Anda di halaman 1dari 21

Kebijakan Rokok di

Indonesia
Rokok menjajah Indonesia

Biaya ekonomi dan sosial yang ditimbulkan


akibat konsumsi tembakau terus meningkat

Angka kerugian akibat rokok setiap tahun mencapai 200 juta


dolar Amerika, sedangkan angka kematian akibat penyakit
yang diakibatkan merokok terus meningkat.

Di Indonesia, jumlah biaya konsumsi tembakau tahun 2005 yang meliputi biaya
langsung di tingkat rumah tangga dan biaya tidak langsung karena hilangnya
produktifitas akibat kematian dini, sakit dan kecacatan adalah US $ 18,5 Milyar atau Rp
167,1 Triliun. Jumlah tersebut adalah sekitar 5 kali lipat lebih tinggi dari pemasukan
cukai sebesar Rp 32,6 Triliun atau US$ 3,62 Milyar tahun 2005 (1US$ = Rp 8.500,-)
IGNORANSI PROFESI KESEHATAN
 Merokok mengurangi resiko Parkinson
 Perokok lebih kuat & cepat sembuh dari serangan jantung dan stroke
 Merokok mengurangi resiko penyakit susut gusi yang parah
 Merokok mencegah asma dan penyakit karena alergi lainnya
 Nikotin membunuh kuman penyebab tuberculosis (TBC)
 Merokok mencegah kanker kulit yang langka
 Merokok mengurangi resiko terkena kanker payudara
 Nitrat Oksida dalam nikotin mengurangi radang usus besar
 Efek transdermal nikotin pada kinerja kognitif (berpikir) penderita Down
Syndrome
 Merokok baik bagi ibu hamil untuk mencegah hipertensi di masa
kehamilan dan penularan ibu-anak infeksi Helicobacter pylori
Dalam slide presentasi WTA sebagai faktor risiko kesehatan oleh Adang Bachtiar,
2012.
WHO FRAMEWORK CONVENTION ON TOBACCO CONTROL (WHO FCTC)
Pasal dalam FCTC Ringkasan Pasal
5.3 Perlindungan kebijakan Para Pihak harus melindungi kebijakan pengendalian tembakau dari tujuan
pengendalian tembakau dari komersil dan kepentingan lain industri tembakau sesuai UU.
pengaruh industri tembakau
6. Harga dan Cukai untuk Para pihak harus mempertimbangkan tujuan Kesehatan nasional dalam
mengurangi permintaan terhadap menetapkan kebijakan pajak dan harga produk tembakau, termasuk
tembakau penjualan bebas pajak dan cukai, serta melaporkan tingkat pajak dan
kecenderungan konsumsi dalam pertemuan berkala
 
Tarif cukai seharusnya mencapai 2/3 dari harga jual eceran.
8. Perlindungan terhadap paparan Para pihak harus memberlakukan dan menerapkan peraturan Kawasan
asap rokok Tanpa Asap Rokok di wilayah hukum masing-masing dan menyebar luaskan
peraturan ini ke wilayah hukum lainnya di perkantoran, tempat-tempat
umum tertutup, dan transportasi umum.
11. Kemasan dan label produk Para pihak harus menerapkan peraturan termasuk persyaratan penempatan
tembakau label peringatan kesehatan (health warnings) secara bergantian serta
pesan-pesan lainnya yang sesuai pada kemasan produk tembakau.
Peringatan kesehatan meliputi sedikitnya 30% (secara ideal adalah 50% atau
lebih) dari luas tampilan utama dan mencantumkan gambar atau
piktogram, serta mencegah kemasan dan label yang salah, menyesatkan
atau menipu.
13. Iklan, promosi dan sponsorship Para pihak harus menerapkan pelarangan yang komprehensif terhadap
dari industri rokok seluruh iklan, promosi dan sponsorship dari produk tembakau.
Kebijakan Pemerintah Terkait
dengan Rokok di Indonesia
1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1947 tentang cukai tembakau
Mengatur tentang cukai tembakau, bahwa segala tembakau belum
dikenai cukai maka dikenakan cukai menurut undang-undang ini
2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang perlindungan
mengatur tentang perlindungan konsumen yaitu segala upaya yang
menjamin adanya kepastian hukum untuk memberikan perlindungan
kepada konsumen, konsumen yang dimaksud adalah setiap orang pemakai
barang dan/jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan
sendiri, keluarga, orang lain maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk
diperdagangkan.
3. Undang-Undang Perlindungan Anak Nomor 23 Tahun 2002
pasal 8 menyebutkan bahwa setiap anak berhak memperoleh
pelayanan kesehatan dan jaminan sosial sesuai dengan
kebutuhan fisik, mental, spiritual dan sosial.
Artinya pemerintah wajib memberikan perlindungan dan
pelayanan kesehatan kepada anak indonesia contohnya dengan
tidak membiarkan mereka terpapar dengan rokok di usia dini.
4. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
pada pasal 116 disebutkan bahwa ketentuan lebih lanjut
mengenai pengamanan bahanyang mengandung zat adiktif
ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.
5. Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2012 tentang
Pengamanan Tembakau.
Mengatur tentang bahan yang mengandung zat adiktif, iklan
niaga produk tembakau, label dan kemasan produk tembakau.
TUJUAN PP NO. 109 TAHUN
2012
1 Melindungi kesehatan individu,
keluarga, masyarakat, dan lingkungan

Melindungi penduduk usia produktif,


2 anak, remaja, dan perempuan hamil dari
dorongan lingkungan dan pengaruh iklan
Meningkatkan kesadaran dan
3 kewaspadaan masyarakat terhadap
bahaya merokok

Melindungi kesehatan masyarakat


4
dari asap rokok orang lain
Regulasi Rokok: sampai mana?
RUU-PDPTK ●
Tahun 2006 : Penyusunan naskah akademik
(Rancangan Undang- ●
Cakupan:

(1) Pengemasan dan Pelabelan, peringatan kesehatan, (2) Harga dan Cukai,
Undang Pengendalian (3) Kawasan Tanpa Rokok, dan (4) Iklan, Promosi dan Pemberian sponsor
Disetujui oleh 259 anggota legislatif periode 2004-2009, namun baru tahun
Dampak Produk Tembakau

2009 masuk dalam Prolegas


Terhadap Kesehatan)

Status Draft RUU ●


Februari 2006 : Pengusulan RUU oleh DPR, tidak ditanggapi Baleg

Dalam Proses ●


Maret 2006: Interupsi DPR di sidang Paripurna, 4 kali mengirimkan surat
permohonan peninjanuan ulang
Juli 2008 atas nama 259 anggota DPR-RI, pengusul RUU menghimbau

Harmonisasi
aksesi/ratifikasi FCTC

Draft RUU telah disetujui dan masuk ke dalam agenda Prolegnas masa sidang 2009.

Dalam periode 2009 – 2014 RUU tetap sebagai bagian dari prioritas prolegnas

Baleg
Rancangan Peraturan Pemerintah Tidak Berjalan

• RPP Pengamanan Produk Tembakau


sebagai Zat Adiktif bagi Kesehatan
merupakan turunan dari UU Kesehatan
No. 36 tahun 2009.
• UU tersebut pada pasal 113
memberikan mandat bahwa zat adiktif
harus diamankan karena
membahayakan kesehatan dan
ditetapkan melalui Peraturan
Pemerintah (pasal 116) selambat-
lambatnya satu tahun (pasal 202).
• Namun sampai saat ini Pemerintah
Regulation is not working
belum mengesahkan RPP ini.
KAWASAN TANPA ROKOK
KTR diberlakukan pada:
 fasyankes,
 tempat proses belajar
mengajar,
 tempat anak bermain,
 tempat ibadah,
Pemda
menetapkan  angkutan umum,
KTR di  tempat kerja
daerahnya
FENOMENA ROKOK DI INDONESIA DALAM DATA
DAN FAKTA
Prevalensi merokok melonjak!
• 1995: 27% penduduk dewasa 15+ merokok
• 2010: 35% penduduk dewasa merokok

• %Perokok Laki-laki dewasa:


1995: 53% (1 dari 2 laki-laki)
2010: 66% (2 dari 3 laki-laki)

• % Perokok perempuan dewasa:


1995: 1.7%
2010: 4.2%

Naik lebih dari 2 X lipat

Sumber :
• Susenas 1995, 2001, dan 2004
• Riskesdas 2007 dan 2010
Tren Perokok Remaja (15-19 tahun) Mengkhawatirkan

• Naik lebih dari 2X lipat


1995: 7% remaja merokok
2010: 19% remaja merokok

• Remaja Laki-laki: Naik >2x lipat


1995: 14%
2010: 37%

• Remaja Perempuan: Naik >5x lipat


1995: 0.3%
2010: 1.6%

Sumber :
• Susenas 1995, 2001, dan 2004
• Riskesdas 2007 dan 2010
Jumlah Perokok Meroket
• 1995: 34.7 Juta perokok
• 2007: 65.2 Juta Perokok
Naik 88%, hampir 2 kali lipat
• Laki-laki
1995: 33.8 Juta perokok
2007: 60.4 Juta perokok
Naik 79%, hampir 2 kali lipat
• Perempuan
1995: 1.1 Juta perokok
2010: 4.8 Juta perokok
Naik lebih dari 4 kali lipat
Sumber :
• Susenas 1995, 2001, dan 2004 dan Riskesdas 2007
• Proyeksi Penduduk Bappenas
Jumlah Perokok Anak (10-14 tahun) Meningkat

• 1995: 71 .126 Perokok anak


• 2007: 426.214 Perokok anak

Jumlah perokok anak diperkirakan


naik 6X lipat selamat 12 tahun
Rumah Tangga Termiskin Terperangkap Konsumsi
Rokok (2009)

Kelompok RT Tanpa RT yang memiliki


Pendapatan Pengeluaran Rokok pengeluaran untuk Rokok Total

Termiskin Q1 42,9% 57,1% 100%


Q2 28,3% 71,7% 100%
Q3 26,3% 73,7% 100%
Q4 27,5% 72,5% 100%

Terkaya Q5 34,3% 65,7% 100%


31,6% 68,4% 100%

• 68% (7 dari 10) rumah tangga di Indonesia memiliki pengeluaran untuk


membeli rokok
• 57% (6 dari 10) rumah tangga termiskin memiliki pengeluaran untuk
membeli rokok
Sosialisasi Anak – Orangtua
Perlindungan Tenaga Kerja
Perubahan paradigma rokok oleh produser
Film
Research
Implementasi kebijakan kesehatan masyarakat

Perbandingan efektivitas kerja TK perokok & non-perokok

Kualitatif kpd petani tembakau, mengenai kebenaran gerakan kretek dan kesengsaraan para petani

Remonitoring hasil advokasi dan action  apakah sosialisasi membuahkan hasil, tindak lanjut duta anti rokok,
apakah advokasi diterima? Analisis keberhasilan dan kegagalan

Monev Internal: kapasitasi internasi, penerasi aliansi, knowledge management  langkah menyusun action
Satukan Gerakan
10 Organisasi
mahasiswa ilmu
kesehatan!

Anda mungkin juga menyukai