Anda di halaman 1dari 4

REMIDI QUIZ MATA KULIAH DISFAGIA

“ASESMEN DISFAGIA”

DOSEN PENGAMPU

Roy Romey D.M., SST.TW., SKM., MPH

DISUSUN OLEH

Nama : Bunga Boyang


NIM : P27229020012
Prodi/Jurusan : D3/Terapi Wicara
Tingkat : 2A
Semester 3

POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA

2021/2022
Asesmen Difagia

Asesmen merupakan proses penilaian suatu data. Asesmen digunakan untuk


mengetahui ada atau tidaknya masalah pada klien. Pada kasus disfagia, asesmen dapat
dilakukan dengan berbagai cara, antara lain:

 Skrining Gangguan Menelan


 Pengkajian Klinis Menelan (BED)
 Oropharyngeal Videofluroscopy
 Fiberoptic Endoscopic Evaluation of Swallowing (FEES)
 Fiberoptic Endoscopic Evaluation of Swallowing with Sensory Testing (FEESST)

A. Skrining Gangguan Menelan


Skrining merupakan pemeriksaan awal yang digunakan untuk mengentahui
gejala disfagia secara akurat. Skrining bertujuan untuk mengidentifikasi pasien
yang berisiko tinggi yang memerlukan pengkajian lebih lanjut. Skrining juga dapat
menentukan aset/limitasi pada pasien, untuk kasus disfagia skrining digunakan
untuk mengidentifikasi tanda-tanda dan gejala disfagia. Berikut hal-hal yang
diperiksa saat skrining disfagia:
1. Ada tidaknya riwayat pneumonia
2. Diagnosis medis dikarenakan apa (misal: Laryngectomy, stroke, myasthenia
gravis)
3. Ada tidaknya riwayat tracheostomy
4. Ada tidaknya permasalahan pernapasan
5. Ada tidaknya perubahan suara
6. Ada tidaknya batuk sebelum, selama atau setelah menelan
7. Ada tidaknya permasalahan sekresi
8. Iya atau tidaknya jarang menelan
9. Ada tidaknya dahak yang berlebihan
10. Observasi pada saat makan atau menelan saliva dengan melihat ada
tidaknya: kesulitan bernapas, dahak yang meningkat, perubahan suara,
menelan
berkali-kali per bolus, pengangkatan laring yang lemah, mengeluarkan
dahak, batuk, kelelahan.

Pemeriksaan awal yang dilakukan saat skrining disfagia, diantaranya:

1. Patient Chart Review


Patient chart review berisi catatan medis umum pasien.
2. Observations upon Entering the Patien’s Room
Kegiatan observasi pada pasien di tempat tidur.
3. Status pernapasan pasien
4. Oral Motor Control Examination
Termasuk evaluasi jangkauan, hitungan, dan akurasi pergerakan bibir, lidah,
langit-langit lunak, dinding faring ketika berbicara dan reflek menelan.

B. Pengkajian Klinis Menelan


Pengkajian klinis menelan atau biasa disebut dengan Bedside Evaluation of
Dysphagia (BED). Berikut pemeriksaan yang dilakukan saat pengkajan klinis
menelan:
1. Repetitive Saliva Swallowing Test
Pemeriksaan dilakukan untuk menilai kemampuan pasien dalam melakukan
dry swallow secara berulang. Proses menelan dilihat dengan cara
mengevaluasi ada tidaknya elevasi laring.
2. Water Swallow Test
Pasien diminta untuk minum air sebanyak 30ml pada posisi duduk di kursi.
Berikut profil meminum untuk pasien:
a. 1 apabila pasien dapat minum semua air dalam 1 tegukan tanpa tersedak.
b. 2 apabila pasien dapat minum semua air dalam 2 tegukan atau lebih
tanpa tersedak.
c. 3 apabila pasien dapat minum semua air dalam 1 tegukan diikuti tersedak.
d. 4 apabila pasien dapat minum semua air dalam 2 tegukan atau lebih
diikuti tersedak.
e. 5 apabila pasien sering tersedak dan kesulitan minum semua air.
3. 3oz Water Test
Pasien diberikan dan diminta untuk minum air sebanyak 3oz atau sekitar
90ml. Tes ini dilakukan saat pasien berhasil melalui BED dengan
menggunakan bolus.
4. Blue Dye Test
Tes ini diperuntukan untuk pasien bagi pasien dengan tracheostomy,
caranya pasien diberikan makanan atau cairan yang sudah diberikan
pewarna makanan berwarna biru, kemudian dilihat apakah ada bolus atau
cairan yang keluar melalui lubang tracheostomy.
5. Cervical Ausculation
Pemeriksaan dilakukan dengan menempatkan stethoscope pada area lateral
inferior dari kartilago cricoid tau pada area central inferior dari kartilago
cricoid, fungsinya untuk mendengarkan suara menelan dan suara nafas
sebelum dan sesudah menelan pada passien.

C. Oropharyngeal Videofluroscopy
Pemeriksaan ini dilakukan untuk menilai kemampuan menelan pada semua fase
menelan menggunakan prosedur X-Ray dengan pemberian berbagai konsistensi
bolus pada pasien.

D. Fiberoptic Endoscopic Evaluation of Swallowing (FEES)


Merupakan prosedur endoscopy untuk melihat kemampuan menelan pada fase
pharyngeal dan esophageal atas. Bertujuan untuk mengetahui struktur
velopharingeal, mengetahui kemampuan manajemen sekresi tubuh, dan mengetahui
ada tidaknya silent aspiration.

E. Fiberoptic Endoscopic Evaluation of Swallowing with Sensory Testing


(FEESST)
Merupakan penunjang FEES, dilakukan dengan cara memberi tes sensori pada
pasien saat melakukan FEES.

Anda mungkin juga menyukai