BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagian besar kecelakaan kerja, insiden maupun near miss yang menimpa
manusia di tempat kerja disebabkan oleh faktor perilaku dari manusia itu sendiri.
di Cina (Li et al., 2015). Berdasarkan hasil analisis terhadap beberapa insiden oleh
National Safety Council (2011) disimpulkan bahwa 88% kecelakaan kerja secara
dilakukan oleh Zhang (2016) bahwa unsafe behavior merupakan faktor yang
Safety (BBS). Hasil penelitian ini diperkuat dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Hermann et al. (2010) yang menyatakan bahwa program BBS mampu
sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Yeow and Goomas (2014) di
angka kecelakaan kerja sekitar 75%. Program BBS dinilai murah untuk dilakukan
1
HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DAN KECERDASAN SPIRITUAL PEKERJA DENGAN
BEHAVIOR-BASED SAFETY (BBS)
DI UNIT PRODUKSI PT MEGA ANDALAN KALASAN KABUPATEN SLEMAN 2
MAHFI YUSUF
Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
al. (2015) bahwa pendekatan BBS dapat meningkatkan prestasi K3 dan terbukti
tempat kerja. Budaya keselamatan bisa dilakukan dengan mengubah cara pandang
atau sikap para pekerja melalui pendekatan BBS (Somad, 2013). Hal ini sejalan
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Abdullah et al. (2016) bahwa budaya
keselamatan memengaruhi sikap pekerja. Salah satu sikap pekerja adalah persepsi
didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Adie et al. (2005) bahwa
offshore di Inggris. Untuk mengubah sikap dan persepsi pekerja terhadap K3 bisa
angka kecelakaan yang lebih rendah dibandingkan dengan perusahaan yang tidak
Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Saodah et al. (2014) bahwa
tidak selamat (unsafe behavior). Oleh karena itu, pendekatan BBS diterapkan
oleh penelitian yang dilakukan oleh Mokaliran dan Panjaitan (2015) bahwa
HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DAN KECERDASAN SPIRITUAL PEKERJA DENGAN
BEHAVIOR-BASED SAFETY (BBS)
DI UNIT PRODUKSI PT MEGA ANDALAN KALASAN KABUPATEN SLEMAN 3
MAHFI YUSUF
Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
pendekatan BBS mampu mengurangi perilaku tidak selamat pada pekerja. Salah
satu cara untuk mengurangi perilaku tidak selamat adalah dengan melakukan
komunikasi keselamatan melalui safety talk dan safety induction sehingga pekerja
pekerja sehingga bisa meningkatkan dukungan dan kepedulian dari teman kerja
untuk berperilaku selamat. Pernyataan tersebut didukung oleh hasil penelitian yang
dilakukan oleh Rinanda dan Paskarini (2014) bahwa dukungan teman kerja
kecelakaan kerja di tempat kerja. Mansur dan Nasution (2016) menyatakan bahwa
kerja di industri minyak dan gas. Berdasarkan hal tersebut, BBS merupakan
pendekatan yang efektif, mudah, dan murah untuk diterapkan pada berbagai jenis
kecelakaan kerja pada tahun 2012 mencapai angka 103.074 kasus sedangkan pada
tahun 2013 tercatat sebanyak 192.911 kasus kecelakaan kerja. Pada tahun 2014
BPJS mencatat kasus kecelakaan kerja sebanyak 105.383 kasus dan 32.145 pada
pertengahan tahun 2015. Sebagian besar kecelakaan terjadi karena human factor
selamat berhasil, akan lebih baik dengan menggunakan pendekatan yang berupaya
(BBS). BBS dan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah sesuatu yang tidak
dapat terpisahkan. BBS merupakan isu seksi dan hal yang sangat mendasar
mengidentifikasi dan memilih suatu perilaku yang selamat melalui suatu tindakan
mengendalikan diri. Kemampuan ini yang dapat mengerti emosi diri sendiri dan
orang lain, serta mengetahui bagaimana emosi diri sendiri terekspresikan untuk
yang memiliki kecerdasan emosional yang baik mampu mengendalikan pada saat
beban kerja meningkat seperti rasa ketidakadilan, konflik dengan sesama rekan
kerja atau adanya konflik internal di rumah tangga (Suma’mur, 2013). Pernyataan
tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Wiegand (2007) bahwa
emosional bisa digunakan sebagai pondasi yang kuat bagi seorang pekerja untuk
Kecerdasan emosional bukanlah suatu sifat bawaan sejak lahir yang tidak
sikap empati, kasih sayang dan toleransi kepada orang lain. Sikap tersebut sangat
identik dengan prinsip penerapan Behavior-Based Safety dan kawruh jiwa yaitu
adanya perilaku caring dan prise yaitu memberikan pujian pada hal-hal yang
positif diantara para pekerja, serta mengerti diri sendiri dan lingkungan sekitar .
Kecerdasan spiritual juga dapat membawa seseorang untuk selalu menghayati hal-
hal yang ada disekitarnya merupakan sebuah nikmat dan karunia-Nya. Tak
terkecuali dengan seorang pekerja yang senantiasa berada di tempat kerja bersama
dengan rekan kerja lain. Seorang pekerja yang memiliki kecerdasan spiritual akan
selalu mencari value dari setiap tindakan yang mereka lakukan sehingga kesadaran
diri untuk berperilaku selamat ditempat kerja merupakan sebuah kebutuhan. Hal
ini sejalan dengan prinsip kawruh jiwa bahwa seseorang akan menerjemahkan
belajar dari pekerja lain, memahami setiap kondisi pekerja tersebut baik yang
mengalami gejolak fisik maupun mental. Berawal dari inilah seorang pekerja dapat
menunjukkan perhatian yang tulus kepada sesama pekerja atau pekerja lain di
tempat kerja. Oleh karena itu, pekerja akan menyinergikan kecerdasan emosional
HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DAN KECERDASAN SPIRITUAL PEKERJA DENGAN
BEHAVIOR-BASED SAFETY (BBS)
DI UNIT PRODUKSI PT MEGA ANDALAN KALASAN KABUPATEN SLEMAN 6
MAHFI YUSUF
Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
pemikiran, kegiatan dan perilaku (Zohar & Marshall, 2005). Berdasarkan konsep
Zohar & Marshall di atas maka BBS dapat ditunjukkan dalam potensinya untuk
membuat pekerja merasa senang hati, suka rela dan bukan karena keharusan
dengan berpartisipasi dan peduli terhadap keselamatan kerja. Penerapan BBS akan
kerja. Pernyataan tersebut sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Seseorang yang telah mampu memahami dirinya dengan baik dan jujur, maka akan
mampu untuk memahami atau mengerti orang lain dan lingkungannya. Sehingga,
muncul keselarasan antara dirinya dengan rekan kerja lainnya. Hal ini akan
Kawruh jiwa juga dimaknai sebagai cara seseorang melihat sesuatu dari perspektif
yang berbeda. Dengan kata lain, kawruh jiwa mampu mengarahkan seseorang
tempat kerja. Oleh karena itu, pekerja dengan pemahaman atau latar belakang
HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DAN KECERDASAN SPIRITUAL PEKERJA DENGAN
BEHAVIOR-BASED SAFETY (BBS)
DI UNIT PRODUKSI PT MEGA ANDALAN KALASAN KABUPATEN SLEMAN 7
MAHFI YUSUF
Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
kawruh jiwa yang baik akan mampu memahami pekerja lain maupun
lingkungannya. Di samping itu, pekerja dengan latar belakang kawruh jiwa yang
baik akan senantiasa berpikir terlebih dahulu sebelum bertindak. Sehingga, pekerja
Lokasi penelitian yang dipilih peneliti adalah Unit Produksi di PT. Mega
peralatan rumah sakit. Produk yang dihasilkan antara lain tempat tidur pasien,
troli, kursi roda, furniture kamar pasien, meja operasi, meja pemeriksaan, rak dan
lemari, tempat tidur lipat dan lain sebagainya. PT. Mega Andalan Kalasan
memiliki jumlah pekerja tetap 430 orang, pekerja kontrak 463 orang, pekerja
dengan masa percobaan sebanyak 17 orang sehingga total keseluruhan pekerja 910
kasus kecelakaan kerja sebanyak 64 kasus pada tahun 2015, 24 kasus pada tahun
2014, sebanyak 23 kasus kecelakaan kerja pada tahun 2013, terdapat 25 kasus
kecelakaan kerja pada tahun 2012 dan sepanjang tahun 2011 terjadi kecelakaan
yang diperoleh dari perusahaan, jenis kecelakaan kerja yang terdapat di PT. Mega
Andalan Kalasan secara garis besar dapat dibedakan menjadi 2 jenis yaitu (1)
HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DAN KECERDASAN SPIRITUAL PEKERJA DENGAN
BEHAVIOR-BASED SAFETY (BBS)
DI UNIT PRODUKSI PT MEGA ANDALAN KALASAN KABUPATEN SLEMAN 8
MAHFI YUSUF
Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
Kecelakaan Akibat Kerja (KAK), dan (2) Kecelakaan Akibat Hubungan Kerja
(KAH).
antara lain (1) jenis pekerjaan yaitu pada saat menggerinda maupun mengelas (2)
perilaku tidak selamat (unsafe behavior) seperti bekerja tidak sesuai prosedur
melanggar garis pembatas area kerja, bekerja pada posisi yang tidak tepat atau
tidak ergonomis, serta bekerja sambil bercanda (3) isu terkait Behavior-Based
Safety antara lain tidak pernah mengingatkan sesama pekerja ketika salah satu dari
mereka tidak memakai Alat Pelindung Diri (APD), tidak pernah berdoa sebelum
berangkat bekerja, mengabaikan 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, dan Rajin) atau
near miss maupun insiden di tempat kerja, kurangnya komunikasi antara pekerja
dengan pekerja dan antara pekerja dengan atasan (4) isu berhubungan dengan
APD yang disediakan manajemen, tidak melaporkan APD yang rusak atau
memakai APD yang rusak, dan berangkat bekerja tidak tepat waktu.
emosional antara lain (1) sulit menerima arahan dari atasan untuk menggunakan
Alat Pelindung Diri (2) sulit menerima saran dari sesama pekerja untuk
berperilaku selamat. Hal ini berkaitan dengan sistem pengaturan diri pada pekerja
yang tidak stabil. Hal ini menyebabkan pekerja kurang bisa menerima dan
HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DAN KECERDASAN SPIRITUAL PEKERJA DENGAN
BEHAVIOR-BASED SAFETY (BBS)
DI UNIT PRODUKSI PT MEGA ANDALAN KALASAN KABUPATEN SLEMAN 9
MAHFI YUSUF
Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
memahami informasi baik dari pekerja maupun dari atasan (3) mudah emosi.
Banyaknya target dan complain dari buyer membuat beban kerja dan beban
saat bekerja.
Beberapa masalah terkait kecerdasan spiritual antara lain (1) pekerja tidak
pernah berdoa sebelum berangkat bekerja. Hal ini disebabkan karena berdoa
menjadi value dan budaya tetapi hanya rutinitas yang bisa kehilangan maknanya
bahaya keselamatan kerja. (3) kurangnya perasaan dan bertujuan dalam bekerja
(work meaningful). Hal ini disebabkan karena pekerja masih menganggap bekerja
Apabila kondisi tersebut terus berlangsung dan tidak ada pengendalian dari
pihak manajemen maka akan memicu masalah baru antara lain kehilangan waktu
kerja akibat cedera (lost-time injury), absenteeism, dan presenteeism. Hal tersebut
bisa membuat banyak pekerjaan yang tertunda dan tidak selesai sesuai target serta
berpengaruh terhadap kualitas produk yang dihasilkan perusahaan. Hal ini bisa
juga harus membayar kompensasi terkait Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan
Kecelakaan Akibat Kerja (KAK) kepada pekerja yang mengalami cedera dan
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka penulis tertarik
kecerdasan spiritual pekerja dengan BBS di Unit Produksi PT. Mega Andalan
Kalasan.
B. Rumusan Masalah
Kalasan?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
Unit Produksi.
di Unit Produksi.
Produksi.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi PT. MAK, dapat dijadikan sebagai informasi ilmiah bagi pimpinan utama
2. Bagi Unit Produksi, dapat memberikan informasi ilmiah bagi para kepala
5. Bagi Program Studi S-2 Ilmu Kesehatan Masyarakat, penelitian ini dapat
pembaca mengenai Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Selain itu juga
E. Keaslian Penelitian
1. Rivers et al. (2013) telah meneliti Emotion Skills as a Protective Factor for
Risky Behavior among College Students. Hasil penelitian Rivers et al. (2013)
penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah pada subyek penelitian, lokasi
Rivers et al. (2013) dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah pada
2. Irlianti dan Dwiyanti (2014) telah meneliti Analisis Perilaku Aman Tenaga
penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah pada subyek penelitian, lokasi
(2014) dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti terletak pada jenis
3. Sunindijo and Zou (2013) telah meneliti The Role of Emotional Intelligence,
dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti terletak pada beberapa variabel
adalah pada subyek penelitian, lokasi penelitian, analisis data, dan instrumen