Anda di halaman 1dari 11

KONSEP DASAR KEWIRAUSAHAAN

1.1 Mengenal Kewirausahaan


Konsep entrepreneurship mulai diperkenalkan pada abad ke-18 di Prancis oleh Richard
Cantillon. Pada periode yang sama di Inggris juga sedang terjadi revolusi industri yang
melibatkan sejumlah entrepreneur. Kemudian, gagasan tersebut dibahas secara lebih
mendalam oleh Joseph Schumpeter, seorang ahli ekonomi Jerman, pada tahun 1911. Melalui
teori pertumbuhan ekonomi dari Schumpeter konsep entrepreneurship telah didudukkan pada
posisi yang sangat penting dalam pelaksanaan pembangunan. Pengertian entrepreneurship
itu sendiri berkembang sejalan dengan evolusi pemikiran para ahli ekonomi di dunia barat,
kemudian menyebar ke negara-negara lain termasuk ke Indonesia. Di negara kita sendiri
konsep entrepreneurship tersebut dialihbahasakan sebagai kewiraswastaan atau
kewirausahaan.
A. Pengertian Kewirausahaan
Jika kita menengok literatur asing, makna yang terkandung pada konsepkonsep
wirausaha tersebut adalah sepadan maknanya dengan kata entrepreneurship dalam bahasa
Inggris. Istilah entrepreneur itu sendiri berasal dari bahasa Prancis, yaitu entreprendre yang
mengandung makna to undertake yang berarti mengerjakan atau berusaha atau melakukan
suatu pekerjaan. Ronstadt dalam (Kuratko dan Hodgetts 1989 p.6) menjelaskan bahwa the
entrepreneur is one who undertakes to organize, manage, and assume the risks of the
business, yang berarti bahwa seorang wirausaha adalah seseorang yang berupaya untuk
mengatur, mengelola, serta bersedia menanggung risiko dari suatu usaha.. Dalam bahasa
Indonesia, Entrepreneur diterjemahkan sebagai wirausaha. Selanjutnya kata Entrepreneurship
diartikan sebagai kewirausahaan. Entrepreneurship adalah proses menciptakan sesuatu yang
lain dengan menggunakan waktu dan kegiatan disertai modal dan risiko serta menerima balas
jasa dan kepuasan serta kebebasan pribadi. Seorang wirausaha atau entrepreneur adalah
seorang pemimpin sehingga seorang wirausaha harus percaya pada diri sendiri, punya
kemampuan mengambil risiko, fleksibilitas tinggi, punya keinginan kuat untuk mencapai
sesuatu dan tidak berkeinginan untuk bergantung pada orang lain.
Di Indonesia, wiraswasta atau wirausaha sering diartikan sebagai orang-orang yang tidak
bekerja pada sektor pemerintahan, seperti pedagang, pengusaha dan orang-orang yang
bekerja di perusahaan swasta. Adapun sebutan wirausahawan ditunjukkan bagi orangorang
yang mempunyai usaha sendiri ataupun orang yang berani membuka kegiatan produktif yang
mandiri.
Menurut Zimmerer (1996), kewirausahaan adalah suatu proses penerapan kreativitas dan
inovasi dalam memecahkan persoalan dan menemukan peluang untuk memperbaiki
kehidupan. Keputusan Menteri Koperasi dan Pembinaan Pengusaha Kecil Nomor
961/KEP/M/XI/1995 menyebutkan bahwa kewirausahaan adalah semangat, sikap, perilaku,
dan kemampuan seseorang dalam menangani usaha atau kegiatan yang mengarah pada upaya
mencari, menciptakan, serta menerapkan cara kerja, teknologi dan produk baru dengan
meningkatkan efisiensi dalam rangka memberikan pelayanan yang lebih baik dan atau
memperoleh keuntungan yang lebih besar.
Landasan kewirausahaan terdiri dari: 1) Sikap merupakan kesiapan mental atau
emosional dalam beberapa jenis tindakan pada sesuatu yang tepat. Selain itu dapat diartikan
sebagai sesuatu yang dipelajari dan bagaimana individu bereaksi terhadap situasi dan
menentukan apa yang dicari dalam kehidupan. Sikap seseorang mampu mendewasakan
seseorang sehingga merupakan landasan dalam kewirausahaan. 2) Ide dalam konteks
kewirausahaan adalah gagasan kreativitas dalam menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda
sebagai sumber keunggulan untuk dijadikan peluang dalam pelaksanaan kewirausahaan. 3)
Kreativitas merupakan kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik
berupa gagasan maupun karya nyata yang relatif berbeda dengan apa yang telah ada
sebelumnya guna menunjang perkembangan kewirausahaan.
Kewirausahaan juga memiliki tujuan, yaitu: (1) meningkatkan jumlah wirausaha yang
berkualitas, (2) mewujudkan kemampuan dan kemantapan para wirausaha untuk
menghasilkan kemajuan dan kesejahteraan masyarakat, (3) membudayakan semangat, sikap,
perilaku, dan kemampuan kewirausahaan dikalangan masyarakat yang mampu, handal, dan
unggul, serta (4) menumbuh kembangkan kesadaran dan orientasi kewirausahaan yang
tangguh dan kuat terhadap masyarakat. Kata kunci dari kewirausahaan adalah: (1)
pengambilan risiko, (2) menjalankan usaha sendiri, (3) memanfaatkan peluangpeluang, (4)
menciptakan usaha baru, (5) pendekatan yang inovatif, dan (6) mandiri (misal, tidak
bergantung pada bantuan pemerintah).

B. Pengertian Wirausaha
Zimmere (1996) mengemukakan definisi wirausaha yang berarti seseorang yang
menciptakan bisnis baru dengan mengambil risiko dan ketidakpastian demi mencapai
keuntungan dan pertumbuhan dengan cara mengidentifikasi peluang yang signifikan dan
menggabungkan sumber-sumber daya yang diperlukan. wirausaha itu mengarah kepada
orang yang melakukan usaha atau kegiatan sendiri dengan segala kemampuan yang
dimilikinya. Seringkali wirausahawan yang merupakan penggerak wirausaha disebut sebagai
pengusaha atau penemu (inventor) bahkan sebagai manajer.
Wirausaha mengarah kepada orang yang melakukan usaha/kegiatan sendiri dengan segala
kemampuan yang dimilikinya, sedangkan kewirausahaan menunjuk kepada sikap mental
yang dimiliki seorang wirausaha dalam melaksanakan usaha atau kegiatan

2.1 Pendekatan Konsep Kewirausahaan


A. Teori Kewirausahaan
Menurut Soeparman Soemahamidjaja (1977), entrepreneur pertama kali dipopulerkan
oleh Cantilon dalam “Essai sur la nature du commerce” (1755), yaitu sebutan bagi para
pedagang yang membeli barang di daerah-daerah dan kemudian menjualnya dengan
harga yang tidak pasti. Toko terkemuka bernama Soeharto Prawirokusumo (1997)
menerjemahkan entrepreneurship sebagai “kewirausahaan” yang dapat diartikan sebagai
“the backbone of economy”, yaitu syaraf pusat perekonomian atau sebagai “tailbone of
economy”, yaitu pengendali perekonomian suatu bangsa. Peter F. Drucker (1994) dalam
Suryana (2013) menjelaskan bahwa konsep kewirausahaan merujuk pada sifat, watak,
dan ciri-ciri yang melekat pada seseorang yang mempunyai kemauan keras untuk
mewujudkan gagasan inovatif ke dalam dunia usaha yang nyata dan dapat
mengembangkannya dengan tangguh. Menurut Peggy A. Lambing & Charles R. Kuehl
dalam buku Entrepreneurship (1999), kewirausahaan adalah suatu usaha yang kreatif
yang membangun suatu value dari yang belum ada menjadi ada dan bisa dinikmati oleh
orang banyak. Dari beberapa konsep yang ada, terdapat enam hakekat penting
kewirausahaan sebagai berikut:
a. Kewirausahaan adalah suatu nilai yang diwujudkan dalam perilaku yang dijadikan
dasar sumber daya, tenaga penggerak, tujuan, siasat, kiat, proses, dan hasil bisnis
(Sanusi, 1994).
b. Kewirausahaan adalah suatu kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru
dan berbeda (Drucker,1959).
c. Kewirausahaan adalah suatu proses penerapan kreativitas dan inovasi dalam
memecahkan persoalan dan menemukan peluang untuk 
memperbaiki
kehidupan (Zimmerer,1996).
d. Kewirausahaan adalah suatu nilai yang diperlukan untuk memulai suatu usaha dan
perkembangan usaha (Prawiro,1997).
e. Kewirausahaan adalah suatu proses dalam mengerjakan sesuatu yang baru dan
sesuatu yang berbeda yang bermanfaat member nilai lebih.
f. Kewirausahaan adalah usaha menciptakan nilai tambah dengan jalan
mengkombinasikan sumber-sumber melalui cara-cara baru dan berbeda untuk
memenangkan persaingan. Nilai tambah tersebut dapat diciptakan dengan cara
mengembangkan teknologi baru, menemukan pengetahuan baru, menemukan cara
baru untuk menghasilkan barang dan jasa yang baru yang lebih efisien,
memperbaiki produk dan jasa yang sudah ada, dan menemukan cara baru untuk
memberikan kepuasan baru kepada konsumen.
Esensi dari kewirausahaan menurut Suryana (2013) adalah menciptakan nilai tambah
di pasar melalui proses kombinasi sumber daya dengan cara-cara baru dan berbeda.
Menurut Zimmerer (1996), nilai tambah diciptakan dengan cara:
1. Pengembangan teknologi baru,
2. Penemuan pengetahuan baru,
3. Perbaikan produk dan jasa yang sudah ada,
4. Penemuan cara-cara yang berbeda untuk menghasilkan barang dan jasa yang lebih
banyak dengan sumber daya yang lebih sedikit.
B. Teori Kewirausahaan
Persepsi tentang wirausaha samadengan wiraswasta sebagai padanan
entrepreneur. Perbedaannya adalah penekanan pada kemandirian (swasta) bagi
wiraswasta dan usaha (bisnis) pada wirausaha. Seorang wirausaha harus memiliki
pengetahuan, kemampuan dan kemauan, ketiga konsep ini saling mengisi dan memiliki
keterkaitan satu sama lain.
Menurut konsep Schumpeter (1934), wirausaha merupakan pengusaha yang
melaksanakan kombinasi-kombinasi baru dalam bidang teknik dan komersial ke dalam
bentuk praktek. Inti dari fungsi wirausaha (the core of entrepreneur functional) adalah
pengenalan dan pelaksanaan kemungkinan – kemungkinan baru dalam bidang
perekonomian. Kemungkinan – kemungkinan baru yang dimaksudkan oleh Schumpeter
adalah:
a. Memperkenalkan produk atau kualitas baru suatu barang yang belum dikenal oleh
konsumen. 2. Melakukan metode produksi dari penemuan ilmiah dan cara-cara
baru untuk menangani suatu produk agar menjadi lebih mendatangkan keuntungan.
b. Membuka suatu pasar baru, yaitu pasar yang belum pernah dimasuki cabang
industry yang bersangkutan.
c. Membuka suatu sumber dasar baru, atau setengah jadi atau sumber-sumber yang
masih harus dikembangkan.
d. Pelaksanaan organisasi baru.

3.1 Karakteristik dan Faktor Risiko Dalam Kewirausahaan


A. Karakteristik wirausaha dan kewirausahaan
Mengetahui karakter atau ciri dari wirausaha menjadi penting untuk diketahui terlebih
apabila Saudara berencana untuk menjadi wirausahawan. Ciri-ciri umum kewirausahaan
dapat dilihat dari berbagai aspek kepribadian, seperti jiwa, watak, sikap dan perilaku seorang
wirausaha. Bygrave (1996) mengemukakan beberapa ciri-ciri seorang wirausaha, yaitu:
a. Mimpi (dreams), yakni memiliki visi masa depan dan kemampuan mencapai visi
tersebut.
b. Ketegasan (decisiveness), yakni tidak menangguhkan waktu dan membuat keputusan
dengan cepat.
c. Pelaku (doers), yakni melaksanakan secepat mungkin.
d. Ketetapan hati (determination), yakni komitmen total, pantang menyerah.
e. Dedikasi (dedication), yakni berdedikasi total, tidak kenal lelah.
f. Kesetiaan (devotion), yakni mencintai apa yang dikerjakan.
g. Terperinci (details), yakni menguasai rincian yang bersifat kritis. 8. Nasib (destiny),
yakni bertanggungjawab atas nasib sendiri yang hendak dicapainya. 9. Uang (dollars),
yakni kaya bukan motivator utama, uang lebih berarti sebagai ukuran sukses. 10.
Distribusi (distributif), yakni mendistribusikan kepemilikan usahanya kepada
karyawan kunci yang merupakan faktor penting bagi kesuksesan usahanya.

Drucker (1985) menguraikan karakteristik kewirausahaan, yaitu:


1. Kemampuan mengindera peluang usaha, yakni kemampuan melihat dan
memanfaatkan peluang untuk mengadakan langkah-langkah perubahan menuju masa
depan yang lebih baik.
2. Percaya diri dan mampu bersikap positif terhadap diri dan lingkungannya, yakni
berkeyakinan bahwa usaha yang dikelolanya akan berhasil.
3. Berperilaku memimpin, yaitu mampu mengarahkan, menggerakkan orang lain, dan
bertanggungjawab untuk meningkatkan usaha. Memiliki inisiatif untuk menjadi
kreatif dan inovatif, yaitu mempunyai prakarsa untuk menciptakan produk/metode
baru yang lebih baik mutu atau jumlahnya agar mampu bersaing.
4. Mampu bekerja keras, yaitu memiliki daya juang yang tinggi, bekerja penuh energi,
tekun, tabah, melakukan kegiatan untuk mencapai tujuan tanpa mengenal putus asa.
5. Berpandangan luas dengan visi ke depan yang baik, yaitu berorientasi pada masa
yang akan datang dan dapat memperkirakan hal-hal yang dapat terjadi sehingga
langkah yang diambil sudah dapat diperhitungkan.
6. Berani mengambil risiko, yaitu suka pada tantangan dan berani mengambil risiko
walau dalam situasi dan kondisi yang tidak menentu. Risiko yang dipilih tentunya
dengan perhitungan yang matang.

M. Scarborough dan Thomas W. Zimmerer (1993) mengemukakan terdapat delapan


karakteristik kewirausahaan yang meliputi hal-hal sebagai berikut:
1) Rasa tanggung jawab (desire for responsibility), yaitu memiliki rasa tanggung jawab atas
usaha-usaha yang dilakukannya. Seseorang yang memiliki rasa tanggung jawab akan
berkomitmen dan mawas diri terhadap apa yang dilakukan.
2) Memiliki risiko yang moderat (preference for moderate risk) merupakan karakteristik
yang memilih risiko yang moderat, artinya selalu menghindari risiko, baik yang terlalu
rendah maupun yang terlalu tinggi.
3) Percaya diri terhadap kemampuan diri (confidence in their ability to success), artinya
memiliki kepercayaan diri atas kemampuan yang dimilikinya untuk memperoleh
kesuksesan.
4) Menghendaki umpan balik segera (desire for immediate feedback), artinya selalu
menghendaki adanya umpan balik dengan segera (ingin cepat berhasil).
5) Semangat dan kerja keras (high level of energy), yaitu memiliki semangat dan kerja
keras untuk mewujudkan keinginan demi masa depan yang lebih baik.
6) Berorientasi ke depan (future orientation), yaitu berorientasi masa depan dan memiliki
perspektif dan wawasan jauh kedepan.
7) Memiliki keterampilan berorganisasi (skill at organizing), yaitu memiliki keterampilan
dalam mengorganisasikan sumber daya untuk menciptakan nilai tambah.
8) Menghargai prestasi (value of achievement over money), yaitu lebih menghargai
prestasi daripada uang.

Dengan menggabungkan beberapa karakteristik wirausaha tersebut, Vernon A Musselman


(1989), Wasty Sumanto (1989) dan Geoffrey Meredith (1989) mengemukakan karakteristik
kewirausahaan dilihat dari kepribadian, jiwa, watak, sikap dan perilakunya dapat dilihat dari
ciri-ciri sebagai berikut:
1. Memiliki keinginan yang kuat untuk berdiri sendiri
2. Memiliki kemauan untuk mengambil risiko
3. Memiliki kemampuan untuk belajar dari pengalaman
4. Mampu memotivasi diri sendiri
5. Memiliki semangat untuk bersaing
6. Memiliki orientasi terhadap kerja keras
7. Memiliki kepercayaan diri yang besar
8. Memiliki dorongan untuk berprestasi
9. Tingkat energy yang tinggi
10. Tegas
11. Yakin terhadap kemampuan diri sendiri
12. Tidak menyukai uluran tangan dari pemerintah atau pihak lain di masyarakat
13. Tidak bergantung pada alam dan berusaha untuk tidak mudah menyerah
14. Kepemimpinan
15. Keorisinalitasan
16. Berorientasi ke masa depan dengan penuh gagasan

B. Ciri dan Cara Wirausaha Unggul


a. Berani mengambil risiko serta mampu memperhitungkan dan berusaha
menghindarinya.
b. Selalu berupaya mencapai dan menghasilkan karya bakti yang lebih baik untuk
langganan, pemilik, pemasok, tenaga kerja, masyarakat, bangsa dan negara.
c. Antisipatif terhadap perubahan akomodatif terhadap lingkungan.
d. Kreatif mencari dan menciptakan peluang pasar dan meningkatkan produktivitas dan
efisiensi.
e. Selalu berusaha meningkatkan keunggulan dan citra perusahaan melalui investasi
baru di berbagai bidang.

C. Faktor resiko dalam kewirausahaan


Selain kepribadian yang memenuhi karakteristik untuk menjadi seorang
wirausaha, Saudara perlu mendalami pengetahuan dan pemahaman tentang faktor
penyebab keberhasilan dan kegagalan dalam wirausaha sehingga membentuk pribadi
wirausaha yang matang dan siap menerima konsekuensi selama mengembangkan
kewirausahaan.
Menurut Hidayat (2000), faktor – faktor yang memengaruhi kewirausahaan adalah
sebagai berikut:
1. Variabel situasional, meliputi status pendidikan ataupun status kerja, serta status
pernikahan.
2. Variabel latar belakang, meliputi latar belakang orang tua dan usia.
3. Variabel karakteristik kepribadian, meliputi dorongan berprestasi, kemandirian,
toleransi pada perubahan dan sikap terhadap uang.
4. Citra kewirausahaan yang merupakan konstruksi kognitif tentang kewirausahaan.
Konstruksi ini meliputi faktor-faktor: persepsi tentang sikap masyarakat terhadap
wirausaha, persepsi tentang potensial payoff dari dunia usaha dan konstruksi realitas
kewirausahaan.
5. Conviction and career preference didefinisikan sebagai persepsi individu tentang
kemampuan dirinya untuk berhasil dalam bidang kewirausahaan. Konstruk ini
meliputi persepsi tentang tingkat kesulitan dalam memulai sebuah usaha dan sumber
yang potensial yang dimiliki.
6. Lingkungan usaha tidak bisa diabaikan begitu saja. Lingkungan usaha dapat menjadi
pendorong maupun penghambat jalannya perusahaan. Llingkungan yang dapat
mamengaruhi jalannya bisnis atau usaha dalam suatu perusahaan.
7. Niat menjadi wirausaha merupakan kebulatan tekad seseorang untuk menjadi
seorang wirausaha atau untuk berwirausaha. Niat menjadi wirausaha adalah
representasi dari tindakan yang direncanakan untuk melakukan perilaku
kewirausahaan. Sebelum seseorang memulai suatu usaha (berwirausaha) dibutuhkan
suatu komitmen yang kuat untuk mengawalinya.

Seorang wirausaha perlu memperhatikan berbagai perubahan dalam global usaha


yang akan memengaruhi iklim yang akan atau sedang ditekuninya. Beberapa
kecenderungan yang sangat kuat akan mentransformasi perubahan lingkungan usaha
pada dekade 2000-an ini. Kecenderungan-kecenderungan tersebut meliputi perubahan
dari pendekatan modal yang bersifat finansial menjadi modal yang bersifat sumber daya
manusia. Perubahan tersebut menjadikan sumberdaya manusia yang berkualitas sebagai
keunggulan yang kompetitif dalam organisasi usaha manapun. Perusahaan mulai
mengincar pegawai khususnya manajer yang berkualitas/sukses, bahkan diantaranya
melakukan pembajakan tenaga kerja yang dianggap penting.
Zimmerer (1996) memaparkan bahwa keberhasilan ataupun kegagalan dalam
berwirausaha bergantung pada kemampuan pribadi seorang wirausaha itu sendiri.
Beberapa faktor yang menyebabkan kegagalan seorang wirausaha dalam menjalankan
bisnis barunya, yaitu:
1. Tidak kompeten dalam hal manajerial Seorang wirausaha akan mengalami
kegagalan bisnis ketika tidak memiliki kemampuan dan pengetahuan untuk
mengelola usaha atau bisnis yang dirintisnya, padahal faktor ini merupakan
penyebab utama yang membuat perusahaan kurang berhasil.
2. Kurang berpengalaman dalam mengelola sumber daya manusia maupun
mengintegrasikan operasi perusahaan
3. Kurang dapat mengendalikan keuangan Faktor utama selanjutnya yang
menentukan berhasil atau gagalnya suatu bisnis adalah pengelolaan keuangan,
dimana seorang pembisnis harus mampu memelihara aliran kas, mengatur
pengeluaran dan pemasukan secara tepat dan teliti. Kekeliruan dalam pengelolaan
keuangan dapat menyebabkan perusahaan merugi dan berujung bangkrut.
4. Gagal dalam perencanaan Perencanaan merupakan titik awal dari pembangunan
bisnis. Ketika gagal melakukan perencanaan maka mulainya suatu bisnis juga akan
mengalami kegagalan.
5. Lokasi bisnis yang kurang memadai Seperti pribahasa yang sering kita dengar
bahwa “lokasi menentukan prestasi”, begitu juga dalam dunia bisnis, lokasi usaha
yang strategis merupakan faktor yang menentukan keberhasilan suatu bisnis atau
usaha.
6. Kurangnya pengawasan peralatan Efisiensi dan efektivitas bisnis melekat pada
kemampuan pengawasan peralatan. Penggunaan peralatan perusahaan secara tidak
efisien dan tidak efektif serta tepat sasaran maka dapat menyebabkan
pembengkakan pengeluaran yng berujung pada penurunan pemasukan kas bisnis.
7. Sikap yang kurang bersungguh-sungguh dalam berbisnis Saudara mungkin sudah
tidak asing dengan kalimat “siapa bersungguh-sungguh, maka dia akan berhasil”,
ini juga berlaku di dalam dunia bisnis. Sikap setengah hati dan tidak bersungguh-
sunggu dalam berbisnis dapat menyebabkan kegagalan yang jauh lebih besar pada
pembangunan bisnis.
8. Ketidakmampuan dalam melakukan peralihan atau transisi kewirausahaan Seorang
wirausaha yang kurang siap menghadapi dan melakukan perubahan tidak akan
menjadi wirausahawan yang berhasil. Keberhasilan dalam berwirausaha hanya bisa
diperoleh apabila berani mengadakan perubahan dan mampu membuat peralihan
setiap waktu.
DAFTAR PUSTAKA
Prima, Nanda dan Umi Amalia.2017. Kewirausahaan Laboratorium.: Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia

Anda mungkin juga menyukai