Anda di halaman 1dari 10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertiaan

Varicella adalah penyakit yang disebabkan oleh virus varicella-zoster yang

sering terjadi pada anak-anak. Pada penyakit ini biasanya ditandai dengan bintik-bintik

pada seluruh tubuh (termasuk wajah), berwarna kemerahan, dan isi dari bintik (jika

sudah membesar) tersebut adalah cairan. Jika seseorang menderita penyakit ini, maka

tubuhnya akan membentuk kekebalan yang sangat kuat seumur hidup, jadi penyakit ini

hanya terjadi satu kali seumur hidup pada setiap orang (Djuanda, 2011).

Cacar air sangat menular dan memiliki tiga tahap dalam

perkembangannya.Gejala Varicella Ini dimulai dengan munculnya bintik merah yang

terasa gatal di seluruh tubuh yang menyerupai seperti gigitan serangga. Kemudian bintik

tadi berubah menjadi tonjolan yang berisi cairan, diikuti oleh tahap akhir yaitu pada saat

tahap penyembuhan, dimana benjolan tersebut pecah dan membuat bekas pada kulit

(Djuanda, 2011)

B. Etiologi

Penyebab dari penyakit cacar air adalah virus varicela-zoster. Virus ini lebih

banyak berkembang biaksaat musim hujan atau musim semi dan musim dingin. Infeksi

pertama kali oleh virus ini menyebabkan cacar air.Infeksi pertama dengan virus tersebut

menyebabkan kekebalan dalam jangka waktu lama.

Setelah infeksi pertama, virus tersebut akan menetap di dalam tubuh namun tidak

aktif sampai nanti timbul kekambuhan. Kekambuhan umunya disebabkan karena sistem
imunitas atau daya tahan tubuh terhadap virus varisela-zoster telah hilang. Kekambuhan

ini akan menyebabkan penyakit herpes zoster, yang umumnya muncul di atas usia 50

tahun (Djuanda, 2011).

C. Patofisiologi

Infeksi VZV mudah menular melalui droplet yang menyebar ketikaseseorang

dengan varisela batuk atau bersin, kontak langsung dengan secret saluran pernapasan

atau dengan lesi pada kulit yang belum berkrusta,Virus cacar air ini tersebar di seluruh

dunia, dan menyerang terutama pada anak-anak.Penyakit cacar air ini sangat

menular.Penularan atau transmisi penyakit ini terjadi melalui perantaraan udara dan

melalui kontak langsung dengan cairan yang keluar dari cacar / vesikel. Virus akan

masuk ke saluran pernafasan atas kemudian memperbanyak diri di sana. Setelah

memperbanyak diri, virus akan menyebar ke peredaran darah dan menimbulkan gejala

klinis. Bila seseorang terkena virus tersebut, maka sampai kurang lebih 7 hari sejak

munculnya kelainan pada kulit penularan, masih dapat terjadi kepada orng lain

(Djuanda, 2011).

Cacar air sangat menular dan memiliki tiga tahap dalam pembentukannya. Gejala

penyakit cacar air Ini dimulai dengan munculnya sedikit benjolan gatal di seluruh tubuh

yang menyerupai seperti gigitan serangga. Kemudian bintik tadi berubah menjadi

benjolan yang berisi cairan, diikuti oleh tahap akhir yaitu pada saat tahap penyembuhan,

dimana benjolan tersebut pecah dan membuat bekas pada kulit (Djuanda, 2011)

D. Tanda Dan gejala

Waktu dari masuknya virus ke dalam tubuh hingga muncul gejala klinis bagi

cacar air berlangsung rata-rata 14 hingga 21 hari. Saat terkena infeksi virus varisela-
zoster, akan timbul gejala seperti flu-like syndrome selama 1-2 hari berupa demam tidak

terlalu tinggi yang umumnya berkisar 37,8⁰C sampai 39,4⁰C, badan yang lemah, dan

nyeri kepala. Setelah itu akan mulai timbul erupsi kulit berupa tonjolan pada kulit

dengan diameter milimeter sampai sentimeter yang berwarna kemerahan. Tonjolan

tersebut akan mulai berisi cairan (disebut vesikel) dalam waktu beberapa jam. Vesikel

pada cacar air berbentuk khas menyerupai tetesan embun (tear drops). Setelah itu,

vesikelakan berubah menjadi berisi nanah dan kemudian pecah mengeluarkan cairan.

Cairan yang keluar sangat menular karena mengandung virus. Cairan yang mengering

akan berubah menjadi kerompeng atau koreng (krusta). (Djuanda, 2011).

Selama proses perubahan kelainan kulit tersebut berlangsung, timbul vesikel baru

yang nantinya akan mengalami proses yang sama. Kelainan kulit tersebut timbul mula-

mula di badan, lalu menyebar ke wajah dan anggota gerak.Gejala kulit yang timbul ini

biasanya disertai rasa gatal dan perih yang biasanya bertahan selama 5 hari.

Selain kulit, virus tersebut juga dapat menyerang selaput lendir mata, rongga

mulut, dan saluran pernafasan bagian atas serta dapat menimbulkan gejala mata

merah,berair dan batuk-batuk. Bila timbul gejala penglihatan kabur atau nyeri mata dan

gejala sesak nafas, hal ini perlu diperhatikan secara khusus.Sementara dapat juga terjad

infeksi sekunder di mana kelenjar getah beningmembesar.Gejala ini bervariasi pada

setiap orang.Beberapa pasien hanya muncul beberapa vesikel sementara lainnya bisa

mencapai ribuan.

E. Komplikasi

pada susunan saraf pusat merupakan komplikasi yang paling sering terjadi,

sementara komplikasi pada paru-paru (pneumonia) merupakan komplikasi yang paling


serius. Bila tidak tertangani dengan baik, penyakit cacar air dapat mengakibatkan

kematian, terutama pada pasien dengan daya tubuh yang rendah.

Infeksi akibat virus varisela-zoster juga dapat mempengaruhi kehamilan. Infeksi

yang terjadi pada trimester pertama dalam kehamilan dapat menimbulkan kelainan

bawaan pada calon bayi, sedangkan bila infeksi virus tersebut terjadi pada beberapa hari

menjelang kelahiran dapat menyebabkan cacar air bawaan (Djuanda, 2011)

F. Penularan

1. Dapat menular melalui percikan ludah

2. Juga dapat menyebar melalui kontak langsung atau tidak langsung dengan nanah dari

gelembung dan selaput lendir orang yang terkena cacar air

G. Pengobatan

Penyakit yang disebabkan oleh virus, seperti pada cacar air ini, pada umumnya

bersifat sembuh dengan sendirinya. Pengobatan yang dapat dilakukan pada umumnya

hanya untuk meredakan gejala yang dirasakan oleh penderita.Selain itu, pengobatan

juga ditujukan untuk mencegah terjadinya komplikasi.

Menjaga kebersihan badan dengan mandi menggunakan sabun tiap hari sangat

penting.Selain itu, menghindari garukan pada kulit agar tidak terjadi luka dan menjaga

kebersihan kuku juga penting dilakukan.Hal ini bertujuan untuk mencegah infeksi

lanjutan yang ditimbulkan oleh bakteri.

Untuk menghilangkan atau membantu mengurangi rasa gatal, dapat diberikan

obat antihistaminataupun sedatif (penenang).Dapat pula diberikan obat yang digunakan

di luar tubuh, seperti bedak yang mengandung zat anti gatal (mentol, kamfora).Selain

untuk mengurangi rasa gatal, bedak tersebut juga dapat berfungsi untuk mencegah
pecahnya vesikel secara dini.Selain itu, dapat juga menggunakan kompres basah untuk

mengurangi rasa gatal.Untuk ruam biasanya mulai sebagai bengkak kecil yang menjadi

lepuh dapat diberikan acyclovir zalf bila diperlukan. Karena lepuh akan berubah

menjadi koreng dan akan sembuh dengan sendirinya.

Penggunaan obat-obat antivirus pada umumnya tidak diperlukan untuk cacar air,

kecuali bila durasi cacar air sudah melebihi 24 jam dan pada pasien usia kurang dari 12

tahun. Obat antivirus juga digunakan pada pasien dengan daya tahan tubuh yang rendah.

Penggunaan obat-obatan seperti antipiretik (obat yang digunakan untuk

menurunkan panas) dapat membantu mengurangi gejala pasien. Obat lain

seperti analgesik (untuk mengurangi rasa nyeri) juga dapat digunakan. Sementara bila

terjadi infeksi sekunder atau infeksi kedua oleh kuman lain yang umumnya disebabkan

oleh bakteri dapat diberikan obat antibiotik baik lokal atau sistemik, berupa salep

ataupun oral. Penanganan untuk komplikasi yang terjadi memerlukan tindakan lebih

lanjut di rumah sakit.

Pencegahan untuk infeksi virus varisela dilakukan dengan imunisasi. Pemberian

imunisasi direkomendasikan untuk anak usia lebih dari 1 tahun hingga 12 tahun dan

dewasa yang belum terkena cacar air. Vaksin modern sekarang sangat aman

diberikan.Beberapa gejala penyerta mungkin timbul setelah imunisasi, seperti gatal,

bengkak, atau kemerahan pada tempat suntikan, atau gejala demam dan bintik-bintik

merah seperti cacar air namun lebih ringan.Namun, kasus seperti ini yang terjadi sangat

jarang dan dapat diobati.


Tidak semua orang dapat langsung diberikan imunisasi, karena beberapa hal yang

menjadi perhatian penting dalam pemberian vaksin memerlukan konsultasi dengan

dokter lebih lanjut, seperti:

1. Penyakit cukup parah yang sedang diderita sekarang yang memerlukan

penanganan rumah sakit

2. Demam >38,5⁰C

3. Pasien dengan daya tahan tubuh rendah

4. Riwayat alergi pada isi atau komponen vaksin

H. Asuhan Keperawatan pada anak dengan Varicella

1. Pengkajian

Pengkajian adalah data yang dikumpulkan secara sistematis untuk

menentukan status kesehatan, fungsional serta pola respon klien pasa saat ini dan

sebelumnya.Pengkajian terdapat dua tahap yaitu mengumpulkan data dan analisis

data.Pengumpulan data didapatkan dari sumber primer (klien) maupun sekunder

(keluarga, tenaga kesehatan, rekam medis).Selanjutnya, analisis data sebagai dasar

menegakkan diagnosis keperawatan yang berisi indentifikasi dari berbagai masalah

(Potter & Perry, 2009).

a. Data subjektif

Adalah data yang didapatkan dari klien sebagai suatu pendapat terhadap

sesuatu situasi dan kejadian.Informasi tersebut tidak bisa ditentukan oleh perawat,

mencakup persepsi, perasaan, ide klien tentang status kesehatanya. Misalnya

tentang nyeri, perasaan lemah, Kekutan, kecemasan, frustasi, mual dan perasaan

malu
b. Data Objektf

Adalah data yang diobservasi dan diukur, dapat diperoleh dengan panca

indera (lihat, cium, raba) selama pemeriksaan fisik misalnya frekuensi nadi,

pernafasan, tekanan darah, edema, berat badan, tingkat kesadaran. Pengkajian data

objektif pada gangguan integritas kulit dapat di fokuskan pada adanya gangguan

pada bagian tubuh, kerusakan lapisan kulit (dermis), gangguan permukaan kulit

(epidermis). Tahap – tahap dalam proses keperawatan saling bergantungan satu

sama lainnya. Proses keperawatan terdiri dari 6 tahap, yaitu : Pengkajian,

perumusan diagnosa, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi yang dilaksanakan

secara berurutan dan berkaitan secara dinamis.

a. Identitas meliputi biodata klien yang terdiri dari nama, jenis kelamin, umur,

pekerjaan, suku/bangsa, alamat

b. Keluhan utama

c. Riwayat penyakit sekarang

d. Riwayat kesehatan keluarga

e. Riwayat penyakit terdahulu

f. Pemeriksaan fisik

g. Keadaan umum

Pola aktivitas sehari – hari menurut Gordon:

a. Pola persepsi – managemen kesehatan

b. Pola nutrisi – metabolik

c. Pola eliminasi
d. Pola latihan aktivitas

e. Pola kognitif perseptual

f. Pola istirahat – tidur

g. Pola konsep diri – persepsi diri

h. Pola peran dan hubungan

i. Pola reproduksi – seksual

j. Pola pertahanan diri (coping – toleransi stress)

k. Pola keyakinan dan nilai

2. Diagnosa keperawatan

Diagnosa Keperawatan adalah keputusan klinis tentang respons aktual atau

potensial terhadap masalah kesehatan pada individu, keluarga atau komunitas. Tahap

kedua dalam proses keperawatan ini berfokus pada masalah kesehatan yang aktual atau

potensial dibandingkan keadaan fisiologis, komplikasi, atau penyakit (Potter & Perry,

2009).

a. Resiko Infeksi

b. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kurang pengetahuan

3. Intervensi Keperawatan

Tindakan perawat yang dilakukan berdasarkan pertimbangan dan pengetahuan

klinis untuk meningkatkan perawatan klien(Potter & Perry, 2009).

Intervensi dari Resiko Infeksi


a. Mempertahankan teknik aseptif

b. Membatasi pengunjung bila perlu

c. Mencuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan keperawatan

d. Menggunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung

e. Mengganti letak IV perifer dan dressing sesuai dengan petunjuk umum

f. Menggunakan kateter intermiten untuk menurunkan infeksi kandung kencing

g. Meningkatkan intake nutrisi

h. Memberikan terapi antibiotik

i. Memonitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal

j. Mempertahankan teknik isolasi k/p

k. Melakukan Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan, panas,

drainase

l. Memonitor adanya luka

m. Mendorong masukan cairan

n. Mendorong istirahat

o. Mengajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi

p. Mengkaji suhu badan pada pasien neutropenia setiap 4 jam

Intervensi Defisit perawatan diri berhubungan kurang pengetahuan

a. Memonitor kemempuan klien untuk perawatan diri yang mandiri.

b. Memonitor kebutuhan klien untuk alat-alat bantu untuk kebersihan diri,

berpakaian, berhias, toileting dan makan.

c. Menyediakan bantuan sampai klien mampu secara utuh untuk melakukan self-

care.
d. Mendorong klien untuk melakukan aktivitas sehari-hari yang normal sesuai

kemampuan yang dimiliki.

e. Mendorong untuk melakukan secara mandiri, tapi beri bantuan ketika klien tidak

mampu melakukannya.

f. Mengajarkan klien/ keluarga untuk mendorong kemandirian, untuk memberikan

bantuan hanya jika pasien tidak mampu untuk melakukannya.

g. Memberikan aktivitas rutin sehari- hari sesuai kemampuan.

h. Pertimbangkan usia klien jika mendorong pelaksanaan aktivitas sehari-hari.

4. Implementasi keperawatan

Tindakan dari sebuah perencanaan. Tindakan keperawatan terdiri dari tindakan

mandiri (independen) dan kolaborasi (dependen).Tindakan mandiri merupakan

tindakan yang berasal dari keputusan sendiri.Tindakan kolaborasi adalah tindakan

yang berdasarkan hasil keputusan bersama dengan profesi lain (Tarwoto &

Wartonah, 2015).

Implementasi pada rasa aman dan nyaman keadaan atau perasaan yang telah

terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan akan ketentraman (Mubarak,

Indrawati, & Susanto, 2015)

5. Evaluasi keperawatan

Proses keperawatan yang terakhir untuk menentukan tercapainya asuhan

keperawatan (Tarwoto & Wartonah, 2015). Evaluasi membandingkan antara

intervensi dan hasil dari implementasi keperawatan.

Anda mungkin juga menyukai