Anda di halaman 1dari 14

BAB 5

KONSEP SEHAT DAN


SAKIT
Disusun Oleh :

1. Anisa Laras Afrianingrum 10820001


2. Maisa Arni Anti 10820013
3. Wanda Sylvia Wardhani 10820019

S1 Administrasi Rumah Sakit


Fakultas Teknologi dan Manajemen Kesehatan
Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri
Tahun 2021
Pengertian Sehat dan Sakit
 Pengertian Sehat

WHO (2015) menemukakan bahwa “Health is a state of complete physical, mental


and social well-being and not merely the absence of diseases or infirmity”. Menurut
para pakar kesehatan arti dari kesehatan yaitu suatu situasi dan kondisi sejahtera
dimana tubuh manusia, jiwa, serta sosial yang sangat memungkinkan tiap-tiap
orang hidup produktif dengan cara sosial dan juga ekonomis.

 Pengertian Sakit

Menurut Pemons (1972) sakit adalah gangguan dalam fungsi normal individu
sebagai totalitas termasuk keadaan organisme sebagai sistem biologis dan
penyesuaian sosialnya. Sakit sebagai suatu keadaan dari badan atau sebagian dari
organ badan dimana fungsinya terganggu atau menyimpang.
Indikator Sehat

Kesehatan Kesehatan
Emosional Fisik

Kesehatan WELLNE Kesehatan


Lingkungan SS Mental

Kesehatan Kesehatan
Sosial Spiritual
Indikator Sehat

Kesehatan Sehat fisik adalah seorang individu tidak merasakan sakit dan secara klinis
Fisik tidak mengalami sakit, semua fungsi organ tubuh tidak mengalami gangguan
(Notoatmodjo, 2007).

Menurut Pieper dan Uden (2006), kesehatan mental adalah suatu keadaan
dimana seseorang tidak mengalami perasaan bersalah terhadap dirinya sendiri,
memiliki estimasi yang relistis terhadap dirinya sendiri dan dapat menerima Kesehatan
kekurangan atau kelemahannya, kemampuan menghadapi masalah-masalah Mental
dalam hidupnya, memiliki kepuasan dalam kehidupan sosialnya, serta memiliki
kebahagiaandalam hidupnya.
Indikator Sehat
Kesehatan spiritual merupakan suatu kemampuan bersifat alami atau bawaan.
Kesehatan Merupakan hal yang alamiah seperti halnya kemampuan kita untuk tertawa dan
Spiritual menangis. Pada diri kita sebagai manusia, yang paling mendasar kebutuhan
fisik seperti: makan dan tempat tinggal, dan kebutuhan emosional atau
psikologi.

Menurut M. Ali dan M Asrori (2008. 62-63) Emosi termasuk ke dalam ranah
afektif. Emosi banyak berpengaruh pada fungsi-fungsi psikis lainnya, seperti Kesehatan
pengamatan, tanggapan, pemikiran, dan kehendak. Individu akan mampu Emosional
melakukan pengamatan yang baik jika disertai dengan emosi yang baik pula.
Indikator Sehat
Sehat Sosial adalah kemampuan seseorang dalam berhubungan dengan orang
Kesehatan lain secara baik atau mampu berinteraksi dengan orang atau kelompok lain
Sosial tanpa membeda-bedakan ras, suku, agama, atau kepercayaan, status sosial,
ekonomi, politik.

Menurut HAKLI (Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia) kesehatan


lingkungan merupakan “Suatu kondisi lingkungan yang mampu menopang Kesehatan
keseimbangan ekologi yang dinamis antara manusia dan lingkungannya untuk Lingkungan
mendukung tercapainya kualitas hidup manusia yang sehat dan bahagia.”
Model Sehat - Sakit
 Kontinum Sehat Sakit atau Rentan Sehat Sakit

Kontinum sehat sakit atau rentang sehat sakit Neuman (1990) “sehat dalam suatu rentang adalah
tingkat sejahtera klien padawaktu tertentu, yang terdapat dalam rentang dari kondisi sejahtera yang
optimal,dengnenergy yang paling maksimum, sampai kondisi kematian, yangmenandakan habisnya
energy total”Menurut model kontinum sehat sakit, sehat adalah sebuah keadaan yangdinamis yang
berubah secara terus menerus sesuai dengan adaptasi individuterhadap perubahan lingkungan internal
dan eksternal untuk mempertahankankeadaan fisik, emosional, intelektual, sosial, perkembangan dan
spiritual yang sehat.
 Model Kesejahteraan Tingkat Tinggi (Dunn)

Model kesejahteraan tingkat tinggi adalah model kesejahteraan yang orientasinya ialah
memaksimalkan potensi sehat yang ada pada setiap individu untuk mampu
mempertahankan rentang keseimbangan dan arah yang memiliki tujuan tertentu dalam
lingkungan. Model ini berusaha untuk memajukan tingkat fungsi ke arah yang lebih tinggi,
dimana individu mampu hidup dengan potensi yang paling maksimal, dan merupakan suatu
proses yang dinamis, bukan suatu keadaan yang statis dan pasif.
 Model Agen – Penjamu – Lingkungan (Level At All)

Model ini adalah tingkat sehat sakit dari individu atau kelompok tersebut ditentukan
oleh hubungan antara ketiga variabel, yakni :

1. Infetifitas
2. Patogenitas
3. Virulensi
4. Antigenisiti
a. Penjamu

Sesorang atau sekelompok orang yang rentan terhadap penyakit/sakit tertentu. Faktor pejamu
antara lain: situasi atau kondisi fisik dan psikososoial yang menyebabkan seseorang yang
beresiko menjadi sakit. Misalnya: Riwayat keluarga, usia, gaya hidup.

b. Lingkungan

lingkungan merupakan faktor ekstrinsik yang cukup penting dalam menentukan terjadinya proses
interaksi antara pejamu dengan unsur penyebab dalam proses terjadinya penyakit.
 Model Keyakinan Kesehatan

Model ini menyatakan hubungan antara keyakinan seseorang dengan perilaku yang ditampilkannya,
sehubungan dengan kesehatan mereka dan bagaimana mereka mematuhi terapi kesehatan yang
diberikan.

3 Komponen dalam Model Keyakinan Kesehatan

1. Komponen pertama adalah Persepsi Individu tentang kerentanan dirinya terhadap suatu penyakit.
2. Komponen kedua adalah presepsi individu terhadap keseriusan penyakit tertentu.
3. Persepsi Individu tentang manfaat yang diperoleh dari tindakan yang diambil.
 Model Peningkatan Kesejahteraan

Model peningkatan kesejahteraan adalah model yang mengidentifikasikan beberapa


faktor seperti demografi dan sosial. Faktor dalam model tersebut dapat
meningkatkan atau menurunkan partisipasi, sehingga terjadi peningkatkan
kesehatan serta mengatur berbagai tanda yang muncul menjadi sebuah pola
yang dapat menjelaskan kemungkinan munculnya partisipasi individu dalam
perilaku peningkatan kesehatan.
Pengaruh Konsep Sehat dan Sakit
Dengan Pelayanan Kesehatan

Konsep masyarakat tentang sakit yaitu dimana dirasakan oleh seseorang yang
sudah tidak dapat bangkit dari tempat tidur dan tidak dapat menjalankan
pekerjaannya sehari-hari (Soekidjo Notoatmodjo, 2003:181). Pelayanan kesehatan
didirikan berdasarkan asumsi bahwa masyarakat membutuhkannya. Namun
kenyataannya masyarakat baru mau mencari pengobatan (pelayanan kesehatan)
setelah benar-benar tidak dapat berbuat apa-apa. (Soekidjo Notoatmodjo,
2003:181). Dalam realisasinya terdapat masyarakat yang memiliki persepsi keliru
menyebabkan kurang dimanfaatkannya sarana – sarana kesehatan yang telah
ada.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai