Anda di halaman 1dari 11

TUGAS MAKALAH

HUKUM ADAT DELIK

DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI TUGAS DALAM MATA KULIAH

HUKUM ADAT

OLEH :

KELOMPOK 2

 OVIE JUNIARSIH
 DISHA HERLY
 MUHAMMAD IQBAL
 WAHYU AULIANDRY

DOSEN PENGAMPU :

RUS YANDI, S.HI, MH

PROGRAM SARJANA (SI) ILMU HUKUM

FAKULTAS SOSIAL DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SUMATERA BARAT

1445 H / 2023 M
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadapan tuhan yang maha esa, karena atas berkat
rahmat-nyalah tulisan ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Penulisan makalah yang
berjudul “HUKUM ADAT DELIK” ini dalam rangka penyelesaian tugas makalah hukum adat.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini tidak luput dari kekurangan. Hal ini disebabkan oleh
keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang penulis miliki. Oleh karena itu, semua kritik dan
saran pembaca akan penulis terima dengan senang hati demi perbaikan makalah penelitian lebih
lanjut. Tulisan ini dapat penulis selesaikan berkat adanya bimbingan dan bantuan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu, sudah sepantasnya pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan
terima kasih kepada semua pihak, terutama rekan rekan dan dosen mata kuliah pengantar ilmu
hukum yang telah memberikan masukan demi kelancaran dan kelengkapan makalas tulisan ini.
Akhirnya, semoga tulisan yang jauh dari sempurna ini ada manfaatnya.

Padang, 27 juni 2023

Penulis
Daftar isi
KATA PENGANTAR ..............................................................................................................................2
BAB I..................................................................................................................................................4
Pendahuluan......................................................................................................................................4
Latar Belakang................................................................................................................................4
B. Permasalahan .............................................................................................................................5
BAB II.................................................................................................................................................6
Pembahasan ......................................................................................................................................6
A. Delik Adat...................................................................................................................................6
B. Peradilan Hukum Adat.................................................................................................................8
BAB III.............................................................................................................................................. 10
Penutup........................................................................................................................................... 10
Kesimpulan................................................................................................................................... 10
Saran ........................................................................................................................................... 10
Daftar Pustaka.................................................................................................................................. 11
BAB I

Pendahuluan
A. Latar Belakang
Pada dasarnya suatu adat delik itu merupakan suatu tindakan yang melanggar perasaan
keadilan dan kepatuhannya yang hidup dalam masyarakat, sehingga menyebabkan
terganggunya ketentraman serta keseimbangan masyarakat yang bersangkutan, guna
memulihkan keadaan ini maka terjadilah reaksi-reaksi adat.Ruanglingkup Delik Adat
meliputi lingkup dari hukum perdata adat, yaitu hukum pribadi, hukum harta kekayaan,
hukum keluarga dan hukum waris. Didalam setiap masyarakatpasti akan terdapat ukuran
mengenai hal apa yang baik dan apa yang buruk. Perihal apa yang buruk atau sikap tindak
yang dipandang sangat tercela itu akan mendapatkanimbalan yang negative.

Ketentuan Delik adat antara masyarakat adat yang satu berbeda dengan masyarakat adat
yang lain.dikarenakan perbedaan adat maka seringkali dalam menyelesaiakan konflik antar
adat menjadi berlarut larut, bahkan kadang tidak tercapai kesepakatan antara kedua pihak dan
menimbulkan ketegangan. Jika terjadi konflik seperti ini maka dalam mencari jalan
penyelesaianya bukanlah di tangani Pengadilan Agama atau Pengadilan Negri, tetapi
ditangani oleh peradilan keluarga atau kerabat yang bersendikan kerukunan , keselarasan,
dan kedamaian.

Peradilan adat merupakan suatu lembaga peradilan perdamaian antara para warga
masyarakat hukum adat di lingkungan masyarakat hukum adat yang ada.1 Setiap manusia
mempunyai kepentingan baik kepentingan kelompok maupun kepentingan individu, untuk
memenuhi dan melindungi kepentingannya itu, menusia memerlukan manusia lainKehidupan
bersama di dalam suatu masyarakat menimbulkan interaksi, kontaksatu sama lain, sehingga
bentrokan atau konflik kepentingan antar sesama manusia tidak dapat dihindarkan. Konflik
kepentingan itu terjadi apabila dalam melaksanakan atau mengejar kepentingannya seseorang
merugikan orang lain. Untuk itu diperlukan suatu pedoman atau kaedah yang mengatur
bagaimana manusia harus bertingkah laku di dalam masyarakat agar tidak merugikan orang
lain dan dirinya sendiri
B. Permasalahan
1. Apa itu delik adat ?

2. Apa saja sifat pelanggaran hukumnya ?

3. Bagaimana lahirnya delik adat

4. Bagaimana terbentuknya delik adat menurut aliran pikiran tradisional

5. Hal apa saja yang menemui hukum adat

6. Bagaimana sifat, tugas dan wewenang hakim peradilan adat

7. Apa itu hakim peradilan adat terikat dan bebas


BAB II
Pembahasan
A. Delik Adat
 Pengertian

Soepomo menyatakan bahwa

Delik Adat :“ Segala perbuatan atau kejadian yang sangat menggangu kekuatan batin
masyarakat, segala perbuatan atau kejadian yang mencemarkan suasana batin, yang menentang
kesucian masyarakat, merupakan delik terhadap masyarakat seluruhnya”

Teer Haar :

Suatu delik itu sebagai tiap-tiap gangguan pada barang-barang materiil dan immaterial
milik hidup seorang atau kesatuan orang-orang yang menyebabkan timbulnya suatu
reaksi adat, yang dengan reaksi ini keseimbangan akan dan harus dapat dipulihkan
kembali.

Van Vollenhoven:

Delik adalah suatu tindakan yang melanggar perasaan keadilan dan kepatutan
yang hidup dalam masyarakat sehingga menimbulkan reaksi. Perkara delik adat dapat berupa
murni delik adat, contoh pelanggaran peraturan eksogami. Atau delik adat yang juga
bersifat delik Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, contoh delik terhadap harta kekayaan
seseorang.

Sifat Pelanggaran Hukum Adat

Alam pikiran masyarakat itu mempertautkan antara yang nyata dan tidak nyata, antara
alam fana dan alam baka, antara kekuasaan manusia dan kekuasaan gaib, antara hukum manusia
dan hukum Tuhan. Oleh karena itu maka pada umumnya masyarakat adat tidak banyak yang
dapat berpikir rasionalistis atau liberalistis sebagaimana cara berpikir orang barat atau orang
Indonesia yang cara berpikirnya sudah terlalu maju atau kebarat- baratan dengan
menyampingkan kepribadian Indonesia

Dalam konteks itulah maka I Made Widnyana menyebutkan ada 5 sifat hukum pidana adat
adalah :

1. Menyeluruh dan menyatukan karena dijiwai oleh oleh sifat kosmisyang saling berhubungan
sehingga sehingga hukum pidana adattidak membedakan pelanggaran yang bersifat pidana dan
perdata.
2. Ketentuan yang terbuka karena didasarkan atas ketidak mampuanmeramal apa yang akan
terjadi sehingga tidak bersifat pastisehingga ketentuannya selalu terbuka untuk segala
peristiwa atauperbuatan yang akan terjadi.

3. Membedakan permasalahan dimana bila terjadi peristiwapelanggaran yang dilihat


bukan semata-mata perbuatan danakibatnya, tetapi dilihat apa yang mejadi latar belakang dan
siapapelakunya. Oleh karena itu, dengan alam pikiran demikian makadalam mencari
penyelesaian dalam suatu peristiwa menjadiberbeda-beda.

4. Peradilan dengan permintaan dimana menyelesaikan pelanggaanadat sebagian besar


berdasarkan adanya permintaan ata pengaduan,adanya tuntutan atau gugatan dari pihak
yang dirugikan ataudiperlakukan tidak adil.

5. Tindakan reaksi atau koreksi tidak hanya dapat dikenankan pada sipelaku tetapi dapat juga
dikenakan pada kerabatnya ataukeluarganya bahkan mungkin juga dibebankan kepada
masyarakatbersangkutan untuk mengembalikan keseimbangan yangterganggu.

Menurut Hilman Hadikusuma, alam pikiran tradisional yang tercermin dalam sifa-sifat
hukum pidana adat adalah :

1. Menyeluruh dan Menyatukan.

Ketentuan-ketentuan dalam hukumpidana adat bersifat menyeluruh dan meyatukan, ole


karena latarbelakang yang menjiwai bersifat kosmis, dimana yang satudianggap
bertautan dengan yang lain, maka yang satu tidak dapatdipisah-pisahkan dengan yang lain.
Hukum pidana adat tidakmembedakan antara pelanggaran yang bersifat pidana,
denganpelanggaran yang bersifat perdata. Kesemuanya akan diperiksa dandiadili oleh hakim
adat sebagai satu kesatuan perkara yang pertimbangannya bersifat menyeluruh
berdasarkan segala faktoryang mempengaruhinya.

2. Ketentuan yang terbuka.

Oleh karena manusia tidak akan mampumeramalkan masa yang akan datang, maka
ketentuan hukumpidana adat tidak bersifat pasti, sifat ketentuaannya bersifat terbukauntuk
semua peristiwa yang mungkin terjadi. Yang pentingdijadikan ukuran adalah rasa
keadilan masyarakat. Dalammenyelesaikan peristiwa akan selalu terbuka dan selalu
dapatmenerima segaa sesuatu yang baru, karenanya akan selalu tumbuhketentua-ketentuan yang
baru.

3. Membeda-bedakan permasalahan.

Apabila terjadi peristiwapelanggaran maka dilihat bukan semata-mata perbuata


danakibatnya, tetapi juga apa yang menjadi latar belakang dan siapapelakunya. Dengan alam
pemikiran demikian, maka dalam caramencari penyelesaian dan melakukan tindakan
hukum terhadapsuatu peristiwa menjadi berbeda-beda.

4. Peradilan dengan permintaan.

Untuk memeriksa danmenyelesaikan perkara peanggaran, sebagian besar


didasarkanpada adanya permintaan atau pengaduan, adanya gugatan atautuntutan dari
pihak yag dirugikan atau diperlakukan tidak adilkecuali dalam hal yang langsung
merugikan dan menggangukeseimbangan masyarkat yang tidak dapat diselesaikan
dalambatas wewenang kekerabatan.

5. Tindakan reaksi atau koreksi.

Dalam hal melakukan tindakanreaksi atau koreksi dalam menyelesaikan


peristiwa yangmengganggu keseimbangan masyarakat, petugas hukum tidak sajadapat
bertindak terhadap pelakunya, tetapi juga terhadap keluargaatau kerabat pelaku itu, atau
mungkin diperlukan mebebankankewajiban untuk mengembalikan keseimbangan.

6. Tidak Prae-Existente.

Hukum pidana adat tidak menganut sistempra existente regel, artinya tidak menganut asa
legalitas dalam artiperbuatan pidana dalam ukum pidana adat tidak ditentukan terlebihdahulu
sebagai suatu tindak pidana dalam suatu perundang-undangan tertulis, tetapi
ditentukan begitu ada perbuatan yangmengganggu keseimbangan dalam masyarakat

 Lahirnya Delik Adat


Suatu delik lahir dengan diundangkannya suatu ancaman pidana di dalam
staatsblad ( lembaran negara ). Di dalam sistem hukum adat ( hukum tak tertulis ),
lahirnya suatu delik serupa dengan lahirnya tiap-tiap peraturan hukum tak tertulis. Tiap-
tiap peraturan hukum adat timbul, berkembang dan seterusnya lenyap dengan lahirnya
peraturan baru, sedangkan peraturan baru itu berkembang kemudian lenyap pula begitu
seterusnya.
Berdasarkan teori beslissingen teer (ajaran keputusan) bahwa suatu peraturan
mengenai tingkah laku manusia akan bersifat hukum manakala diputuskan & dipertahan-
kan oleh petugas hukum. Karena manusia itu melakukan sebuah tindakan yang dianggap
salah, maka dibuatlah hukuman bagi orang yang melakukan tindakan itu. Maka daripada
itulah lahirnya sebuah delik (Pelanggaran) adat adalah bersamaandengan lahirnya hukum
adat.

B. Peradilan Hukum Adat


 Hal yang Menemui Hukum Adat
Untuk menemui bagaimana bunyinya hukum adat terhadap persoalanyang diadili,
hakim pengadilan negeri tidak terikat oleh peraturan-peraturantentang pembuktian di
dalam HIR. Dalam hal ini hakim mempunyaikebebasan yang tidak dibatasi oleh
undang-undang.
Penetapan-penetapan (putusan para petugas hukum secara
formalmengandung peraturan hukum, akan tetapin kekuatan materiil dari peraturan-
peraturan hukum itu tidak sama. Apabila penetapan (putusan) itu
didalamkenyataan sosial sehari-hari dipatuhi oleh masyarakat,Maka kekuatan materiil
penetapan itu adalah 100% sebaliknya suatupenetapan yang tidak dilaksanakan dalam
kehidupan sehari-hari oleh rakyatmeskipun secara formal mengandung peraturan hukum,
kekuatan materilnyanihil

 Sifat, Tugas dan Wewenang Hakim Peradilan Adat


Para petugas hukum di dalam masyarakat adat melahirkan di dalampenetapan-
penetapannya, apa yang hidup sebagai rasa keadilan di dalammasyarakat.
Dengan penetapan itu, rasa keadilan tersebut mendapatgestaltung, mendapat
bentuk konkret.

 Hakim Peradilan Adat Terikat dan Bebas


Hakim terikat dan bebas adalah hakim yang tidak boleh mengadilihanya
menurut perasaan keadilan diri pribadinya , melainkan ia terikat kepadanilai-nilai yang
berlaku secara obyektif didalam masyarakat.
Hakim terikat kepada sistem hukum yang telah berbentuk dan yangberkembang di
dalam masyarakat. Dengan tiap-tiap putusannya hakimmenyatakan dan
memperkuat kehidupan norma hukum yang tidak tertulis.
Hakim terikat kepada sistem hukum yang berlaku, akan tetapi sistemhukum
Indonesia tidak mengenal dasar precedent seperti yang berlaku diinggris dan
amerika. Ini berarti, bahwa hakim indonesia adalah bebas untukmeninjau secara
mendalam, apakah penetapan-penetapan yang diambil padawaktu yang lampau,
masih dapat dan harus dipertahankan berhubungandengan adanya perubahan-
perubahan di dalam masyarakat, berhubungandengan adanya pertumbuhan perasaan-
perasaan keadilan baru.
BAB III

Penutup

A. Kesimpulan
Delik Adat merupakan pelanggaran pidana maupun perdata adat.
Dalampenyelesaiannya, diutamakan unsur perdamaian melalui hakim
perdamaian desaselaku pengendali delik adat. Jika tidak tercapa perdamaian,
maka tetua adat dapatmemberikan sanksi sesuai latar belakang serta akibat
pelanggaran tersebut.sistem peradilan adat di Indonesia dapat di rinci jadi 3
macam pembahasan yang diatas telah di uraikan secara lengkap, namun perlu di
ketahui bahwa pada zamanhindia belanda dahulu terdapat bermacam-macam
badan peradilan yangmempunyai wewenang mengadili perkara adat atau
pelanggaran terhadap hukumadat.tidak terdapat dualisme peradilan, bahkan dapat
di katakan pluralisme dalamsistem peradilan.
B. Saran
Keaneka ragaman suku, bahasa dan budaya membuat Indonesia kaya akan
adatistiadat. Mari kita jaga kelestarian adat istiadat tersebut sebagai bagian dari
jati diridan pribadi bangsa
Daftar Pustaka

oUndang-undang No.48 tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman.2009.Jakarta :Kementerian


Hukum dan HAM

oSoepomo,R.2007.Bab-bab Tentang Hukum Adat.Jakarta : PT. Pradnya Paramita

oPoesponoto,Soebakti.1985.Asas-asas dan Susunan Hukum Adat. Jakarta : PT.Pradnya


Paramita

oHadikusuma,Hilman.1989.Hukum Pidana Adat,Bandung : PT. Alumni

oMuhammad,Bushar.1991.Pokok-pokok Hukum Adat.Jakarta : PT. Pradnya Paramitha

Anda mungkin juga menyukai