Anda di halaman 1dari 14

1

TUGAS MATA KULIAH

KRIMINOLOGI MODEREN

DOSEN:Dr.E.R.M.TOULE HEHANUSSA,SH.MS.

Oleh :

NAMA : JACOBUS MAHULETTE

PASCA SARJANA PROGRAM STUDI ILMU HUKUM


UNIVERSITAS PATTIMURA

2016
2

A.Latar Belakang

Negeri adalah kesatuan masyarakat hukum adat yang bersifat geneologis

teritorial yang memiliki batas wilayah, berwenang mengatur, mengurus kepentingan

masyarakat setempat berdasarkan hak asal usul dan adat istiadat setempat yang

diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Pemerintah Negeri adalah penyelenggara urusan pemerintahan oleh Pemerintah

Negeri dan Saniri Negeri dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat

setempat berdasarkan hak asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan

dihormati dalam Sistem Pemerintahan Negeri. Terkait dengan sistem Pemerintahan

Adat di Negeri Wassu Kecamatan Pulau Haruku Kabupaten Maluku Tengah, kini

sedang terjadi konflik perebutan kekuasaan yang disebut dengan Mata Rumah Parenta

dimana di Negeri Wassu saat ini ada terdapat 2 (dua) marga yang saling mengklaim

sebagai yang paling berhak untuk menduduki Kursi Pemerintahan sebagai Raja di

Negeri Wassu Kecamatan Pulau Haruku Kabupaten Maluku Tengah.

B.Rumusan Masalah

Dari Latar Belakang masalah tersebut diatas, dapat dirumuskan sebagai berikut ;

1. Berdasarkan Peraturan Daerah (PERDA) Kabupaten Maluku Tengah Nomor : 03

Tahun 2006 tentang Tata Cara Pencalonan, Pemilihan dan Pelantikan Kepala

Pemerintah Negeri, ditegaskan pengajuan calon Kepala Pemerintah Negeri haruslah

berdasarkan pada matarumah / keturunan parentah berdasarkan garis lurus.

Namun dalam Pencalonan, Pemilihan dan Pelantikan Kepala Pemerintah Negeri


3

Wassu Kecamatan Pulau Haruku Kabupaten Maluku Tengah menyimpang dari

Peraturan Daerah (PERDA) Kabupaten Maluku Tengah Nomor : 03 Tahun 2006.

2. Negeri Wassu Kecamatan Pulau Haruku Kabupaten Maluku Tengah adalah sebagai

negeri adat oleh karena itu Pencalonan, Pemilihan dan Pelantikan Kepala

Pemerintah Negeri, mata rumah/keturunan parentah dari Negeri Wassu harus

sesuai asal usul dan adat istiadat berdasarkan garis lurus Negeri Wassu

Kecamatan Pulau Haruku Kabupaten Maluku Tengah.

C.Tujuan Penelitian

Berdasarkan pokok permasalahan di atas, adapun tujuan yang melandasi

penelitian ini yaitu :

1. Untuk mengetahui bagaimana pemenuhan hak-hak masyarakat adat dalam system

pemerintahan adat pada suatu negeri tertentu dalam hal ini yang menjadi objek

penelitian adalah masyarakat adat di Negeri Wasu Kecamatan Pulau Haruku

Kabupaten Maluku tengah.

2. Untuk mengetahui apakah ada pengakuan masyarakat adat di Negeri Wasu

Kecamatan Pulau Haruku Kabupaten Maluku Tengah tentang pemerintahan adat

yang dijalankan saat ini.

D. Kegunaan Penelitian
4

Penelitian yang dilakukan penulis diharapkan mempunyai kegunaan

adalah :

1. Bagi Fakultas Hukum Universitas Pattimura Ambon, hasil penelitian ini dapat

digunakan sebagai bahan referensi dan perbendaharaan perpustakaan yang

diharapkan berguna bagi mahasiswa dan mereka yang ingin mengetahui dan

meneliti lebih jauh tentang masalah ini.

2. Penulisan ini diharapkan dapat memberikan informasi dalam perkembangan ilmu

yang berkaitan dengan masalah yang dibahas dalam penelitian ini.

E. Kajian Teori

Dalam melakukan analisis pada penelitian ini kerangka teori yang akan

digunakan adalah sebagai berikut;

Teori yang pertama, penyusun ambil dari Pasal 18 B Undang-Undang Dasar

1945, pada ayat 1 dan 2 dalam pasal tersebut berbunyi sebagai berikut :

(1) Negara mengakui dan menghormati satuan-satuan pemerintahan daerah yang

bersifat khusus atau bersifat istimewa yang diatur dengan undang-undang.

(2) Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat

beserta hak-hak tradisionalnya. sepanjang masih hidup dan sesuai dengan

perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia,

yang diatur dalam undang-undang.


5

Hal tersebut diatas merupakan suatu dasar hukum bahwa kesatuan-kesatuan adat di

Indonesia telah diakomodir dalam konstitusi.

selanjutnya, dalam menganalisis hukum Adat maka penulis berpendapat akan lebih

mudah menggunakan teori Living Law. Dalam bukunya Fundamental Principles of the

Sociology of Law, Eugen Erlich mendefenisikan Living Law sebagai berikut :

The Living Law is the law which dominates life itself even though it has not been

posited in legal propositions. The source of our knowledge of this law is, first the modern

legal document, secondly direct observation of life, of commerce, of customs and usages

and of all associations, not only those that the law has recognized but also those that it has

overlooked and passed by, indeed even those that it has disapproved

Dalam teori Living law, Eugen Erlich mengungkapkan bahwa hukum positif

berbeda dengan hukum yang hidup dalam masyarakat (living law), hukum positif hanya

akan berjalan efektif jika ia selaras dengan hukum yang hidup dalam masyarakat atau pola-

pola kebudayaan (culture patterns) pusat perkembangan hukum bukan terletak pada badan-

badan legislatif, keputusan-keputusan badan yudikatif atau ilmu hukum namun justru

terletak pada kehidupan masyarakat itu sendiri.

Dalam kerangka teoritis yang demikian, dapat disimpulkan bahwa hukum tidak

digunakan untuk mencapai sasaran-sasaran yang di tetapkan secara sewenang-wenang.

walaupun terbentuk dari kebijakan yang termuat dalam peraturan atau aturan hukum

tertulis, hukum harus mengarah pada terwujudnya keadilan yang berorientasi pada nilai-nilai

hukum yang sesuai dengan Living Law dalam masyarakat.

Kemudian dalam menganalisis Desa menurut hemat penulis dapat menggunakan

konsep kelembagaan (institutionalisme). Teori kelembagaan institutionalisme oleh beberapa

pakar didefenisikan dalam berbagai bentuk di antaranya adalah sebagai berikut :


6

1. Schmid (1972) mengartikan kelembagaan sebagai sejumlah peraturan

yang berlaku dalam sebuah masyarakat, kelompok atau komunitas

yang mengatur hak, kewajiban, tanggung jawab, baik sebagai individu

maupun sebagai kelompok.

2. Doglas Nort (1990) mendefenisikan kelembagaan sebagai batasan-

batasan yang dibuat untuk membentuk pola interaksi politik sosial dan

ekonomi.

3. Sedangkan Schotter (1981) mendefenisikan kelembagaan adalah

regulasi atas tingkah laku manusia yang disepakati oleh semua

anggota masyarakat dan merupakan penata interaksi dalam situasi

yang berulang.

4. Hamilton (1932) mengartikan kelembagaan adalah, cara berpikir dan

bertindak yang umum dan berlaku, serta telah menyatu dengan

kebiasaan dan

F. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian yang akan digunakan adalah penelitian yang bersifat Yuridis

Empiris yang berbasis pada inventarisasi hukum positif, yang dilengkapi

pengamatan operasionalisasi hukum secara empiris di masyarakat.

2. Pendekatan Masalah
7

Penelitian ini membutuhkan data dari bahan pustaka dan data lapangan

antara lain mencakup dokumaen-dokumen resmi,buku, hasil-hasil penelitian yang

berwujut laporan. Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh melalui studi

kepustakaan yakni dengan mempelajari buku-buku, peraturan-perundangan, dan

semua bentuk tulisan yang berhubungan dengan objek penelitian.

3. Sumber Bahan Hukum

Bahan hukum yang digunakan adalah bahan hokum primer,sekunder, dan

tersier. Diperoleh dari bahan pustaka, dengan memperhatikan prinsip pemuktakhiran

rekanvesi. Data tersebut disusun secara sistimatis, sehingga diperoleh gambaran

relative lengkap dari klasifikasi secara kualitatif.

4. Teknik Pengumpulan dan Analisis Bahan Hukum

a. Pengumpulan Bahan Hukum

setiap data yang bersifat teoritis baik berbentuk baik berbentuk azas-aza,

konsepsi dan pendapat para pakar hokum, termasuk kaidah atau norma hokum,

akan dianalisa secara yuridis normatife dengan menggunakan urain secara

deskriptif, yang bertitik tolak dari analisis kualitatif dan uridis empiris.

b. Analisis Bahan Hukum

setiap data yang bersifat teoritis baik berbentuk azas-azas konsepsi dan

pendapat para ahli, termasuk kaidah atau norma hukum, akan dianalisa secara
8

yuridis normatife dengan menggunakan uraian secara deskriptife, yang bertitik tolak

dari analisis yuridis empiris.


9

BAB II

PEMBAHASAN

1. PROSES LAHIRNYA HUKUM ADAT

Hukum adat adalah sistem hukum yang dikenal dalam lingkungan kehidupan

sosial di Indonesia dan negara-negara.Asia lainnya seperti Jepang, India dan

Tiongkok.Hukum adat adalah hukum asli bangsa Indonesia.Sumbernya adalah

peraturan-peraturaran hukum tidak tertulis yang tumbuh dan berkembang dan

dipertahankan dengan kesadaran hukum masyarakatnya.Karena peraturan-peraturan

ini tidak tertulis dan tumbuh kembang, maka hukum adat memiliki kemampuan

menyesuaikan diri dan elastis.Selain itu dikenal pula masyarakat hukum adat yaitu

sekelompok orang yang terikat oleh tatanan hukum adatnya sebagai warga bersama

suatu persekutuan hukum karena kesamaan tempat tinggal ataupun atas dasar

keturunan.

Di Indonesia hukum adat diartikan sebagai hukum Indonesia asli yang tidak tertulis

dalam bentuk perundang-undangan Republik Indonesia yang di sana-sini mengandung

unsur agama.

Terminologi Adat dan Hukum Adat seringkali dicampur aduk dalam memberikan

suatu pengertian padahal sesungguhnya keduanya adalah dua lembaga yang

berlainan.

Adat sering dipandang sebagai sebuah tradisi sehingga terkesan sangat lokal,

ketinggalan jaman, tidak sesuai dengan ajaran agama dan lain-lainnya.Hal ini dapat

dimaklumi karena adatadalah suatu aturan tanpa adanya sanksi riil (hukuman) di
10

masyarakat kecuali menyangkut soal dosa adat yang erat berkaitan dengan soal-soal

pantangan untuk dilakukan (tabu dan kualat).Terlebih lagi muncul istilah-istilah adat

budaya, adat istiadat, dll.

Negeri Wassu Kecamatan Pulau Haruku Kabupaten Maluku Tengah kini dalam kokosongan

pemerintahan yang diakibatkan oleh adanya klaim-mengklaim sebagai Mata Rumah Parentah,

yang berhak menduduki kursi pemerintahan yakni sebagai Raja di Negeri tersebut.

Ada 2 (dua) Mata Rumah di Negeri Wassu Kecamatan Pulau Haruku Kabupagten Maluku

Tengah yang masing-masing mengklaim sebagai yang berhak menjadi Mata Rumah Parentah

di Negeri tersebut yakni:

1. MATA RUMAH RIRAPARI RIRIHENA

2. MATA RUMAH SALAKORY NATAMUA

a. Mata Rumah Parentah menurut versis Mata Rumah Rirapari Ririhena adalah sebagai

berikut;

- Bahwa Negeri adalah kesatuan masyarakat hukum adat yang bersifat geneologis

teritorial yang memiliki batas wilayah, berwenang mengatur, mengurus

kepentingan masyarakat setempat berdasarkan hak asal usul dan adat istiadat

setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara

Kesatuan Republik Indonesia.

- Bahwa Pemerintah Negeri adalah penyelenggara urusan pemerintahan oleh

Pemerintah Negeri dan Saniri Negeri dalam mengatur dan mengurus

kepentingan masyarakat setempat berdasarkan hak asal usul dan adat istiadat

setempat yang diakui dan dihormati dalam Sistem Pemerintahan Negeri.


11

- Bahwa terkait dengan hal tersebut diatas, maka Pemerintah Kabupaten Maluku

Tengah dalam mempertahankan dan melestarikan adat istiadat yang

berkembang dan hidup ditengah masyarakat hukum adat, yang merupakan

suatu kesatuan hukum adat beserta perangkat pemerintahannya yang telah lama

ada, hidup dan berkembang serta dipertahankan dalam tata pergaulan hidup

masyarakat, kemudian mengeluarkan Peraturan Daerah Kabupaten Maluku

Tengah Nomor : 01 Tahun 2006 tentang Negeri.

- Bahwa selanjutnya berdasarkan Peraturan Daerah (PERDA) Kabupaten Maluku

Tengah Nomor : 03 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pencalonan, Pemilihan dan

Pelantikan Kepala Pemerintah Negeri, ditegaskan pengajuan calon Kepala

Pemerintah Negeri haruslah berdasarkan pada matarumah / keturunan parentah

berdasarkan garis lurus.

- Bahwa berdasarkan Peraturan Daerah (PERDA) Kabupaten Maluku Tengah

Nomor : 03 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pencalonan, Pemilihan dan

Pelantikan Kepala Pemerintah Negeri, mata rumah/keturunan parentah dari

Negeri Wassu sesuai asal usul dan adat istiadat berdasarkan garis lurus adalah

merupakan hak dari Mata Rumah Ririhena.


12

- Bahwa Mata Rumah Rirapari Ririhena adalah merupakan kepala

matarumah/keturunan dari matarumah parentah Mata Rumah Ririhena Negeri

Wassu, Kecamatan Pulau Haruku, Kabupaten Maluku Tengah.

b. Mata Rumah Parentah menurut versis Mata Rumah MATA RUMAH SALAKORY

NATAMUA adalah sebagai berikut;

- Bahwa rapat Saniri Negeri Wassu tanggal 28 Juli 2014, dalam kaitan dengan

penetapan matarumah/keturunan yang berhak menjadi Kepala Pemerintah

Negeri telah menetapkan matarumah/keturunan garis lurus dari Mata Rumah

Salakory yang berhak menjadi Kepala Pemerintah Negeri Wassu.

- Bahwa atas dasar penetapan matarumah/keturunan yang berhak menjadi

Kepala Pemerintah Negeri Wassu tertanggal 28 Juli 2014 kemudian

menetapkannya dalam Peraturan Negeri (PERNEG) Wassu Nomor: 01/08/2014

tentang Penetapan Matarumah/Keturunan yang berhak Menjadi Kepala

Pemerintah Negeri di Negeri Wassu, dimana dalam PERNEG tersebut

ditetapkan Matarumah Parentah yang berhak menjadi Kepala Pemerintah Negeri

Wassu yaitu Matarumah Salakori (Natamua) Keturunan TUPEA YACOB


13

BAB III

PENYELESAIAN KONFLIK

Konflik Matarumah parenta di-Negeri Wassu Kecamatan Pulau Haruku Kabupaten Maluku

Tengah harus dapat diselesaikan secara arif dan bijaksana dengan menggunakan pendekatan-

pendekatan sebagai berikut;

a. Pendekatan Histori

b. Pendekatan Adat dan Budaya.

c. Pendekatan Hukum

a.Pendekatan Histori.

Penyelesaian konflik matarumah Parenta di Negeri Wassu Kecamatan Pulau Haruku

Kabupaten Maluku Tengah perlu untuk dikaji sejarah tentang awal mulanya Negeri Wassu

terbentuk . hal ini dianggap perlu dengan berpandangan bahwa sebuah pemerintahan yang

terkecil sekalipun harus memenuhi unsur-unsur sebagai berikut;

1.Harus ada wilayah.

2Harus .ada masyarakat.

3.Harus ada Pemimmpin.

b. Pendekatan Adat dan Budaya.

Sebagai masyarakat adat Negeri Wassu Kecamatan Pulau Haruku Kabupaten Maluku

Tengah, memiliki ada dan budaya yang perlu dipelihara dan dilestarikan termasuk didalamnya

penentuan Matarumah parentah berdasarkan garis lurus di Negeri Wassu.


14

c.Pendekatan Hukum.

Pendekatan hukum dalam penyelesaian konflik Matarumah Parenta di Negeri Wassu

Kecamatan Pulau Haruku Kabupaten Maluku Tengah dapat digunakan pendekatan Hukum

Adat dan Pendekatan Hukum Positif sebagai wujud dari Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai