh pak ketersediaan APD dii sini yang di

sediain orang kantornya?


I : ya ga ada mbae, saya aja ngaduk semen ga pernah pake sepatu mba, untung aja kaki

saya udah kebal mba, jadi rapopo hehe

P : hehe, sibapak, terus gimana kalo untuk hukuman atau sanksi gitu pak kalo bapak kerja

kaya gapake APD gitu?

I : gaada kalo hukuman gitu, paling ya ngingetin aja gitu, gimana mau ngehukum ya mba,

emang dari sananya aja udah ga nyediaain,

P : oo jadi tetep di ingetin gitu ya pak?

I ; ya palingan diingetin, baapk kerjanya hati hati ya pak

P : nah terus kalau untuk hadiah gitu atau penghargaan kalo bapak kerjanya bagus,

gapernah ngelanggar, gimana pak?

I : kalo hadiah...belum yaa.. belum pernah dapet, ya gimana saya mau dapet mba, saya

ibaratkan nya ngelanggar terus, ga ada APD saya mah

P : temen-temen bapak yang lain mungkin bapak pernah liat?

I : belum sih belum ada yaa kalo kaya hadiah gitu...kita gapernah terima gitu lah..

P : berarti dsini kalo untuk pengawasan yang diberikan gimana pak?

I : ada itu pak ma pak komar, safety man ya keliling gitu

P : ngapain aja itu pak?

I : ya itu tadi kalo ada yang punya APD tapi gapake APD ditegor gitu, pas dia lagi

keliling, kalo ga karena gapunya paling dibilangin ppak hati-hati kerjanya


P : selain pak komar siapa lagi pak?

I : yaa paling dia ajasih mba

P : kapan aja itu pak?

I : yaa, ga nentu sih mba kelilingnya, ya ga pasti gitu waktunya kapan aja tapi adaa..

sering dia.. siang, sore, pagi juga sering keliling sih..tapi ga disini terus gitu.. jalan keliling muter

liat yang lain juga..

P : terus gimana yang bapak rasain pak pas pak komar itu ke lapangan muter liat dan

ngawasin bapak kerja gitu pak?

I : yaa kalo kalos ama sih biasa aja mba,lagian ga lama juga kok pak komarnnya keliling-

keliling gitu, ga liatin sepanjang hari gitu, jadi yaa gapapa biasa aja gitu..
IU 5

Nama : Ahmad Wahyudin

Usia : 28 th

Pendidikan terakhir : SMP

P : pak ceritain pak gimana kerjaan bapak setiap hari pak?

I : banyak mba kerjaan saya sih pasti ada aja tiap hari..

P : apa aja tuh pak kerjaannya?

I : saya cor kolom ini juga mba,masang able, plester , apa ajasih mba kalau saya mah

P : tiap hari itu begitu pak?

I : iya mba tergantung kan hari ini udah sampe mana gitu kerjaannya hmmm ya tergantung

gitu besok di lanjutin lagi gitu.. kalo udah trus yang lain..gitu lah..

P : gimana pak bapak ngerjain kerjaan-kerjaannya bapak itu pak?

I : kalo cor kolom itu ya, dipaku-pakuin dulu mba dulu mba kayunya atau tripleknya baru

lanjutdicor

P : terus dari bapak ngelakuin kerjaannya bapak gitu, gimana perilaku yang sering bapak

lakuin yang berbahaya gitu pak yang bisa mengakibatkan bapak celaka gitu? Bahaya buat bapak

lah..
I : gaada sih kalo bahaya mah..

P : kayak gini pak contohnya.. ga ngelakuin pekerjaan sesuai perosedur atau apa yang

disuruh gitu, ga ngerawat peralatan kerja, ga ngasih tau temen kalo ada bahaya, ga pake APD, ga

naro alat kerja ditempatnya, ngelempar alat-alat kerja kalo ngasih ketemen, kerja sambil

ngerokok, sama becnda sama temen, gimana pak yang sering dari contoh yang saya sebutin tuh

pak?

I : kan kerjaan saya gini gini aj aja nih mba ,jadi ya saya ga perlu APD gitu, ga make APD

mba, karena ya saya kerjanya gini aja mbak, gak manjat-manjat

P : oo jadi APD ya pak?

I : apalagi yaa

P : oo, ga naro alat kerja ditempatnya, ngelempar alat-alat kerja kalo ngasih ketemen, kerja

sambil ngerokok, sama becnda sama temen gimana pak? Atau selain itu gimana lagi yang

seringnya dilakuin gitu lah pak?

I : ngerokok sih yaa..iyaa juga sering..begitu aja kayanya mba..

P : selain itu pak gimana lagi pak yang sering?

I : gaada lagi sih begitu aja sih mba kalo yang sering gitu ya itu aja kayanya..

P : kalo ngerokok gitu kenapa pak?

I : hmm..kalo ngerokok itu mah biar enak aja gitu kerjanya kan..udah biasa juga sih

ngerokok jadi ya ga afdol aja gitu mba rasanya kalo kerja tuh ga ngerokok hehe..
P : kalo untuk APD yang disediain disini gimana pak?

I : ada kalo Apd mah..sepatu dikasih orang kantor, sama helmnyajuga

P : disediain orang kantor semua pak?

I : iya dari kantornya , ada yang dikasih dipinjemin gitu kan..kita pinjem nanti dibalikin

lagi ke orang kantornya..

P : kalo yang dikasih gitu gimana pak langsung dikasih gitu?

I : kalo helm sama sepatu sih dari awal mulai kerja disini langsung dikasih..kalo yang lain

dipinjemin juga ada juga yang dikasih juga masker, yang dipinjemin lainya yaitupelindung

ketiggi

P : apa aja tuh pak yang dipinjemin gitu?

I : dulu ya kalo mau kerja di atas itu dipinjemin body harness gitu tapi ya itu harus minta

dulu ke kantor..kita kalo ga dipake diomelin tapi kalo mau make harus minta dulu ke kantornya,

bikin malesnya itu sih..

P : selain body harness apalagi pak?

I : iya itu mba aja sih mba yg saya tau..

P : trus kan yang kalo yang ga dipinjemin gitu kan bapak bawa pulang kan ya udah buat

bapak gitu kan, nah itu gimana bapak nyimpennya pak?

I : disimpen ya palingan ya dibawa ke rumah ya mba pastinya mah ya.. taro di rumah gitu

kalo udah pulang mah


P : gimana itu bapak nyimpennya di rumah?

I : iya sepatu mah taro di tempat sepatu gitu...

P : kalo untuk pas lagi di tempat kerja gini nih pak, misalnya bapaknya lagi gaada kerjaan

atau lagi jam istirahat gitu, gimana nyimpen APDnya pak?

I : dsimpen dideket-deket sini aja mba biar ga susah ngambil lagi kalo mau mulai kerja lagi

yaa kalo jauh-jauh ntar susah lagi ngambilnya, istirahat juga sebentar aja..

P : ga disimpen di kotak khusus APD itu pak kan ada?

I : jauh mba males ke sananya, istirahat juga paling kita deket sini paling ke warung bentar

kadang beli makanan trus ke sini lagi males kalo nyimpen disana jauh lagi istirahatnya juga kan

bentaran doang gitu..

P : trus kalo untuk kondisi APD yang disediain dari kantor gitu gimana pak kondisinya?

I : bagus sih kayanya ya.. yang dikasih bukan APD yang rusak kok..

P : trus kira-kira nih pak, gimana kalo untuk APD yang disediain itu sama kesesuaian sama

bahaya yang ada disini ?

I : wah kalau itu saya ora ngerti mba ee, saya dulu Cuma dikasi sepatu sama helm wae

mba, itupun mba lait sendiri saya ora make hehe

P : yah sibapak, dipake la pak,nah kalo jumlahnya gimana pak?

I : ribet mba, jumlahnya gimana nih mba maksudnya?

P : iya kesesuaian jumlah APD yang disediain sama jumlah pekerja disini gimana pak?
I : nah itu yang masih kurang kan kayak tadi saya cerita..kuranglah pokonya..harusnya

ditambahlah biar semuanya kebagian biar ga diomelin kalo gamake kan..

P : jadi belum sesuai jumlah APD sama pekerjanya ya pak ya berarti...terus jelasin dong

pak disini gimana hukuman atau sanksi buat pekerja yang misalnya gapake APD, ngerokok gitu

gimana pak?

I : hmm..yaa kalo kita gapake APD gitu ya paling ditegor aja gitu kadang ya juga diomelin

gitu kadang-kadang..dikasi tau diingetin gitu mba..biasanya ada tuh yang suka lewat kalo ini

ditegor sama dia..

P : berarti ditegor aja gitu pak ya...trus gimana kalo untuk hadiah atau penghargaan lah gitu

pak buat misalnya pekerja yang kerjanya bagus?

I : gatau tuh mba saya ada hadiah-hadiah gitu..gapernah dikasih sih kalo saya mah..gatau

ya..

P : mungkin ada gitu temen bapak yang lain disini pernah dapet hadiah gitu dari kantor

karna kerjanya bagus gitu pak?

I : ga pernah tau tuh saya mba..ga ngerti..

P : oo gitu ya pak.. kalo bapak lagi kerja gimana pak pengawasan dari pihak kantor pak

kalo bapaknya lagi kerja gitu?

I : ya ada sih pak komar disini biasanya yang ini ngatur kerjaan gitu ini ngapain2nya lah

gitu..

P : ngawasin safetynya gitu pak? Ngeliatin bapak pake helm gitu pak ?
I : iya paling gitu aja sih mba, keliling2 mantau mantau kerjaan lah

P : orang safetynya itu pak?

I : iya kayanya..

P : ngapain aja pak kalo ke sini gitu?

I : ya paling itu tadi kalo gapake helm ditanyain kenapa gitu..disuruh pake gitu sih..

P : kapan tuh pak biasanya?

I : jarang-jarang ya kayanya..tapi kadang ada..ga terlalu merhatiin juga sih saya..

P : gimana pak yang bapak rasain kalo lagi diawasin orang safety nya gitu pak?

I : merhatiin aja engga mba saya, saya mah kerja aja, kalo ditegor suruh pake sarung

tangan tuh misalnya ya kalo ada saya pake gitu.. kadang saya juga gatau ada yang ngawasin..
Lampiran 6

Transkrip Wawancara Informan Pendukung

1. Nama : Ahmad Komar

2. Usia : 42

3. Jabatan : Safety

4. Pendidikan terakhir : S1

P : pak, menurut bapak gimana sih perilaku tidak aman pekerja yang sering dilakukanya

saat bekerja ? tolong ceritain dong pak hehe

I : wah itu lumayan banyak mba hehe

P : wah apa aja tuh pak contohnya? Yang paling sering bapak liat

I : Dulu yang paling sering tuh ketika bekerja diketinggian sih gapake body harness, gapake helm

gitu, tapi kan kalau sekarang palingan ga pake masker,helm ,sama sepatu mba..soalnya udah

masuk tahap finishing …

P : oo, APD gitu ya pak, selain itu apalagi pak kira-kira?

I : yang paling sering sih itu yaa, paling kalo untuk kerja masalah material gitu sih yang sering

kita tegur tentang ini yaa, nah kadang material itu suka dilempar aja, suka narok sembarangan

peralatan kerja

P : nah menurut bapak kenapa tuh pekerja perilakunya kaya gitu? Alasan mereka gitu pak...

I : Sejauh ini ya yang saya tau biasanya pekerja yang ada APD ga make APD karena kurang

paham manfaat APD itu, kalau dari kita sih kendalanya kurangnya penekanan juga mba,
keterbatasan kita juga stack jadinya , saya pun ingin berbuat melakukan penekanan kemeraka

pun tapi support kita dari atasan kurang jadi akhirnya semuanya seperti itulah yang mba liat

P : selain itu apa lagi pak kira-kira, yang bikin mereka tuh berperilaku kaya gitu pak?

Motivasinya lah istilahnya gitu pak

I : ya paling sih karna kebiasaan mereka juga yaa, susah jugaa sih mba dijelasinya, karena disini

kendalanya kita kurang nya SDM juga, seperti mba tau sendiri kalau saya disini sendirian

mencakup safety officer dan safety man jadi kurangnya pengawasan juga sih,

P : terus kalau untuk ketersediaan APD yang disediakan pihak perusahaan gimana pak?

I : Dulu nya sih kita sediain ya mba. Walaupun seadanya, awalnya kita pinjamkan mba nanti

kesananya kalau ada apa apa harus ganti, misalnya ada kehilangan kerusakan mereka harus

ganti, seperti semula. Jangan sampe kita pinjamkan tapi mereka tidak ada tanggung jawab, tapi

kenyataan dilapangan ada ada aja mba. Jadi kendala juga buat dikita sendiri juga begitu, kita

sudah sering kali kasih kemereka , malah ga dipake hmm suka apa,semacem buat mereka itu

ahh apa ya, buat mereka itu engga betah padahal itu semua buat mereka pribadi juga, tapi

kadang disatu sisi intinya mereka itu bekerja supaya tidak ada terjadi kena gorekan besi stick,

tapi kadang kadang mereka itu disalah gunakan, yaa sepatu ada yg kita kasih dengan utuh

dibelah sama dia hehe, dibolongin depanya udah seperti sandal, jadi macem macem pekerja itu.

I : oh gitu pak, oh ya pak, kemaren pas saya tanya mereka kenapa sih ga pake APD mereka bilang

mereka gapunya dan ga dapat dari kantor mba, itu gimana sih pak sebenarnya

P : ehhe, gimana ya mba sebenarnya, disini itu memang ada pekerja yg tidak mendapatkan

APD, karena jumlah APD yang kita punya belum sebandinglah dari perusahaan,semacam apa
ya, disini itu K3 itu hanya sebastas formalitas aja, kalau ada yang nanya dirpoyek itu ada divisi

k3, ya jawabnya ada. Tapi divisi ini tidak berjalan sebagai mana mestinya, karena memang kita

dari manajemen atas tidak mendapatkan dana khusus tidak ada budgetinglah namanya. Jadi yaa

seperti yang mba liat sehari hari inilah keadaan k3 ataupun APD sesungguhnya

P : hmm, APD wajib yang harus digunain pekerja disini apa aja pak?

I : yaitu sepatu itu udah harus mutlak, helm juga, kalau buat pekerjana ketinggian mesti make

harnest dan kalau memungkin sebenarnya masker juga dibutuhkan baut pekerja proyek sih mba

P : gimana sih pak prosedur tentang APDnya pak?

I : wah kalah masalah prosedur apalagi terkait safety disini bener bener kurang mba, palingan,

prosedur safety terlampir di aturan umum tentang proyek aja mba, nanti deh saya kasih liat mba,

P : kalo untuk penyimpanan APD nya gimana pak?

I : yaa kalo penyimpanan sih ga ada ya mba, karena kan APD kita pinjamkan ke mereka ya

tanggung jawab mereka. Lagian juga stock udah ga ada, kalau kita minta kepusat juga ga akan

dikasih, jadi semuanya terbatas mba hehhe

P : nah kalo galagi dipake gitu pak sama mereka pas jam kerja misalnya disimpennya

gimana sama mereka pak?

I : yaa suka-suka mereka biasanya, kan yaa itu sih kita juga ga nyediain tempat khusus kan buat

APD mereka kalo lagi istirahat misalnya, jadi ya seadanya aja gitu nyimpennya sebisanya

P : oo gituu, nah terus untuk APD yang disediakan gimana pak kondisinya pak?

I : yaa bagus yaa yang pasti, kan yg baru juga yang dikasih
P : jadi bagus semua ya pak kondisi APD untuk pekerja?

I : ya kalo dari kita mah bagus yang kita sediain ga mungkin juga yang jelek kan, kalau duah

sampe ditangan pekerja jadi jelek lain cerita mba hehe

P : gimana pak tindakan bapak kalo ada APD yang rusak pak?

I : yaa seperti yang saya bilang tadi mba pertama kali saya tekan kan tanggung jawab

mereka,mereka harus bertanggung jawab. Karena konsepnya dari awal kita memberikan APD

tersebut mereka harus jaga jangan sampe hilang juga sampe pekerjaan mereka selesai, sebab

kalau dari kita untuk mengganti kembali atau memberikan APD baru saangat tidak mungkin.

Kendalanya disini ya itu tadi mba kurangnya support dari manajemn atas.

P : oo gitu, nah terus menurut bapak gimana kesesuaian jenis APD ang disediakan dengan

bahaya yang ada pak?

I : kalo menurut saya sih belom mba, apalagi dari segi jumlahnya arus ditambah lagi, tapi kayak

nya ga mungkin mba, disini safety itu bukan merupakan suatu hal yang penting mba, kalau kita

keras dilapangan tapi dari manajemnya kurang support itu ga bakal jalan juga, udah lah saya

sendiri disini mba, sepertinya saya orang safety tersibuk deh mba hehe, merangkap pekerjaan

safety officer sekalians afety man

P : nah kalo untuk hukuman dan sanksi gimana pak yang diberikan untuk pekerja yang

berperilaku ga aman?

I : hukumanya sih dulu ada mba, misalnya pekerja nya tidak makai APD jadi kita memberikan

hukuman dia tidak bisa bekerja selama beberapa hari, tapi kalau kesini sini udah engga sih mba,

P : itu kalo untuk prosedur tertulis gtu gimana pak?


I : engga ada sih mba, palingan awalnya teguran aja sih mba, kalau dia memang sulit untuk

dikasih tahu baru saya tindak lanjutin dg stop dia kerja dulu

P : oo gitu, nah terus kalo untuk penghargaan atau reward giu gimana pak yang diberikan

untuk pekerja yang berperilaku aman?

I : apa yaa, yaa, yaa paling kita kash bubur kacang susu paling itu aja hehe, buat penyemangat

mereka untuk terus berperilaku aman. Kalau penghargaan khusus gitu belum ada yaa di kita

disini, bingung juga ngasihnya gitu kalopun ada, keterbatasan dana juga mbaa, kan gada dana

khusus buat acara acara safety kan, jadi kita minim-minimin lah pengeluaran

P : kalo untuk pengawasan pak, gimana pengawasan yang diberikan kepada pekerja saat

mereka bekerja pak?

I : dalam hal?

P : dalam hal safety pak keselamatan

I : kalo pengawasan pasti adalah

P : nah gimana itu pak pengawasan yang diberikan?

I : selama aktifitas mereka masih berjalan. ya paling pagi kita sempatkan duu kekantor sebentar ,

terus kita kelapangan semua harus kita cek pekerja, diaman tempat tempat yang

membahayakan gitu kan, sduah memadaiapa belom pengamanan pengamanan pekerja, semua

kita croccheck lah dari lantai atas sampe awah

P : itu dari siapa aja pak yang ngelakuin pengawasannya?

I : yang paling pasti tuh sih saya mba hehe


P : nah kapan pak pengawasannya itu dilakuin?

I : bisa dibilang pagi mungkin setiap pagi, dan setelah makan siang sekitar jam setengah 2 atau

jam 2 lah aktifitas dimulai kebali , bisa dikatakan tiga kali lah sama malam , pas aktifitas

lembur, tapi kalau sekarang sih aktifitas lembur udah mulai berkurang sih palng saya ganti sore

P : nah kalo gitu menurut bapak gimana tuh pak keefektifan pengawasan yang diberikan itu

pak?

I : belum kalo untuk efektif mah.. karna yaa banyaknya orang-orang di lapangan, kurang jumlah

gitu yang ngawasin, mereka kan banyak saya sendiri mba .. jadi ya itu masih kurang walaupun

gajadi hambatan juga sih.. jadi ya kalo dibilang efektif sih yaa masih jauh mba..
Lampiran 7

Transkrip Wawancara Informan Kunci

Nama : Riswanto

Usia : 33 Tahun

Pendidikan Terakhir : S1

P : Menurut ka ris, kalau diproyek-proyek itu perilaku tidak aman apa aja sih yang sering

terjadi di proyek konstruksi pas pekerja lagi melakukan pekerjaan – pekerjaan?

I : Yaa, banyak ya. Yang paling sering sih ga jauh jauh dari masalah APD , kamu tau

sendirikan kalau para pekerja di proyek itukan punya rentang pendidikan yang beragam yaa,itu

mempengaruhi banget bagaimana mereka ,ehm melihat perilaku aman dan tidak aman, kebiasaan

pekerja pekerja itu suka melempar alat kerja, terus juga ketaatan mereka memakai APD,

mengikuti prosedut yang ada itu sangat kurang, sangat banyak banget terjadi di hhmmm proyek

proyek gitu

P : hmm, menurut ka ris mengapa pekerja tersebut berperlaku demikian ?

I : Banyak sih, salah satunya yaa karena k3 ini masih awam bagi mereka, mereka masih

belom paham konsep dasar dari k3 itu sendiri dan awarnese nya juga ehmm masih kurang

meskipun mereka sudah tahu, jadi ada beberapa diproyek yang sudah saya tangani eehhmm

mereka sudah tau tentang K3,tapi awarnese kepekaan mereka terhadap hmm melakukan yang

kita rancang itu kurang


P : Lalu karis, tentang ketersediaan APD bagaimana biasanya ketersediaan APD yang

disediaan pihak perusahaan bagi pekerja di proyek konstruksi ?

I : Ehmm tunggu tunggu tadi juga ada faktor ketidaknyamanan yang menyebabkan pekerja

itu males make APD. Tentang ketersediaan apdnya juga perlu diperhatikan, karena kan sudah

sudah ada ketentuan di UU No 1 Th 1970 bahwa perusahaan harus menyediakan APD secara

cuma cuma, namun ya masih banyak juga perusahaan tidak menerapkanya. Seperti ada yang ga

terlalu konsen tentang budgeting APD, perusahaan asing biasanya mengharuskan untuk detail

tentang budgeting, sedangkan perusahaan local atau dalam negeri kurang memperhatikan

budgeting tentang APD

P : Hmm lalu pertanyaan berikutnya jenis apd apa saja yang disediakan biasanya ka Ris ?

I : Yaa tergantung dengan bahaya yang ada diproyek itu sendiri, biasanya jenis apd yg ada

yaaa ada harnest untuk pekerjaan ketinggian,masker, dan yang sangat umum diproyek itu helm

sama sepatu lah

P : Gimana sih ka, menurut ka Ris ketersediaan APD yang seharusnya disediakan oleh

pihak perusahaan untuk pekerja ?

I : Ketersediaannya ya tergantung komitmen dari perusahaanya terhadap k3, yaa

seharusnya sih sesuai yang dengan aturan yang berlaku, ketersediaanya harus sesuai dengan

pekerja, harus ada manajemen APD nya mulai dari proses pengadaan APD, distribudi, perawatan

APD nya. Kalau untuk proyek konstruksi seperti yang saya sebutin tadi, sepatu dan helm itu

udah merupakan atribut umum banget deh untuk proyek, kalau udah ga ada helm sama sepatu itu

mah udah kebangetan sih menurut saya,hehe


P : heheh, iya sih ka ris, terus kalau menurut ka ris hukuman atau sanksi itu biasanya

gimana sih ka ris yang berlaku diproyek bagi pekerja yang berperilaku tidak aman ?

I : Kalau ditempat saya itu, punishmentnya ada tingkat peringatan, misalnya dibolongin id

nya satu kali itu tandanya ringan, sampe 3 kali itu tandanya pelanggaran berat, lalu disebar

fotonyas sehingga bisa jadi contoh untuk pekerja lain sehingga tidak melakukan hal

tersebut.ehmm juga itu tergantung dengan tingkat pelanggaranya bisa satu kali melanggar, tapi

sangat berbahaya bisa langsung 3 bolonganya. Kalau misalnya seperti merokok itu satu bolong,

atau misal las tanpa pengaman tidak ada kompensasi bisa langsung 3 bolongan,operator tanpa

kompetensi harus juga diperhatikan

P : oh gitu ya ka Ris, kalau penghargaan atau reward untuk pekerja yang berperilaku aman

itu biasanya gimana ya ka ?

I : Kalau tentang penghargaan untuk best worker sih biasnaya berupa hadiah atau

penghargaan supaya best worker nya merasa dinilai dan dihargain kerjanya selain itu untuk

memicu teman kerjanya juga supaya termotivasi untuk berperilaku aman. Kalau ditempat saya

setiap bulan ada safety campign memberitahukan tentang kegiatan-kegiatan keselamatan. Setiap

bulan campign yang dilakukan selama 15 menit, ada best worker, hal tersebut bisa jadi motivasi

juga, yang menang dapat hadiah reward seeprti minuman ataupun voucher karena kita tifak bisa

ngasih uang langsung

P : Menurut, ka Ris sistem hukuman dan penghargaan yang efektf dilakukan dan diberikan

kepada pekerja skonstruksi itu seperti apasih ?

I : Kalau menurut saya ya, seperti yang saya bilang tadi, sistim hukuman atau sanksi

untuk para pekerja yang suka melanggar aturan K3 itu harus lebih tegas lagi, maksudnya yaa
jangan hanya sekedar teguran lisan harus yang ngena lah ke mereka seperti berhenti kerja (

diberhentikan beberapa hari) terus fotonya disebarin, biar yang lain tau apa sanksi kalau bekeja

tidak sesuai aturan. Hmm, Kalau untuk penghargaan seharusnya manajemen juga ikut langsung

memberikan hmm semacam apa ya support atau ucapan terikasih langsung kepada best worker,

karena pastinyakan pekerja merasa bangga kalau dapat sambutan baik baik dari manajemenya,

selain itu juga seperti yg saya bilang tadi kasih hadiah, alangkah lebih baiknya hadiahnya itu

berupa atribut safety seperti helm, sepatu, masker dan sebagainya sehingga semakin membuat

mereka semangat untuk bekerja dengan aman. Terus menurut saya menggunakan stopcard juga

lebih efektif ya, itu juga melibat seluruh pekerja untuk mengidentifikasi perilkau tidak aman

ditempat kerjanya

P : Pertanyaan selanjutnya ya kak, hehe..Menurut sepengetahuan kak Ris nih, pengawasan

yang diberikan kepada pekerja saat bekerja itu gimana kak?

I : ya seperti pengawasan biasanya, minimal harus ada yang mengasawi selama pekerjaan

berlangsung, karena kan bahaya ditempat kerja konstruksi itu banyak ya terus belum lagi

resikonya juga besar

P : Kalau bentuk pengawasanya gimana ya kak ?

I : ya bisa dari safety patrol di area kerjanya, bisa dilihat juga sekalian perilaku kerjanya

apakah dia berperilaku sesuai kaidah safety apa engga

P : hmm, siapa ya kak yang biasanya melakukan pengawasan tersebut ?

I : Ada beberapasih, biasanya orang safetynya dan project manajer nya lah sebagai kepala

sekolahnya disana ibaratnya gitu


P : Kapan aja tuh ka Ris pengawasan dilakukan ?

I : Setau saya ya, biasanya pengawasan itu dilakukan pada saat pagi beberapa saat pekerja

memulai pekerjaanya lah, terus jam-jam siang gitu, kira -kira setelah makan sianglah, pas banget

tuh kan jam jam ngantuk kerja, dan palingan ditambah dengan sore sebelum balik kerja

P : oh gitu ya, menurut ka Ris pengawasan yang efektif itu yang seperti apa sih kak ?

I : Konstruksi kan banyak ya, bisa dilegasikan kepada mandor atau leader, harus ada

incahrt yang selalu keliling mmperhatikan pekerja. Supaya pekerja ini bisa terpantau terus ,

selain tujuanya untuk memantau pekerja pengawan yang efektif harus bis ajuga mencipkan

tempat kerja yang aman, jadi para pengawas nya juga harus telaten menilai apakah tempat kerja

atau area kerjanya bagus dalam artian rapi tidak banyak material berserakan tidak pada

tempatnya, hmmm terus pengawasnya juga harus tegas menindak lanjutin jika ada pekerja yang

bekerja tidak sesuai aturan


Lampiran 9

PEDOMAN WAWANCARA

Gambaran perilaku tidak aman pada pekerja bagian finishing PT. CBM Perkasa

pada Proyek Apartemen Tower Intan Tahun 2017

1. Pekerja

Tanggal :

Nama Pewawancara :

Karakteristik Informan

1. Nama :

2. Usia : :

3. Pendidikan terakhir :

Perilaku Tidak Aman

4. Coba Anda ceritakan, bagaimana pekerjaan anda sehari-hari?

5. Bagaimana Anda melakukan pekerjaan anda tersebut?

6. Bagaimana perilaku yang sering Anda lakukan pada saat melakukan pekerjaan yang bisa

menyebabkan kecelakaan kerja??

Probing: - seperti contohnya.. (menyebutkan indikator-indikator perilaku tidak aman pada

penelitian)

-Selain itu?

Motivasi

7. Mengapa Anda berperilaku demikian?

(Probing: Kebiasaan, demi kenyamanan bekerja?)


8. Bagaimana perasaan Anda saat anda berperilaku demikian?

Ketersediaan APD

9. Bagaimana ketersediaan APD di tempat anda bekerja?

10. Apa saja jenis APD yang disediakan?

11. Bagaimana anda dalam menyimpan APD anda?

12. Bagaimana kondisi APD yang disediakan?

13. Bagaimana kesesuaian jenis APD yang disediakan dengan bahaya yang ada saat Anda

bekerja?

(Probing: seperti bekerja diketinggian dengan disediakannya full body harness, bagaimana

dengan APD yang lainnya?)

14. Bagaimana menurut Anda kesesuaian jumlah APD yang ada dengan jumlah pekerja?

Hukuman dan Penghargaan

15. Jelaskan bagaimana hukuman/sanksi yang berlaku di tempat Anda bekerja untuk pekerja

yang sering berperilaku yang bisa menyebabkan kecelakan?

16. Bagaimana pula penghargaan yang diberikan untuk pekerja yang berperilaku aman?

(Probing: seperti pemberian hadiah atau sertifikat untuk pekerja yang patuh pada aturan seperti

dengan selalu menggunakan APD saat bekerja?)

Pengawasan

17. Bagaimana pengawasan yang diberikan oleh pihak perusahaan ketika Anda sedang bekerja?

18. Siapa yang melakukan pengawasan tersebut?

19. Kapan biasanya pengawasan tersebut dilakukan?

20. Bagaimana yang Anda rasakan ketika adanya pengawasan tersebut?


2. Pihak Safety

Tanggal :

Karakteristik Informan

1. Nama :

2. Usia :

3. Jabatan :

4. Pendidikan terakhir :

Perilaku Tidak Aman

1. Jelaskan menurut Anda bagaimana perilaku tidak aman yang sering dilakukan pekerja saat

bekerja?

Motivasi

2. Menurut Anda, mengapa pekerja berperilaku demikian?

(Probing: Kebiasaan, demi kenyamanan bekerja?)

Ketersediaan APD

3. Bagaimana ketersediaan APD yang disediakan pihak perusahaan untuk pekerja?

(Probing: -APD wajib yang harus digunakan pekerja?

4. Bagaimana prosedur yang ada tentang APD?

Probing: APD wajib dan dokumen tertulis?

5. Bagaimana sistem penyimpanan APD?

6. Apa saja jenis APD yang disediakan untuk pekerja?

7. Bagaimana kondisi APD yang disediakan tersebut?

8. Bagaimana tindakan Anda jika ada APD yang rusak?


9. Bagaimana kesesuaian jenis APD yang disediakan untuk pekerja

dengan bahaya yang ada saat mereka bekerja?

10. Bagaimana kesesuaian jumlah APD yang ada dengan keseluruhan

jumlah pekerja?

Hukuman dan Penghargaan

11. Coba ceritakan, bagaimana anda memberikan hukuman/sanksi yang berlaku untuk pekerja

swakelola yang berperilaku tidak aman?

(probing: dokumen prosedur terkait?)

12. Bagaimana dokumen atau prosedur terkait pemberian hukuman atau sanksi yang berlaku kepada

pekerja yang berperilaku tidak aman?

13.Bagaimana pula anda memberikan penghargaan yang diberikan untuk pekerja yang

berperilaku aman?

Pengawasan

14. Coba ceritakan, bagaimana Anda memberikan hukuman/sanksi untuk pekerja yang berilaku tidak

aman?

15. Siapa yang melakukan pengawasan tersebut?

16. Kapan biasanya pengawasan tersebut dilakukan?

17. Menurut Anda, bagaimana keefektifan pengawasan yang diberikan kepada pekerja?
Informan Kunci

Perilaku Tidak Aman

1. Menurut Anda bagaimana perilaku tidak aman yang sering pekerja

proyek konstruksi lakukan pada saat bekerja?

Motivasi

2. Menurut anda, mengapa pekerja tersebut berperilaku demikian?

Ketersediaan APD

3. Bagaimana biasanya ketersediaan APD yang disediakan pihak perusahaan bagi pekerja pada

proyek konstruksi?

4. Apa saja biasanya jenis APD yang disediakan?

5. Bagaimana ketersediaan APD yang seharusnya disediakan oleh pihak perusahaan?

Hukuman dan Penghargaan

6. Menurut anda, bagaimana biasanya hukuman/sanksi yang berlaku untuk pekerja yang

berperilaku tidak aman?

7. Bagaimana pula penghargaan yang biasanya diberikan untuk pekerja yang berperilaku aman?

8. Menurut anda, bagaimana seharusnya sistem hukuman dan penghargaan yang efektif

diberikan kepada pekerja konstruksi?

Pengawasan

9. Bagaimana pengawasan yang biasanya diberikan kepada pekerja saat bekerja?

10. Siapa yang melakukan pengawasan tersebut?


11. Kapan biasanya pengawasan tersebut dilakukan?

12. Menurut anda, bagaimana seharusnya pengawasan yang efektif diberikan kepada pekerja

konstruksi?
Lampiran 10 Dokumentasi Lapangan

Meletakkan Peralatan sembarangan Tidak memakai APD Tidak Memakai APD

Berkelakar dengan teman Meletakan peralatan sembarangan Bekerja sambil merokok

Anda mungkin juga menyukai