Anda di halaman 1dari 2

Persetujuan Renvillle

Persetujuan Renville dapat dianggap sebagai titik balik yang menentukan di dalam pembicaraan-
pembicaraan Indonesia-Belanda yang akhirnya pada tanggal 27 Desember1949 membawa
kepada penyerahan kedaulatan dari Kerajaan Belanda kepada Republik Indonesia. Persetujuan
Renville terutama harus dianggap sebagai suatu hasil penengahan intensif Dewan Keamanan
PBB untuk memecahkan persoalan Indonesia.1 Persetujuan Renville didasari akibat peristiwa
yang terjadi pasca persetujuan perjanjian Linggajati yakni pada 21 Juli 1947*. Pada tanggal
tersebut Belanda mulai melancarkan operasi militer besar-besaran ke wilayah RI di Jawa dan
Sumatera.2

Berkenaan dengan tindakan militer Belanda di Indonesia, pada tanggal 1 Agustus 1947 Dewan
Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) atas usul Australia dan India mengambil
tindakan. DK PBB menerima resolusinya yang pertama mengenai sengketa Indonesia-Belanda
dan mepersilahkan kedua belah pihak supaya segera menghentikan permusuhan. Dewan
Keamanan PBB menyerukan kepada kedua pihak untuk: 1) Menghentikan permusuhan dengan
segera, 2) perbedaan-perbedaan dipecahkan dengan perwasitan (arbitrase) atau sarana-sarana
damai lainnya dan memberitahu Dewan Keamanan mengenai hal ini.

Atas dasar resolusi ini kedua belah pihak pada tanggal 4 Agustus 1947 memerintahkan pada
pukul 00.00 untuk gencatan senjata. Kemudian tanggal 25 Agustus 1947 Dewan Keamanan PBB
menerima dua resolusi baru. Resolusi pertama diajukan oleh Australia dan didukung oleh Cina.
Diktumnya berbunyi: Dewan Keamanan,

1. Mengetahui dengan pasti langkah-langkah yang diambil kedua belah pihak untuk
memenuhi resolusi tanggal 1 Agustus 1947.
2. Mengetahui dengan pasti keterangan Pemerintah Belanda yang diberikan pada
tanggal 11 Agustus 1947, yang isinya tentang niat Pemerintah Belanda untuk
mendirikan Negara Indonesia Serikat yang berdaulat dan demokratis sesuai
Persetujuan Linggajati.

1
Agung, Ide Anak Agung Gde. 1983. Renville (terj.). Jakarta : Sinar Harapan. Hal 50
2
Indonesia dalam Arus Sejarah hal 228
3. Mengetahui niat Pemerintah Negeri Belanda untuk segera memohon kepada konsul-
konsul profesional yang berkedudukan di Jakarta untuk melaporkan keadaan dewasa
ini di Republik Indonesia.
4. Mengetahui permohonan Pemerintah Republik Indonesia tentang penunjukkan
komisi para pengamat oleh Dewan Keamanan PBB.
5. Memohon supaya masing-masing negara yang menjadi anggota Dewan Keamanan
PBB dan mempunyai konsul-konsul profesional di Jakarta untuk menugaskan
konsul-konsul ini bersama-sama guna penerangan dan pegangan bagi Dewan
Keamanan menyusun laporan-laporan mengenai keadaan di Republik Indonesia
sesudah menerima Resolusi DK PBB tanggal 1 Agustus 1947. Termasuk apakah
dipatuhi perintah gencatan senjata.
6. Memohon kepada Pemerintah Negeri Belanda dan Pemerintah Republik Indonesia
untuk memberikan kepada perwakilan-perwakilan yang disebut dalam pasal 5
kemudahan-kemudahan yang diperlukan untuk melaksanakan tugas mereka.
7. Memutuskan mengurus urusan itu seterusnya bila itu dikehendaki oleh keadaan.

Resolusi kedua diajukan oleh Amerika Serikat, yang menghimbau kepada kedua belah pihak
untuk membentuk sebuah tim yang akan membantu perundingan-perundingan itu. Sebuah
tim/komisi yang terdiri dari tiga anggota Dewan Keamanan PBB.3

3
Agung, Ide Anak Agung Gde. Op Cit. hal 50-51

Anda mungkin juga menyukai