Anda di halaman 1dari 3

Selamat Hari Anak Nasional 23 Juli 2016

Permainan di kala aku kecil, tak hanya gembira ria tapi juga penuh
pelajaran!
By Adityo Dehaal

Dalam tulisan ini sesuai dengan tema memperingati hari anak nasional yang jatuh pada hari
ini (saya menulis ini pada tanggal 23 Juli 2016-red saat hari anak nasional), saya ingin
menuliskan tentang sebuah permainan yang saya mainkan di waktu kecil. Saya kurang tahu apa
nama permainan/mainan itu disebutkan ke dalam bahasa Indonesia, tapi bagi saya; tentunya
dalam bahasa saya sehari-hari (bahasa Ibu = bahasa Minang) saya menyebutnya main gambar.
Mainan itu berbentuk kartu dengan susunan angka dari 1 sampai 36 yang menyatu dalam satu
pola kertas karton dengan corak gambar berbagai tokoh kartun yang disenangi atau lagi ngetrend
di saat itu. Lalu kita akan mengguntingnya satu per satu. Mainan ini biasanya dapat dibeli di
warung dekat sekolah/ pedagang-pedagang penjual mainan.
Yang unik dan juga saya hingga hari ini tidak tahu apa maksudnya adalah, di balik kartu
tersebut terdapat berbagai gambar markah rambu-rambu lalu lintas. Entah siapa yang mempunyai

ide dan menciptakannya, saya pun tidak tahu juga. Biasanya saat waktu kecil, rata-rata anak-anak
tidak begitu memperhatikan bagian belakang tersebut. Karena bagi mereka yang terpenting
adalah gambar kartun yang menarik dan sangat ia sukai, bahkan gambar kartun yang sangat
menjadi idola bagi mereka. Di antara permainan yang dapat dilakukan dengan mainan tersebut di
daerah saya seperti main tapuak, main sandal/batu, main cangkul, main kocok kartu dengan
memilih dan bayaran kartu yang sama. Di saat itu yang terbanyak mengkoleksi dengan berbagai
hasil dari permainanlah yang di anggap hebat. Permainan tersebut mengandalakan ketangkasan,
kecerdasan dan yang utama adalah unsur kesenangan dan bahagia bagi anak-anak.

Tampak depan dari mainan; dengan


berbagai macam gambar menarik
terutama kartun-kartun kesukaan anakanak.

Tampak belakang dari mainan; dengan


gambar markah rambu-rambu lalu
lintas dan penjelasannya.

Beralih ke bagian belakang dari kartu tersebut. Mungkin barangkali tidak ada yang tahu apa
maksud dengan gambar markah rambu-rambu lalu lintas tersebut. Namun menurut saya,
permainan/mainan yang dapat dibeli dengan harganya yang tidak lebih dari Rp5.000 itu punya
sisi positif yang luar biasa. Itu memang mainan biasa-biasa saja dan murah meriah. Saya yakin
gambar markah rambu-rambu lalu lintas tersebut mempunyai tujuan dan artinya. Secara tidak

langsung mainan ini memberikan sisi edukatif dalam hal pengenalan terhadap lalu lintas dan
kendaraan. Anak-anak yang secara tidak sengaja membuat kartu itu terbalik karena
permainannya akan melihat gambar di balik kartu itu. Walaupun sepintas ia melihat, pengamatan
secara visual tersebut terekam dengan cepat di memori otaknya. Itu baru sepintas, lantas
bagaimana jika ada anak yang benar-benar mengamati secara teliti seluruh gambar di bagian
depan kartu tersebut. Saya kira semua orang akan setuju bahwasanya pembelajaran terhadap
anak-anak di usia 7-13 tahun adalah dengan pembelajaran visual. Pengenalan melalui gambar
tersebut bahkan juga efektif terhadap anak-anak usia prasekolah.

Jadi menurut saya, amat beruntunglah anak-anak yang masih dapat menjumpai permainan
tersebut, termasuk saya yang merupakan generasi 90an yang masih mencicipi permainan dan
mainan itu. Dan lagi itu hanya baru satu permainan yang terungkap, karena di era saya kanakkanak masih banyak permainan yang memiliki unsur edukatif dan yang utama adalah permainan
yang non-instant, non-pornography, non-individualistis, dan tentunya safety for a kids. Cintailah
permainan tradisional dan lestarikan, bukan kita harus gaptek tapi kita harus mensinergikan
antara tradisional dan teknologi baru, dan juga mengambil sisi positif dari perkembangan
kecanggihan teknologi dan mem-filternya bagi anak-anak generasi penerus bangsa kita.
SalamMerdeka-AkuCintaIndonesia100%!

Anda mungkin juga menyukai