Anda di halaman 1dari 24

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN KELAINAN KONGENITAL

PADA SISTEM URINARI : “TUMOR WILMS”

OLEH :

A.M KILAT (P1712082)

MUH ALI NURDANI (P2015216)

NURDYANTI AMIR (P2015214)

SURIANTI M (P2015212)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
GRAHA EDUKASI MAKASSAR
2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tumor Wilms adalah keganasan terbanyak ke lima dan merupakan tumor
ginjal tersering pada usia anak- anak. Tumor ini terbanyak muncul pada usia tiga
tahun dan jarang ditemukan setelah usia 8 tahun. Wilms tumor yang dikenal juga
sebagai nephroblastoma, diambil dari nama seorang ahli bedah Jerman yaitu Max
Wilms, yang pertama kali mendeskripsikan tumor ini pada abad ke 19 (Agung,
Muzakir, & Gunawan, 2016).
Deskripsi patologi mengenai tumor Wilms pertama kali ditulis pada tahun
1872 dan dideskripsikan oleh Osler pada tahun 1879. Osler menemukan bahwa
tumor ginjal pada anak-anak yang dilaporkan oleh beberapa klinis saat itu
sebenarnya merupakan kelainan yang sama. Pada tahun 1899, Wilms melaporkan
7 kasus yang dijumpainya dan melakukan tinjauan literatur pada kongres di
Berlin. Penjelasannya mengenai gambaran klinis penyakit ini sangat jelas
sehingga istilah tumor yang memakai namanya ini (tumor Wilms) lebih populer
digunakan dari pada nefroblastoma hingga sekarang. Eksisi bedah merupakan
pilihan terapi satu-satunya hingga tahun 1915, ketika Friedlander
memperkenalkan terapi radiasi sebagai altenatif pilihan. Ladd dan White
kemudian secara bertahap menyempurkan teknik bedah dan meningkatkan
survival hingga 20%. Kemoterapi dengan aktinomisin dimulai tahun 1954 dan
vinkristin ditambahkan pada tahu 1963. Pada tahun 1956, Farber dengan
menggunakan kombinasi eksisi bedah, radiasi pascaoperasi, dan kemoterapi
memulai era modern dengan angka survival selama 2 tahun mencapai 81%
(Agung et al., 2016).
Pasien dengan tumor Wilms dan kandungan DNA yang diploid
(mengindikasikan proliferasi yang rendah) ditemukan mempunyai prognosis
yang baik. Hiperploidi (aktivitas mitotik yang tinggi) merupakan gambaran
prosnostik yang buruk untuk tumor Wilms (J.M Wilkinson, 2018).
Tumor Wilms atau disebut juga dengan Nefroblastoma adalah tumor ganas
pada ginjal yang banyak menyerang anak berusia kurang dari 10 tahun dan
paling sering di jumpai pada umur 3,5 tahun (Agung et al., 2016).

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan tumor Wilms?
2. Bagaimana etiologi tumor Wilms?
3. Bagaimana manifestasi klinis dan patofisiologi tumor Wilms?
4. Bagaimana pathway tumor Wilms?
5. Bagimana pemeriksaan diagnostik dan penalaksanaan tumor Wilms?
6. Bagaimana penyusunan asuhan keperawatan anak pada kelainan kongenital
pada sistem urinari : tumor Wilms?

C. Tujuan
Tujuan penyusunan laporan pendahuluan ini adalah untuk memberikan
pengetahuan dapat memberikan   informasi   dan pemahaman mengenai asuhan
keperawatan pada klien anak yang menderita Tumor Wilms.

D. Manfaat
Penyusunan makalah ini diharapkan dapat memperkaya ilmu pengetahuan
dan dapat dipakai sebagai bahan acuan lebih lanjut khususnya mengenai asuhan
keperawatan anak pada kelainan kongenital sistem urinari : tumor Wilms.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Medis
1. Definisi
Tumor Wilms (Nefroblastoma) adalah tumor ginjal yang ditemukan
pada anak-anak. Tumor wilms merupakan tumor ginjal yang tubuh dari sel
embrional primitive  di ginjal. Makrokoskopis ginjal akan tampak membesar
dan keras sedangkan gambaran histo patologinya menunjukan gabungan dari
pembentukan abortif glomerulus dan gambaran otot polos,otot serat lingkang,
tulang rawan dan tulang. Tumor dapat bermetastase terutama ke paru, ginjal
dan jarang sekali ke tulang (Judith M Wilkinson, 2015).
Tumor Wilms (Nefoblastoma) adalah tumor ganas yang tumbuh dari
sel embrional primitive di ginjal. Tumor Wilms biasanya ditemukan pada
anak – anak yang berumur kurang dari 5 tahun, tetapi kadang di temukan
pada anak yang lebih besar atau orang dewasa. Tumor Wilms merupakan
tumor ganas intraabdomen yang tersering pada anak-anak dan tumbuh
dengan cepat (progresif). Tumor Wilms adalah tumor pada intraabdomen
yang paling sering dijumpai pada anak. Tumor ini merupakan neoplasma
embrional dari ginjal, biasanya muncul sebagai massa asistomatik di
abdomen atas atau pinggang. Tumor sering ditemukan saat orang tua
memandikan atau mengenakan baju anak nya atau saat dokter melakukan
pemeriksaan fisik terhadap anak yang tampak sehat (Setiawaty & Susianti,
2016).

2. Etiologi
Penyebab tidak diketahui, tetapi diduga melibatkan faktor genetik.
Tumor Wilms berhubungan dengan kelainan bawaan tertentu, seperti: (Judith
M Wilkinson, 2015)
1. WAGR syndrome :
a. Retardasi mental
b. Aniridia – bayi lahir tanpa iris
c. Gebitourinary malformation
2. Deny-Drash Syndrome
Sindrom ini menyebabkan kerusakan ginjal sebelum umur 3 tahun
dan sangat langka. Didapati perkembangan genital yang abnormal. Anak
dengan sindrom ini berada dalam resiko tinggi terkena tipe kanker lain,
selain Tumor Wilms.
3. Beckwith-Widemann Syndrome
Bayi lahir dengan berat badan yang lebih tinggi dari bayi normal,
lidah yang besar, pembesaran organ-organ.

3. Manifestasi Klinik
Keluhan utama biasanya hanya benjolan perut, jarang dilaporkan adanya
nyeri perut dan hematuria, nyeri perut dapat timbul bila terjadi invasi tumor
yang menembus ginjal sedangkan hematuria terjadi karena invasi tumor yang
menembus sistem pelveokalises. Demam dapat terjadi karena reaksi
anafilaksis tubuh terdapat protein tumor dan gejala lain yang bisa muncul
adalah:
1. Hipertensi diduga karena penekanan tumor atau hematom pada
pembuluh-pembuluh darah yang mensuplai darah keginjal, sehingga
terjadi iskemi jaringan yang akan merangsang pelepasan renin atau tumor
sendiri mengeluarkan renin.
2. Anemia
3. Penurunan berat badan
4. Infeksi saluran kencing
5. Malaise
6. Anoreksia
7. Tumor wilms tidak jarang dijumpai bersama kelainan kongenital
lainnya,seperti aniridia, anomali saluran kemih atau genitalia dan
retardasi mental (Nursalam, 2016).

4. Patofisiologi
Tumor Wilms ini terjadi pada parenkim ginjal. Tumor tersebut tumbuh
dengan cepat di lokasi yang dapat unilateral atau bilateral. Pertumbuhan
tumor tersebut akan meluas atau menyimpang ke luar renal. Mempunyai
gambaran khas berupa glomerulus dan tubulus yang primitif dan abortif
dengan ruangan bowman yang tidak nyata, dan tubulus abortif dikelilingi
stroma sel kumparan.
Pertama-tama jaringan ginjal hanya mengalami distorsi, tetapi kemudian
di invasi oleh sel tumor. Tumor ini pada sistem memperlihatkan warna yang
putih atau keabu – abuan homogen, lunak dan encepaloid. Tumor tersebut
akan menyebar hingga ke abdomen dan dikatakan sebagai suatu massa
abdomen. Akan teraba pada abdominal dengan dilakukan palpasi.
Wilms Tumor seperti pada retinoblastoma disebabkan oleh dua trauma
mutasi pada gen supresor tumor. Mutasi pertama adalah inaktivasi alel
pertama dari gen supressor tumor yang menyangkut aspek prozigot dan
postzigot. Mutasi kedua inaktivasi alel kedua dari gen tumor supresor
spesifik.
Munculnya tomor wilms sejak dalam perkembangan embrio dan akan
tumbuh dengan cepat setelah lahir. Pertumbuhan tumor akan mengenai ginjal
atau pembuluh vena renal dan menyembur ke organ lain (Nursalam, 2016).
5. Pathway

Kelainan Genetika

Poliferasi patologik Blastoma

Tubuli dan glomelurus tidak berdifusi dengan


baik pada kehamilan

Blastoma renalis dijanin

TUMOR WILMS

Tumor belum menembus Kemoterapi Tindakan pre operasi


kapsul ginjal
Rambut rontok,kulit kering terasa perih, mual
munta, dan tidak nafsu makan Adanya massa di abdomen
Berdiferensiasi

Tumor menembus kapsul Rasa lelah dan lemah Rencana pembedahan


ginjal parirenal, vena renal Hematoma sepanjang hari

Kurang pengetahuan
Disfungsi ginjal Nyeri akut Sesak napas dan detak
jantung tidak biasa
Gelisah, cemas, sulit
tidur, meringis
Gangguan glomelurus Sulit tidur

Gangguan tumbuh Ansietas


Gangguan filtrasi Gangguan tumbuh dan kembang kembang
Hematuria Gangguan filtrasi Gangguan kesimbangan asam basa

Asidosis metabolik
Resiko ketidakseimbangan
cairan
Peningkatan asam lambung

Mual muntah

Nafsu makan menurun

Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh
6. Komplikasi
1. Metastase ke par-paru, sum-sum tulang (anemia), ginjal kontra lateral dan
hati.
2. Komplikasi dari pembedahan
3. Efek samping dari kemoterapi dan terapi radiasi.

7. Pemeriksaan Diagnostik
1. IVP dengan pemeriksaan IVP tampak distorasi sistem pielokalises
(perubahan bentuk sistem pielokalises) dan sekaligus pemeriksaan ini
berguna umtuk mengtahui fungsi ginjal.
2. Foto thoraks merupakan pemeriksaan untuk mengevaluasi ada tidaknya
metastasis ke paru-paru. Arteriografi khusus hanya diindikasikan untuk
pasien dengan tumor wilms bilateral.
3. Ultrasonografi merupakan pemeriksaan non invasif yang dapat
membedakan tumor solid dengan tumor yang mengandung cairan.
Dengan pemeriksaan USG, tumor wilms nampak sebagai tumor padat di
daerah ginjal. USG juga dapat digunakan sebagai pandu pada biopsi, pada
USG bagian sagital tumor akan tampak mengalami pembesaran.
4. CT-Scan memberi beberapa keuntungan dalan mengevaluasi tumor
wilms. Ini meliputi konfirmasi mengenai asal tumor intra renal yang
biasanya menyingkirkan neuroblastoma, deteksi masa multipel,
penentuan perluasan tumor, termasuk keterlibatan oembuluh darah besar
dan evaluasi dari ginjal yang lain.
5. Magnetic Resonance Imaging (MRI), dapat memberikan informasi
tentang perluasan tumor didalam vena cava inferior termasuk perluasan
ke daerah intercardial. MRI akan memperlihatkan hipointensitas dan
hiperintensitas.
6. Laboratorium, kada LDH meninggi dan VMA dalam batas normal.
Urinalisis juga dapat menunjukkan bukti hematuria, LED meningkat, dan
anemia dapat juga terjadi, terlebih pada pasien dengan perdarahan
subkapsuler. Pasien dengan metastasis di hepar dapat menunjukkan
abnormalitas pada analisa serum (Setiawaty & Susianti, 2016).

8. Penatalaksanaan
Terapi pilihan adalah nefrektomi. Kemoterapi dan radioterapi dilakukan
sesuai stadium. Pada tumor bilateral dengan gambaran histopatologi ganas
dilakukan nefrektomi bilateral, kemoterapi, dan radioterapi, kemudian dialisis
atau transplantasi ginjal.
Tindakan operasi merupakan tindakan terapi sekaligus penentuan
stadium tumor. Neferktomi primer dikerjakan pada semua keadaan kecuali
pada tumor unilateral yang unrectestable, tumor bilateral dan tumor yang
sudah berekstensi ke vena kava inferior di atas vena hepatica. Tumor yang
unresectable dinilai intra operatif. Diberikan kemoterapi seperti pada stadium
III dan pengangkatan tumor dilakukan setelah 6 minggu. Pada tumor
bilateral, dilakukan biopsy untuk menentukan jenis tumor dan diberikan
kemoterapi biasanya dalam 8-10 minggu. Nefrektomi dilakukan pada kasus
tumor bilateral jika diberikn sisa parenkim ginjal setelah reseksi tumor masih
lebih dari 2/3. Hal penting dalam pembedahan meliputi insisi transperitoneal,
eksplorasi ginjal kontra lateral, dilakukan nefrektomi radikal, hindari
tumpahan tumor, dan biopsy kelenjar getah bening yang dicurigai.
Terapi lanjutan dengan kemoterapi atau radioterapi tergantung pada
hasil staging dan histology dari tumor.
Nefrektomi parsial pada pasien dengan tumor bilateral, solitary kidney,
dan insufisiensi renal. Pada kasus tumor wilms bilateral yang perlu dilakukan
nefrektomi bilateral, transpalasi dilakukan setelah 1 tahun setelah selesai
pemberian kemoterapi (Setiawaty & Susianti, 2016).
B. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
 Data umum : identitas klien dan penanggung jawab/pengantar
 Riwayat kesehatan saat ini : keluhan utama, alasan masuk RS, riwayat
penyakit dan data medik
 Riwayat kesehatan masa lalu : penyakit yang pernah dialami, riwayat
alergi, imunisasi dll.
 Riwayat kesehatan keluarga : keterangan mengenai kondisi kesehatan
keluarga, penyakit dan penyebab meninggal dan usia.
 Riwayat psiko-sosio-spiritual : pola koping, harapan pasien terhadap
penyakitnya, adaptasi, hubungan pasien dengan anggota keluarganya,
masyarakat dan terhadap lawan bicara, aktivitas sosial, bahasa yang
digunakan, keadaan lingkungan, kegiatan keagamaan dan keyakinan
tentang kesehatan.
 Kebutuhan dasar/pola kebiasaan sehari-hari : Makan, minum, tidur,
eliminasi fekal & urine, aktivitas & latihan, dan personal hygiene
(sebelum dan setelah masuk RS).
 Pemeriksaan fisik : keadaan umum, head to toe, pengkajian data fokus,
pemeriksaan diagnostik dan penatalaksanaan medis.

Aktifitas / istrahat
 Kelemahan/keletihan
Perubahan pola istirahat ; adanya factor-faktor yang mempengaruhi tidur
misalnya,nyeri,ansietas.
 Keterbatasan partisipasi dalam hobi.
Eliminasi
 Eliminasi urine : gangguan pada glomerulus menyebabkan sisa-sisa
metabolisme tdak dapat dieskresi dan terjadi penyerapan kembali air dan
natrium pada tubulus ginjal yang tidak mengalami gangguan yang
menyebabkan oliguri, anuria, proteinuria, hematuria.
Makanan/ cairan
 Dapat terjadi kelebihan beban sirkulasi karena adanya retensi natrium dan
air,edema pada sekitar mata dan seluruh tubuh.Klien mudah mengalami
infeksi karena adanya depresi sistem imun.Adanya mual,muntah,dan
anoreksia menyebabkan intake nutrisi yang tidak adekuat.BB meningkat
karena adanya edema.Perlukaan pada kulit dapat terjadi karena uremia.
Kognitif dan preseptual
 Peningkatan ureum darah menyebabkan kulit bersisik kasar dan gatal-
gatal karena adanya uremia.gangguan penglihatan dapat terjadi apabila
terjadi hipertensi.
Presesepsi diri
 Klien dan orang tua cemas dan takut karena adanya pembedahan

2. Diagnosis Keperawatan
1. Ansietasb.d krisis situsional (D.0080)
2. Defisit nutrisi b.d ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient (D.0019)
3. Risiko gangguan pertumbuhan faktor risiko kelainan genetic/kongenital
(D.0108)
4. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis (D.0077)
5. Risiko ketidakseimbangan cairan faktor risiko penyakit ginjal dan kelenjar
(D.0036).
3. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


1. Ansietas Tingkat Ansietas Terapi relaksasi
Definisi : (L.09093) dengan ekspetasi Observasi
Kondisi emosi dan menurun dengan kriteria 1. Identifikasi penurunan tingkat energi,
pengalaman subjektif hasil: ketidakmampuan berkonsentrasi, atau gejala
terhadap objek yang tidak 1. Perilaku gelisah lain yang mengganggu kemampuan kognitif
jelas dan spesifik akibat menurun (5) 2. Identifikasi teknik relaksasi yang pernah
antisipasi bahaya yang 2. Anoreksi menurun (5) efektif digunakan
memungkinka individu 3. Konsentrasi membaik (5) 3. Identifikasi kesediaan, kemampuan, dan
melakukan tindakan untuk 4. Pola tidur membaik (5) penggunaan teknik sebelumnya
menghadapi ancaman 5. Kontak mata membaik 4. Periksa ketegangan otot, frekuensi nadi,
(PPNI, 2017) (5) (PPNI, 2019). tekanan darah, dan suhu sebelum dan
sesudah latihan
5. Monitor respons terhadap terapi relaksasi
Terapeutik
1. Ciptakan lingkungan tenang dan tanpa
gangguan dengan pencahayaan dan suhu
ruang nyaman, jika memungkinkan
2. Berikan informasi tertulis tentang persiapan
dan prosedur teknik relaksasi
3. Gunakan pakaian longgar
4. Gunakan nada suara lembut dengan irama
lambat dan berirama
5. Gunakan relaksasi sebagai strategi
penunjang dengan analgetik atau tindakan
medis lain, jika sesuai
Edukasi
1. Jelaskan tujuan, manfaat, batasan, dan jenis
relaksasi yang tersedia (mis, musik,
meditasi, napas dalam, relaksasi otot
progresif)
2. Jelaskan secara rinci intervensi relaksasi
yang dipilih
3. Anjurkan mengambil posisi nyaman
4. Anjurkan rileks dan merasakan sensasi
relaksasi
5. Anjurkan sering mengulangi atau melatih
teknik yang dipilih
6. Demonstrasikan dan latih teknik relaksasi
(mis. napas dalam, peregangan, atau
imajinasi terbimbing (PPNI, 2018).
2. Defisit nutrisi Status Nutrisi (L.03030) Manajemen nutrisi
Definisi : dengan eskpetasi membaik Observasi
Asupan nutrisi tidak cukup dengan kriteria hasil: 1. Identifikasi status nutrisi
untuk memenuhi 1. Porsi makan yang 2. Identifikasi alergi dan intoteransi makanan
kebutuhan metabolisme dihabiskan meningkat 3. Identifikasi makanan disukai
(PPNI, 2017) (5) 4. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis
2. Perasaan cepat kenyang nutrien
menurun (5) 5. Identifikasi perlunya penggunaan selang
3. Berat badan membaik nasogastrik
(5) 6. Monitor asupan makanan
4. Indeks massa tubuh 7. Monitor berat badan
membaik (5) (PPNI, 8. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
2019) Terapeutik
1. Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika
perlu
2. Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis.
piramida makanan)
3. Sajikan makanan secara menarik dan suhu
yang sesuai
4. Berikan makanan tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
5. Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi
protein
6. Berikan suplemen makanan,jika perlu
7. Hentikan pemberian makan melalui selang
nasogatrik jika asupan oral dapat ditoleransi
Edukasi
1. Anjurkan posisi duduk, Jika mampu
2. Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum
makan
2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis nutrient
yang dibutuhkan (PPNI, 2018).
3. Risiko gangguan Status pertumbuhan Skrining kesehatan
pertumbuhan (L.05045) dengan ekspetasi Observasi
Definisi : membaik dengan kriteria 1. Identifikasi target populasi skrining
Beriisko mengalami hasil: kesehatan
gangguan untuk 1. Berat badan sesuai usia Terapeutik
bertumbuh sesuai dengan meningkat (5) 1. Lakukan informed consent skrining
kelompok usianya 2. Panjang/tinggi sesuai kesehatan
(PPNI, 2017). usia meningkat (5) 2. Sediakan akses layanan skrining (mis.
3. Lingkar kepala Waktu dan tempat)
meningkat (5) 3. Jadwalkan waktu skrining kesehatan
4. Kecepatan pertambahan 4. Gunakan instrument skrining yang valid dan
panjang/tinggi badan akurat
meningkat (5) 5. Sediakan lingkungan yang nyaman selama
5. Indeks massa tubuh prosedur skrining kesehatan
meningkat (5) 6. Lakukan anamnesis riwayat kesehatan,
6. Asupan nutrisi faktor resiko, dan pengobatan, jika perlu
meningkat (5) (PPNI, 7. Lakukan pemeriksaan fisik. Sesuai indikasi
2019). Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan prosedur skrining
kesehatan
2. Informasikan hasil skrining kesehatan
Kolaborasi
1. Rujuk untuk pemeriksaan diagnostic lanjut
(mis. Terpapar smear, mamografi, prostat,
EKG) jika perlu (PPNI, 2018).
4 Nyeri akut Tingkat nyeri (L.08066) Manajemen nyeri
Definisi : dengan ekspetasi menurun Observasi
Pengalaman sensorik atau dengan kriteria hasil: 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
emosional yang berkaitan 1. Keluhan nyeri menurun frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
dengan kerusakan jaringan (5) 2. Identifikasi nyeri
actual atau fungsional 2. Meringis menurun (5) 3. Identifikasi respons nyeri non verbal
dengan onset mendadak 3. Gelisah (5) 4. Identifikasi faktor yang memperberat dan
atau lambat dan 4. Kesulitas tidur (5) memperingati nyeri
berintensitas ringan hingga 5. Frekuensi nadi membaik 5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan
berat yang berlangsung (5) (PPNI, 2019). tentang nyeri
kurang dari 3 bulan (PPNI, 6. Identifikasi pengaruh budaya terhadap
2017). respon nyeri
7. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas
hidup
8. Monitor keberhasilan terapi komplementer
yang sudah diberikan
9. Monitor efek samping penggunaan
analgetik
Terapeutik
1. Berikan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
2. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa
nyeri
3. Fasilitasi istirahat dan tidur
4. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri
dalam pemilihan strategi meredakan nyeri
Edukasi
1. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu
nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
4. Anjurkan menggunakan analgetik secara
tepat
5. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
(PPNI, 2018).
5. Risiko ketidakseimbangan Keseimbangan cairan Manajemen cairan
cairan (L.03020) dengan ekspetasi Observasi
Definisi : meningkat dengan kriteria 1. Monitor status dehidrasi (mis. Frekuensi
Berisiko mengalami hasil: nadi, kekuatan nadi, akral, pengisian
penurunan, peningkatan 1. Asupan cairan kapiler, kelembapan mukosa, turgor kulit,
atau percepatan meningkat (5) tekanan darah
perpindahan cairan dari 2. Tekanan darah membaik 2. Monitor berat badan harian
intravascular, interstisial (5) 3. Monitor berat badan sebelum dan sesudah
atau intraseluler (PPNI, 3. Asupan makanan dialysis
2017). meningkat (5) 4. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
4. Asites menurun (5) (mis. Hematokrit, Na, K, Cl, berat jenis
5. Berat badan membaik urine, BUN)
(5) (PPNI, 2019). 5. Monitor status hemodinamik (mis. MAP,
CVP, PAP, PCWP jika tersedia)
Terapeutik
1. Catat intake-output dan hitung balance
cairan 24 jam
2. Berikan asupan cairan, sesuai kenutuhan
3. Berikan cairan intravena, jika perlu
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian diuretic, jika perlu
(PPNI, 2018).
3. Implementasi
Implementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam
rencana keperawatan. Tindakan keperawatan mencakup tindakan mandiri
(independen) dan tindakan kolaborasi. Tindakan mandiri (independen) adalah
aktivitas perawat yang didasarkan pada kesimpulan atau keputusan sendiri
dan bukan merupakan petunjuk atau perintah dari petugas kesehatan lain
(Tarwoto & Wartonah, 2015).

4. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dalam proses keperawatan untuk dapat
menentukan keberhasilan dalam asuhan keperawatan membandingkan status
keadaan kesehatan pasien dengan tujuan atau kriteria hasil ditetapkan
(Tarwoto & Wartonah, 2015).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tumor Wilms (Nefroblastoma) adalah tumor ginjal yang ditemukan pada
anak-anak. Tumor wilms merupakan tumor ginjal yang tubuh dari sel embrional
primitive  di ginjal. Didapatkan diagnosis keperawatan pada tumor Wilms yaitu
ansietas, defisit nutrisi, risiko gangguan pertumbuhan, nyeri akut dan risiko
ketidakseimbangan cairan.

B. Saran
Kami mengharapkan saran dari para pembaca demi perbaikan makalah
kelompok kami kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA

Agung, M., Muzakir, & Gunawan. (2016). Pengaruh kualitas pelayanan keperawatan,
fasilitas dan minat terhadap kepuasan pasien diruang rawat inap RSU Wisata
UIT Makassar. Jurnal Miral Management, 1.

Nursalam. (2016). Manajemen Keperawatan (Aplikasi dalam Praktik Keperawatan


Profesional). Jakarta: Salemba Medika.

PPNI, T. P. S. D. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan


Indikator Diagnostik (Edisi 1). Jakarta Selatan: DPP PPNI.

PPNI, T. P. S. D. (2018). Standart Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi dan


Tindakan Keperawatan (Edisi 1). Jakarta Selatan: DPP PPNI.

PPNI, T. P. S. D. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi dan


Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta Selatan: DPP PPNI.

Setiawaty, M., & Susianti. (2016). Diagnosis dan Tatalaksana Tumor Wilms. 5, 91–
95.

Tarwoto, & Wartonah. (2015). Kebutuhan Dasar Manusia Dan Proses Kperawatan.
Jakarta: Salemba Medika.

Wilkinson, J.M. (2018). Diagnosa Keperawatan: NANDA-I, Hasil NOC, Intervensi


NIC. Ed. 10 (EGC, Ed.). Jakarta.

Wilkinson, Judith M. (2015). Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi


NIC dan Kriteria Hasil NOC. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai