Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH TELAAH KURIKULUM DAN BUKU TEKS SEJARAH

TENTANG
PERUBAHAN KURIKULUM DI INDONESIA

OLEH:
KELOMPOK 6:
ADITYO PUTRA DEHAAL
FAHMI RAHMAN
FITRIARIZAL
ORIN RUSTIN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH


JURUSAN SEJARAH
FAKULTAS ILMU-ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2015

Kurikulum 1968
Kelahiran kurikulum 1968 bersifat politis, mengganti rencana pendidikan 1964 yang
dicitrakan sebagai produk orde lama. Dengan suatu pertimbangan untuk tujuan pada
pembentukan manusia pancasila sejati. Kurikulum 1968 menekankan pendekatan organisasi
materi pelajaran: kelompok pembinaan pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus.
Muatan materi pelajaran bersifat teoritis, tidak mengaitkan dengan permasalahan factual di
lapangan.
Pada masa ini siswa hanya berperan sebagai pribadi yang massif, dengan hanya
menghafal teori-teori yang ada, tanpa ada pengaplikasian dari teori tersebut. Aspek afektif dan
psikomotorik tidak ditonjolkan pada kurikulum ini. Praktis, kurikulum ini hanya menekankan
pembentukkan peserta didik hanya dengan intelektualnya saja.
Kurikulum 1968 melakukan perubahan struktur kurikulum dari pancawardhana dan
menekankan pendekatan organisasi mata pelajaran menjadi kelompok pembinaan jiwa
pancasila, pengetahuan dasar dan kecakapan khusus. Kurikulum 1968 merupakan perwujudan
dari perubahan orientasi pada pelaksanaan UUD 1945 secara murni dan konsekuen. Jumlah
jam pelajarannya 9 mata pelajaran. Titik berat kurikulum ini pada materi apa saja yang dapat
diberikan kepada siswa di setiap jenjang pendidikan.
Dari segi tujuan pendidikan, kurikulum 1968 diarahkan pada upaya untuk membentuk
manusia pancasila sejati, kuat, dan sehat jasmani, moral, budi pekerti, dan keyakinan
beragama. Isi pendidikan diarahkan kepada kegiatan mempertinggi kecerdasan dan
keterampilan, serta mengembangkan fisik yang sehat dan kuat.1
Kurikulum 1975
Kurikulum 1975 menekankan pada tujuan, agar pendidikan lebih efektif dan efisien
berdasar MBO (management by objective). Metode, materi dan tujuan pengajaran dirinci
dalam Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI), yang dikenal dengan istilah
satuan pelajaran, yaitu rencana pelajaran setiap satuan bahasan. Setiap satuan pelajaran

1 Suardi, Moh. 2015. Ideologi Politik Pendidikan Kontemporer. Yogyakarta : Deepublish. Hal. 99-100

dirinci menjadi: tujuan instruksional umum (TIU), tujuan instruksional khusus (TIK), materi
pelajaran, alat pelajaran, kegiatan belajar mengajar, dan evaluasi.
Pada kurikulum ini peran guru menjadi lebih penting, karena setiap guru wajib untuk
membuat rincian tujuan yang ingin dicapai selama proses belajar mengajar berlangsung. Tiap
guru harus detail dalam perencanaan pelaksanaan program belajar mengajar. Setiap tatap
muka telah diatur dan dijadwalkan sedari awal. Dengan kurikulum ini, semua proses belajar
mengajar menjadi sistematis dan bertahap.
Kurikulum 1975 disusun dengan berorientasi kepada tujuan pendidikan. Ini berarti
bahwa segala bahan pelajaran dan kegiatan belajar mengajar dipilih, direncanakan, dan
diorganisasikan sesuai dengan tujuan pendidikan yang hendak dicapai. Dengan pendekatan ini
dimaksudkan agar segala kegiatan belajar-mengajar dapat intensif dan efisien diarahkan bagi
tercapainya tujuan pendidikan. Sebagai konsekuensi dari pendekatan yang berorientasi pada
tujuan, kurikulum 1975 memandang situasi belajar mengajar sebagai suatu sistem yang
meliputi komponen-komponen tujuan pelajaran, bahan ajar, alat pelajaran, alat evaluasi, dan
metode pengajaran.
Dengan cara memandang demikian, setiap pengajar diajak untuk menjadi perencana
dari kegiatan belajar mengajar disamping sebagai pengelola, dan salah satu dari proses belajar
mengajar disamping sebagai pengelola, dan salah satu dari proses belajar itu sendiri. Sebagai
alat untuk melaksanakan pola pengembangan dan pelaksanaan program pengajaran ini
dianjurkan kepada setiap guru untuk menggunakan Prosedur Pengembangan Sistem
Instruksional (PSSI) dalam menyusun satuan-satuan pelajaran. Sistem penyajian dengan
pendekatan PPSI (Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional). Sistem PPSI berpandangan
bahwa proses belajar mengajar merupakan suatu sistem yang senantiasa diarahkan pada
pencapaian tujuan. Sistem pembelajaran dengan pendekatan sistem instruksional inilah yang
merupakan pembaharuan dalam sistem pengajaran di Indonesia. Sistem penilaian dengan
melaksanakan PPSI, penilaian diberikan pada setiap akhir pelajaran atau pada akhir satuan
pelajaran tertentu. Inilah yang membedakan dengan kurikulum sebelumnya yang memberikan
penilaian pada akhir semester atau akhir tahun saja2
2 Suardi, Moh. 2015. Ideologi Politik Pendidikan Kontemporer. Yogyakarta : Deepublish. Hal. 100-102

Kurikulum 1984
Kurikulum 1975 hingga menjelang tahun 1983 dianggap sudah tidak relevan lagi dalam
memenuhi kebutuhan masyarakat dan tuntutan teknologi. Dalam GBHN 1983 hasil sidang
umum MPR 1983 menyiarkan keputusan politik yang menghendaki perubahan kurikulum dari
kurikulum 1975 kepada kurikulum 1983. Secara umum dasar perubahan kurikulum 1975 ke
kurikulum 1984 diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Terdapat beberapa unsur dalam GBHN 1983 yang belum tertampung ke dalam kurikulum
pendidikan dasar dan menengah.
2. Terdapat ketidakserasian antara materi kurikulum berbagai bidang studi dengan
kemampuan anak didik.
3. Terdapat kesenjangan anatara program kurikulum dan pelaksanaannya di sekolah.
4. Terlalau padatnya isi kurikulum yang harus di ajarkan hampir di setiap jenjang.
5. Pelaksanaan Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa (PSPB) sebagai bidang pendidikan
yang berdiri sendiri mulai dari tingkat kanak-kanak sampai sekolah menengah tingkat
atas termasuk Pendidikan Luar Sekolah
6. Pengadaan program studi baru (seperti di SMA) untuk memenuhi kebutuhan
perkembangan lapangan kerja.3
Kurikulum 1984 memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Berorientasi kepada tujuan pembelejaran (instruksional).
2. Pendekatan pembelajarannya berpusat pada anak didik melalui cara belajar siswa aktif
3.
4.
5.
6.

(CBSA).
Materi pelajaran dikemas dengan menggunakan pendekatan spiral.
Menanamkan pengertian terlebih dahulu sebelum diberikan latihan.
Materi disajikan berdasarkan tingkat kesiapan atau kematangan siswa.
Menggunakan pendekatan keterampilan proses.4

Kurikulum 1994

3 Sholeh Hidayat. 2013. Pengembangan Kurikulum Baru. Bandung : Remaja Rosdakarya. Hal 8-9
4 Sholeh Hidayat. 2013. Pengembangan Kurikulum Baru. Bandung : Remaja Rosdakarya. Hal 9-10

Kurikulum 1994 dibuat sebagai penyempurnaan kurikulum 1984 dan dilaksanakan


seseuai dengan Undang-Undang No. 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Hal
ini berdampak pada sistem pembagian waktu pelajaran, yaitu dengan mengubah dari sistem
semester ke sistem caturwulan. Dengan sistem caturwulan yang pembagiannya dalam satu
tahun menjadi tiga tahap diharapkan dapat memberi kesempatan bagi siswa untuk dapat
menerima materi pelajaran cukup banyak.5
Terdapat ciri-ciri yang menonjol dari pemberlakuan kurikulum 1994, antara lain sebagai
berikut :
a. Pembagian tahapan pelajaran di sekolah dengan sistem caturwulan .
b. Pembelajaran di sekolah lebih menekankan materi pelajaran yang cukup padat
(berorientasi kepada materi pelajran/isi)
c. Kurikulum 1994 bersifat populis, yaitu yang memberlakukan satu sistem kurikulum
untuk semua siswa di seluruh Indonesia
d. Dalam pelaksanaan kegiatan, guru hendaknya memilih dan menggunakan strategi yang
melibatkan siswa yang aktif dalam belajar, baik secara mental, fisik dan sosial. Dalam
mengaktifkan siswa, guru dapat memberikan bentuk soal yang mengarah kepada jawaban
konvergen, divergen (terbuka, dimungkinkan lebih dari satu jawaban), dan penyelidikan.
e. Dalam pengajaran sustu mata pelajaran hendaknya disesuaikan dengan kekhasan
konsep /pokok bahasan dan perkembangan berpikir siswa sehingga diharapkan akan
terdapat keserasian antara pengajaran yang menekankan pada pemahamn konsep dan
pengajaran yang menekankan keterampilan menyelesaikan soal dan pemecahan masalah.
f. Pengajaran dari hal yang kongret ke hal yang abstrak, dari hal yang mudah ke hal yang
sulit dan dari hal yang sederhana ke hal yang kompleks.
g. Pengulangan-pengulangan materi yang dianggap sulit perlu dilakukan untuk pemnatapan
pemahaman siswa.6

Perubahan kurikulum 1994.


ASPEK

Kurikulum 1994

5 Sholeh Hidayat. 2013. Pengembangan Kurikulum Baru. Bandung : Remaja Rosdakarya. Hal 10
6 Sholeh Hidayat. 2013. Pengembangan Kurikulum Baru. Bandung : Remaja Rosdakarya. Hal 11

Struktur program

1. Program

pengajaran

umum:10

bidang

pada kelas I dan II


2. Program pengajaran

Pengembangan program

khusus 3.yaitu
Bahasa
IPA
IPS

1.Analisis materi pelajaran


2.prog tahunan.
3.Satuan pelajaran
4.Satuan pembelajaran

Sistem Penyampaian

5.rencana pembelajaran
Pendekatan
keterampilan
proses

melalui

rencana

pelajaran.

Ketuntasan

Dianggap tuntas bila skor

Penilaian

65%/65
Ulangn harian dan ulangan

Mata pelajaran

umum
1. PSPB

tidak

dalam

kurikulum
2.penjas masuk pada ekstra
kulikuler

Kelemahan kurikulum1994.

a) Tunggalistik kurikulum 1994 tidak bersifat plualistk di karenakan kurang


mengakomodasi

perbedaan

potensi

dan

kultur

yang

ada

dalam

masyarakat.sekolah di beri muatan lokal boleh berbeda antara sekolah .bahkan


dibanyak sekolah muatanlokal dianggap sebagai sekedar aksesoris yang tidak
harus dipasang .jam wajib unuk muatan lokal 42 jam untuk masing masing siswa
1,2,3 smu dan SLTP, 42 Jam untuksiswa kelas 5 dan 6 40 jam untuk sd kelas 4
Fleksibelitas, kurikulumnya terkesa kaku ,sehingga setiapsekolah tidak dapat
kreatif unntuk mengembangkan ide dan pemikiranya.guru guru disekolah dalam
mengajar anak didik tidak lagi mengaplikasi pendekatan kreatifitas dan yang
lebih cenrung bagaimana bisa mengejar target kurikulum7
Kurikulum 2006
Kurikulum 2006 ini dikenal dengan sebutan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP). KTSP merupakan kurikulum berorientasi pada pencapaian kompetensi, oleh sebab
itu kurikulum ini merupakan penyempurnaan dari Kurikulum Berbasis Kompetensi atau yang
kita kenal dengan KBK (kurikulum 2004). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, lahir dari
semangat otonomi daerah, di mana urusan pendidikan tidak semuanya tanggung jawab pusat,
akan tetapi sebagian menjadi tanggung jawab daerah, oleh sebab itu dilihat dari pola atau
model pengembangannya KTSP merupakan salah satu model kurikulum yang bersifat
desentralistik.8

Pengertian
Dalam Standar Nasional Pendidikan (SNP Pasal 1, Ayat 15), dijelaskan bahwa

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional yang disusun
dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan. Penyusunan KTSP dilakukan oleh
satuan pendidikan dengan memerhatikan dan berdasarkan standar kompetensi serta
kompetensi dasar yang dikembangkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).
7 Bustamam. 2007. Telaah Kurikulum Dan Buku Teks. Padang: Fakultas Ilmu Sosial
8 Sanjaya, Wina. 2011. Kurikulum dan Pembelajaran: Teori dan Praktik Pengembangan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta : Kencana. Hal 127

Berdasarkan konsep di atas , maka ada beberapa hal yang berhubungan dengan makna
kurikulum operasional. Pertama, sebagai kurikulum yang bersifat operasional, maka dalam
pengembangannya, KTSP tidak akan lepas dari ketetapan-ketetapan yang telah disusun
pemerintah secara nasional. Artinya, walaupun daerah diberi kewenangan untuk
mengembangkan kurikulum akan tetapi kewenangan itu hanya sebatas pada pengembangan
operasionalnya saja; sedangkan yang menjadi rujukan pengembangannya itu sendiri
ditentukan oleh pemerintah. Kedua, sebagai kurikulum operasional, para pengembang KTSP,
dituntut dan harus memerhatikan ciri khas kedaerahan, sesuai dengan bunyi Undang-Undang
No. 20 Tahun 2003 ayat 2, yakni bahwa kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan
dikembangkan dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah,
dan peserta didik. Artinya walaupun standar isi ditentukan oleh pemerintah, akan tetapi dalam
operasional pembelajarannya yang direncanakan dan dilakukan oleh guru dan pengembang
kurikulum tidak terlepas dari keadaan dan kondisi daerah. Ketiga, sebagai kurikulum
operasional, para pengembang kurikulum di daerah memiliki keleluasaan dalam
mengembangkan kurikulum menjadi unit-unit pelajaran.9

Karakteristik KTSP

a. Dilihat dari desainnya, KTSP adalah kurikulum yang berorientasi pada disiplin ilmu. Hal
ini dapat dilihat dari pertama, struktur program KTSP yang memuat sejumlah mata
pelajaran yang harus ditempuh oleh peserta didik. Kedua, kriteria keberhasilan KTSP
lebih banyak diukur dari kemampuan siswa menguasai materi pelajaran. Hal ini dapat
dilihat dari sistem kelulusan yang ditentukan oleh standar minimal penguasaan isi
pelajaran seperti yang diukur dari hasil Ujian Nasional.
b. KTSP adalah kurikulum yang berorientasi pada pengembangan individu. Hal ini dapat
dilihat dari prinsip-prinsip pembelajaran dalam KTSP yang menekankan pada aktivitas
siswa untuk mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran melalui berbagai
pendekatan dan strategi pembelajaran yang disarankan. Demikian juga secara tegas

9 Sanjaya, Wina. 2011. Kurikulum dan Pembelajaran: Teori dan Praktik Pengembangan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta : Kencana. Hal 128-129

dalam struktur kurikulun terdapat komponen pengembangan diri, yakni komponen


kurikulum yang menekankan kepada aspek pengembangan minat dan bakat siswa.
c. KTSP adalah kurikulum yang mengakses kepentingan daerah. Hal ini tampak pada salah
satu prinsip KTSP, yakni berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan
kepentingan peserta didik dan lingkungannya. Dengan demikian, maka KTSP adalah
kurikulum yang dikembangkan oleh daerah. Bahkan, dengan program muatan lokalnya,
KTSP didasarkan pada keberagaman kondisi, sosial, budaya yang berbeda masingmasing daerahnya
d. KTSP merupakan kurikulum teknologis. Hal ini dapat dilihat dari adanya standar
kompetensi, kompetensi dasar yang kemudian dijabarkan pada indikator hasil belajar,
yakni sejumlah perilaku yang terukur sebagai bahan penilaian.
Dilihat dari karakteristik di atas, maka KTSP adalah kurikulum yang memuat semua
unsur desain kurikulum. Namun demikian, walaupun semua unsur desain mewarnai KTSP,
akan tetapi desain KTSP sebagai desain kurikulum berorientasi pada pengembangan disiplin
ilmu atau desain kurikulum Subjek Akademis tampak lebih dominan.10

Tujuan KTSP
Secara umum tujuan diterapkannya KTSP adalah untuk memandirikan dan

memberdayakan satuan pendidikan melalui pemberian kewenangan (otonomi) kepada


lembaga pendidikan. Dengan demikian, melalui KTSP diharapkan dapat mendorong sekolah
untuk melakukan pengambilan keputusan secara partisipatif dalam pengembangan kurikulum.
Berbeda dengan kurikulum-kurikulum yang sebelumnya yang berlaku di Indonesia yang lebih
bersifat pengelolaan kurikulum yang sentralistis, di mana seluruh keputusan pengembangan
kurikulum diatur dan ditentukan secara terpusat. Tidak demikian dengan KTSP, sesuai dengan
otonominya, KTSP memberikan kesempatan kepada sekolah untuk berpartisipasi aktif dalam
pengembangan kurikulum. Dengan demikian, kurikulum yang dikembangkan di setiap satuan

10 Sanjaya, Wina. 2011. Kurikulum dan Pembelajaran: Teori dan Praktik Pengembangan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta : Kencana. Hal 129-131

pendidikan akan menjadi lebih bermakna untuk mempersiapkan anak didik menjadi anggota
masyarakat yang berguna mengembangkan potensi daerahnya.
Secara khusus tujuan diterapkannya KTSP adalah untuk
1. Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah dalam
mengembangkan kurikulum, mengelola, dan memberdayakan sumber daya yang tersedia.
2. Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam pengembangan
kurikulum melalui pengambilan keputusan bersama.
3. Meningkatkan kompetisi yang sehat antarsatuan pendidikan tentang kualitas pendidikan
yang akan dicapai.11
Kemudian ada tujuan pendidikan Tingkat Satuan Pendidikan sebagai komponen KTSP
yaitu:
Tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan dasar dan menengah dirumuskan mengacu
pada tujuan umum pendidikan berikut.
a. Tujuan pendidikan dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian,
akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih
lanjut.
b. Tujuan

pendidikan

menegah

adalah

meningkatkan

kecerdasan,

pengetahuan,

kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti
pendidikan lebih lanjut.
c. Tujuan pendidikan menengah kejuruan adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan,
kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti
pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya.12
11 Sanjaya, Wina. 2011. Kurikulum dan Pembelajaran: Teori dan Praktik Pengembangan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta : Kencana. Hal 132-133
12 Arifin, Zainal. 2012. Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum. Bandung : PT Remaja
Rosdakarya. Hal 188

Dasar Penyusunan KTSP


Pengembangan KTSP didasarkan pada dua landasan pokok, yakni landasan empiris dan

landasan formal.
a) Landasan empiris
1. Adanya kenyataan rendahnya kualitas pendidikan kita baik dilihat dari sudut
proses maupun hasil belajar.
2. Indonesia adalah negara yang sangat luas yang memiliki keragaman sosial budaya
dengam potensi dan kebutuhan yang berbeda. Selama ini kurikulum yang bersifat
sentralistis cenderung mengabaikan potensi dan kebutuhan daerah yang berbeda
itu.
3. Selama ini peran sekolah dan masyarakat dalam pengembangan kurikulum
bersifat pasif.
b) Landasan formal
KTSP disusun dalam rangka memenuhi amanat yang tertuang dalam Undang-Undang
Republik Indonesia No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia No 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
Penyusunan KTSP jenjang pendidikan dasar dan menengah menacu pada Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional No 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar
dan Menengah, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 23 Tahun 2006 tentang Standar
Kompetensi Lulusan Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, dan Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional No 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan PP di atas. Selanjutnya, secara
teknis penyusunan KTSP berpedoman pada panduan yang disusun oleh Badan Standar
Nasional Pendidikan (BSNP).

Prinsip prinsip Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan


KTSP dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut:

1. Berpusat pada Potensi, Perkembangan, Kebutuhan, dan Kepentingan Peserta didik dan
Lingkungannya.
KTSP memiliki prinsip bahwa peserta didik memiliki posisi sentral untuk
mengembangkan kompetensinya agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. 13 Untuk mendukung
pencapaian tujuan tersebut pengembangan kompetensi peserta didik disesuaikan dengan
potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik serta tuntutan
lingkungan. Memiliki posisi sentral berarti kegiatan pembelajaran berpusat pada peserta
didik (student centered).14
2. Beragam dan Terpadu
Pengembangan kurikulum memerhatikan keragaman karakteristik peserta didik, kondisi
daerah, jenjang dan jenis pendidikan, serta menghargai dan tidak diskriminatif terhadap
perbedaan agama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial, ekonomi, dan gender.
Kurikulum meliputi substansi komponen muatan wajib kurikulum, muatan lokal, dan
pengembangan diri secara terpadu, serta disusun dalam keterkaitan dan kesinambungan
yang bermakna dan tepat antar substansi.
3. Tanggap terhadap Perkembangan Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Seni
Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu pengetahuan, teknologi, dan
seni berkembang secara dinamis. Oleh karena itu, semangat dan isi kurikulum
memberikan pengalaman belajar peserta didik untuk mengikuti dan memanfaatkan
perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
4. Relevan dengan Kebutuhan Kehidupan

13 Sanjaya, Wina. 2011. Kurikulum dan Pembelajaran: Teori dan Praktik Pengembangan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta : Kencana. Hal 139
14 Arifin, Zainal. 2012. Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum. Bandung : PT Remaja
Rosdakarya. Hal 185

Pengembangan kurikulum dilakukan dengan melibatkan pemangku kepentingan


(stakeholders) untuk menjamin relevansi pendidikan dengan kebutuhan kehidupan,
termasuk di dalamnya kehidupan kemasyarakatan, dunia usaha, dan dunia kerja. Oleh
karena itu, pengembangan keterampilan pribadi, keterampilan berpikir, keterampilan
sosial, keterampilan akademik, dan keterampilan vokasional merupakan keniscayaan.
5. Menyeluruh dan Berkesinambungan
Substansi kurikulum mencakup keseluruhan dimensi kompetensi, bidang kajian keilmuan
dan mata pelajaran yang direncanakan dan disajikan secara berkesinambungan
antarsemua jenjang pendidikan.
6. Belajar sepanjang hayat
Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan, dan pemberdayaan
peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. Kurikulum mencerminkan keterkaitan
antara unsur-unsur pendidikan formal, nonformal, dan informal dengan memerhatikan
kondisi dan tuntutan lingkungan yang selalu berkembang serta arah pengembangan
manusia seutuhnya.
7. Seimbang antara Kepentingan Negara dan Kepentingan Daerah
Kurikulum dikembangkan dengan memerhatikan kepentingan nasional dan kepentingan
daerah untuk membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Kepentingan nasional dan kepentingan daerah harus saling mengisi dan memberdayakan
sejalan dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika dalam kerangka Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI).15

Acuan Operasional Penyusunan KTSP


KTSP disusun dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut.

a) Peningkatan Iman dan Takwa serta Akhlak Mulia


15 Arifin, Zainal. 2012. Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum. Bandung : PT Remaja
Rosdakarya. Hal 184- 186 dan Sanjaya, Wina. 2011. Kurikulum dan Pembelajaran: Teori dan Praktik
Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta : Kencana. Hal 139-140

b) Peningkatan Potensi, Kecerdasan, dan Minat sesuai dengan Tingkat Perkembangan dan
Kemampuan Peserta Didik
c) Keragaman Potensi dan Karakteristik Daerah dan Lingkungan
d) Tuntutan Pembangunan Daerah dan Nasional
e) Tuntutan dunia kerja
f) Perkembangan Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Seni (IPTEKS)
g) Agama
h) Dinamika Perkembangan Global
i) Persatuan Nasional dan Nilai-nilai Kebangsaan
j) Kondisi Sosial Budaya Masyarakat Setempat
k) Kesetaraan Gender
l) Karakteristik satuan pendidikan16
Kurikulum 2013
Tahun 2013 dunia pendidikan Indonesia melahirkan terobosan baru dengan lahirnya
Kurikulum 2013. Berbeda dengan kurikulum sebelumnya, Kurikulum 2013 dirancang sebagai
pengembangan dari Kurikulum 2006 yang sudah ada, dengan tujuan agar peserta didik dapat
menjawab tantangan masa depan serta mencapai Generasi Emas pada saat Indonesia
merayakan Hari Kemerdekaan 100 tahun. Tema utama pengembangan Kurikulum 2013
adalah kurikulum yang dapat menghasilkan insan Indonesia yang Produktif, Kreatif, Inovatif
dan Afektif melalui pembelajaran yang berbasis pada penguatan Sikap, Keterampilan, dan
Pengetahuan, yang keseluruhannya terintegrasi dalam proses pembelajaran.

16 Arifin, Zainal. 2012. Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum. Bandung : PT Remaja
Rosdakarya. Hal 186-188. Menurut Wina Sanjaya dalam bukunya Kurikulum dan Pembelajaran: Teori
dan Praktik Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ini dimasukkan ke dalam
prinsip-prinsip pelaksanaan..

Tahap implementasi Kurikulum 2013 dimulai pada tahun pelajaran 2013/2014,


sebanyak 6.326 sekolah tersebar di seluruh provinsi di Indonesia yang mengimplementasikan
Kurikulum 2013 untuk Kelas 1, 4, 7, dan 10, secara bertahap dan terbatas. Pada periode
berikutnya,

tahun

pelajaran

2014/2015

seluruh

sekolah

di

Indonesia

wajib

mengimplementasikan Kurikulum 2013 untuk Kelas 1, 2, 4, 5, 7, 8, 10, dan 11. Dalam proses
selanjutnya, pada Desember 2014, melalui berbagai pertimbangan dan review, Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Anies Baswedan memutuskan untuk meninjau
kembali pelaksanaan Kurikulum 2013 di seluruh Indonesia melalui Permendikbud No. 160
Tahun 2015. Peraturan Meneteri tersebut mengatur bahwa sekolah yang baru melaksanakan
Kurikulum 2013 selama satu semester wajib kembali ke Kurikulum 2006 dan sekolah yang
sudah mengimplementasikan selama tiga semester pada saat Peremen tersebut diberlakukan
dipersilahkan untuk tetap melanjutkan implementasi Kurikulum 2013. Namun jika sekolah
tersebut menginginkan untuk kembali ke Kurikulum 2006, juga diperbolehkan.
Berdasarkan

aturan

tersebut,

dilakukan

pendataan

ulang

sekolah

yang

mengimplementasikan Kurikulum 2013, kemudian ditetapkan per April 2015 melalui SK


yang dikeluarkan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kemdikbud. Penetapan tersebut
terdiri atas tiga kategori sekolah, yaitu Sekolah Rintisan (6096), Sekolah yang ditentukan
BAN-SM (26), dan Sekolah Mandiri (10.869), jumlah ini setara dengan 6% dari total sekolah
di Indonesia. Pada tahun pelajaran 2015/2016 Kemdikbud memutuskan untuk belum
melakukan penambahan jumlah sekolah ayang akan mengimplementasikan Kurikulum 2013.
Proyeksi implementasi Kurikulum 2013 selanjutnya adalah, pada tahun pelajaran 2016/2017
direncanakan terdapat penambahan 19%, sehingga akan terdapat 25% sekolah yang akan
mengimplementasikan Kurikulum 2013 pada tahun ini, dan diharapkan pada tahu pelajaran
2019/2020 semua sekolah di Indonesia sudah akan menerapkan Kurikulum 2013. Dalam
rentang waktu tersebut, Kemdikbud terus melakukan pengelolaan dan revisi kurikulum yang
meliputi:

Perbaikan dokumen kurikulum.

Pelatihan untuk guru, kepala sekolah, dan pengawas, dengan pendekatan Whole School
Training.

Pendampingan dengan melibatkan berbagai komponen antara lain; dinas pendidikan,


lembaga pemerhati pendidikan, praktisi dari sekolah, dan masyarakat umum.
Pengelolaan kurikulum ini diperlukan sebagai bentuk kerja sama antara pemerintah

pusat, pemerintah daerah, dan masyarakat agar Kurikulum 2013 berhasil diterapkan secara
optimal demi kemajuan bangsa. Diharapkan pula, dengan melibatkan masyarakat pada
pengelolaan Kurikulum 2013, produk pendidikan ini tidak saja menjadi milik Kemdikbud
melainkan menjadi milik seluruh komponen masyarakat.17

17 http://kurikulum.kemdikbud.go.id/tentang_kurikulum

Sumber Bacaan:
Arifin, Zainal. 2012. Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum. Bandung : PT Remaja
Rosdakarya
Bustamam. 2007. Telaah Kurikulum Dan Buku Teks. Padang: Fakultas Ilmu Sosial
http://kurikulum.kemdikbud.go.id diakses pada Senin, 19 Oktober 2015
Sanjaya, Wina. 2011. Kurikulum dan Pembelajaran: Teori dan Praktik Pengembangan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta : Kencana
Sholeh Hidayat. 2013. Pengembangan Kurikulum Baru. Bandung : Remaja Rosdakarya
Suardi, Moh. 2015. Ideologi Politik Pendidikan Kontemporer. Yogyakarta : Deepublish

Anda mungkin juga menyukai