Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Fisioterapi Wellness
Disusun oleh :
FAJRINA AYU CANDRA
J120191085
B. Emosional Wellness
Emosional wellness adalah kemampuan untuk mengawal stress dan
mengekspresikan emosi secara tepat. Emotional wellness juga kemampuan
mengenali dan menerima perasaan dan tidak mengalah pada penderitaan dan
kegagalan. Banyak kajian mengenai hubungan antara wellness dan kesehatan
mental, contohnya, emosi yang kuat di temukan dapat menyebabkan risiko
serangan jantung. Banyak masalah bersumber dari tekanan emosional. Stress ini
mengganggu keseimbangan hormon, keadaan ini boleh menggerakkan kepada
pelbagai masalah kesehatan (Rahayu, 2017).
Emosional wellness (emotional well being) adalah keadaan emosional yang
meliputi kebahagiaan dan kepuasan hidup serta keseimbangan antara afek positif
dan negatif, dan kebahagiaan yang dirasakan individu dalam kehidupannya. Data
diperoleh melalui skala emotional well being yang disusun berdasarkan aspek-
aspek kesejahteraan yaitu afek positif, afek negatif, dan keseimbangan afek, serta
kepuasan hidup, kebahagiaan, dan domain kepuasan (Damayanti, 2014).
Dimensi wellness berbicara tentang kemampuan seseorang untuk mengatasi
situasi sehari-hari dan mengatasi perasaan pribadi dalam cara yang positif, optimis,
dan konstruktif. Dalam hal ini, situasi sehari-hari yang dapat menimbulkan tekanan
pada seseorang dapat dilihat pada proses kehidupan sehari-hari. Seseorang yang
memiliki derajat emotional atau mental wellness yang tinggi akan merasa senang
dalam menjalani kehidupannya, sedangkan seseorang yang memiliki derajat
emotional atau mental wellness yang rendah akan memiliki pandangan mental dan
emosional yang negatif seperti murung dan sedih setiap harinya. (Pertiwi, 2016)
Emosional wellness merupakan satu aspek penting dari mental wellness yang
telah didefinisikan sebagai self esteem (Adams et al., 1997). Self esteem yang
berarti harga diri adalah bagaimana cara kita merasakan diri kita sendiri. Dua jenis
harga diri adalah situasional dan karakteristik. Harga diri situasional adalah ketika
seseorang memiliki pendapat positif atau negatif tentang dirinya dan
kemampuannya di bidang tertentu. Misalnya, orang mungkin merasa rendah diri
sewaktu berolahraga tetapi sangat rendah diri dalam pelajaran. Rendah diri
karakteristik adalah ketika seseorang memiliki harga diri global yang rendah atau
tinggi (Fair, 2011).
Adams et al (1997) berpendapat bahwa harga diri merupakan salah satu
prediktor kesejahteraan umum yang paling kuat. Untuk mendukung pernyataan itu,
mereka mengutip riset yang mendukung pengaruh wellness terhadap kesehatan
lansia, penderita artritis, dan penderita kanker. Menurut Diener (2004) dan Diener,
Lucas, & Schimmack (2008), kesejahteraan seseorang berhubungan dengan
bagaimana dan mengapa orang mengalami kehidupan mereka dalam cara-cara yang
positif, termasuk penilaian kognitif, reaksi emosi, kebahagiaan, pengaruh positif,
dan kepuasan hidup (Fair, 2011).
Emotional wellness atau bisa kita sebut kesehatan mental mengacu pada
kesejahteraan kognitif dan/atau emosional. Lebih konkret, merujuk pada bagaimana
seseorang berpikir, merasakan dan berperilaku. Kesehatan mental dapat
memengaruhi kehidupan sehari-hari, hubungan, dan kemampuan untuk menikmati
hidup dan bahkan kesehatan fisik. Kesehatan mental melibatkan keseimbangan di
antaranya aktivitas kehidupan dan upaya untuk mencapai ketahanan. Menurut
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), kesehatan mental adalah „keadaan
kesejahteraan di mana individu menyadari dirinya memiliki kemampuan sendiri,
dapat mengatasi tekanan normal kehidupan, dapat bekerja secara produktif, dan
mampu memberikan kontribusi kepada komunitasnya'. Kesehatan mental yang
lebih konkret termasuk berbagai komponen kehidupan; misalnya dalam hal
hubungan, memiliki hubungan yang baik dengan keluarga dan memiliki teman
yang mendukung, dengan kemampuan untuk berbicara tentang perasaan (Probst,
2017).
Untuk waktu senggang tentang memiliki hobi, melakukan latihan secara
teratur dan memiliki liburan. Selain itu, penting untuk mengikuti gaya hidup sehat
yang meliputi, memiliki kebiasaan makan yang sehat, tidak merokok atau minum
dan tidak minum obat yang diresepkan dan paling tidak mampu mencapai beberapa
tujuan dalam hidup (Probst, 2017).
Alvidrez, J., Snowden, L.R., Rao, S.M., & Boccellari, A. (2010). Psychoeducation to
address stigma in black adults referred for mental health treatment: A randomized
pilot study. Community Mental Health Journal, 45(2), 127–136
Alvidrez, J., Snowden, L.R., & Kaiser, D.M. (2010). Involving consumers in the
development of a psychoeducational booklet about stigma for black mental health
clients. Health Promotion Practice, 11(2), 249–258
Andalasari, R., Berbudi, B.L. (2018). Kebiasaan Olah Raga Berpengaruh Terhadap
Tingkat Stress Mahasiswa Poltekkes Kemenkes Jakarta. iii, 5(2)
Annalaura. (2017). 5 simple emotional wellness activities. Diakses 19 Maret 2020 dari
http://annalaurabrown.com/5-simple-emotional-wellness-activities/
Bell, R.A., Franks, P., Duberstein, P.R., Epstein, R.M., Feldman, M.D., Garcia, E.F.,
& Kravitz, R.L. (2011). Suffering in silence: Reasons for not disclosing
depression in primary care. Annals of Family Medicine, 9(5), 439–446
Brescia, University College. (2018). Emotional. Diakses 19 Maret 2020 dari
http://brescia.uwo.ca/life/mental-health-wellness/seven-dimensions-of-
wellness/emotional/
Damayanti, S. P., & Desiningrum, D. R. (2014). Hubungan Antara Quality Of School
Life Dengan Emotional Well Being Pada Siswa Madrasah Semarang. Jurnal
Empati, 3(4)
Fair, S. E. (2011). Wellness and Physical Therapy. United States of America: Jones and
Bartlett Publisher, LLC
Nurlizan. (2015). Hubungan Pola Hidup terhadap Physical Wellness pada Mahasiswa
Fisioterapi S-1 Transfer di Universitas Muhammadiyah Surakarta Tahun 2013-
2014
Pertiwi, S. T. (2016). Study Deskruptif Mengenai Dimensi Wellness pada Mahasiswa
Magister Psikologi Profesi Universitas "X" di Bandung. Undergraduate thesis,
Universitas Kristen Maranatha
Probst, Michel. (2017). Physiotherapy and Mental Health. Journal of Licensee InTech
Chapter 9
Rahayu, N. I., Fazari, M., Damayanti, I. (2017). Hubungan Kecerdasan Intelektual (IQ)
dan Kecerdasan Emosional (EQ) dengan Keterampilan Bermain dalam Cabang
Olahraga Bulutangkis. Jurnal Terapan Ilmu Keolahragaan, 1(1), 33-37