Anda di halaman 1dari 45

Kelainan

Kongenital
Kelompok 3

Vina Dornauli G :30120119011


Ajeng Revanti :30120119012
Maria Regina Hesti S :30120119013
Maria Sinta Puspitasari :30120119014
Brigita Novelin Purba :30120119015
Grace sylvani Samberi :30120119047
Pengertian Kelainan Kongenital

Kelainan kongenital didefinisikan sebagai kelainan Disamping pemeriksaan fisik, radiologik dan laboratorik
pada struktur ataupun fungsi yang terjadi selama untuk menegakkan diagnose kelainan kongenital setelah
kehidupan intrauterin. Kelainan ini dapat dideteksi bayi lahir, dikenal pula adanya diagnosisi pre/- ante natal
sebelum lahir, saat lahir, atau setelah lahir (WHO, kelainan kongenital dengan beberapa cara pemeriksaan
2016). tertentu misalnya pemeriksaan ultrasonografi,
pemeriksaan air ketuban dan darah janin.
Kelainan kongenital merupakan kelainan dalam
pertumbuhan struktur bayi yang timbul sejak kehidupan
hasiI konsepsi sel telur.

2
Patofisiologi berdasarkan patogenesis

1.Malformasi  kelainan yang disebabkan oleh kegagalan atau ketidaksempurnaan satu atau lebih proses embriogenesis. Perkembangan awal dari suatu
jaringan atau organ tersebut berhenti, melambat, atau menyimpang sehingga menyebabkan suatu kelainan struktur yang menetap, perkembangan ini terjadi
pada kehamilan muda, pada saat terjadi diferensiasi jaringan atau selama periode pembentukan organ.

2.Deformasi  terbentuk akibat tekanan mekanik yang abnormal sehingga mengubah bentuk, ukuran, atau posisi sebagian dari tubuh yang semula
berkembang normal, disebabkan oleh keterbatasan ruang dalam uterus ataupun faktor ibu yang lain seperti primigravida, panggul sempit, abnormalitas
uterus seperti uterus bikornus, dan kehamilan kembar.

3.Disrupsi  disrupsi biasanya mengenai struktur yang semula berkembang normal dan tidak menyebabkan kelainan intrinsik pada jaringan yang terkena.
Penyebab tersering adalah robeknya selaput amnion pada kehamilan muda sehingga tali amnion dapat mengikat erat janin, memotong kuadran bawah fetus,
serta menembus kulit, muskulus, tulang, dan jaringan lunak.

4.Displasia  kerusakan (kelainan struktur) akibat fungsi atau organisasi sel abnormal, mengenai satu macam jaringan di seluruh tubuh. Pada sebagian
kecil kelainan ini terdapat penyimpangan biokimia di dalam sel, biasanya mengenai kelainan produksi enzim atau sintesis protein. Sebagian besar
disebabkan oleh mutasi gen.

3
Peradagan Sistem Urinari

Pengertian

Berkemih merupakan proses pelepasan air kemih (urin) dari kandung kemih
melalui uretra ke meatus urinarius untuk dikeluarkan dari tubuh.

ISK adalah salah satu penyebab utama gagal ginjal terminal, dan ISK
menyebabkan gejala yang tidak menyenangkan bagi pasien
Patofisiologi
Dalam proses berkemih secara normal, seluruh komponen
sistem saluran kemih bawah, yaitu detrusor, leher kandung
kemih dan sfingter uretra eksterna berfungsi secara
terkoordinasi dalam proses pengosongan maupun pengisian
urin dalam kandung kemih. Bila salah satu bagian tersebut
mengalami kelainan maka terjadi gangguan berkemih.
Secara fisiologis, proses berkemih merupakan koordinasi
dari sistem saraf pusat, otonom, dan somatik. Pusat otak
yang mengendalikan proses berkemih adalah pons,
periaqueductal gray (PAG), dan korteks.

5
Etiologi Gangguan Berkemih

o
o
Keterlambatan pematangan neurofisiologi
Keterlambatan perkembangan

o Hormon antidiuretik
o Faktor urodinamik

o Faktor tidur yang dalam


o Faktor psikologi
o Faktor organik

6
Manifestasi Klinis

Pada neonatus, gejala ISK tidak spesifik antara lain letargi, suhu badan tidak stabil,
hiperbilirubinemia. Pada anak yang lebih besar didapatkan gejala demam, disuria,
urgency, frequency, nyeri perut/pinggang.
Gejala pielonefritis adalah demam tinggi disertai menggigil, gejala saluran cerna seperti mual,
muntah, diare, nyeri pinggang, tekanan darahl pada umumnya normal, iritabel, dan kejang.
Gejala sistitis adalah demam jarang >38°C, nyeri perut bagian bawah, gangguan berkemih
frequency, urgency, disuria, nyeri suprapubik, retensio urin dan enuresis.

7
Tanda Dan Gejala

⋄ Demam
⋄ Susah buang air kecil
⋄ Nyeri setelah buang air besar (disuria terminal)
⋄ Sering buang air kecil
⋄ Kadang-kadang merasa panas ketika berkemih
⋄ Nyeri pinggang
⋄ Nyeri suprapubik (Permenkes, 2011)

8
Asuhan Keperawatan Willms Tumor

Definisi Etiologi
Tumor wilms adalah tumor padat ⋄WAGR syndrome
Kelainan yang mempengaruhi banyak sistem tubuh diantaranya
intraabdomen yang paling sering
1. Aniridia – bayi lahir tanpa iris mata
dijumpai pada anak. Tumor ini 2. Genitourinary malformation
merupakan neoplasma embrional 3. Retardasi mental
dari ginjal, biasanya muncul ⋄Deny-Drash Syndrome
sebagai massa asimtomatik di Didapati perkembangan genital yang abnormal.
abdomen atas atau pinggang. ⋄Beckwith- Wiedemann Syndrome
proliferasi patologik blastema metanefron akibat tidak adanya stimulasi yang
(Basuki,2011).
normal dari duktus metanefron untuk menghasilkan tubuli dan glomeruli
yang berdiferensiasi baik.

9
Klasifikasi
A. Penyebaran menurut TMN sebagai berikut : B. The National Wilms Tumor Study (NWTS) membagi lima
stadium tumor Wilms, yaitu :
1. T : Tumor primer
•Stadium ITumor terbatas di dalam jaringan ginjal tanpa
a) T1 : Unilateral permukaan ( termasuk ginjal ) < 80 cm menembus kapsul. Tumor ini dapat direseksi dengan lengkap.
b) T2 : Unilateral permukaan > 80 cm
•Stadium IITumor menembus kapsul dan meluas masuk ke
c) T3 : Unilateral ruptur sebelum penanganan dalam jaringan ginjal dan sekitar ginjal yaitu jaringan perirenal,
hilus renalis, vena renalis dan kelenjar limfe para-aortal. Tumor
d) T4 : Bilateral
masih dapat di reseksi dengan lengkap.
2. N : Metastasis limfa
•Stadium IIITumor menyebar ke rongga abdomen
a) N0 : Tidak ditemukan metastasis (perkontinuitatum), misalnya ke hepar, peritoneum, dll.
b) N1 : Ada metastasis limfa •Stadium IVTumor menyebar secara hematogen ke rongga
3. M : Metastasis jauh abdomen, paru-paru, otak, tulang.

a) M0 : Tidak ditemukan
b) M+ : Ada metastasis jauh

10
Manifestasi Klinis
Keluhan utama biasanya hanya benjolan perut, nyeri perut dapat timbul bila terjadi invasi tumor yang menembus
ginjal sedangkan hematuria terjadi karena invasi tumor yang menembus sistim pelveokalises. Demam dapat
terjadi sebagai reaksi anafilaksis tubuh terdapat protein tumor dan gejala lain yang bisa muncul adalah :
a. Hipertensi diduga karena penekanan tumor atau hematom pada pembuluh-pembuluh darah yang mensuplai
darah ke ginjal, sehingga terjadi iskemi jaringan yang akan merangsang pelepasan renin atau tumor sendiri
mengeluarkan renin.
b. Anemia
c. Penurunan berat badan
d. Infeksi saluran kencing
e. Malaise
f. Anoreksia

11
Patofisiologi

Tumor Wilm’s ini terjadi pada parenkim ginjal. Tumor tersebut tumbuh dengan cepat di lokasi yang dapat unilateral atau
bilateral. Pertumbuhan tumor tersebut akan meluas atau menyimpang ke luar renal. Mempunyai gambaran khas berupa
glomerulus dan tubulus yang primitif atau abortif dengan ruangan bowman yang tidak nyata, dan tubulus abortif di kelilingi
stroma sel kumparan.
Pertama-tama jaringan ginjal hanya mengalami distorsi, kemudian di invasi oleh sel tumor. Tumor tersebut akan menyebar
atau meluas hingga ke abdomen dan di katakan sebagai suatu massa abdomen. Akan teraba pada abdominal dengan di lakukan
palpasi.
Wilms Tumor seperti pada retinoblastoma disebabkan oleh 2 trauma mutasi pada gen supresor tumor. Mutasi pertama adalah
inaktivasi alel pertama dari gen suppressor tumor yang menyangkut aspek prozigot dan postzigot. Mutasi kedua adalah
inaktivasi alel kedua dari gen tumor supresor spesifik.
Gen WT1 pada kromosom 11p13 adalah gen jaringan spesifik untuk sel blastema ginjal dan epitel glomerolus dengan dugaan
bahwa sel precursor kedua ginjal merupakan lokasi asal terjadinya Wilms Tumor. Ekspresi WT1 meningkat pada saat lahir dan
menurun ketika ginjal telah makin matur. WT1 merupakan onkogen yang dominan sehingga bila ada mutasi yang terjadi hanya
pada 1 atau 2 alel telah dapat menimbulkan Wilms Tumor. Gen WT2 pada kromosom 11p15 tetap terisolasi tidak terganggu.
Pemeriksaan Penunjang Penatalaksanaan
a). Penatalaksanaan
a). Penatalaksanaan Medis
Medis ::

IVP
a). IVP 1). Farmakologi
1). Farmakologi 2). Non
2). Non Farmakologi
Farmakologi
-Kemoterapi
-Kemoterapi -- Pembedahan
Pembedahan
b). Foto
Foto thoraks
-- Radioterapi
Radioterapi
c). Ultrasonografi
Ultrasonografi
b). Penatalaksanaan
b). Penatalaksanaan Keperawatan
Keperawatan
CT-Scan
d). CT-Scan
1. Meredakan
1. Meredakan kecemasan
kecemasan yang
yang dihadapi
dihadapi pasien
pasien dan
dan keluarga
keluarga
Magnetic Resonance Imaging
e). Magnetic Imaging (MRI)
2. Memberikan
2. Memberikan informasi
informasi tentang
tentang proses/
proses/ kondisi
kondisi
f). Laboratorium penyakit, prognosis,
penyakit, prognosis, dan
dan kebutuhan
kebutuhan pengobatan.
pengobatan.
3. Mengalihkan
3. Mengalihkan rasa
rasa nyeri
nyeri yang
yang dihadapi
dihadapi pasien
pasien
4. Melakukan
4. Melakukan kompres
kompres untuk
untuk menurunkan
menurunkan suhu
suhu pasien
pasien
5. Membantu
5. Membantu aktivitas
aktivitas pasien
pasien karena
karena sebagian
sebagian besar
besar terganggu
terganggu dengan
dengan adanya
adanya tumor
tumor
diperut
diperut
6. Melakukan
6. Melakukan pemasangan
pemasangan infus
infus untuk
untuk menjaga
menjaga keseimbangan
keseimbangan cairan
cairan pasien
pasien

13
c. Riwayat kesehatan dahulu
Konsep Asuhan Keperawatan Apakah klien pernah mengeluh kelainan pada ginjal
A. Pengkajian sebelumnya, atau gejala-gejala tumor wilms
1. Identitas pasien d. Riwayat kesehatan keluarga
2. Riwayat Kesehatan Apakah ada riwayata keluarga klien pernah mengidap
a. Keluhan utama kanker atau tumor sebelumnya

b. Riwayat kesehatan sekarang 3. Pemeriksaan fisik

Klien mengeluh kencing berwarna seperti cucian Melakukan pemeriksaan TTV klien, dan mengobservasi
daging, bengkak sekitar perut. Tidak nafsu makan, head to too dan yang harus di perhatikan adalah
mual , muntah dan diare. Badan panas hanya sutu palpasi abdomen yang cermat dan pengukuran
hari pertama sakit. tekanan darah pada keempat ektremitas. kelainan
traktus urinarius dan adanya aniridia atau
hemihipertrofi juga perlu dicari.

14
4. Pemeriksaan penunjang
c. Pola Aktifitas dan latihan
-Pemeriksaan laboratorium
d. Pola tidur dan istirahat
-Foto polos abdomen
Klien tidak dapat tidur terlentang karena sesak dan gatal
- Pemeriksaan pielografi intravena karena adanya uremia. keletihan, kelemahan
- pemeriksaan renoarteriogram malaise, kelemahan otot dan kehilangan tonus
5. Pola aktivitas
6. Kognitif & perseptual
a. Pola nutrisi dan metabolic
Peningkatan ureum darah menyebabkan kulit
Dapat terjadi kelebihan beban sirkulasi karena adanya retensi bersisik kasar dan rasa gatal. Gangguan
natrium dan air, edema pada sekitar mata dan seluruh tubuh.
penglihatan dapat terjadi apabila terjadi
b. Pola eliminasi ensefalopati hipertensi. Hipertemi terjadi pada hari
Gangguan pada glumerulus menyebakan sisa-sisa pertama sakit dan ditemukan bila ada infeksi
metabolisme tidak dapat diekskresi dan terjadi penyerapan karena inumnitas yang menurun.
kembali air dan natrium pada tubulus yang menyebabkan
oliguria sampai anuria ,proteinuri, hematuria.

15
B. Diagnosa
7. Persepsi diri 1.Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis
Klien cemas dan takut karena urinenya berwarna merah dan 2.Hipovolemia b.d kehilangan cairan aktif
edema dan perawatan yang lama.Anak berharap dapat sembuh
kembali seperti semula 3.Defisit nutrisi b.d ketidak mampuan menelan makanan
8. Hubungan peran 4.Gangguan rasa nyaman b.d gejala penyakit
Anak tidak dibesuk oleh teman – temannya karena jauh dan 5. Ansietas b.d kurangnya terpapar informasi
lingkungan perawatan yang baru serta kondisi kritis
menyebabkan anak banyak diam

16
C. Intervensi

17
18
19
20
21
22
23
24
25
Asuhan Keperawatan Sindrom Nefrotik

Sindrom Nefrotik (SN) adalah sindrom klinis akibat perubahan


selektifitas permeabilitas dinding kapiler glomerulus sehingga
protein dapat keluar melalui urine (Nilawati, 2012). Sindrom Nefrotik
(SN) adalah sekumpulan manifestasi klinis yang terdiri dari
proteinuria massif (≥40 mg/m²LPB/jam atau >50 mg/kgBB/24 jam),
hipoalbuminemia (kurang dari 2,5 g/dl), udem, dan
hiperkolesterolemia >200 mg/dL (Trihono dkk, 2012).

26
Batasan yang dipakai pada Sindrom Nefrotik menurut Trihono
dkk (2012)

1. Remisi 6. Sindrom Nefrotik relaps


2. Relaps sering
3. Sindrom Nefrotik Sensitif 7. Sindrom Nefrotik dependen
Steroid steroid
4. Sindrom Nefrotik Resisten
Steroid
5. Sindrom Nefrotik relaps
panjang

27
Etiologi
Penyebab penyakit Sindrom Nefrotik yang pasti belum diketahui, akhir-akhir
Ini dianggap sebagai suatu penyakit autoimun. Jadi menurut Nurarif
dkk,(2013) merupakan suatu reaksi antigen-Antibodi.
1. Sindrom Nefrotik bawaan
Diturunkan sebagai resesif autosomal atau karena reaksi maternofetal.
Gejalanya adalah edema pada masa neonatus. Sindrom Nefrotik jenis
ini resisten terhadap semua pengobatan. Salah satu cara yang bisa
dilakukan adalah pencangkokan ginjal pada masa neonatus namun
tidak berhasil. Prognosis buruk dan biasanya penderita meninggal
dalam bulan-bulan pertama kehidupannya.

28
2. Sindrom Nefrotik sekunder 3. Sindrom Nefrotik idiopatik (belum
Disebabkan oleh: diketahui penyebabnya)
a. Malaria kuartana atau parasit Berdasarkan histopatologis yang
lain tampak pada biopsi ginjal dengan
b. Penyakit kolagen seperti
pemeriksaan mikroskop biasa dan
lupus eritematosus
diseminata, purpura mikroskop elektron, Sindrom
Anafilaktoid. Nefrotik idiopatik dapat dibagi
c. Glumerulonefritis akut atau dalam 4 golongan yaitu: kelainan
glumerulonefritis kronis.
minimal, nefropati membranosa,
d. Bahan kimia seperti
trimetadion, paradion, glumerulonefritis proliferatif dan
penisilamin, garam emas, glomerulosklerosis fokal
sengatan lebah, racun, air
segmental.
raksa.

29
Manifestasi klinis


Gejala sistemik
sistemik seperti demam,
Nefrotik mengenai
Pada umumnya Sindrom Nefrotik mengenai berat badan,
penurunan berat badan, berkeringat pada
pada
pasien berumur kurang dari 6 tahun pada waktu malam hari, poliuri,
poliuri, polidipsi, rambut
kalinya. Gejala
onset pertama kalinya. Gejala yang timbul
timbul rontok, ulkus pada mulut,
rontok, mulut, rash,
rash, nyeri
nyeri
syndrome, pembengkakan
influenza-like syndrome, pembengkakan abdomen, nyeri sendi yang mengarah
periorbita dan oligouria
oligouria atau anuria.
anuria. Selama
Selama penyakit sistemik seperti Lupus
kepada penyakit
beberapa hari,
hari, udem akan bertambah jelas Eritematosus Sistemik,
Sistemik, Henoch-schonlein
Henoch-schonlein
pada
atau diabetes mellitus yang juga
purpura atau juga
tubuh (anasarka). Adanya distensi
seluruh tubuh
Sindrom Nefrotik
menyebabkan Sindrom Nefrotik perlu
perlu
abdomen dapat disebabkan oleh asites.
abdomen
ditanyakan pada pasien. Riwayat
Ketidaknyamanan pada perut, nyeri pada perut
Ketidaknyamanan perut
NSAID, penisilamin juga
pengobatan NSAID,
yang menetap
menetap perlu dipikirkan adanya peritonitis
Pada
menyebabkan Sindrom Nefrotik. Pada
bakteri sebagai komplikasi yang mengancam
anamnesis perlu disingkirkan
anamnesis disingkirkan penyebab
nyawa. Adanya riwayat batuk dan sesak napas
napas
lain udem seperti
lain seperti gagal
gagal hati
hati kronis,
kronis, gagal
gagal
dapat diindikasikan
diindikasikan adanya efusi pleura
30 jantung, dan malnutrisi.
(Trihono dkk, 2012).
Patofisiologi
Sindrom Nefrotik menurut Linda (2017) adalah keadaan klinis yang disebabkan
oleh kerusakan glomerulus. Peningkatan permeabilitas glomerulus terhadap
protein plasma menimbulkan proteinuria, hypoalbumin, hyperlipidemia dan
edema. Hilangnya protein dari rongga vaskuler meyebabkan penurunan tekanan
osmotik plasma dan peningkatan tekanan hidrostatik, yang menyebabkan
terjadinya akumulasi cairan dalam rongga intestisial dan rongga abdomen.
Penurunan volume cairan vaskuler menstimulasi system renin angiotensin yang
megakibatkan diekskresikannya hormon antidiuretik dan aldosteron. Reabsorpsi
tubular terhadp natrium (Na) dan air mengalami peningkatan dan akibatnya
menambah volume intravaskuler. Retensi cairan mengarah pada peningkatan
edema koagulasi dan thrombosis vena dapat terjadi karena penurunan volume
vasskuler yang mengakibatkan hemokonsentrasi dan hilangnya urin dari
koagulasi protein. Kehilangan immunoglobulin pada urin dapat mengarah pada
peningkatan kerentanan terhadap infeksi.
Pemeriksaan Penunjang

Uji Urin Uji darah


⋄ Urinalisis : Proteinuria (dapat mencapai ⋄ Kadar albumin serum : Menurun
lebih dari 2 g/m2/hari), bentuk hialin (kurang dari 2 g/dl)
dan granular, hematuruia ⋄ Kadar kolestrol serum : Meningkat
⋄ Uji dipstick urin : Hasil positif untuk (dapat mecapai 450 sampai 1000 mg/dl)
protein dan darah ⋄ Kadar trigliserid serum : Meningkat
⋄ Berat jenis urin : Meningkat palsu ⋄ Kadar hemoglobin dan hematokrit :
karena proteinuria Meningkat
⋄ Osmolalitas urin : Meningkat ⋄ Hitung trombosit : Meningkat (mencapai
Uji diagnostik 500.000 sampai 1.000.000/ul)

⋄ Biopsy ginjal (tidak dilakukan secara ⋄ Kadar elektrolit serum : Bervariasi


rutin) sesuai dengan keadaan penyakit
perorangan.

32
Komplikasi
menurut Kharisma, (2017) Antara lain:

1. Gangguan fungsi ginjal


2. Infeksi sekunder
Terjadi akibat kadar imunoglobulin yang rendah akibat hipoalbuminemia.
3. Syok
Terjadi terutama pada hipoalbuminemia berat (<1gm/100ml).
4. Komplikasi lain yang bisa timbul adalah malnutrisi

33
Penatalaksanaan

34
Selainitu
Selain itupenatalaksanaan
penatalaksanaandari
dari Sindrom
SindromNefrotik
Nefrotiksendiri
sendiri diantaranya:
diantaranya:

1.Diitetik
1. Diitetik
Pemberiandiit
Pemberian diittinggi
tinggiprotein
protein
dianggapmerupakan
dianggap merupakankontraindikasi
kontraindikasi


karenaakan
karena akanmenambah
menambahbeban
beban
glomerulusuntuk
glomerulus untukmengeluarkan
mengeluarkansisa
sisa
metabolismeprotein
metabolisme protein(hiperfiltrasi)
(hiperfiltrasi)dan
dan
menyebabkan sklerosis
menyebabkan sklerosisglomerulus.
glomerulus.

2. Diuretik

Restriksi cairan dianjurkan selama ada


edema berat. Biasanya diberikan loop diuretic
seperti furosemid 1-3 mg/kgbb/hari, bila perlu
dikombinasikan dengan spironolakton (antagonis
aldosteron, diuretik hemat kalium) 2-4
mg/kgbb/hari

35
3. Pengobatan dengan kortikosteroid
Pada SN idiopatik, kortikosteroid merupakan pengobatan awal, kecuali bila ada kontraindikasi. Jenis
steroid yang biasa diberikan adalah prednison atau prednisolon.

4. Tirah baring
Diperlukan tirah baring selama masa edema parah yang menimbulkan keadaan tidak berdaya dan selama infeksi
yang interkuten. Juga dianjurkan untuk mempertahankan tirah baring selama diuresis jika terdapat kehilangan
berat badan yang cepat.

5. Perawatan mata.
Tidak jarang mata anak tertutup akibat edema kelopak mata dan untuk mencegah alis mata yang melekat, mereka
harus diswab dengan air hangat.

6. Penatalaksanaan krisis hipovolemik.


Anak akan mengeluh nyeri abdomen dan mungkin juga muntah dan pingsan. Terapinya dengan memberikan infus
plasma intravena, monitor nadi dan tekanan darah.

7. Dukungan bagi orang tua dan anak.


Orang tua dan anak sering kali tergangu dengan penampilan anak. Pengertian akan perasan ini merupakan hal yang
penting.
Konsep Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
Pengkajian pada hipervolemia pada anak dengan Sindrom Nefrotik Resisten Steroid menurut Kyle T,
(2014) adalah sebagai berikut:
a. Identitas pasien
b. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan utama
Penambahan berat badan, edema, Wajah sembab: Khususnya di sekitar periorbital, timbul
saat bangun pagi, berkurang di siang hari, pembengkakan abdomen (asites), kesulitan
pernafasan, edema mukosa usus menyebabkan: diare, anoreksia, absorpsi usus buruk,
letargi, pucat, mudah lelah, kerentanan terhadap penyakit, tekanan darah normal atau
sedikit menurun, perubahan urin: penurunan volume, gelap, berbau buah
2. Riwayat penyakit dahulu.
Edema masa neonatus, malaria, riwayat infeksi saluran kemih, riwayat terpapar bahan kimia.
3.Riwayat penyakit sekarang.
Ajukan pertanyaan : urin berbau meyengat, edema, nyeri, darah dalam urin, kram, mual/muntah,
demam, kenaikan berat badan, trauma, pejanan terhadap infeksi, massa pada skrotum,
selangkangan dan abdomen.
4. Riwayat kesehatan keluarga
Karena kelainan gen autosom resesif, kelainan ini tidak dapat ditangani dengan terapi biasa dan bayi
biasanya mati pada tahun pertama atau dua tahun setelah kelahiran. Riwayat batu ginjal, atau
riwayat enuresis pada orang tua.
5. Riwayat kehamilan dan persalinan
Adanya arteri umbilikus tunggal atau massa abdomen, abnormalitas kromosom, atau malformasi
kongenital.
6. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan.
Tentukan usia keberhasilan toilet training, pola episode inkontinensia (mengalami megompol), dan
rutinitas perawatan diri dalam melakukan kebersihan setelah eliminasi. Pehatikan adanya
mielomeningokel atau gangguan spina lain yang dapat mempengaruhi kemampuan anak untuk
berkemih.
b. Observasi adanya manifestasi Hipervolemia.
Lakukan pengkajian fisik, termasuk pengkajian luasnya edema
Inspeksi
Inspeksi kulit terhadap adanya edema (umum atau periorbital), atau memar. Perhatikan adanya pucat
pada kulit atau manifestasi dismorfik (bekaitan dengn masalah genetik).
Auskultasi
Dengarkan secara cermat bunyi jantung, karena bising aliran dapat mucul pada anak yag anemis, yang
megalami frekuensi jantung.
Perkusi
Perkusi abdomen. Perhatikan suara redup (suara redup biasanya terdengar pada limpa di margin kosta
kanan, pada ginjal, dan pada 1 sampai 3 cm dibawah margin kosta kiri) kadung kemih yang penuh
dapat terdengar redup saat perkusi diatas simfisis pubis.
Palpasi
Palpasi abdomen. Perhatikan massa ginjal yang teraba (mengindikasikan pembesaran atau massa,
karena biasanya ginjal sulit dipalpasi pada bayi yang lebih besar atau pada anak).
Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai
respons klien terhadap suatu masalah kesehatan atau proses kehidupan
yang dialaminya baik yang berlangsung aktual maupun potensial.
Diagnosis keperawatan bertujuan untuk megidentifikasi respon klien
individu, keluarga atau komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan
kesehatan (Tim Pokja DPP PPNI Standar Diagnosa Keperawatan
Indonesia, 2017). Dalam Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia,
hipervolemia termasuk kedalam kategori fisiologis dan subkategori nutrisi
dan cairan. Penyebab dari hipervolemia adalah gangguan mekanisme
regulasi. Menurut SDKI (2017) diagnosanya adalah hipervolemia
berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi.
INTERVENSI

40
41
Implementasi


Pelaksanaan menurut Tarwoto dkk, (2015) adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk
mencapai tujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana
tindakan disusun dan ditunjukkan pada nursing order untuk membantu klien
mencapai tujuan yang diharapkan. Tindakan keperawatan dibedakan berdasarkan
kewenangan dan tanggung jawab perawat secara profesional sebagaimana
terdapat dalam standar praktek keperawatan. Pelaksanaan keperawatan pasien
hipervolemia pada Sindrom Nefrotik menyesuaikan kondisi pasien. Pelaksanaan
pada hipervolemia yang mengacu pada SIKI, (2018) antara lain:
1. Memonitor cairan-cairan masuk dan cairan keluar
2. Mengukur/menimbang Berat Badan
3. Menganjurkan keluarga membatasi asupan cairan
4. Mengobservasi edema.
5. Berkolaborasi pemberian diuretik

44
Thanks! Any questions?

45

Anda mungkin juga menyukai