STROKE
MAESURO’
P07120117074
2020
LAPORAN PENDAHULUAN
STROKE
A. Definisi
Stroke adalah gangguan peredaran darah otak yang menyebabkan defisit
neurologis mendadak sebagai akiat iskemia atau hemoragi sirkulasi saraf otak
(Sudoyo Aru). Istilah stroke biasanya digunakan secara spesifik untuk
menjelaskan infark serebrum.
B. Anatomi Fisiologi
Otak Anda mengendalikan semua fungsi tubuh Anda. Otak merupakan pusat dari
keseluruhan tubuh Anda. Jika otak Anda sehat, maka akan mendorong kesehatan
tubuh serta menunjang kesehatan mental Anda. Sebaliknya, apabila otak Anda
terganggu, maka kesehatan tubuh dan mental Anda bisa ikut terganggu.
Seandainya jantung atau paru-paru Anda berhenti bekerja selama beberapa menit,
Anda masih bisa bertahan hidup. Namun jika otak Anda berhenti bekerja selama
satu detik saja, maka tubuh Anda mati. Itulah mengapa otak disebut sebagai organ
yang paling penting dari seluruh organ di tubuh manusia. Selain paling penting,
otak juga merupakan organ yang paling rumit. Membahas tentang anatomi dan
fungsi otak secara detail bisa memakan waktu berhari-hari. Oleh karena itu disini
kita akan membahas anatomi dan fungsi otak secara garis besarnya saja sekedar
membuat Anda paham bagian-bagian dan fungsi otak Anda sendiri.
Seperti terlihat pada gambar di atas, otak dibagi menjadi empat bagian, yaitu:
H. Klasifikasi
1. Stroke dapat diklasifikasikan menurut patologi dan gejala kliniknya, yaitu:
(Muttaqin, 2008)
a. Stroke Hemoragi
Merupakan perdarahan serebral dan mungkin perdarahan subarachnoid.
Disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak pada daerah otak tertentu.
Biasanya kejadiannya saat melakukan aktivitas atau saat aktif, namun bisa
juga terjadi saat istirahat. Kesadaran pasien umumnya menurun.
Perdarahan otak dibagi dua, yaitu:
1) Perdarahan intraserebra
Pecahnya pembuluh darah (mikroaneurisma) terutama karena hipertensi
mengakibatkan darah masuk ke dalam jaringan otak, membentuk massa
yang menekan jaringan otak, dan menimbulkan edema otak.
Peningkatan TIK yang terjadi cepat, dapat mengakibatkan kematian
mendadak karena herniasi otak. Perdarahan intraserebral yang
disebabkan karena hipertensi sering dijumpai di daerah putamen,
thalamus, pons dan serebelum.
2) Perdarahan subaraknoid
Pedarahan ini berasal dari pecahnya aneurisma berry atau AVM.
Aneurisma yang pecah ini berasal dari pembuluh darah sirkulasi willisi
dan cabang-cabangnya yang terdapat diluar parenkim otak.Pecahnya
arteri dan keluarnya keruang subaraknoid menyebabkan TIK meningkat
mendadak, meregangnya struktur peka nyeri, dan vasospasme pembuluh
darah serebral yang berakibat disfungsi otak global (sakit kepala,
penurunan kesadaran) maupun fokal (hemiparase, gangguan
hemisensorik, dll)
b. Stroke Non Hemoragi
Dapat berupa iskemia atau emboli dan thrombosis serebral, biasanya
terjadi saat setelah lama beristirahat, baru bangun tidur atau di pagi
hari. Tidak terjadi perdarahan namun terjadi iskemia yang
menimbulkan hipoksia dan selanjutnya dapat timbul edema sekunder.
Kesadaran umumnya baik.
2. Menurut perjalanan penyakit atau stadiumnya, yaitu:
a. TIA (Trans Iskemik Attack) gangguan neurologis setempat yang terjadi
selama beberapa menit sampai beberapa jam saja. Gejala yang timbul akan
hilang dengan spontan dan sempurna dalam waktu kurang dari 24 jam.
b. Stroke involusi: stroke yang terjadi masih terus berkembang dimana
gangguan neurologis terlihat semakin berat dan bertambah buruk. Proses
dapat berjalan 24 jam atau beberapa hari.
c. Stroke komplit: dimana gangguan neurologi yang timbul sudah menetap
atau permanen . Sesuai dengan istilahnya stroke komplit dapat diawali oleh
serangan TIA berulang.
I. Komplikasi
Dini (0-48 jam pertama)
Edema serebri, defisit neurologi cenderung berat, dapat mengakibatkan
peningkatan TIK, herniasi, dan akhirnya menimbulkan kematian.
Infark miokard. Penyebab kematian mendadak pada stroke stadium awal
Jangka pendek (1-14 hari)
Pneumonia akibat immobilisasi lama
Infark miokard
Emboli paru. Cenderung terjadi 7-14 hari pascastroke, sering kali terjadi
pada saat penderita mulai mobilisasi.
Stroke rekuren: dapat terjadi pada setiap saat
Jangka panjang ( 14 hari)
Stroke rekuren
Infark miokard
Gangguan vaskuler lain: penyakit vaskuler perifer
J. Pemeriksaan penunjang
1. Angiografi serebri
Membantu menentukan penyebab dari stroke secara spesifik seperti
pendarahan arteriovena atau adanya ruptur dan untuk mencari perdarahan
seperti aneurisma atau malformasi vaskuler.
2. Lumbal fungsi, CT scan, EEG, Magnetic Imaging Resnance (MRI)
3. USG Doppler
Untuk mengidentifikasi adanya penyakit arteriovena (masalah sistem karotis)
K. Penatalaksanaan
Tujuan intervensi adalah berusaha menstabilkan tanda-tanda vital dengan
melakukan tindakan sebagai berikut:
1. Mempertahankan saluran nafas yang paten yaitu lakukan pengisapan
lendir yang sering, oksigenasi, kalau perlu lakukan trakeostomi,
membantu pernafasan.
2. Mengendalikan tekanan darah berdasarkan kondisi pasien, termasuk
untuk usaha memperbaiki hipotensi dan hipertensi.
3. Berusaha menentukan dan memperbaiki aritmia jantung.
4. Menempatkan pasien dalam posisi yang tepat, harus dilakukan secepat
mungkin pasien harus dirubah posisi tiap 2 jam dan dilakukan latihan-
latihan gerak pasif.
5. Mengendalikan hipertensi dan menurunkan TIK
Dengan meninggikan kepala 15-30 menghindari flexi dan rotasi kepala
yang berlebihan,
Pengobatan Konservatif
1. Vasodilator meningkatkan aliran darah serebral (ADS) secara
percobaan, tetapi maknanya: pada tubuh manusia belum dapat
dibuktikan.
2. Dapat diberikan histamin, aminophilin, asetazolamid, papaverin intra
arterial.
3. Anti agregasi thrombosis seperti aspirin digunakan untuk menghambat
reaksi pelepasan agregasi thrombosis yang terjadi sesudah ulserasi
alteroma.
4. Anti koagulan dapat diresepkan untuk mencegah terjadinya/
memberatnya trombosis atau emboli di tempat lain di sistem
kardiovaskuler.
Pengobatan Pembedahan
Tujuan utama adalah memperbaiki aliran darah serebral :
a. Endosterektomi karotis membentuk kembali arteri karotis, yaitu dengan
membuka arteri karotis di leher.
b. Revaskularisasi terutama merupakan tindakan pembedahan dan
manfaatnya paling dirasakan oleh pasien TIA.
c. Evaluasi bekuan darah dilakukan pada stroke akut
d. Ugasi arteri karotis komunis di leher khususnya pada aneurisma.
L. Pengkajian Keperawatan
1. Identitas klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin,
pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS,
nomor register, diagnose medis.
2. Keluhan utama
Biasanya didapatkan kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara pelo,
dan tidak dapat berkomunikasi.
3. Riwayat penyakit sekarang
Serangan stroke hemoragik seringkali berlangsung sangat mendadak, pada
saat klien sedang melakukan aktivitas. Biasanya terjadi nyeri kepala, mual,
muntah bahkan kejang sampai tidak sadar, disamping gejala kelumpuhan
separoh badan atau gangguan fungsi otak yang lain.
4. Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat hipertensi, diabetes militus, penyakit jantung, anemia,
riwayat trauma kepala, kontrasepsi oral yang lama, penggunaan obat-obat
anti koagulan, aspirin, vasodilator, obat-obat adiktif, kegemukan.
5. Riwayat penyakit keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi ataupun diabetes
militus.
M. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan Perfusi jaringan serebral berhubungan dengan aliran darah ke
otak terhambat
2. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan penurunan sirkulasi ke otak
3. Defisit perawatan diri: makan, mandi, berpakaian, toileting berhubungan
kerusakan neurovaskuler
4. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neurovaskuler
5. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan kesadaran.
6. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan immobilisasi fisik.
7. Resiko Aspirasi berhubungan dengan penurunan kesadaran.
8. Resiko injuri berhubungan dengan penurunan kesadaran
N. Rencana Keperawatan
No Diagnosa Tujuan (NOC) Intervensi (NIC)
Keperawatan
1. Ketidakefektifan Tupen : Setelah dilakukan 1. Monitor tekanan perfusi
Perfusi jaringan tindakan keperawatan selama 3 serebral
serebral b.d x 24 jam, diharapkan suplai 2. Catat respon pasien
aliran darah ke aliran darah keotak lancar terhadap stimuli
otak terhambat. dengan kriteria hasil: 3. Monitor tekanan
1. mendemonstrasikan status intrakranial pasien dan
sirkulasi yang ditandai respon neurology terhadap
dengan aktivitas
a. Tekanan systole 4. Monitor jumlah drainage
dandiastole dalam cairan serebrospinal
rentang yang diharapkan 5. Monitor intake dan output
b. Tidak ada cairan
ortostatikhipertensi 6. Restrain pasien jika perlu
c. Tidak ada tanda tanda 7. Monitor suhu dan angka
peningkatan tekanan WBC
intrakranial (tidak lebih 8. Kolaborasi pemberian
dari 15 mmHg) antibiotik
2. mendemonstrasikan 9. Posisikan pasien pada
kemampuan kognitif yang posisi semifowler
ditandai dengan: 10. Minimalkan stimuli dari
berkomunikasi dengan lingkungan
jelas dan sesuai dengan
kemampuan
menunjukkan perhatian,
konsentrasi dan orientasi
memproses informasi
membuat keputusan
dengan benar
3. menunjukkan fungsi sensori
motori cranial yang utuh :
tingkat kesadaran mambaik,
tidak ada gerakan gerakan
involunter
2 Kerusakan Tupen : Setelah dilakukan 1. Dengarkan setiap ucapan
komunikasi tindakan keperawatan klien dengan penuh
verbal b.d selama 3 x 24 jam, diharapkan perhatian
penurunan klien mampu untuk 2. Gunakan kata-kata
sirkulasi ke otak berkomunikasi lagi dengan sederhana dan pendek
kriteria hasil: dalam komunikasi dengan
1. dapat menjawab pertanyaan klien
yang diajukan perawat 3. Dorong klien untuk
2. dapat mengerti dan mengulang kata-kata
memahami pesan-pesan 4. Berikan arahan / perintah
melalui gambar yang sederhana setiap
3. dapat mengekspresikan interaksi dengan klien
perasaannya secara verbal
6
maupun nonverbal
3 Defisit Tupen : Setelah dilakukan 1. Monitor kemempuan klien
perawatan diri; tindakan keperawatan selama untuk perawatan diri yang
mandi,berpakaia 3x 24 jam, diharapkan mandiri.
n, makan, kebutuhan mandiri klien 2. Monitor kebutuhan klien
toileting b.d terpenuhi, dengan kriteria untuk alat-alat bantu untuk
kerusakan hasil: kebersihan diri,
neurovaskuler 1. Klien terbebas dari bau berpakaian, berhias,
badan toileting dan makan.
2. Menyatakan kenyamanan 3. Sediakan bantuan sampai
terhadap kemampuan untuk klien mampu secara utuh
melakukan ADLs untuk melakukan self-
3. Dapat melakukan ADLS care.
dengan bantuan 4. Dorong klien untuk
- melakukan aktivitas
sehari-hari yang normal
sesuai kemampuan yang
dimiliki.
5. Dorong untuk melakukan
secara mandiri, tapi beri
bantuan ketika klien tidak
mampu melakukannya.
6. Ajarkan klien/ keluarga
untuk mendorong
kemandirian, untuk
memberikan bantuan
hanya jika pasien tidak
mampu untuk
melakukannya.
7. Berikan aktivitas rutin
sehari- hari sesuai
kemampuan.
8. Pertimbangkan usia klien
jika mendorong
pelaksanaan aktivitas
sehari-hari.
4 Kerusakan Tupen : Setelah dilakukan 1. Monitoring vital sign
mobilitas fisik tindakan keperawatan selama sebelum/sesudah latihan
b.d kerusakan 3x24 jam, diharapkan klien dan lihat respon pasien
neurovaskuler dapat melakukan pergerakan saat latihan
fisik dengan kriteria hasil : 2. Konsultasikan dengan
1. Klien meningkat dalam terapi fisik tentang
aktivitas fisik rencana ambulasi sesuai
2. Mengerti tujuan dari dengan kebutuhan
peningkatan mobilitas 3. Bantu klien untuk
3. Memverbalisasikan menggunakan tongkat saat
perasaan dalam berjalan dan cegah
meningkatkan kekuatan dan terhadap cedera
kemampuan berpindah 4. Ajarkan pasien atau
4. Memperagakan penggunaan tenaga kesehatan lain
alat Bantu untuk mobilisasi tentang teknik ambulasi
(walker) 5. Kaji kemampuan pasien
dalam mobilisasi
6. Latih pasien dalam
pemenuhan kebutuhan
ADLs secara mandiri
sesuai kemampuan
7. Dampingi dan Bantu
pasien saat mobilisasi dan
bantu penuhi kebutuhan
ADLs ps.
8. Berikan alat Bantu jika
klien memerlukan.
9. Ajarkan pasien bagaimana
merubah posisi dan
berikan bantuan jika
diperlukan
5 Pola nafas tidak Tupen : Setelah dilakukan 1. Buka jalan nafas,
efektif tindakan perawatan selama 3 x guanakan teknik chin lift
berhubungan 24 jam, diharapkan pola nafas atau jaw thrust bila perlu
dengan pasien efektif dengan kriteria 2. Posisikan pasien untuk
penurunan hasil : memaksimalkan ventilasi
kesadaran 1. Menujukkan jalan nafas 3. Identifikasi pasien
paten ( tidak merasa perlunya pemasangan alat
tercekik, irama nafas jalan nafas buatan
normal, frekuensi nafas 4. Pasang mayo bila perlu
normal,tidak ada suara 5. Lakukan fisioterapi dada
nafas tambahan jika perlu
2. Mendemonstrasikan batuk 6. Keluarkan sekret dengan
efektif dan suara nafas yang batuk atau suction
bersih, tidak ada sianosis 7. Auskultasi suara nafas,
dan dyspneu (mampu catat adanya suara
mengeluarkan sputum, tambahan
mampu bernafas dengan 8. Lakukan suction pada
mudah, tidak ada pursed mayo
lips). 9. Berikan bronkodilator bila
3. Menunjukkan jalan nafas perlu
yang paten (klien tidak 10. Berikan pelembab udara
merasa tercekik, irama 11. Kassa basah NaCl
nafas, frekuensi pernafasan Lembab
dalam rentang normal, tidak 12. Atur intake untuk cairan
ada suara nafas abnormal mengoptimalkan
4. Tanda Tanda vital dalam keseimbangan.
rentang normal (tekanan 13. Monitor respirasi dan
darah, nadi, pernafasan status O2
Oxygen Therapy
1. Bersihkan mulut, hidung
dan secret trakea
2. Pertahankan jalan nafas
yang paten
3. Atur peralatan oksigenasi
4. Monitor aliran oksigen
5. Pertahankan posisi pasien
6. Onservasi adanya tanda
tanda hipoventilasi
7. Monitor adanya
kecemasan pasien
terhadap oksigenasi
6 Resiko Tupen : Setelah dilakukan 1. Anjurkan pasien untuk
kerusakan tindakan perawatan selama 3 x menggunakan pakaian
integritas kulit 24 jam, diharapkan pasien yang longgar
b.d immobilisasi mampu mengetahui 2. Hindari kerutan padaa
fisik dan mengontrol resiko dengan tempat tidur
kriteria hasil : 3. Jaga kebersihan kulit agar
1. Integritas kulit yang baik tetap bersih dan kering
bisa dipertahankan (sensasi, 4. Mobilisasi pasien (ubah
elastisitas, temperatur, posisi pasien) setiap dua
hidrasi, pigmentasi) jam sekali
2. Tidak ada luka/lesi pada 5. Monitor kulit akan adanya
kulit kemerahan
3. Perfusi jaringan baik 6. Oleskan lotion atau
4. Menunjukkan pemahaman minyak/baby oil pada
dalam proses perbaikan derah yang tertekan
kulit dan mencegah 7. Monitor aktivitas dan
terjadinya sedera berulang mobilisasi pasien
5. Mampu melindungi kulit 8. Monitor status nutrisi
dan mempertahankan pasien
kelembaban kulit dan 9. Memandikan pasien
perawatan alami dengan sabun dan air
hangat
7 Resiko Aspirasi Tupen : Setelah dilakukan 1. Aspiration precaution
berhubungan tindakan perawatan selama 3 x 2. Monitor tingkat
dengan 24 jam, diharapkan tidak kesadaran, reflek batuk
penurunan terjadi aspirasi pada pasien dan kemampuan menelan
tingkat dengan kriteria hasil : 3. Monitor status paru
kesadaran 1. Klien dapat bernafas 4. Pelihara jalan nafas
dengan mudah, tidak irama, 5. Lakukan suction jika
frekuensi pernafasan diperlukan
normal 6. Cek nasogastrik sebelum
2. Pasien mampu menelan, makan
mengunyah tanpa terjadi 7. Hindari makan kalau
aspirasi, dan residu masih banyak
mampumelakukan oral 8. Potong makanan kecil
hygien kecil
3. Jalan nafas paten, mudah 9. Haluskan obat
bernafas, tidak merasa sebelumpemberian
tercekik dan tidak ada suara 10. Naikkan kepala 30-45
nafas abnormal derajat setelah makan
Carpenito, L.J. 2003. Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan. Jakarta: EGC
Corwin, EJ. 2009. Buku Saku Patofisiologi, 3 Edisi Revisi. Jakarta: EGC
Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid Kedua. Jakarta: Media
Aesculapius FKUI
Smeltzer, dkk. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth
Edisi 8 Vol 2. alih bahasa H. Y. Kuncara, Andry Hartono, Monica Ester,
Yasmin asih. Jakarta: EGC.
Tim SAK Ruang Rawat Inap RSUD Wates. 2006. Standard Asuhan Keperawatan
Penyakit Saraf. Yogyakarta: RSUD Wates Kabupaten Kulonprogo
DOKUMENTASI