Anda di halaman 1dari 2

Buku ini menggambarkan kehidupan sosial dan lebih banyak menyentuh aspek

domestik keluarga-keluarga pembesar Hindia Timur pada abad 18. Bagaimana pentingnya
pengaruh

keluarga

dan

koneksi

dalam

mencapai

kedudukan-kedudukan

penting.

Perkembangan budaya campuran juga merupakan pokok bahasan yang penting. Sama
pentingnya seperti pola pengasuhan pelayan dan budak Asia (Hindia) dalam membentuk
budaya tersebut. Dalam hal ini, perempuan menjadi faktor yang tidak bisa diabaikan dalam
pembentukan budaya campuran di Batavia.
Intisari dari buku karya Jean Gelman Taylor Kehidupan Sosial di Batavia :
1. Perempuan memiliki peran yang signifikan dalam kehidupan sosial masyarakat Batavia
era VOC hingga masa kolonial Belanda.
2. Kehidupan klan matriarkal dianut oleh masyarakat Batavia.
3. Mobilitas sosial di lingkungan Batavia terjadi karena perkawinan.
4. Perempuan Belanda yang lahir di Batavia semuanya tidak mampu berbahasa Belanda.
Sejak lahir mereka dibiasakan menjadikan Batavia sebagai tanah air mereka.
5. Budak merupakan salah satu agen budaya. Merekalah yang mendidik anak anak orang
Belanda di Batavia.
6. Masyarakat Belanda yang lahir di Batavia rata rata mampu berbahasa Melayu, Portugis,
namun tidak bisa berbahasa Belanda
7. Masyarakat tersebut membentuk budaya baru yang biasa disebut budaya Indis (dalam hal
bahasa, pakaian, dan adat istiadat), nampaknya pada bangunan juga.
8. Kehadiran penguasa Inggris yang mencoba merubah budaya Indis mengalami kegagalan,
karena 3 faktor yaitu :
a. Hubungan yang terlalu singkat
b. Karakter dari pemerintah Inggris di Indonesia (bukan asli Eropa tetapi campuran
Inggris dan India), mis : Raffles menentang perbudakan, tetapi seluruh orang Inggris
di Batavia pasti memiliki budak dalam rumah mereka.
c. Budaya Mestizo di Batavia telah mengakar kuat sehingga tidak akan menghilang
begitu saja dalam 5 tahun (masa kekuasaan Inggris 1811 - 1816)
9. Nyai Dasima (Njai Dasima) merupakan contoh hubungan pria Inggris yang diilustrasikan
sebagai laki laki India dengan perempuan Sunda. Cerita ini diabadikan dalam cerita
cerita Mestizo dan teater (Komedi Stamboel). Versi bahasa Belanda dari Njai Dasima

ditulis dam diterbitkan oleh Alvares Theodurus Manusama di Batavia (1926). Buku
tersebut diterbitkan ulang oleh Tong tong Internasional di San Fransisco pada 1962

Anda mungkin juga menyukai