Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN TUMOR WILMS DI RUANGAN

PERINATOLOGI RSUD SAWERIGADING


KOTA PALOPO TAHUN 2020

OLEH :

HARDIAN HASAN N.19.04.009

PROGRAM STUDI PROFESI NERS SEKOLAH


TINGGI ILMU KESEHATAN(STIKES)
MEGA BUANA PALOPO
TAHUN 2020

1
BAB I
KONSEP DASAR MEDIS

A. Definisi
Tumor wilms adalah tumor padat intraabdomen yang paling sering dijumpai
pada anak. Tumor ini merupakan neoplasma embrional dari ginjal, biasanya
muncul sebagai massa asimtomatik di abdomen atas atau pinggang. Tumor sering
ditemukan saat orang tua memandikan atau mengenakan baju anaknya atau saat
dokter melakukan pemeriksaan fisik terhadap anak yang tampak sehat. Tumor ini
sering timbul pada usia antara 1 dan 3 tahun. Insiden tumor wilms adalah 1 dalam
250.000, dan biasanya unilateral. Walaupun dapat timbul di kedua ginjal
(bilateral).
Tumor Wilms adalah tumor ganas embrional ginjal yang berasal dari
metanefros. Nama lain tumor ini adalah nefroblastoma atau embrioma renal.
Tumor ini pertama kali dilaporkan oleh Runce pada tahun 1814, tetapi nama tumor
"Wilms" berasal dari seorang ahli bedah (Max Wilms) yang mengungkapkan
gambaran klasik secara lengkap penyakit tersebut dalam tahun 1899.
Tumor wilms adalah tumor ginjal campuran ganas yang tumbuh dengan cepat,
terbentuk dari unsur embrional, biasanya mengenai anak-anak sebelum usia lima
tahun (kamus kedokteran dorland).
Tumor Wilms (Nefroblastoma) adalah tumor ginjal yang tumbuh dari sel
embrional primitive diginjal.Tumor Wilms biasanya ditemukan pada anak-anak
yang berumur kurang dari 5 tahun, tetapi kadang ditemukan pada anak yang lebih
besar atau orang dewasa. Tumor Wilms merupakan tumor ganas intraabdomen
yang tersering pada anak-anak.

B. Etiologi
Penyebabnya tidak diketahui, tetapi diduga melibatkan faktor genetik. Tumor
wilms berhubungan dengan kelainan bawaan tertentu, seperti :
1. Etiologi tumor ini pada dasarnya belum diketahui
2. Kelainan saluran kemih
3. Aniridia (tidak memiliki iris)
4. Hemihipertrofi ( pembesaran separuh bagian tubuh )

2
Tumor bisa tumbuh cukup besar, tetapi biasanya tetap berada dalam
kapsulnya. Tumor bisa menyebar ke bagian tubuh lainnya.
Tumor Wilms bersifat kongenital. Satu persen dari tumor wilms ditemukan
familial dan diturunkan secara dominan autosomal. Onkogen tumor wilms telah
berlokasi pada kromosom 11 p13. Timbul dalam parenkim ginjal, mungkin dari
sisa-sisa blastoma nefrogen dan biasanya dari fokus tunggal, kadang-kadang lebih
dari 1 area. Tumor Wilms dapat muncul dalam 3 gambaran klinik. Gambaran klinik
tersebut antara lain :
a) Sporadic
b) Berhubungan dengan sindrom genetic
c) Familial.
Tumor Wilms berasal dari proliferasi patologik blastema metanefron akibat
tidak adanya stimulasi yang normal dari duktus metanefron untuk menghasilkan
tubuli dan glomeruli yang berdiferensiasi baik. Perkembangan blastema renalis
untuk membentuk struktur ginjal terjadi pada umur kehamilan 8-34 minggu.
Sehinga diperkirakan bahwa kemampuan blastema primitif untuk merintis jalan ke
arah pembentukan tumor Wilms, apakah sebagai mutasi germinal atau somatik, itu
terjadi pada usia kehamilan 8-34 minggu.
Sekitar 1,5% pasien mempunyai saudara atau anggota keluarga lain yang juga
menderita tumor Wilms. Hampir semua kasus unilateral tidak bersifat keturunan
yang berbeda dengan kasus tumor bilateral. Sekitar 7-10% kasus Tumor Wilms
diturunkan secara autosomal dominan. Mekanisme genetik yang berkaitan dengan
penyakit ini, belum sepenuhnya diketahui. Pada pasien sindrom WAGR (tumor
Wilms, aniridia, malformasi genital dan retardasi mental) memperlihatkan adanya
delesi sitogenetik pada kromosom 11. Pada beberapa pasien, ditemukan gen WT1
pada lengan pendek kromosom 11, daerah pl3. Gen WT1 secara spesifik
berekspresi di ginjal dan dikenal sebagai faktor transkripsi yang diduga
bertanggung jawab untuk berkembangnya tumor Wilms.

C. Patofisiologi
Tumor Wilms (Nefroblastoma) merupakan tumor ginjal yang tumbuh dari sel
embrional primitif diginjal, makroskapis ginjal akan tampak membesar dan keras
sedangkan gambaran histo-patologisnya menunjukan gabungan dari pembentukan
abortif glomerulus dan gambaran otot polos, otot serat lintang, tulang rawan dan

3
tulang. Biasanya unilateral dan hanya 3-10% ditemukan bilateral. Tumor
bermetastase ke paru, hati, ginjal, dan jarang sekali ke tulang.
Komponen klasik dari tumor Wilms terdiri dari tiga komponen yang tampak
pada diferensiasi ginjal normal: blastema, tubulus,dan stroma. Terdapat gambaran
yang heterogen dari proporsi komponen tersebut dan juga adanya diferensiasi yang
aberan, seperti jaringan lemak, otot lurik, kartilago, dan tulang. Adanya gambaran
komponen yang monofasik juga ditemukan. Tumor ginjal lain yang ditemukan
pada anak berupa mesoblastik nefroma, clear cell sarkoma, dan renal rhabdoid
tumor dapat membingungkan.
Gambaran anaplasia merupakan indikator penting dalam prognosis tumor
Wilms. Gambaran anaplastik ditandai oleh pembesaran inti sel 2-3 kali lipat,
hiperkromatisasi, dan gambaran mitosis yang abnormal.

4
D. Phatway
Neoplasma MK : Hipertermi

MK : Stress Nekrosis
Febris

Depresi Hemi Hipertrofi Gangguan Ginjal


MK : Kelebihan
Kakeksia Menekan Jaringan Perut Membesar volume cairan
Disfungsi

Kekurangan Nutrisi Gangguan organ abdomen


MK : Kecemasan Gangguan glomerulus Gangguan Asam basa
pada orang tua Gangguan Hati
Lemah BB turun Status Gizi buruk Gangguan lambung
Hematuria Proteinurin
Gangguan Metabolisme
Mual dan Muntah

MK : Intoleransi MK : Nyeri Asidosis dan Alkalosis


MK: MK: Resiko
aktivitas Ketidakseimbagan Kekurangan
nutrisi kurang dari volume cairan
kebutuhan

5
E. Klasifikasi
1. Penyebaran tumor wilms menurut TNM sebagai berikut :
T : Tumor primer
T1 : Unilateral permukaan ( termasuk ginjal ) < 80 cm
T2 : Unilateral permukaan > 80 cm
T3 : Unilateral ruptur sebelum penanganan
T4 : Bilateral
N : Metastasis limfa
No : Tidak ditemukan metastasis
N1 : Ada metastasis limfa
M : Metastasis jauh
Mo : Tidak ditemukan
M+ : Ada metastasis jauh
2. The National Wilms Tumor Study (NWTS) membagi lima stadium tumor
Wilms, yaitu :
Stadium I : tumor terbatas di dalam jaringan ginjal tanpa menembus kapsul.
Tumor ini dapat direseksi dengan lengkap.
Stadium II : Tumor menembus kapsul dan meluas masuk ke dalam jaringan
ginjal dan sekitar ginjal yaitu jaringan perirenal, hilus renalis, vena renalis dan
kelenjar limfe para-aortal. Tumor masih dapat di reseksi dengan lengkap.
Stadium III : Tumor menyebar ke rongga abdomen (perkontinuitatum),
misalnya ke hepar, peritoneum, dll.
Stadium IV : Tumor menyebar secara hematogen ke rongga abdomen, paru-
paru, otak, tulang.
Cara penyebaran tumor wilms yaitu setelah keluar dari kapsul ginjal, tumor
akan mengadakan invasi ke organ di sekitarnya dan menyebar secara limfogen
melalui kelenjar limfe para aorta. Penyebaran secara hematogen melalui vena
renalis ke vena kava kemudian mengadakan metastasis ke paru (85%), hati (10%)
dan bahkan pada stadium lanjut menyebar ke ginjal kontralateral.

6
F. Manifestasi Klinik
1. Adanya massa dalam perut (tumor abdomen)
2. Hematuri akibat infiltrasi tumor ke dalam sistem kaliks
3. Hipertensi diduga karena penekanan tumor atau hematom pada pembuluh-
pembuluh darah yang mensuplai darah ke ginjal, sehingga terjadi iskemi
jaringan yang akan merangsang pelepasan renin atau tumor sendiri
mengeluarkan renin
a) Anemia
b) Penurunan berat badan
c) Infeksi saluran kencing
d) Demam
e) Malaise
f) Anoreksia
g) Nyeri perut yang bersifat kolik, akibat adanya gumpalan darah dalam
saluran kencing
h) Tumor Wilms tidak jarang dijumpai bersama kelainan kongenital lainnya,
seperti aniridia, hemihiperttofi, anomali saluran kemih atau genitalia dan
retardasi mental
G. Komplikasi
1. Tumor Bilateral
2. Ekstensi Intracaval dan atrium
3. Tumor lokal yang lanjut
4. Obstruksi usus halus
5. Tumor maligna sekunder
6. Perkontinuitatum
Penyebaran langsung melalui jaringan lemak perirenal lalu ke peritoneum dan
organ-organ abdomen (ginjal kontralateral, hepar, dan lain-lain)
7. Hematogen
Terjadi setelah pertumbuhan tumor masuk ke dalam vasa renalis, selanjutnya
menyebar melalui aliran darah ke paru-paru (90%), otak, dan tulang-tulang
8. Limfogen
Penyebaran limfogen terjadi pada kelenjar regional sekitar vasa para aortal atau
dalam mediastinum.

7
H. Pemeriksaan Penunjang
Tumor Wilms harus dicurigai pada setiap anak kecil dengan massa di
abdomen. Pada 10-25% kasus, hematuria mikroskopik atau makroskopik memberi
kesan tumor ginjal.
1. IVP → Dengan pemeriksaan IVP tampak distorsi sistem pielokalises
(perubahan bentuk sistem pielokalises) dan sekaligus pemeriksaan ini berguna
untuk mengetahui fungsi ginjal.
2. Foto thoraks merupakan pemeriksaan untuk mengevaluasi ada tidaknya
metastasis ke paru-paru. Arteriografi khusus hanya diindikasikan untuk pasien
dengan tumor Wilms bilateral atau termasuk horseshoe kidney.
3. Ultrasonografi → USG merupakan pemeriksaan non invasif yang dapat
membedakan tumor solid dengan tumor yang mengandung cairan. Dengan
pemeriksaan USG, tumor Wilms nampak sebagai tumor padat di daerah ginjal.
USG juga dapat digunakan sebagai pemandu pada biopsi. Pada potongan
sagital USG bagian ginjal yang terdapat tumor akan tampak mengalami
pembesaran, lebih predominan digambarkan sebagai massa hiperechoic dan
menampakkan area yang echotekstur heterogenus.
4. CT-Scan → memberi beberapa keuntungan dalam mengevaluasi tumor Wilms.
Ini meliputi konfirmasi mengenai asal tumor intrarenal yang biasanya
menyingkirkan neuroblastoma; deteksi massa multipel; penentuan perluasan
tumor, termasuk keterlibatan pembuluh darah besar dan evaluasi dari ginjal
yang lain. Pada gambar CT-Scan Tumor Wilms pada anak laki-laki usia 4
tahun dengan massa di abdomen.
 CT scan memperlihatkan massa heterogenus di ginjal kiri dan
metastasis hepar multiple.
 CT scan dengan level yang lebih tinggi lagi menunjukkan metastasis
hepar multipel dengan thrombus tumor di dalam vena porta.

5. Magnetic resonance imaging (MRI) → MRI dapat menunjukkan informasi


penting untuk menentukan perluasan tumor di dalam vena cava inferior
termasuk perluasan ke daerah  intarkardial. Pada MRI tumor Wilms akan
memperlihatkan hipointensitas (low density intensity)  dan hiperintensitas
(high density intensity)

8
6. Laboratorium → Hasil pemeriksaan laboratorium yang penting yang
menunjang untuk tumor Wilms adalah kadar lactic dehydrogenase (LDH)
meninggi dan Vinyl mandelic acid (VMA) dalam batas normal. Urinalisis juga
dapat menunjukkan bukti hematuria, LED meningkat, dan anemia dapat juga
terjadi, terlebih pada pasien dengan perdarahan subkapsuler. Pasien dengan
metastasis di hepar dapat menunjukkan abnormalitas pada analisa serum.

I. Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan tumor Wilms adalah mengusahakan penyembuhan dengan
komplikasi dan morbiditas serendah mungkin. Biasanya dianjurkan kombinasi
pembedahan, radioterapi dan kemoterapi. Dengan terapi kombinasi ini dapat
diharapkan hasil yang memuaskan. Jika secara klinis tumor masih berada dalam
stadium dini dan ginjal di sebelah kontra lateral normal, dilakukan nefrektomi
radikal.
Ukuran tumor pada saat datang menentukan cara pengobatan. masing-masing
jenis ditangani secara berbeda, tetapi tujuannya adalah menyingkirkan tumor dan
memberikan kemoterapi atau terapi radiasi yang sesuai. Apabila tumor besar maka
pembedahan definitive mungkin harus di tunda sampai kemoterapi atau radiasi
selesai. Kemoterapi dapat memperkecil tumor dan memungkinkan reaksi yang
lebih akurat dan aman.
1. Farmakologi
a) Kemoterapi
Tumor Wilms termasuk tumor yang paling peka terhadap obat
kemoterapi. Prinsip dasar kemoterpai adalah suatu cara penggunaan obat
sitostatika yang berkhasiat sitotoksik tinggi terhadap sel ganas dan
mempunyai efek samping yang rendah terhadap sel yang normal.
Terapi sitostatika dapat diberikan pra maupun pasca bedah didasarkan
penelitian sekitar 16-32% dari tumor yang mudah ruptur. Biasanya, jika
diberikan prabedah selama 4 – 8 minggu. Jadi tujuan pemberian terapi
adalah untuk menurunkan resiko ruptur intraoperatif dan mengecilkan massa
tumor sehingga lebih midah direseksi total.
Ada lima macam obat sitostatika yang terbukti efektif dalam
pengobatan tumor Wilms, yaitu Aktinomisin D, Vinkristin, Adriamisin,
Cisplatin dan siklofosfamid. Mekanisme kerja obat tersebut adalah

9
menghambat sintesa DNA sehingga pembentukan protein tidak terjadi
akibat tidak terbentuknya sintesa RNA di sitoplasma kanker, sehingga
pembelahan sel-sel kanker tidak terjadi.

1) Aktinomisin D
Golongan antibiotika yang berasal dari spesies Streptomyces, diberikan
lima hari berturut-turut dengan dosis 15 mg/KgBB/hari secara intravena.
Dosis total tidak melebihi 500 mikrogram. Aktinomisin D bersama
dengan vinkristin selalu digunakan sebagai terapi prabedah.
2) Vinkristin
Golongan alkaloid murni dari tanaman Vina rossa, biasanya diberikan
dalam satu dosis 1,5 mg/m2 setiap minggu secara intravena (tidak lebih
dari 2 mg/m2). Bila melebihi dosis dapat menimbulkan neurotoksis,
bersifat iritatif, hindarkan agar tidak terjadi ekstravasasi pada waktu
pemberian secara intravena. Vinkristin dapat dikombinasi dengan obat
lain karena jarang menyebabkan depresi hematologi, sedangkan bila
digunakan sebagai obat tunggal dapat menyebab relaps.
3) Adriamisin
Golongan antibiotika antrasiklin diisolasi dari streptomyces pencetius,
diberikan secara intravena dengan dosis 20 mg/m 2/hari selama tiga hari
berturut-turut. Dosis maksimal 250 mg/m2. obat ini tidak dapat melewati
sawar otak dapat menimbulkan toksisitas pada miokard bila melebihi
dosis. Dapat dikombinasi dengan Aktinomisin D.
b) Cisplatin
Dosis yang umum digunakan adalah 2-3 mg/KgBB/hari atau 20 mg/m 2/hari
selama lima hari berturut-turut.
c) Siklofosfamid
Dari nitrogen mustard golongan alkilator. Dosis 250 – 1800 mg/m 2/hari
secara intravena dengan interval 3-4 mg. Dosis peroral 100-300 mg/m2/hari.
2. Non Farmakologi
a) Pembedahan
keperawatan perioperatif
Karena banyak anak dengan tumor wilms mungkin mendapat obat
kemoterapi kardiotoksik, maka mereka harus diperiksa oleh ahli onkologi

10
dan di izinkan untuk menjalani operasi. Mereka perlu menjalani
pemeriksaan jantung yang menyeluruh untuk menentukan status fungsi
jantung. Tumor wilms jangan di palpasi untuk menghindari rupture dan
pecahnya sel-sel tumor. Pasien di letakkan dalam posisi telentang dengan
sebuah gulungan di bawah sisi yang terkena. Seluruh abdomen dan dada di
bersihkan.
Hasil akhir pada pasien pascaoperatif
Pasien tumor wilms menerima kemoterapi dan terapi radiasi yang
sesuai dengan lesi. Gambaran histologik lesi merupakan suatu indicator
penting untuk prognosis, karena gambaran tersebut menentukan derajat
anaplasia. Anak yan histologiknya relative baik. Maka memiliki prognosis
baik. Sedangkan anak yang gambaran histologiknya buruk, maka memilii
prognosis buruk. Terapi dibuat sespesifik mungkinuntuk masing-masing
anak, karena terapi yang lebih sedikit menghasilkan kualitas hidup yang
lebih baik dengan lebih sedikit efek sampingnya.
Nefrektomi radikal dilakukan bila tumor belum melewati garis tengah
dan belum menginfiltrasi jaringan lain. Pengeluaran kelenjar limfe
retroperitoneal total tidak perlu dilakukan tetapi biopsi kelenjar di daerah
hilus dan paraaorta sebaiknya dilakukan. Pada pembedahan perlu
diperhatikan ginjal kontralateral karena kemungkinan lesi bilateral cukup
tinggi. Apabila ditemukan penjalaran tumor ke vena kava, tumor tersebut
harus diangkat.
b) Radioterapi
Tumor Wilms dikenal sebagai tumor yang radiosensitif, tapi
radioterapi dapat mengganggu pertumbuhan anak dan menimbulkan
penyulit jantung, hati dan paru. Karena itu radioterapi hanya diberikan pada
penderita dengan tumor yang termasuk golongan patologi prognosis buruk
atau stadium III dan IV. Jika ada sisa tumor pasca bedah juga diberikan
radioterapi. Radioterapi dapat juga digunakan untuk metastase ke paru, otak,
hepar serta tulang.

11
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian Keperawatan
1. Identitas
Identitas klien yang terdiri dari nama, umur, jenis kelamin ,alamat, nomor
telepon yang bisa dihubungi, tanggal masuk di rumah sakit.
2. Riwayat Kesehatan
Keluhan Utama adalah keluhan atau gejala yang menyebabkan pasien berobat
3. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dengan head to toe meliputi:
a) Kepala
b) Mata
c) Hidung
d) Telinga
e) Mulut dan Tenggorokan
f) Leher
g) Dada
h) Abdomen
i) Genetalia dan Anus
j) Ekstremitas

B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang biasa muncul adalah :
1. Nyeri akut
2. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan
3. Intoleransi aktivitas
4. Resiko Kekurangan Volume Cairan
5. Kelebihan Volume Cairan
6. Kecemasan pada orang tua
7. Hipertermi

12
C. Intervensi Keperawatan

Diagnosa Tujuan Intervensi


Nyeri Tujuan : 1. Kaji tingkat nyeri
Pasien tidak 2. Lakukan tehnik pengurangan
mengalami nyeri nyeri non farmakologis
atau nyeri menurun 3. Berikan analgesik sesuai
sampai tingkat yang ketentuan
dapat diterima anak. 4. Berikan obat dengan jadwal
Dalam waktu : .....x preventif
24 jam 5. Hindari aspirin atau
senyawanya
Ketidakseimbangan Tujuan : 1. Manajemen elektrolit/cairan
nutrisi kurang dari Dalam waktu …x 2. Monitor cairan
kebutuhan 24 jam, kebutuhan 3. Terapi Nutrisi
nutrisi tubuh dapat 4. Konseling Nutrisi
terpenuhi 5. Monitor Nutrisi
6. Bantuan Pemberian makan
7. Terapi menelan
8. Monitor tanda-tanda vital
9. Manajemen berat badan
10. Manajemen alergi

11. Pemberian makan dengan botol


Intoleransi aktivitas Tujuan : 1. Pertahankan tirah baring bila
Setelah dilakukan terjadi edema berat
perawatan selama 2. Seimbangkan istrahat dan
…x 24 jam, pasien aktivitas bila ambulasi
dapat istirahat
3. Intrusikan pada anak untuk
dengan adekuat
istrahat bila anak merasa lelah

13
Resiko Kekurangan Tujuan: 1. Monitor tanda vital
2. Timbang popok/pembalut jika
Volume Cairan Setelah dilakukan
diperlukan
perawatan 3. Pertahankan catatan intake dan
output yang akurat
selama ...x 24 jam,
4. Monitor status hidrasi
(kelembaban membran
mukosa, nadi adekuat, tekanan
darah ortostatik), jika
diperlukan
5. Monitor masukan makanan /
cairan dan hitung intake cairan
kalori harian
6. Kolaborasikan pemberian
cairan IV
7. Kolaborasi dengan dokter
8. Monitor berat badan
9. Pemberian cairan IV monitor
adanya tanda dan gejala
kelebihan volume cairan

Kelebihan Volume Tujuan: 1. Memonitor berat badan pasien.


2. Hitungberat badan yang sesuai.
Cairan Setelah dilakukan
3. Menjaga asupan yang akurat
perawatan dan catatan keluaran.
4. Memantau indikasi kelebihan
selama ...x 24 jam,
cairan / terjadinyaretensi
5. Menilai lokasi dan edema
bilaada.
Kecemasan pada Tujuan: 1. Gunakan pendekatan yang
menenangkan
orang tua Setelah dilakukan
2. Bicara singkat dengan kata
perawatan yang sederhana
3. Jelaskan semua prosedur dan
selama ...x 24 jam,
apa yang dirasakan selama
prosedur
4. Dengarkan dengan penuh
perhatian
5. Jelaskan kepada orang tua
tentang penyakit anaknya
6. Monitor tanda- tanda vital
Hipertermia Tujuan: 1. Monitor gejala dari
hiportermia : fatigue, lemah,
Setelah dilakukan
apatis, perubahan warna kulit
perawatan 2. Monitor status pernapasan
3. Pindahkan bayi dari
selama ...x 24 jam,
lingkungan yang dingin ke
dalam lingkungan/tempat yang
hangat (didalam inkubator atau
lampu sorot)

14
4. Segera ganti pakaian bayi yang
dingin dan basah dengan
pakaian yang hangat dan
kering dan berikan selimut.

D. Implementasi
Implementasi merupakan tindakan yang sesuai dengan yang telah
direncanakan mencakup tindakan mandiri dan kolaborasi. Tindakan mandiri adalah
tindakan keperawatan berdasarkan analisis dan kesimpulan perawat serta bukan
atas petunjuk tenaga kesehatan yang lain. Sedangkan tindakan kolaborasi adalah
tindakan keperawatan yang didasrkan oleh hasil keputusan bersama dengan dokter
atau petugas kesehatan lain.
E. Evaluasi
Merupakan penilaian perkembangan klien hasil implementasi keperawatan yang
berpedoman kepada hasil dan tujuan yang hendak dicapai.

15
DAFTAR PUSTAKA

Dorland, W A. Newman, 2000. Kamus Kedokteran Dorland ed 29. Jakarta : EGC.


Sharer Patrics D, Yudith WA, 2000. Neoplasma Ginjal dalam Behrman, Klegman
dan Arvin Ilmu Kesehatan Anak Nelson volume 3 edisi 15. Jakarta : EGC.
http://atlasgeneticsoncology.org/Tumors/WilmsID5034.html
Tumor Wilms. Available from http://www.medicastore.com/med/detail_pyk.php?iddtl
http://www.scribd.com/doc/53584813/Tumor-Wilms http://books.google.co.id/books?
id=V7q8bMOurj0C&pg=PA572&dq=perioperatif+pembedahan+tumor+wilms&cd=1
#v=onepage&q=perioperatif%20pembedahan%20tumor%20wilms&f=false.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/2045/1/10E00542.pdf

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BY “R” DENGAN MASALAH

16
TUMOR WILMS DIRUANGAN PERINATOLOGI
RSUD SAWERIGADING KOTA PALOPO
TAHUN 2020

OLEH :

HARDIAN HASAN N.19.04.009

PROGRAM STUDI PROFESI NERS SEKOLAH


TINGGI ILMU KESEHATAN(STIKES)
MEGA BUANA PALOPO
TAHUN 2020

17
ASUHAN KEPERAWATAN PADA BY “R” DENGAN MASALAH
TUMOR WILMS DIRUANGAN PERINATOLOGI
RSUD SAWERIGADING KOTA PALOPO
TAHUN 2020

 
Tanggal Praktek :
Tanggal Pengkajian : 26 maret 2020
Tanggal klien masuk RS : 22 maret 2020
No. RM :

DATA BAYI / KELUARGA


Nama Bayi : By R BB / PB :
3680/40cm
Jenis Kelamin :L Apgar Score :
Tanggal lahir / usia : 20/03/2020 Anak ke :I
Nama ibu : Ny. Reni Nama ayah : Tn.Agung
Pekerjaan : IRT Pekerjaan :
Wiraswasta
Pendidikan : SMA Pendidikan :SMA
Alamat : Balandai
Dx Medis : Tumor Wilms

PENGKAJIAN NEONATUS
1. Reflek :
Bayi nampak menggenggam/mencengkram bagian jari-jari ketika bagian bawah
kaki diusap
2. Tonos / aktifitas
Bayi selalu menggerakkan kedua kaki dan tangannya dan kadang menangis keras )
3.    Kepala / leher
Frontal anterior lunak, satura sagitalis tepat, gambaran wajah nampak simetris,
tidak ada keluhan pada bagian kepala dan leher
4. Mata
Mata bayi nampak bersih dan conjugtiva pucat
5. THT
Kedua daun telinga bayi nampak normal simetris kanan dan kiri, fungsi
pendengaran baik
6. Abdomen
Distensi abdonen, bising usus 11x/menit, hepar dan lien sulit dikaji
7. Toraks
Tulang dada nampak, klavikula normal
8. Paru-paru
Suara nafas kanan dan kiri sama, bunyi nafas di semua lapang paru menurun, suara
nafas sonor, tidak menggunakan alat bantu
9. Jantung
Bunyi suara jantung terdengar normal, waktu pengisian kapiler < 2 detik
10. Ekstremitas
Bayi nampak bergerak bebas

18
Nadi perifer Keras Lemah Tidak ada
Brakial kanan √
Brakial kiri √
Femoral kanan √
Femoral kiri √

11. Genital
Laki-laki normal, tidak ada kelainan
13.  Anus tidak ada kelainan
14.  Kulit
Warna kulit bayi nampak kemerahan, kulit bayi teraba panas,
15.  Suhu
Bayi berada di boks terbuka, dengan suhu kulit 37.7 °C

RIWAYAT PRENATAL ( ANC )


1. Jumlah kunjungan : ± 4x
2. Bidan / dokter : Bidan dan dokter
3. Pend-kes yang didapat :-
4. HPHT :-
5. Kenaikan BB selama hamil : 7 Kg
6. Komplikasi hamil : Mual dan muntah
7. Komplikasi obat : Tidak ada
8. Obat-obatan yang didapat :-
9. Pengobatan yang didapat :-
10. Riwayat hospitalisasi :-
11. Golongan darah ibu :A
12. Kehamilan direncanakan/tidak : Direncanakan

RIWAYAT KELAHIRAN
1. Lama kala II :-
2.Cara melahirkan : Pervaginam
3.Tempat melahirkan : RS
4.Anestesi yang didapat :-
5.Obat-obatan :-
6.Pola FHR kala II :
7. Presentasi : Distosia bahu

RIWAYAT POSNATAL
1. Usaha nafas dengan tanpa bantuan
2. Apgar score 5 menit pertama
3. Kebutuhan resusitasi
I. Jenis :
II. Lama:
4. Tidak adanya trauma lahir
5. Keluarnya urine

19
RIWAYAT SOSIAL
1. Struktur keluarga (Genogram 3 generasi)

Keterangan:
: Laki-laki : Tinggal serumah

: Perempuan : Garis pernikahan

: Klien : Garis keturunan

2. Budaya : Suku Bugis Agama Islam Bahasa utama Indonesia


5. Hubungan orang tua dan bayi:
Ibu Tingkah laku Ayah
Menyentuh
Memeluk
√ Berbicara √
√ Berkunjung √
Memanggil nama
Kontak mata

a. Orang terdekat yang dapat dihubungi : Orang tua


b. Orang tua berespon terhadap penyakit : ya ( √ ) tidak ( )
Respon:
c. Orangtua berespon terhadap hospitalisasi : ya ( √ ) tidak ( )
Respon:

20
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Nama : By.Reni
Umur : 6 hari
Jenis Kelamin : Laki-Laki

Klinis: Wilms Tumor


USG Guilding
Flank area sinistra :
Tampak massa tumor, solid, lobulated, dengan komponen jaringan nekrotik, jarak dari
subkutan +/-2 cm. Dilakukan guiding, jarum masuk di masa tumor padat.
Kesimpulan : Tumor di flank area sinistra

TERAPI

Nama Obat Dosis Rute Indikasi


Paracetamol 8 jam Intravena Mengatasi demam
Gentamicin 10 mg/12 jam Intravena Mencegah infeksi
Cefotaxime 10 mg/12 jam Intravena bakteri
Antibiotik untuk macam
infeksi

PENGKAJIAN KHUSUS PADA SISTEM YANG TERKENA

Nama : By.Reni
Usia : 8 hari
Orang tua pasien mengatakan sangat cemas dengan kondisi bayinya
Orang tua pasien bertanya-tanya tentang penyakit bayinya

Abdomen :
Inspeksi : Distended
Auskultasi : Bising usus 11x/m
Perkusi : Hepar dan lien sulit dikaji
Palpasi : Tidak dikaji

Warna kulit bayi kemerahan dengan Suhu kulit bayi teraba panas 37,7 °C

21
DATA FOKUS

DATA SUBJEKTIVE DATA OBJEKTIVE


a. Orang tua pasien sangat cemas a. Bayi nampak lemah
dengan kondisi bayinya b. Bayi nampak merintih
b. Orang tua pasien bertanya-tanya c. Bayi nampak pucat
tentang penyakit bayinya d. Orang tua nampak cemas
e. Otang tua nampak gelisah
f. Respirasi 60x/m
g. Suhu badan teraba panas 37.7°c
h. Nadi 135x/m

22
ANALISA DATA

NO DATA ETIOLOGI MASALAH

1 DS : - Neoplasma Hipertermi
DO :
- Bayi nampak Nekrosis
pucat
- Suhu badan Febris
teraba panas
- Suhu : 37.7°c
MK : Hipertermi

2 DS: - Neoplasma Nyeri


DO:
- Bayi nampak
merintih
- Bayi nampak
pucat Hemi Hipertrofi
- Bayi nampak
lemah
- TTV
S: 37.7°c Menekan Jaringan
N:135 x/m
P: 60x/m

MK :
Nyeri

3 DS : Neoplasma Kecemasan orang


- Orang tua pasien tua
sangat cemas dengan
kondisi bayinya
- Orang tua pasien
bertanya-tanya tentang
penyakit bayinya Depresi

DO:
- Orang tua nampak
cemas
- Otang tua nampak
gelisah
MK : Kecemasan
pada orang tua

23
DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa Keperawatan Tanggal Ditemukan Tanggal Teratasi


Hipertermi 26 maret 2020 28 maret 2020
Nyeri 26 maret 2020 Belum Teratasi
Kcemasan orang tua 26 maret 2020 27 maret 2020

24

Anda mungkin juga menyukai