Anda di halaman 1dari 67

LAPORAN PENDAHULUAN

GASTRITISI

OLEH :

SITI NURHAVIVA R
BT1701060

PRESEPTOR INSTITUSI

(....................................................)

AKADEMI KEPERAWATAN BAATARI TOJA WATAMPONE


TAHUN AJARAN 2019/2020

Akper Batari Toja Watampone (Tlp. 0481-27030) Page 1


A. Laporan Pendahuluan
1. Konsep Medik
a. Pengertian
Grastritis atau lebih sering disebut dengan penyakit maag adalah penyakit
yang dapat mengganggu aktifitas dan bisa berakibat fatal apabila tidak ditangani
dengan baik. Orang yangsering mengkonsumsi makanan yang dapat merangsang
produksi asam lambung dan memiliki pola makan yang tidak teratur biasanya
dapat terkena penyakit gastritis. Gastritis juga dapat disebabkan oleh beberapa
infeksi mikro organisme, salah satu gejala terjadinya gastritis adalah nyeri pada
ulu hati,selain itu juga bisa terjadi mual,muntah,lemas,nafsu makan menurun,
wajah pucat, keluar keringat dingin,sering bersendawa dan pada kondisi yang
parah bisa muntah darah. (Ii & Pengertian, 2006) Gastritis adalah proses inflamasi
pada mukosa dan submukosa lambung (Sudoyo, 2006). Gastitis adalah suatu
peradangan mukosa lambung yang dapat bersifat akut, kronik, difus, atau lokal
yang di sebabkan oleh bakteri atau obatobatan (Price, 2005). (Keperawatan, Bp,
Erosif, Rst, & Magelang, 2018).
Gastritis atau secara umum dikenal dengan istilah sakit “maag” atau ulu
hati ialah peradangan pada dinding lambung terutama pada selaput lender
lambung. Gastritis merupakan gangguan yang paling sering ditemui diklinik
karena diagnosisnya hanya berdasarkan gejala klinis. Penyakit ini sering dijumpai
timbul secara mendadak biasanya ditandai dengan rasa mual dan muntah,
nyeri,perdarahan, rasa lemah, nafsu makan menurun atau sakit kepala. (Rahmi
Kurni,2011)(Megawati & Nosi, 2014).
b. Etiologi
Gastritis akut erosif dapat timbul tanpa diketahui sebabnya. Penyebab
yang sering dijumpai ialah :
1) Obat analgesik-antiinflamasi, terutama aspirin. Aspirin dalam dosis rendah
sudah dapat menyebabkan erosi mukosa lambung.
2) Bahan kimia misalnya lisol
3) Merokok
4) Alkohol

Akper Batari Toja Watampone (Tlp. 0481-27030) Page 2


5) Stres fisis yang disebabkan oleh luka bakar, sepsis, trauma,
pembedahan,gagal pernafasan, gagal ginjal, kerusakan susunan saraf pusat.
6) Refluks usus lambung
7) Endotoksin. (Asmadi, 2008) (Keperawatan et al., 2018).

c. Patofisiologi

Akper Batari Toja Watampone (Tlp. 0481-27030) Page 3


Akper Batari Toja Watampone (Tlp. 0481-27030) Page 4
1.    Gastritis akut
Pengaruh efek samping obat-obat NSAIDs atau Non-Steroidal Anti
Inflamatory Drug seperti aspirin juga dapat menimbulkan gastritis. Obat
analgesik anti inflamasi nonsteroid (AINS) seperti aspirin, ibuproven dan
naproxen dapat menyebabkan peradangan pada lambung dengan cara
mengurangi prostaglandin yang bertugas melindungi dinding lambung.
Jika pemakaian obat-obat tersebut hanya sesekali maka kemungkinan
terjadinya masalah lambung akan kecil. Tapi jika pemakaiannya dilakukan
secara terus menerus atau pemakaian yang berlebihan dapat mengakibatkan
gastritis dan peptic ulcer. Pemberian aspirin juga dapat menurunkan sekresi
bikarbonat dan mukus oleh lambung, sehingga kemampuan faktor defensif
terganggu.
Alkohol berlebih, terlalu sering memakan makanan yang mengandung
nitrat (bahan pengawet) atau terlalu asam (cuka), kafein seperti pada teh dan
kopi serta kebiasaan merokok dapat memicu terjadinya gastritis. Karena bahan-
bahan tersebut bila terlalu sering kontak dengan dinding lambung akan memicu
sekresi asam lambung berlebih sehingga dapat mengikis lapisan mukosa
lambung. Kemudian stress psikologis maupun fisiologis yang lama dapat
menyebabkan gastritis. Stress seperti syok, sepsis, dan trauma menyebabkan
iskemia mukosa lambung. Iskemia mukosa lambung mengakibatkan
peningkatan permeabilitas mukosa akibatnya terjadi difusi balik H+ ke dalam
mukosa. Mukosa tidak mampu lagi menahan asam berlebih menyebabkan
edema lalu rusak
2.    Gastritis Kronik
Gastritis kronis dapat diklasifikasikan tipe A atau tipe B. Tipe A (sering
disebut sebagai gastritis autoimun) diakibatkan dari perubahan sel parietal,
yang menimbulkan atropi dan infiltrasi sel. Hal ini dihubungkan dengan
penyakit otoimun, seperti anemia pernisiosa dan terjadi pada fundus atau
korpus dari lambung. Tipe B (kadang disebut sebagai gastritis H. pylory) Ini
dihubungkan dengan bakteri H. pylory, faktor diet seperti minum panas atau

Akper Batari Toja Watampone (Tlp. 0481-27030) Page 5


pedas, penggunaan obat-obatan dan alkohol, merokok atau refluks isi usus
kedalam lambung. H. Pylori termasuk bakteri yang tidak tahan asam, namun
bakteri jenis ini dapat mengamankan dirinya pada lapisan mukosa lambung.
Keberadaan bakteri ini dalam mukosa lambung menyebabkan lapisan lambung
melemah dan rapuh sehingga asam lambung dapat menembus lapisan tersebut.
Dengan demikian baik asam lambung maupun bakteri menyebabkan luka atau
tukak.
Sistem kekebalan tubuh akan merespon infeksi bakteri H. Pylori tersebut
dengan mengirimkan butir-butir leukosit, selT-killer, dan pelawan infeksi
lainnya. Namun demikian semuanya tidak mampu melawan infeksi H. Pylori
tersebut sebab tidak bisa menembus lapisan lambung. Akan tetapi juga tidak
bisa dibuang sehingga respons kekebalan terus meningkat dan tumbuh.
Polymorph mati dan mengeluarkan senyawa perusak radikal superoksida pada
sel lapisan lambung. Nutrisi ekstra dikirim untuk menguatkan sel leukosit,
namun nutrisi itu juga merupakan sumber nutrisi bagi H. Pylori. Akhirnya,
keadaan epitel lambung semakin rusak sehingga terbentuk ulserasi superfisial
dan bisa menyebabkan hemoragi (perdarahan). Dalam beberapa hari gastritis
dan bahkan tukak lambung akan terbentuk.

d. Manifestasi klinik
Gambaran klinis gastritis akut erosif sangat bervariasi, mulai dari yang
sangat ringan asimptomatik sampai sangat berat yang dapat membawa kematian.
Manifestasi tersebut adalah:
1) Muntah darah
2) Nyeri epigastrium
3) Neusa dan rasa ingin vomitus
4) d.Nyeri tekan yang ringan pada epigastrium Pada pemeriksaan fisik
biasanya tidak ditemukan kelainan, kecuali mereka yang mengalami
perdarahan hebat hingga menimbulkan gangguan hemodinamik yang
nyata seperti hipotensi, pucat, keringat dingin, takikardi sampai gangguan
kesadaran. (Asmadi, 2008).

Akper Batari Toja Watampone (Tlp. 0481-27030) Page 6


e. Komplikasi
1) Perdarahan saluran cerna bagian atas yang merupakan kedaruratan medis.
Kadang-kadang perdarahannya cukup banyak sehingga dapat menyebabkan
kematian.
2) Terjadinya ulkus, kalau prosesnya hebat.
3) Jarang terjadi perforasi.(Asmadi,2008)
f. Test diagnostic
1) Endoskopi, khususnya gastroduodenoskopi. Hasil pemeriksaan akan ditemukan
gambaran mukosa sembab, merah, mudah berdarah atau terdapat perdarahan
spontan, erosi mukosa yang bervariasi.
2) Histopatologi. Pada pemeriksaan histoptologi kerusakan mukosa karena erosi
tidak pernah melewati mukosa muskularis. Ciri khas gastritis erosif ialah
sembuh sempurna dan terjadi dalam waktu yang relatif singkat. Oleh karena itu
pemeriksaan endoskopi , sebaiknya dilakukan seawal mungkin.
3) Radiologi dengan kontras ganda, meskipun kadang dilakukan tapi tidak
maksimal.
4) Laboraturium Pemeriksaan laboratorium tidak terlalu spesifik untuk penderita
gastritis, tetapi dapat dilakukan untuk melihat adanya anemia bila terjadi
perdarahan. Batas serum gastrin biasanya menurun atau normal. Serum vitamin
B 12 dapat dikaji untuk melihat kekurangan vitamin B 12. (Asmadi,2008)
g. Penatalaksanaan medic
1) Istirahat baring
2) Diet makanan cair, setelah hari ketiga boleh makan makanan lunak. Hindari
bahan-bahan yang merangsang.
3) Bila mual muntah, dapat diberikan antiemetik seperti dimenhidrinat 50 – 100
mg per-os atau klorpromazin 10-20 mg per-os. Bila disebabkan oleh kuman-
kuman, berikan antibiotika yang sesuai.
4) Bila nyeri tidak hilang denga antasida, berikan oksitosin tablet 15 menit
sebelum makan.
5) Berikan obat antikolinergik bila asam lambung berlebihan. (Asmadi,2008).

Akper Batari Toja Watampone (Tlp. 0481-27030) Page 7


Akper Batari Toja Watampone (Tlp. 0481-27030) Page 8
2. Konsep lansia
a. Defenisi lansia
Lansia adalah seseorang yang telah menacapai usai 62
tahun ke atas. Menua bukanlah sauatu penyakit, tetapi merupakan
proses yang berangsur-angsur mengakibatkan perubahan
kumulatif, merupakan proses menurunnya daya tahan tubuh dalam
menghadapi rangsangan dari dalma dan luar tubuh, seperti didalam
undang-undang No 13 tahun 1998 yang isinya menyatakan adil dan
mkamur berasarkan pancasila dan undang-undang dasar 1945,
telah menghasilkan kondisi sosial masyarakat yang makin
membaik dan usia harapan hidup makin meningkat, sehingga
jumlah lanjut usia makin bertambah. Banyak diantara lanjut usia
yang masih produktif dan mampu berperan aktif dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Upaya peningkatan
kesejaheraan sosial lanjut usia pada hakikatnya merupakan
pelestarian nilai-nilai keagamaan dan budaya bangsa.
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi
di dalam kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses
sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu,
tetapi dimuali sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan
proses alamiah yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap
kehidupan, yaitu anak, dewasa, dam tua (nugroho,2006).(Khalifa
n.d.)
b. Batasan lansia
1) WHO (1999) menjelaskan batasan lansia adalah sebagi
berikut;
a) Usia lanjut (elderly) antara usia 60-74 tahun
b) Usia tua (old) 75- 90 tahun.
c) Usia sangat tua (very old) adalah usia >90 tahun.
2) Depkes RI (2005) menjelaskan bahwa batasan lansia dibagi
menjadi tiga kategori, yaitu;

Akper Batari Toja Watampone (Tlp. 0481-27030) Page 9


a) Usia lanjut presenilis yaitu antara 45-59 tahun
b) Usia lanjut usia 60 tahun ke atas.
c) Usia lanjut berisiko yaitu 70 tahun ke atas atau 60
tahun ke atas dengan masalah kesehatan.(Khalifa
n.d.)
c. Ciri-ciri lansia
Ciri-ciri lansia adalah sebagai berikut;
1) Lansia merupakan priode kemunduran.
Kemunduran pada lansia sebagian datang dari faktor fisik
psikologis.motivasi memiliki peran yang penting dalam
kemunduran pada lansia. Misalnya lansia yang memiliki
motivasi yang rendah dalam melakukan kegiatan, maka
akan mempercepat proses kemunduran fisik, akan tetapi
ada juga lansia yang memiliki motivasi yang tinggi, maka
kemunduran fisik lansia akan lebih lama terjadi.
2) Lansia memiliki status kelompok minoritas.
Kondisi ini sebagai akibat dari sikap sosial yang tidak
menyenangkan terhadap lanisa dan diperkuat oleh pendapat
yang kurang baik, misalnya lania yang lebih senang
mempertahankan pendapatnya maka sikap sosial di
masyarakat menjadi negaif, tetapi ada juga lansia yang
mempunyai tenggang rasa kepada orang lain sehingga sikap
sosial masyarakat mejadi positif.
3) Menua membutuhkan perubahan peran.
Perubahan peran tersebut dilakukan karena lansia mulai
mengalami kemunduran dalam segala hal. Peubahan peran
pada lansia sebaiknya dilakukan atas dasar keinginan
sendiri bukan atas dasar tekanan dari lingkungan. Misalnya
lansia menduduki jabatan sosial di masyarakat sebagai
ketua RW, sebaiknya msayarakat tidak memberhentikan
lansia sebagai ketua RW usianya.

Akper Batari Toja Watampone (Tlp. 0481-27030) Page 10


4) Penyesuaian yang buruk pada lansia
Perlakuan yang buruk terhadap lansia membuat mereka
cenderung mengembangkan konsep diir yang buruk
sehingga dapat memperlihatkan bantuk perilaku yang
buruk. akibat dari perlakuanyang buruk itu membuat
penyesuaian diri lansia menjadi buruk pula. Contoh; lansia
yang tinggal bersama keluarga sering tidak dilibatkan untuk
pengambilan keputusan karena dianggap pola pikirnya
kuno, kondisi inilah yang menyebabkan lansia menarik diri
dari lingkungan, cepat tersinggung dan bahkan memiliki
harga diri yang rendah.(Khalifa n.d.)
d. Perkembangan lansia
Usia lanjut merupakan usia yang mendekati akhir siklus kehidupan
manusia di dunia. Tahap ini dimulai dari 60 tahun sampai akhir
kehidupan. Lansia merupakan istilah tahap akhir dari proses
penuaan. Semua orang akan mengalami proses menjadi tua (tahap
penuaan). Masa tua merupakan masa hidup manusia yang terakhir,
dimana pada masa ini seseorang mengalamia kemundura fiisk,
mental dan sosial sedikit demi sedikit sehingga tidak dapat
melakukan tugasnya sehari-hari lagi (tahap penurunan). Penuaan
merupakan perubahan kumulatif pada makhluk hidup, termasuk
tubuh, jaringan dan sel, yang mengalami penurunan kapasitas
fungsional. Pada manusia, penuaan dihubungkan dengan
perubahan degeneratif pada kulit, tulang, jantung, pembuluh darah,
paru-paru, saraf dan jaringan tubuh lainnya. Dengan kemampuan
regenerative yang terbatas, mereka lebih rentan terhadap berbagai
penyakit. Sindroma dan kesakitan diabndingkan dengan orang
dewasa lain. Untuk menjelaskan penurunan pada tahap ini, terdapat
berbagai perbedaan teori, namun pada ahli pada umumnya sepakat
bahwa proses ini lebih banyak ditemukan pada faktor genetic.
(Khalifa n.d.)

Akper Batari Toja Watampone (Tlp. 0481-27030) Page 11


e. Permasalahan lansia di Indonesia
Jumlah lansia di Indonesia tahun 2014 mencapai 18 juta
dan diperkirakan akan meningkta menjadi 41 juta jiwa di tahun
2035 serta lebih dari 80 juta jiwa di tahun 2050. Tahun 2050, suatu
dari empat penduduk Indonesia adalah penduduk lansia dan lebih
mudah menemukan penduudk lansia dibandingkan bayi atau balita.
Sedangkan sebaran penduduk lansia pada tahun 2010,
lansia yang tinggal di perkotaan sebesar 12.380.321 (9,585%) dan
yang tinggal diperdesaan sebesar 15.612.232 (9,97%). Terdapat
perbedaan yang cukup besar antara lansia yang tinggal diperkotaan
dan di perdesaan. Perkiraan tahun 2020 jumlah lansia tetap
mengalami kenaikan yaitu sebesar 28.822.879 (11,34%), dengan
sebaran lansia yang tinggal di perkotaan lebih besar yaitu sebanyak
13.107.927 (11,51%). Kecenderungan meningkatnya lansia yang
tinggal di perkotaan ini dapat disebabkan bahwa tidak banyak
perbedaan antara rutal dan urban.
Kebijakan pemerintah teradap kesehatan lansia menurut
UU kesejahteraan lanjut usia (UU no 13/1998) pasa 1 ayat 1;
kesejahteraan adalah suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial
baik material maupun spiritual yang diliputi oleh rasa keselamatan,
kesusilaan, dan ketenteraman lahir batin yang memungkinkan bagi
setiap warga negara untuk mengadakan pemenuhan kebutuhan
jasmani, rohani, dan sosial yang sebaik-baiknya bagi diri, keluarga,
serta masyarakat dengan menjunjung tinggi hal dan kewajiban
asasi bagi diri, keluarga, serta masyarakat dengan menjunjung
tinggi hak dan kewajiban asasi manusia sesuai dengan pancasila.
Pada ayat 2 disebutkan, lanjut usia adalah seseorang yang telah
mencapai usia 60 (Enam puluh) tahun keatas. Dan mereka dibagi
kepada dua kategori yaitu lanjut usia potensial (ayam 3) dan lanjut
usia potensial (ayat 4). Lanjut usia potensial adalah lanjut usia
yang masih mampu melakukan pekerjaan dan/ atau kegiatan yang

Akper Batari Toja Watampone (Tlp. 0481-27030) Page 12


dapat menghasilkan barang dan / atau jasa. Sedangkan lanjut usia
tidak potensial adalah lanjut usia yang tidak berdaya mencari
nafkah sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain.a
bagi lanjut usia tidak potensial (ayat 7) pemerintah dan masyarakat
mengupayakan perlindungan sosial sebagai kemudahan pelayanan
agar lansia dapat mewujudkan dan menikmati taraf hiudp yang
wajr. Selanjtkan pada ayat 9 disebutkan bahwa pemeliharaan taraf
kesejahteraan sosial adalah upaya perlindungan dan pelayanan
yang besifat terus-menerus agar lanjut usia dapat mewujudkan dan
menikmati taraf hidup yang wajar.
Lanjut usia mengalami masalah kesehatan. Masalah ini
berawal dari kemunduran sel-sel tubuh, sehingga fungsi dan daya
tahan tubuh menurun serta faktor resiko terhadap penyakit pun
meningkat. Masalah kesehatan yang sering dialami lanjut usia
adalah malnutrisi, gangguan keseimbangan, kebingungan
mendadak, dan lain-lain, selain itu, beberapa penyakit yang sering
terjadi pada lanjut usia antara lain hipertensi, gangguan
pendengaran dan penglihatan, demensia, osteoporosis, dsb.
Pendapat lain menjelaskan bahwa lansia mengalami
perubahan dalam kehidupannya sehingga menimbulkan beberapa
masalah. Permasalahan tersebut diantaranya yaitu;
1) Masalah fisik
Masalah yang dihadapi oleh lansia adalah fisik yang mulai
melemah, sering terjadi radang oersediaan ketika
melakukan aktivitas yang cukup berat, indra penglihatan
yang mulai kabur, indra pendengaran yang mlai berkurang
serta daya tahan tubuh yang menurun, sehingga sering
sakit.

2) Masalah kognitif (intelektual)

Akper Batari Toja Watampone (Tlp. 0481-27030) Page 13


Masalah yang hadapi lansia terkait dengan perkembangan
kognitif, adalah melemahnya daya ingat terhadap sesuatu
hal (pikun), dan sulit untuk bersosialisasi dengan
masyarakat disekitar.
3) Masalah emosional
masalah yang hadapi terkait dengan perkembangan
emosional, adalah rasa ingin berkumpul dengan keluarga
sangat kuat, sehingga tingkat perhatian lansia kepada
keluarga menjadi sangat besar. Selain itu, lansia sering
marah apabila ada sesuatu yang kurang sesuai dengan
kehendak pribadi dan sering stress akibat masalah ekonomi
yang kurang terpenuhi.
4) Masalah spiritual
Masalah yang dihadapi terkait dengan perkembangan
spiritual, adalah kesulitan untuk menghafal kita suci karena
daya ingat yang mulai menuru, merasa kurang tenang
ketika mengetahui anggota keluargnya belum mengerjakan
ibadah, dan merasa gelisah ketika menemui permasalahan
hidup yang cukup serius.(Khalifa n.d.)
f. Tujuan pelayanan kesehatan pada lansia
Pelayanan pada umumnya selalu memberikan arah dalam
memudahkan petugas kesehatan dalam memberikan pelayanan
sosial, kesehatan, perawatan dan meningkatkan mutu pelayanan
bagi lansia. Tujuan pelayanan kesehatan pada lansia terdiri dari;
1) Mempertahankan derajat kesehatan para lansia pada taraf
yang setinggi-tingginya, sehingga terhindar dari penyakit
atau gangguan.
2) Memelihara kondisi kesehatan dengan aktifitas-aktifitas
fisik dan mental.

Akper Batari Toja Watampone (Tlp. 0481-27030) Page 14


3) Mencari upaya semaksimal mungkin agar para lansia yang
menderita suatu penyakit atau gangguan, masih dapat
mempertahankan kemandirian yang optimal.
4) Mendampingi dan memberikan bantuan moril dan perhatian
pada lansia yang berada dalam fase terminal sehingga
lansia dapat mengadapi kematian dengan tenang dan
bermartabat.(Khalifa n.d.)
g. Pendekatan perawatan lansia
1) Pendekatan fisik
Perawatan pada lansia juga dapat dilakukan dengan
pendekatan fisik melalui perahtian terhadap kesehatn,
kebutuhan kejaditan yang dialami klien lansia semasa
hidupnya, perubahan fisik pada organ tubuh, tingkat
kesehaan yang masih dapat dicapai dan dikembangkan, dan
penyakit yang dapat dicegah atau progresifnya
penyakitnya.
Pendekatan fisik secara umum bagi klien lanjut usia dapat
dibagi 2 bagian;
a) Klien lansia yang masih aktif dan memiliki keadaan
fisik yang masih mampu bergerak tanpa bantuan
orang lain sehingga dalam kebutuhnnya sehari-hari
ia masih mampu melakukannya sendiri.
b) Klien lansia yang pasif, keadaan fisiknya
mengalami kelumpuhan atau skait. Perawat harus
mengetahui dasar perawatan klien lansia ini,
terutama yang berkaitan dengan kebersihan
perseorangan untuk mempertahankan kesehatan.
2) Pendekatan psikologis
Perawat mempunyai peranan penting untuk mengadakan
pendekatan edukatif pada klien lansia. Perawat dapat
berperan sebagai pendukung teradap segala sesuatu yang

Akper Batari Toja Watampone (Tlp. 0481-27030) Page 15


asing, penampung rahasia pribadi dan sahabat yang akrab.
Perawat hendaknya memiliki kesabaran dan ketelitian
dalam member kesempatan dan waktu yang cukup banyak
untuk menerima berbagai bentuk keluhan agar lansia
merasa puas. Perawat harus selalu memegang prinsip triple
5 yaitu sabar, simpatik, dan service. Bila ingin mengubah
tingkah laku dan pandangan mereka terhadap kesehatan,
perawat bisa melakukan secara perlahan dan bertahap.
3) Pendekatan sosial
Berdiskusi serta bertukar pikiran dan cerita merupakan
salah satu upaya perawat dalam melakukan pendekatan
sosial. Member kesempatan untuk berkumpul bersama
dengan sesame klien lansia berarti menciptakan sosialisasi.
Pendekatan sosial ini merupakan pengangan bagi perawat
bahwa lansia adalah makhluk sosial yang membutuhkan
orang lain. Dalam pelaksanaannya, perawat dapat
menciptakan hubungan sosial, baik antar lansia maupun
lansia dengan perawat. Perawat member kesempatan
seluas-luasnya kepada lansia untuk mengadakan
komunikasi dan melakukan rekreasi. Lansia perlu
dimotivasi untuk membaca surat kabar dan majalah.
(Khalifa n.d.)
h. Prinsip etika pada pelayanan kesehatan lansia
Beberapa prinsip etika yang harus dijalankan dalam
pelayanan lansia adalah (kane et al, 1994, reuben et al, 1996);
1) Empati; istilah empati menyangkut pengertian “simpati atas
dasar pengertian yang dalam” artinya upaya pelayanan pada
lansia harus memadang seorang lansia yang sakit dengan
pengertian, kasih saying dan memahami rasa penderitaan
yang dialami oleh penderita tersebut. Tindakan empati
harus dilaksanakan dengan wajar, tidak berlebihan,

Akper Batari Toja Watampone (Tlp. 0481-27030) Page 16


sehingga tidak member kesan over protective dan belas-
kasihan. Oleh karena itu semua petugas geriatric harus
memahami proses fisiologis dan patologik dari penderita
lansia.
2) Non maleficence dan beneficence. Pelayanan pada lansia
selalu didasarkan pada keharusan untuk mengerjakan yang
baik dan harus menghindari tindakan yang menambah
penderitaan (harm). Sebagai contoh, upaya pemberian
posisi baring yang tepat untuk menghindari rasa nyeri
pemberian analgesic (kalau perlu dengan derivate morfina)
yang cukup, pengucapan kata-kata hiburan merupakan
contoh berbagai hal yang mungkin mudah dan praktis untuk
dikerjakan.
3) Otonomi yaitu suatu prinsip bahwa seorang individu
mempunyai hak untuk menentukan nasibnya, dan
mengemukakan keinginannya sendiri. Tentu saja hak
tersebut mempunyai batasan, akan tetapi di bidan geriatric
hal tersebut berdasar pada keadaan, apakah lansia dapat
membuat keputusan secara mandiri dan bebas.
4) Keadilan; yaitu prinsip pelayanan pada lansia harus
memberikan perlakuan yang sama bagi semua. Kewajiban
untuk memperlakukan seorang penderita secara wajar dan
tidak mengadakan pembedaan atas dasar karakteristik yang
tidak relean.
5) Kesungguhan hati; suatu prinsip unutk selalu memenuhi
semua janji yang diberikan pada seorang lansia.(Khalifa
n.d.)

Akper Batari Toja Watampone (Tlp. 0481-27030) Page 17


3. Teori proses menua
a. Teori-teori biologi
1) Teori genetic dna mutasi (somatic mutatie theory)
Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetic
untuk spesies-spesies tertentu. Menua terjadi sebagai akibat
perubahan biokimia yang deprogram oleh molekul-
molekuk/ DNA dan setiap sel pada saatnya akan mengalami
mutasi. Sebagai contoh yang khas adalah mutasi sel-sel
kelamin (terjadi penurunan fungsi sel)
2) Pemakaian dan rusak
Kelebihan usaha dan stress menyebabkan sel-sel tubuh
lelah (rusak)
3) Reaksi dan kekebalan sendiri (auto immune theory)
Didalam proses metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi
suatu zat khusu. Ada jaringan tubuh tertentu yang tidak
tahan terhadap zat tersebut sehingga jaringan tubuh menjadi
lemah dan sakit.
4) “immunology slow virus”
Sistem immune menjadi efektif dengan bertambahanya usia
dan masuknya virus kedalam tubuh dapat menyebabkan
keruskan organ tubuh.
5) Teori stress
Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa
digunakan tubuh. Regenarasi jaringan tidak dapat
mempertahankan kestabilan lingkungan internal, kelebihan
usaha dan stress menyebabkan sel-sel tubuh lelah terpakai.
6) Teori radikal bebas
Radikal bebasa dapat terbentuk dialam bebas, tidak
stabilnya radikal bebas ( kelompok atom) mengakibatkan
oksidasi oksigen bahan-bahan organic sperti karbohidrat

Akper Batari Toja Watampone (Tlp. 0481-27030) Page 18


dan protein. Radikal bebas ini dapat menyebabkan sel-sel
tidak dapat regenerasi.
7) Teroi rantai silang
Sel-sel yang tua atau using, reaksi kimianya menyebabkan
ikatan yang kuat, khususnya jaringan kolagen ikatan ini
menyebabkan kurangnya elastic, kekacauan dan hilangnya
fungsi.
8) Tori program
Kemampuan organisme untuk menetapakn jumlah sel yang
membelah setelah sel-ssel tersebut mati.
b. Teroi kejiwaan sosial
1) Aktivitas atau kegiatan (activity theory)
Lansia mengalami penurunan jumlah kegiatan yang dapat
dilakukan. Teori ini menyatakan bahwa lansia yag sukses
adalah mereka yang aktif dan ikut banyak dalam kegiatan
sosial.
2) Ukuran optimum (pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup
dari lansia.
Mempertahankan hubungan antara sistem sosial dan
individu agar tetap stabil dari usia pertengahan ke lanjut
usia.
3) Kepribadian berlanjut (continuity theory)
Dasar kepribadian atau tingkah alku tidak berubah pada
lansia. Teori ii merpakan gabungan dari teori diatas. Pada
teori ini menyatakan bahwa perubahan yang terjadi pada
seseorang yang lansia sangat dipengaruhi oleh tipe
personality yang dimiliki.
4) Teori pembebasan ( disanngengement theory)
Teori ini menyatakn bahwa dengan bertmabhanya usia,
seseorang secara berangsur-angsur mulai melepaskan dari
dari kehidupan sosialnya. Keadaan ini mengakibatkan

Akper Batari Toja Watampone (Tlp. 0481-27030) Page 19


unteraksi sosial lanjut usia menuru, baik secara kualitas
maupun kuantitas sehingga sering terjadi kehilangan ganda
( triple loss,) yakni;
a) Kehilangan peran
b) Hambatan kontak sosial
c) Berkurangnya kontak komitmen

Sedangkan teori penuaan secara umum menurt ma’rifatul (2011)


dapat dibedakan menjadi dua yaitu teori biologi dan teori penuaan
psikososial;
a. Teori biologi
1) Teori seluler
Kemampuan sel hanya dapat membelah dalam jumlah
tertentu dan kebanyakan sel-sel tubuh “deprogram” uutk
membelash 50 kali. Jika seldari tubuh lansia dibiakkan lalu
di observasi di laboratorium terlihat jumalh sel-sel yang
akan membelah deikit. Pada beberapa sistem, seperti
sisitem saraf, sistem musculoskeletal dan jantung, sel pada
jarinan dan organ dalam sistem itu tidak dapat diganti jika
sel tersebut dibuangan karena rusak atau matia. Oleh karena
itu, sistem tersebut verisiko akan mengalami proses
penuaan dan mempunyai kemampuan yang sedikir atau
tidak sama sekali untuk tumbuh dan memperbaiki diri.
(azizah, 2011)
2) Sintesis protein ( kolagen dan elastis)
Jaringans sperti kulit dan kartilago kehilangan elastisitasnya
pada lansia. Proses kehilangan elastisitasini dihubungkan
dengan adanya perubahan kimia pada komponen protein
dalam jaringan tertebtu. Pada lansia beberapa protein
( kolagne dan kartilago, dan elastin pada kulit) dibuat oleh
tubuh dengan bentuk dan struktur yang berbeda dari protein

Akper Batari Toja Watampone (Tlp. 0481-27030) Page 20


yang lebih muda. Contohnya banyak kolagen pada karilago
dan elastin pada kult yang lkehilangan fleksibiltasnya serta
menjadi lebih tebal, seiring dengan bertambahnya usai. Jal
ini dapat lebih muah dihubungkan dengan perubahan
permukaan kulit yang kehilangan elastisitasnya dan
cenderung berkerut, juga terjadinya penurunan mobilitas
dan kecepatan pada sistem musculoskeletal (azizag dan
lilik,2011)
3) Keracunan oksigen
Teori ini tentang adnaya sejumlah penurunan kemampuan
sel di dalam tubuh untuk mempertahankan diri dari oksigen
yang mengandung zat beracun dengan kadar yang tinggi,
tanpa mekanisme pertahanan diri tertentu.
Ketidakmampuan mempertahankan diri dari toksin tersebut
membuat struktur membrane sel mengalami perubahan
serta terjadi kesalahan genrtik. Membrane sel tersebut
merupakan alat sel supaya dapat berkomunikasi dengan
lingkungan dan angan proses eksresi zat toksik di dalam
tubuh. Fungsi komponen protein pada membrane sel yang
sangat penting bagi proses tersebut, dipengaruhi oleh
rigditas membrane. Konsekuensi dari kesalahan genetic
adanya penurunan reproduksi sel oleh mitosis yang
mengakibatkan jumlah sel anak di semua jaringan dan
organ berkurang. Hal ini akan menyebabkanpenigkatan
kerusakan sistem tubuh (aziza dan lilik, 2011)
4) Sistem imun
Kemampuan sistem imun mengalami kemunduran pada
masa penuaan. Walaupun demikian kemunduran
kemampuan sistem yang terdiri dari sistem limfatik dan
khususnya sel darah putih, juga merupakan faktor yang
berkonstribusi dalam proses penuaan. Matuasi yang

Akper Batari Toja Watampone (Tlp. 0481-27030) Page 21


berulang atau perubahan protein pasca tranlasi, dapat
menyebabkan berkurangnya kemapuan sistem imun tubuh
mengenali diriya sendiri. Jika mutasi isomatik
menyebabkan terjadinya kelainan pada antigen permukaan
sel, maka hal ini akan dapat menyebabkan sistem imun
tubuh menganggap sel yang mengalami perubahan tersebut
sebagai sel asing dan menghancurkannya.
5) Teori menua akibat metabolisme
Menurut Mc. Kay et all., (1935) yang dikutip darmojo dan
martono (20014), pengurangan “intake” kalori pada
rodentia muda akan menghambat pertumubuhna dan
memperpanjang umur, perpanjangan umur karena jumlah
kalori tersebut antara lain disebabkan karena menurunnya
salah satu atau beberapa proses metabolisme.(Khalifa n.d.)
b. Teori psikologis
1) Aktivitas atau kegiatan (activity theory)
Seseorang yang diamsa mudanya aktif dan terus
memelihara keaktifannya setelah menua. Sens of integrity
yang dibangun dimasa mudanya tetap terperlihara sampai
tua.
2) Kepribadian berlanjut
Dasra kepribadian atau tingkah laku tidak beubah pada
lansia. Identity pada lansia yang sudah mentap
memudahkan dalam memelihara hubungan dengan
masyarakat, melibatkan diri dengan masalah di masyarakat,
keluarga dan hubungan interpersonal (azizah dan lilik M,
2011)(Khalifa n.d.)
c. Faktor – faktor yang mempengaruhi ketuaan
1) Hereditas atau ketuaan genetic
2) Nutrisi atau makanan
3) Status kesehatan

Akper Batari Toja Watampone (Tlp. 0481-27030) Page 22


4) Pengalaman hidup
5) Lingkungan
6) Stress. (Khalifa n.d.)
d. Perubahan- perubahan yang terjadi pada lansia
1) Perubahan fisik
a) Sistem indra
Sistem pendengaran; prebiakusis (ganguan pada
pendengaran) oleh karena hilangnya kemampuan
(daya) Pendengaran pada telingan dalam, etrutama
terhadpa bunyi suara atau nada-nada yang tinggi,
suara yang tidak jelas, sulit dimengerti kata-kata,
50% Terjadi pada usia diatas 60 tahun.
b) Sistem integument; pada lansia kulit mengalami
atropi, kendur, tidak elastis kering dan berkerut.
Kulit akan kekurangan cairan sehingga menjadi tipis
dan berbercak. Kekeringan kulit disebabkan atropi
galndula sebasea dan galndula sudoriteia, timbul
pigmen berwarna coklat apda kulit dikenal dengan
liver spoot.
c) Sistem musculoskeletal
Perubahan sistem muskoleskeltal pad alansia;
jaringan penghubung , kartilago, tulang, oto, dan
sendi. Kolagen sebagai perndukung utama kulit,
tendon, tulang, kartilago, dan jaringan pengikat
mengalami perubahan menjadi bentangan yang
tidak teratur. Kartilaho; jaringan kartilago pada
persendian menjadi lunak dan mengalami garnulasi,
sehingga permukaan sendri menjadi rata. Tulang ;
berkurnagnya kepadatan tulang setalh diamati
adalah bagian dari penuaan fisiologi, sehingga akan
mengakibatkan osteoporosis dan lebih lanjut akan

Akper Batari Toja Watampone (Tlp. 0481-27030) Page 23


mengakibtakan nyeri, deformitas dan fraktur. Otot;
pebahan struktur otot pada penuaan sangat
bervariasi, penurunan jumlah dan ukuran serabut
otot, peningkatan jaringan penghubung dan jaringan
lemak pada otot mengakibatkan efek negative.
Sendi; pada lansia jairngan ikay sekitar sneid sperti
tendon, ligament, dan fasia mengalamia penuuan
elastisitas.
d) Sistem kardiovaskuler
Perubahan pada sistem kardiovaskuler pad alansia
adalah masa jantung bertambah, ventrikel kiri
mengalami hipertropi sehingga perengangan jantung
berkurang, kondisi ini terjadi karena perubahan
jaringan ikat. Perubahan ini disebabkan oleh
penumpukan lipofusin, klasifikasi SA node dan
jaringan konduksi berubah menjadi jaringan ikat.
e) Sistem repirasi
Pada proses penuaan terjadi perubahan jaringan ikat
paru, kapasitas total paru tetap teapi voume
cadangan paru bertambah untuk mengkonpensasi
kenaikdan ruang paru, udara yang mengalir ke paru
berkurang. Perubahan pada otot, kartilago dan sendi
torak mengakibatkan gerakan pernafasan terganggu
dan kemampuan peregangan torkas berkurang.
f) Pencernaan dan metabolisme
Perubahan yang terjadi pada sistem penecernaan,
seperti penurunan produksi sebagai kemunduran
fungsi yang nyata karena kehilangan gigi, indra
pengecap menurun, rasa lapar menurun (kepekaan
rasa lapar menurun), liver makin mengecil dan

Akper Batari Toja Watampone (Tlp. 0481-27030) Page 24


menurunnya tempat penyimpanan dna berkurangnya
aliran darah.
g) Sistem perkemihan
Pada sistem perkemihan terjadi perubahan yang
signifikan. Banyak fungsi yang mengalami
kemunduran, contohnya laju filtrasi, eksresi, dan
reabsorbsi oleh ginjal.
h) Sisten saraf
i) Sistem susunan saraf mengalam perubahan anatomi
dan atropi yang progresif pada serabut saraf lansia.
Lansia mengalami penurunan koordinasi dan
kemampuan dalam melakukan aktifitas sehari-hari.
(Khalifa n.d.)
e. Perubahan kognitif
1) Memory
2) IQ
3) Kemampuan belajar
4) Kemampuan pemahaman
5) Pemecahan masalah
6) Pengembalian keputusan
7) Kebijaksanaan
8) Kinerja
9) Motivasi(Khalifa n.d.)
f. Perubahan mental
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental;
1) Pertama-tama perubahan fisik, khususnya organ perasa
2) Keshatan umum
3) Tingkat pendidikan
4) Keturunan
5) Lingkungan
6) Gangguan syaraf panca indra,

Akper Batari Toja Watampone (Tlp. 0481-27030) Page 25


7) Gangguan konsep diri akibat kehilangan jabatan
8) Rangkaian dari kehilangan
9) Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan
terhadap gambaran diri, perubahan konsep diri
g. Perubahan psikologis
1) Kesepian
Terjadi pada saat pasangan hidup atau teman dekat
meninggal terutama jika lansia mengalami penurunan
kesehatan, seperit menderita penyakit fisik berat, gangguan
mobilitas atau gangguan sensorik terutama pendengaran.
2) Duka cita.
Meniggalnya oasangan hidup, teman dekat, atau bahkan
hewan kesayangan dapat meruntuhkan pertahanan jiwa
yang telah rapuh pada lansisa. Hal tersebut dapat memicu
terjadinya gangguan fisik dan kesehatan.
3) Depresi
Duka cira yang berlanjut akan menimbulkan perasaan
kosong, lalu diikuti dengan keinginan untuk menangis yang
berlanjut menjadi suatu episode depresi. Depresi juga dapat
disebabkan karena stress lingkungan dna menurunnya
kemampuan adaptasi.
4) Ganggaun cemas
Dibagi dalam beberapa golongan; fobias, panic, gangguan
cemas umum, gangguan stress stelah trauma dan gagguan
obsesif kompulsif, gangguan gangguan tersebut merupakan
kelanjutan dari dewasa muda dan berhubungan dnegans
ekunder akibat penyakit medis, depresi, efek samping obat,
atau gejala penghentian mendadak dari suatu obat.
5) Parafrenia
Suatu bentuk skizofrenia pada lansia, ditandai dengan
waham (curiga), lansia seringmerasa tetangganya mencuri

Akper Batari Toja Watampone (Tlp. 0481-27030) Page 26


barang-barangnya atau berniat membunuhnya. Biasanya
terjadi pada lansia yang terisolasi/ diisolasi atau menarik
diri dari kegiatan sosial.
6) Sindrom Diogenes
Suatu kelainan dimana lansia menunjukkan penampilan
peirlaku sangat mengganggu. Rumah atau kamar kotor dan
bau karena lansia bermain-main dengan fases dan urinnya.
Sering menumpuk barang dengan tidak teratur. Walaupun
telah dibersihkan, keadaan tersebut dapat terulang kembali.

Akper Batari Toja Watampone (Tlp. 0481-27030) Page 27


3. Konsep keperawatan gerontik
a. Pengkajian
Pengkajian keperawatan pada lansia adalah suatu tindakan
peninjauan situasi lansia untuk memperoleh data dengan maksud
menegaskan situasi penyakit, diagnosis masalah, penetapan
kekuatan dan kebutuhan promosi kesehatan lansia. Data yang
dikumpulkan mencakup data subyektif dan data obyektif meliputi
data bio, psiko, sosial, dan spiritual, data yang berhubungan
dengan masalah lansia serta data tentang faktor-faktor yang
mempengaruhui atau yang berhubungan dengan masalah kesehatan
lansia seperti data tentang keluarga dan lingkungan yang ada.
(Khalifa n.d.)
b. Diagnosis keperawatan
Ada beberapa tipe diagnosis keperawatan, diantaranya;
1) Diagnosis keperawtan actual
Diagnosis berfokus pada masalah adalam clinical judgment
yang menggambarkan respon yang tidak diinginkan klien
terhadap kondisi kesehtan atau proses kehidupan baik pada
individu, keluarga, kelompok, dan komuntas. Hal ini
didukung ileh batasan karakteristik kelompok data yang
saling berhubungan;
2) Diagnosis keperawatan risiko ataua risiko tinggi
Adalah clinical judgment yang menggambarkan
kerenatanan lansia sebagai individu, keluargam kelompok,
dan komunitas yang memungkinkan berkembangnya suatu
respon yang tidak diinginkan klien terhadap kondisi
kesehatan/proses kehidupannya.
3) Diagnosis keperawatan promosi kesehatan
Adalah clinical judgment yang menggambarkan motivasi
dan keinginan untuk meningktakan kesejahteraan dan
mengaktualisasikan potensi kesehatan pada individu,

Akper Batari Toja Watampone (Tlp. 0481-27030) Page 28


keluara, kelompok atau komunitas, respon dinyatakan
dngan kesiapan menigtakan prilaku kesehatan yang spesifik
dan dapat digunakan pada seluruh status kesehatan.
(Khalifa n.d.)
c. Perencanaan keperawatan
Perencanaan keperawatan gerontik adalah suatu proses
penyusunan berbagai intervensi keperawatan yang berguna untuk
mencegah, menurunkan atau mengurangi maslah-maslah lansia.
Penentuan prioritas diagnosis ini dilakukan pada tahap
pernecanaan setelah tahap diagnosis keperawtan. Dengan
mennetukan diagnosis keperawatn, maka perawat dapat
mengetahui diagnosis mana yang akan dilakukan atau diatasi
pertama kali atau yang segra dilakukan. Terdapat beberapa
pendapat untuk menentukan urutan priotitas, yaitu;
1) Berdasarkan tingkat kegawatan (mengamcam jiwa)
Penentuan prioritas berdasarkan situasi yang mengncam
kehidupan ( nyawa seseorang) sehingga perlu dilakukan
terlebih dahulu seperti masalah bersihan jalan napas.
2) Prioritas sedang;
Prioritas ini menggambarkan situasi yang tidak gawat dan
tidak mengancam hidup klien seperti masalah hygiene
perseorangan.
3) Prioritas rendah
Prioritas ini menggambarkan situasi yang tidak
berhubungan lans=gsung dengan prognosis dari suatu
penyakit yang secara spesifik, seperti masalah keuangan
atau lainnya.
4) Berdasarkan kebuthan maslow
Maslow menentukan prioritas diagnosis yang akan
direnacanakan berdasarkan kebutuhan, diantaranya
kebutuhan fisiologis keselamatan dan keamanan, mencintai

Akper Batari Toja Watampone (Tlp. 0481-27030) Page 29


dan memiliki, harga diri dan aktualisasi diri. Untuk prioritas
diagnosis yang akan direnacanakan, maslow membagi
urutan tersebut berdasarkan kebutuhan dasar manusia,
diantaranya;
a) Kebutuhan fisiologis
Meliputi masalah respirasi, sirkulasi, suhu, nutrisi,
nyeri, cairan, perawatan kulit, mobilitas, dan
eiminasi.
b) Kebutuhan keamanan dan keselamatan
Meliputi masalah lingkungan, kondisi tempat
tinggal, perlindungan, pakaian,bebas dari infeksi
dan rasa takut.
c) Kebutuhan mencintai dan dicintai
Meliputi masalah kasih saying, seksualitas, afiliasi
dalam kelompok antar manusia.
d) Kebutuhan harga diri
Meliputi masalah respect dari keluarga, perusaan
menghargai diri sendiri.
e) Kebutuhan aktualisasi diri
Meliputi masalah kepuasan terhadap lingkungan.
(Khalifa n.d.)
d. Implementasi
Tindakan keperawatan gerontik adalah realisasi rencana tindakan
untuk mencapai tujuan yang telah di tetaapkan.
e. Evaluasi
Menurut craven dan hirnle (2000) evaluasi didefenisikan
sebagai keputasan dari efektifias asuhan keperawatan antar dasar
tujuan keperawatn yang telah ditetapkan dengan respon perilaku
lansia yang ditampilkan.
Penilaian dalam keperawatan merupakan kegaiatan dalam
melaksanakan rencana tindakan yang telah ditentukan, kegiatan ini

Akper Batari Toja Watampone (Tlp. 0481-27030) Page 30


untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan klien secra optimal dan
mengukur hasil dari proses keperawatan.
Penilaian keperawatan adalah mengukur keberhasialn dari
rencana, dan pelaksanaan tindakan keperawatan dilakukan untuk
memenuhi kebutuhan lansia.
Beberapa kegiatan yang harus diikuti oleh perawat, anatar
lain.
1) Mengkaji ulang tujuan klien dan criteria hasil yang telah
ditetapkan,
2) Mengumpulkan data yang berhubungan dengan hasil yang
diharapkan
3) Mengkur pencapaian tujuan
4) Mencatat keputusan atau hasil pengukuran pencapaian
tujuan
5) Melakukan revisi atau modifikasi terhadap recana
keperawatan bila perlu.(Khalifa n.d.)

Akper Batari Toja Watampone (Tlp. 0481-27030) Page 31


DAFTAR PUSTAKA
Diana, M. (2018). TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA TENTANG
GASTRITIS PADA LANSIA DI DESA NGABAN RW 04,
TANGGULANGIN, SIDOARJO. KESEHATAN.
Ii, B. A. B., & Pengertian, A. (2006). No Title, 1–27.
Keperawatan, A., Bp, P., Erosif, G., Rst, D. I., & Magelang, S. (2018). ASUHAN
KEPERAWATAN PADA BP . D DENGAN GASTRITIS EROSIF DI RST
dr . SOEDJONO MAGELANG.
Kholifah, S. N. (2016). keperawatan gerontik. (S. Enny, Ed.) (1st ed., Vol. 1).
jakarta: pusdik SDM kesehatan.
Megawati, A., & Nosi, H. H. (2014). Beberapa faktor yang berhubungan dengan
kejadian gastritis pada pasien yang di rawat di rsud labuang baji makassar, 4,
709–715.
Mendes, S. (2018). PENINGKATAN KUALITAS HIDUP LANJUT USIA
(LANSIA) DI KOTA DEPOK DENGAN LATIHAN KESEIMBANGAN.
KESEHATAN, 21.
Khalifa, Siti nur. “KEPERAWATAN GERONTIK KOMPRHENSIF.”

Nurarif, Amin Huda, and Hardi Kusuma. 2016. Asuhan Keperawatan Praktis
Berdasarkan Penerapan Diagnosa Nanda, Nic Dan Noc. 2016th ed. ed.
nazwar hamdani Rahli. Yogyakarta: Mediaction Jogja.

Widyanto, Fandi Wahyu, Rumah Sakit, and Aminah Blitar. 2009. “Artritis Gout
Dan Perkembangannya.”

Zakhira, nur rahma lalila. 2015. “ASUHAN KEPERAWATAN PADA


KELUARGA Ny.B DENGAN MASALAH UTAMA GOUT PADA Ny.B
DI DESA JAGALAN PABELAN KARTASURA SUKOHARJO.”

Akper Batari Toja Watampone (Tlp. 0481-27030) Page 32


ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK TN’T’ PADA SISTEM
GASTROINTESTINAL “GASTRITIS” DI WALANNAE
KECAMATAN TANETE TIATTANG KABUPATEN
BONE TANGGAL 30 MEI 2020

OLEH :

SITI NURHAVIVA R
BT1701060

PRESEPTOR INSTITUSI

(....................................................)

AKADEMI KEPERAWATAN BAATARI TOJA WATAMPONE


TAHUN AJARAN 2019/2020

Akper Batari Toja Watampone (Tlp. 0481-27030) Page 33


Tanggal Pengkajian : 30 MEI 2020
A. DATA BIOGRAFI
Nama : TN”T” (L)
Tempat & Tanggal Lahir : 75 tahun Gol.Darah : -
Pendidikan Terakhir : SD
Agama : Islam
Status Perkawinan : DUDA (cerai Mati)
TB/BB : 170 Cm / 55 Kg
Penampilan : penampilan klien sesuai dengan usia
Alamat :WALANNAE, KECAMATAN TANETERIATTANG
Orang Yang Dekat Di hubungi : Ny.N (P)
Hubungan dengan Lansia : Anak kandung
Alamat WALANNAE, KECAMATAN TANETERIATTANG

B. RIWAYAT KELUARGA
1. Susunan anggota Keluarga

No NAMA L/P HUBUNGAN PENDIDIK PEKERJAAN KETERANGA


. KELUARGA AN N
1. NY”N” P ANAK KANDUNG SMA WIRASWASTA HIDUP
2. NY”B” P ANAK KANDUNG SMA KONVEKSI HIDUP
3. TN”A” L ANAK KANDUNG SMA WIRASWASTA HIDUP
4 NY”N” P ANAK KANDUNG S1 PERAWAT HIDUP
5 TN”J” L ANAK KANDUNG S1 PENYULUH HIDUP

Akper Batari Toja Watampone (Tlp. 0481-27030) Page 34


2. Genogram :

G1

G2

G3 75
80 85

KETERANGAN :

: LAKI-LAKI :GARIS PERNIKAHAN

:PEREMPUAN : GARIS KETURUNAN

: MENINGGAL : GARIS SERUMAH

: KLIEN

Akper Batari Toja Watampone (Tlp. 0481-27030) Page 35


KETERANGAN :
G1 :kakek dan nenek klien dari pihak ayah dan ibu sudah meninggal
G2 :ayah dan ibu klien sudah meninggal dan semua paman dan bibi klien dari
pihak ayah dan ibu sudah meninggal
G3 :klien berusia 75 tahun dan sedang menderita penyakit gastritis kronik,
semua saudara klien masih hidup dan dalam keadaan sehat

3. Tipe / Bentuk Keluarga : keluarga besar

C. RIWAYAT PEKERJAAN
Pekerjaan saat ini :berkebun
Alamat pekerjaan : di rumah
Berapa jarak dari rumah : 0 km
Alat transportasi : tidak ada
Pekerjaan sebelumnya : wiraswasta
Sumber pendapatan & Kecukupan : Rp 0
terhadap Kebutuhan

D. RIWAYAT LINGKUNGAN HIDUP


Tipe tempat tinggal : PERMANEN
Jumlah Kamar :2
Jumlah Tongkat di kamar : tidak ada
Kondisi tempat tinggal : aman dan damai
Jumlah orang yang tinggal :Laki-laki 2 Orang/Perempuan 2 Orang
Tetangga terdekat : TN”E”
Alamat / Telepon : WALANNAE

E. RIWAYAT REKREASI
Hobby / Minat : ngerumpi dengan tetangga

Akper Batari Toja Watampone (Tlp. 0481-27030) Page 36


Keanggotaan Organisasi : tidak ada
Liburan Perjalanan : kllien mengatakan terakhir liburan 2
hari yang lalu

F. SISTEM PENDUKUNG
Perawat/Bidan/Dokter/Fisioterapi : tidak ada
Jarak dari rumah : 0 km
Rumah Sakit : 0 Km
Klinik : 0 Km
Pelayanan Kesehatan dirumah : tidak ada
Perawatan sehari-hari yang dilakukan : tidak ada
keluarga
Lain-lain : klien mengkonsumsi obat herbal dan
obat dari apotek

G. DISKRIPSI KEKHUSUSAN
Kebiasaan Ritual : SHALAT 5 WAKTU, BERDOA,
BERDZIKIR

H. STATUS KESEHATAN
Pemahaman & Penatalaksanaan Masalah Kesehatan :
-Klien Mengetahui Tentang Penyakitnya Namun Belum Paham Mengenai Cara
Penanganan Serta Pencegahan Saat Penyakitnya Kambuh

a. OBAT-OBATAN :

No. Nama Obat Dosis Keterangan


1. Jamu 1 Sdm Sekali-kali
2. Parasetamol 1 tablet Sekali-kali

Akper Batari Toja Watampone (Tlp. 0481-27030) Page 37


b. STATUS IMMUNISASI : (Catat tanggal terbaru)
Influensa          : klien mengatakan pernah terkena penyakit influensa sebulan
yang lalu

c. Alergi : (Catatan agen dan reaksi spesifik)

Obat-obatan : tidak ada


Makanan : tidak ada
Faktor Lingkungan : tidak ada

d. Penyakit yang diderita : gastritis


       

I. AKTIVITAS HIDUP SEHARI-HARI (ADL)


Indeks Katz :A
Oksigenasi : 18 X PERMENIT
Cairan & Elektrolit : 2 L perhari

Nutrisi : klien makan 3 x sehari


Eliminasi : klien bak 5-6 x sehari, bab 1 x sehari
Aktivitas : klien mampu melakukan aktifitas ringan dengan baik dan
klien cepat lelah saat melakukan akivitas berat setelah
melakukan aktifitas berat dan klien mengatakan merasa
terganggu saat nyeri pada abdomennya kambuh
Istirahat & Tidur : klien mengatakan tidurnya kurang nyenyak dan bedurasi
skitar 5 jam tiap malam, jika penyakitnya kambuh
Personal Hygiene : klien melakukan perawatan diri dengan baik
Seksual : klien mengatakan sudah tidak berhubungan lagi karena
istrinya sudah meninggal
Rekreasi : klien mengatakan rekreasi terakhir dilakukan tahun lalu
Psikologis

Akper Batari Toja Watampone (Tlp. 0481-27030) Page 38


 Persepsi Klien  klien sesekali menganggap dirinya menjadi beban untuk
keluarganya namun klien mtidak mengaggap serius hal
itu karena klien yakin kalau keluarganya merawat klien
dengan penuh kasih sayang , klien juga mengatakan
 Konsep Diri
tidak terlalu tau mengenai penyakitnya, dan tidak
 Emosi
mengetahui apa yang menyebabkan nyeri pada ulu
hatinya dan tidak pernah melakukan pembatasan
 Adaptasi makanan, dan saat dikaji klien sering bertanya tentang
 Mekanisme penyakitnya.
Pertahanan Diri   klieni mengatakan dirinya biasa saja
  emosi klien labil ditandai dengan kebiasaan klien yang
sering menjahili cucunya
 klien mampu beradaptasi dengan lingkungannya
 Klien mampu membela dirinya dalam keadaan terdesak

Keadaan Umum :
Tingkat :: :Composmentis
Kesadaran : Eye 4 Verbal 5  Psikomotor 6 jumlah gcs : 15
: TD=140/90 N=98 S=37,3 R=18
Tanda-tanda
Vital
1. Conjungtiva: tidak ada tanda-tanda anemis ,Bibirtidak sianosis, arteri
 Sistem karotis teraba lemah dan tekanan vena jugularis tidak meninggi
Kardiovaskuler 2. Uuran jantung:normal tanpa pembengkakan berhubungan dengan Ictus
cordis/Apex berada pada ics ke 5 media clavicularis kiri
3. Suara jantung :
a. S1 : murni di ics 4 dan 5 dengan bunyi lup karena tertutupnya
katup mitral dan bikuspidalis pada fase kontraksi iso voumetrik
b. S2 : murni di ics 1 dan 2 dengan bunyi dup karena tertutupnya katup

Akper Batari Toja Watampone (Tlp. 0481-27030) Page 39


aora dan pulmonal pada fase relaksasi iso voumetrik.
Tidak terdapat Bising aorta,Murmur,Gallop saat dia auskultasi

 Sistem 1. Hidung (simetris) : terlihat simetris antara kiri dan kanan, tidak ada
Pernafasan pernafasan cuping hidung, tidak ada sekret yang menghalangi jalan
nafas pada bronkus, tidak ada polip dan tidak terjadi epistaksis.
2. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar dan tumor di leher
3. Dada : Bentuk dada normal chest dengan perbandingan ukuran anterior
posteriot transfersial 2:1, gerakan dada kiri dan kanan seimbang, tidak
ada otot bantu pernafasan, suara nafas normal (vaskuler, inspirasi lebih
panjang dari ekspirasi) tidak terdapat suara nafas tambahan dan vokal
premitus teraba saat mengatakan tujuh, tujuh dan tidak terdapat
clubbing finger.

 Sistem 1. Konjungtiva: tidak ada tanda-tanda anemis, bibir clanosis, arteri karotis
Cardiovaskuler teraba lemah dan tekanan venajugulans tidak meninggi.
2. Ukuran jantung normal tanpa pembengkakan ditandai dengan ictus
kordis/apex berada pada ics ke 5 media claviculans kiri.
3. Suara jantung:
a. S1: murni di ics 4 dan 5dengan bunyi lup karena tertutupnya
katup mikral dan bikuspidalis pada fase kontraksi iso voumetrik.
b. S2: murni di ics 1 dan 2 dengan bunyi dup karena tertutupnya
katup aorta dan pulmoral pada fase relaksasi iso voumetrik.
 Tidak terdapat bising jantung aort, murmur dan gollop saat
auskultasi.
 Sistem 1. Sklera: tidak ada ictenis, bibir lembab, serta tidak terjadi labioskisis.
Pencernaan 2. Mulut: tidak terdapat stomatitis, jumlah gigi 1, kemampuan menelan
baik, tidak ada palatokisis,
3. Gester: Klien mengatakan perutnya tidak kembung, terdapat nyeri

Akper Batari Toja Watampone (Tlp. 0481-27030) Page 40


tekan, gerakan penstaktik usus 15X/ menit
4. Hati: tidak teraba, linetidak teraba, ginjal dan feses tidak teraba
5. Anus: tidak lecet dan tidak terjadi hemmoroid.
 Sistem 1. Mata
indra  Kelopal mata: tidak mengalami odema palpebra dengan bulu
mata yang pendek berwarna hitam begitu pula aslinya.
 Visus: pasien mampu melihat dengan jarak 4 m.
 Lapang pandang: pasien mampu melihat objek pada 160 derajat,
lateral 90 derajat, titik fleksi mitral 90 derajat, titik fleksi atas 50
derajat dan titik fleksi bawah 60 derajat.
2. Hidung
 Penciuman pasien berfungsi dengan baik tidak merasakan perih
di hidungnya, tidak terjadi trauma pada hidung, epistaksis tidak
terjadi
 Tidak ada secret yang menghalangi jalan nafas/penciuman klien.
3. Telinga
 Keadaan daun telinga simetris antara kanan dan kiri, kanal
auditoris terdapat serumen dan fungsi pendengaran baik.
 Sistem 1. Fungsi cerebral
Saraf a. Status mental orientasi: pasien mengetahui keberadaannya,
mengingat kejadian dan mengenali keluarga yang menemaninya,
dapat memuaskan perhatian
b. Kesadaran: eyes: 4 (spontan membuka mata) Motorik: 6
(melokalisir nyeri) Verbal: 5 (orientasi baik) jumlah: 14: compos
mentis
2. Bicara: klien berbicara jelas
3. Fungsi kranial
a. N.I (olfaktorius): pasien mampu membedakan bau alkohol dan
minyak angin
b. N.II (optikus): pasien mampu melihat dengan jarak 4 m dengan
pandang 160 derajat, lateral 90 derajat, titik fleksi mitra 90

Akper Batari Toja Watampone (Tlp. 0481-27030) Page 41


derajat, titik fleksi atas 50 derajat, dan fleksi bawah 60 derajat.
c. N.III (okulomotons): pasien mampu menggerakkan mata ke
segala arah.
N.IV (trokhleans): pupil mata pasien isokor.
N.VI (abdusen)
d. N.V (trigeminus):
sensorik: pasien mampu merasakan sensasi dingin dari kapas
alkohol.
Motorik:pasien mampu menjauhkan atau menghindari sumber
dinginnya.
e. N. VII (fasialis):
sensorik: pasien mampu merasakan sensasi yang diberikan.
Otonom: pasien mampu mengekspresikan persaannya lewat
mimik wajah.
Motorik: pasien mampu menjulurkan lidahnya.
f. N.VIII (vestibuloakustikus): pasien mampu mendengar suara
dengan jarak 5 cm dari telinga dengan suara detik arloji
sedangkan keseimbangan pendengarannya baik.
g. N. IX (glosofaningeal): mampu membedakan rasa asin dan
manis
h. N. X (fagus): saat mengucapkan aaah....ovula pasien bergerak,
mampu merasakan sensasi muntah, dan kemampuan menelan
baik.
i. N.XI (Aksesonus): pasien mampu menggerakkan
sternokledomastordeus dan trapexiusnya dengan baik.
N. XII (hipoglosus): pasien mampu menjulurkan lidahnya
 Sistem 1. Laki-laki :
Reproduksi a. Jakun dan kumis : terdapat jakun dan kumis pada klien
b. Glad penis
c. Testis
 Sistem 1. Fungsi Cerebral :

Akper Batari Toja Watampone (Tlp. 0481-27030) Page 42


Persarafan a. Status mental orientasi :pasien mengetahui keberadaannya, daya ingat :
baik ,klien mampu memusatkan Perhatian dan perhitungan dengan baik,
bahasa yang digunakan klien mudah dipahami.
b. Kesadaran (eyes 4, motorik 6, Verbal 5.)
c. Bicara (Ekpresive dan resiptive) : klien mampu berbicara dengan jelas
serta mampu mengekspresikan emosinya serta paham dengan
penjelasan yang diberikan.
4. Fungsi Motorik : tidak terdapat massa
otot berlebih tenus otot( atropi dan hipertropi)
kekuatan otot
4 4

4 4
Jelaskan :
-Ekstremitas atas dan bawah (kiri dan kanan) dapat melawan gravitasi
dengan tekanan minimal.
5. Fungsi Sensorik :pasien mampu
merasakan Suhu panas dan dingi, mengetahui rasa nyeri dan getaran
yang diberikan
6. Fungsi Cerebellum : klien mampu mengKoordinasikan tubuhnya denga
baik serta mampu menjaga keseimbangan dengan bai.
7. Refleks
Bisep (mampu melakukan fleksi pada lengan ) trisep (mampu
melakukan ekstensi pada lengan) patella (terdapat ekstensi pada lutut
klien)babainski (jari kaki meregang saat dilakukan tes)
8. Iritasi meningen : tidak terdapat Kaku
kuduk ,lasaque sign dan Brunzinki sign
 Sistem A. Kelopak mata :simetris antara kiri dan kanan, bulu mata klien tipis dan
Penglihatan berwarna hitam dan alis klien berwarna hitam.
B. Visus (gunakan snellen chard) : klien mampu melihat pada kejauhan 4
m,

Akper Batari Toja Watampone (Tlp. 0481-27030) Page 43


C. Lapang pandang klien 160 derajat, lateral 90 derajat, titik fleksi mitra
90 derajat, titik fleksi atas 50 derajat, dan fleksi bawah 60 derajat.
 Sistem Keadaan daun telinga : simetris antara kiri dan kanan, kanal uaditorius :
Pendengaran bersih tidak terdapat serumen ,fungsi pendengaran : klien mampu
mendengar suara detik arloji pada kejauhan 5 cm, Membran tympani :
baik.
 Sistem Klien mampu merasakan sensasi di lidahnya
Pengecapan

 Sistem a. Penciuman klien mampu membedakan aroma,tidak terdapat perih


Penciuman dihidung ,Trauma ,mimisan serta tidak terdapat Secret yang
menghalangi penciuman.

Sistem 1. Kepala : Bentuk kepala : mesosephalus , gerakan : normal sesekali klien


muskuloskeletal mengalami pusing
2. Vertebrae : terjadi kiposis
Gerakan :baik , ROM baik fungsi gerak baik
3. Pelvis : gaya jalan normal gerakan seimbang
4. Lutut :tidak terdapat pembengkakan ,kaku gerakan normal
5. Kaki :tidak terdapat pembengkakan ,gerakan normal kemampuan
berjalan baik
Tanda tarikan : tidak ada
6. Tangan : klien mengatakan tangannya dapat bergerak dengan baik
tanpa kaku dan pembengkakan.

Akper Batari Toja Watampone (Tlp. 0481-27030) Page 44


1. Rambut : berwarna hitam dan sebagian berwarna putih serta mudah
Sistem integumen dicabut
4. Kulit : Warna coklat temperatur hangat kelembaban kering bulukulit :
tipis,tidak terjadi erupsi tahi lalat terdapat pada leher klien, tidak
terdapat ruam dan telkture kasar
5. Kuku : Warna pink pembuka kuku tidak ada dan tidak mudah patah
serta bersih

Sistem endokrin 1. Kelenjar Thyroid : tidak terdapat pembesaran kelenjar dan tumor
2. Tidakn Terjadi Ekskresi urine berlebihan ,seperti polydpsi ,polypagi :
dan poliurin.
3. Tidak terjadi Suhu tubuh yang tidak seimbang, klien mengatakan
terkadang mengalami keringat berlebihan saat setelah melakukan
aktifitas berat ,Klien tidak memiliki Riwayat bekas air seni dikelilingi
semut
Sistem 1. Tidak terjadi Odema Palpebra ,moon fase ,dan odema anasarka
perkemihan 2. Keadaan kandung kemih : tidak mengalami distensi terjadi Nocturia
tidak terjadi Dysuria ,kencing batu dan tidak terdapat Penyakit
hubungan seksual

K. STATUS KOGNITIF/AFEKTIF/SOSIAL
a. Short Porteble mental Status Questionnaire (SPMSQ)
kesalahan klien 2 poin
b. Inventaris Depresi Beck : 
Sor 4 (depresi minimal)
c. APGAR Keluarga :  skor 10 (klien mempunyai fungsi keluarga yang baik)
L. DATA PENUNJANG
1. tekanan darah : 140/80

Akper Batari Toja Watampone (Tlp. 0481-27030) Page 45


DATA FOKUS

DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF


 Klien mengatakan cepat lelah  Klien lelah setelah melakukan
saat melakukan akivitas berat aktivitas berat
saat melakukan aktifitas berat  TD : 140 /90 mmHg
 klien mengeluh nyeri skala 5  Skala nyeri 5
 klien mengatakan sering terjaga  jam tidur klien hanya 5 jam tiap
 Klien mengatakan tidak puas malam
tidur  Klien terlihat bingung saat
 klien mengatakan nyeri pada ulu ditanyai mengenai penyakitnya
hatinya  Klien meringis
 klien mengatakan
 nyerinya terasa tertusuk-tusuk
dan bertambah pada saat klien
memakan makanan yang pedas
 klien mengatakan nyerinya
muncul selama 1 menit
 klien mengatakan nyerinya
hilang timbul
 Klien mengatakan tidak
mengetahui penyebab pemicu
sakit ulu hatinya
 Klien mengatakan tidak pernah
melakukan pembatasan makanan

Akper Batari Toja Watampone (Tlp. 0481-27030) Page 46


ANALISA DATA

No. DATA SUBYEKTIF/ OBYEKTIF INTERPRESTASI MASALAH


(Sign/Symptom) (Etiologi) (Problem)
1 2 3 4
1. Ds: NYERI AKUT
 klien mengatakan nyeri
pada ulu hatinya
 klien mengatakan
nyerinya terasa tertusuk-
tusuk dan bertambah pada
saat klien memakan
makanan yang pedas
 klien mengatakan nyerinya
muncul selama 1 menit
 klien mengatakan nyerinya
hilang timbul

do :
 skala nyeri 5
 klien meringis
 TD : 140/90

2 Ds: DEFISIT
 Klien mengatakan tidak PENGETAHUAN
mengetahui penyebab
pemicu sakit ulu hatinya
 Klien mengatakan tidak
pernah melakukan
pembatasan makanan

Akper Batari Toja Watampone (Tlp. 0481-27030) Page 47


Do:
 Klien terlihat bingung saat
ditanyai mengenai penyakitnya

3. Ds: GANGGUAN POLA


 klien mengatakan sering TIDUR
terjaga
 Klien mengatakan tidak puas
tidur
Do:
 jam tidur klien hanya 5 jam
tiap malam

Akper Batari Toja Watampone (Tlp. 0481-27030) Page 48


PRIORITAS MASALAH

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis dibuktikan dengan


Ds:
 klien mengatakan nyeri pada ulu hatinya
 klien mengatakan nyerinya terasa tertusuk-tusuk dan bertambah pada
saat klien memakan makanan yang pedas
 klien mengatakan nyerinya muncul selama 1 menit
 klien mengatakan nyerinya hilang timbul
Do:
 TD : 140/90 mmHg
 Skala nyeri 5
2. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi
Ds :
 Klien mengatakan tidak mengetahui penyebab pemicu sakit ulu
hatinya
 Klien mengatakan tidak pernah melakukan pembatasan makanan
Do :
 Klien terlihat bingung saat ditanyai mengenai penyakitnya
3. Ganggauan pola tidur berhubungan dengan kurangnya kontrol tidur
dibuktikan dengan
Ds:
 Klien mengatakan sering terjaga
 Klien mengatakan tidak puas tidur
Do:
 Jam tidur klien hanya 5 jam tiap malam

Akper Batari Toja Watampone (Tlp. 0481-27030) Page 49


RENCANA TINDAKAN

NO Diagnosa Keperawatan Tujuan/Kriteria hasil Intervensi


1. Nyeri akut Setelah dilakukan Manajemen nyeri
berhubungan dengan intervensi keperawatan 1. Identifikasi

agen pencedera selama 3 X 10 menit karakteristik, durasi,


diharapkan tingkat frekuensi nyeri
fisiologis
nyeri menurun dengan
2. Identifikasi skala nyeri
kriteria hasil :
3. Identifikasi faktor yang
 keluhan nyeri
memperberat dan
dari skala 3
memperingan nyeri
( sedang) ke
4. Identifikasi pengaruh
sakala 4 ( cukup
nyeri pada kualitas
menurun)
hidup
 tekanan darah dari
5. Monitor efek samping
skala 3 ( sedang)
penggunaan analgetik
ke sakala 4
6. Berikan teknik
( cukup menurun)
nonfarnakologis untuk
mengurangi rasa
nyeri(masase)
7. Pertimbangkan jenis
dan sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri
8. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
9. Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
10. Ajarkan teknik
nonfarmokologis untuk
mengurangi rasa nyeri

Akper Batari Toja Watampone (Tlp. 0481-27030) Page 50


11. Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
2. Defisit pengetahuan Setelah dilakukan “Edukasi Proses Penyakit”
berhubungan dengan intervensi keperawatan 1. Identifikasi kesiapan
kurang terpapar selama waktu yang dan kemampuan
ditentukan diharapkan menerima informasi 
informasi
tingkat pengetahuan
2. Sediakan materi dan
meningkat dengan
media pendidikan
kriteria hasil :
kesehatan
 Kemampuan
3. Berikan kesempatan
menjelaskan
untuk bertanya
pengetahuan suatu
4.  Jelaskan penyebab dan
topik dari skala 2
faktor risiko penyakit
(cukup menurun) ke
5. Jelaskan proses
skala 4 (cukup
Patofisiologi 
meningkat)
munculnya penyakit
 Pertanyaan
6. Jelaskan tanda  yang
tentang masalah
ditimbulkan oleh
yang dihadapi skala
penyakit
3 (sedang) ke skala 5
7. Ajarkan cara
(menurun)
meredakan atau 
mengatasi gejala yang
dirasakan
3. Ganggauan pola Setelah dilakukan Dukungan tidur
tidur berhubungan intervensi keperawatan 1. Identifikasi pola
dengan kurangnya selama waktu yang aktivitas dan tidur
ditentukan diharapkan 2. Identifikasi faktor
kontrol tidur
pola tidur membaik
pengganggu tidur
dengan kriteria hasil :
3. Identifikasi
-keluhan sulit tidur
makanan dan
dari skala 3 ( sedang)
minuman yang
ke sakala 4 ( cukup

Akper Batari Toja Watampone (Tlp. 0481-27030) Page 51


menurun) mengganggu tidur-
-keluhan tidak puas 4. Modifikasi
tidur dari skala 3 lingkungan
( sedang) ke sakala 4
5. Batasi waktu tidur
( cukup menurun)
siang
6. Tetapkan jadwal
tidur rutin
7. Lakukan prosedur
untuk
meningkatkan
kenyamanan
(masase)
8. Jelaskan
pentingnya tidur
cukup selama sakit
9. anjurkan menepati
kebiasaan tidur
10. Anjurkan
menghindari
makan/minum yang
mengganggu tidur.

Akper Batari Toja Watampone (Tlp. 0481-27030) Page 52


CATATAN PERKEMBANGAN 1

No. Hari/Tgl/ Diagnosa No Implementasi EVALUASI


Jam
1 30 mei Nyeri akut Manajemen nyeri S : klien
2020 mengatakan
berhubungan 1. Mengidentifikasi
nyerinya sudah
Kamis dengan agen karakteristik, durasi, berkurang
09.00
pencedera frekuensi nyeri
O : skala nyeri 4
fisiologis Hasil : klien TD:140/80
mengatakan
A : nyeri belum
nyerinya terasa teratasi
tertusuk-tusuk
P : lanjutkan
selama 1 menit intervensi
2. Mengidentifikasi
skala nyeri
Hasil : skala nyeri 5
3. Memberikan teknik
nonfarnakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri(masase)
Hasil : klien
mengatakan
nyerinya sedikit
berkurang
4. Mengajarkan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri
Hasil : klien
mengerti dengan
penjelasan yang
diberikan

Akper Batari Toja Watampone (Tlp. 0481-27030) Page 53


30 mei Nyeri akut Manajemen nyeri S : klien
2 2020 mengatakan
berhubungan 1. Mengidentifikasi
Kamis ,11. nyeri yang
00 dengan agen karakteristik, dirasakannya
sudah sangat
pencedera durasi, frekuensi
berkurang
fisiologis nyeri
O : skala nyeri 3
Hasil : klien
TD : 120/80
mengatakan
A : nyeri teratasi
nyerinya terasa
tertusuk-tusuk P : pertahankan
intervensi
selama 1 menit
2. Mengidentifikasi
skala nyeri
Hasil : skala nyeri 5
3. Memberikan
teknik
nonfarnakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri(masase)
Hasil : klien
mengatakan
nyerinya sedikit
berkurang
4. Mengajarkan
teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri
Hasil : klien
mengerti dengan
penjelasan yang
diberikan

Akper Batari Toja Watampone (Tlp. 0481-27030) Page 54


CATATAN PERKEMBANGAN 2

No. Hari/Tgl/Jam Diagnosa No Implementasi EVALUASI


Defisit “Edukasi Proses S : klien
31 MEI 2020 mengatakan
pengetahuan Penyakit”
Jum’at, 19.00 sudah sedikit
berhubungan 1. Mengidentifikasi tau tentang
penyakitnya
dengan kesiapan dan
kurang O :klien
kemampuan
masih sering
terpapar menerima informasi  bertanya
informasi tentang cara
Hasil ; klien mebcegah
mengatakan siap penyakitnya
kambuh
untuk menerima
informasi A : defisit
pengetahuan
2. Menyediakan materi belum teratasi
dan media
P : lanjutkan
pendidikan kesehatan intervensi
Hasil : mahasiswa
menyajikan materi
dengan media liflet
3. Menjelaskan secara
singkat tentang
penyakit gastritis.
Hasil : klien
mendengarkan materi
dengan baik
4. Memberikan
kesempatan untuk
bertanya
1. Hasil : mahasiswa

Akper Batari Toja Watampone (Tlp. 0481-27030) Page 55


mengevaluasi
pengetahuan keluarga
tentang penyakit
gastritis.
31 mei 2020 Defisit S : klien
1. Mengidentifikasi
2 Jum’at 14.00 mengatakan
pengetahuan kesiapan dan sudah
berhubungan mengerti
kemampuan
dengan
dengan menerima informasi  penjelasan
kurang yang
Hasil ; klien diberikan
terpapar
mengatakan siap
informasi O : klien tidak
untuk menerima bertanya lagi
informasi tentang
penyakitnya
2. Menyediakan materi
dan media A : defisit
pengetahuan
pendidikan kesehatan teratasi
Hasil : mahasiswa
P:
menyajikan materi pertahankan
dengan media liflet intervensi

3. Menjelaskan cara
pencegahan dan cara
mengatasi penyakit
gastritis.
Hasil : klien
mendengarkan materi
dengan baik
4. Memberikan
kesempatan untuk
bertanya
Hasil : mahasiswa
mengevaluasi

Akper Batari Toja Watampone (Tlp. 0481-27030) Page 56


pengetahuan keluarga
tentang cara
mencegah dan cara
mengatasi penyakit
gastritis.

Akper Batari Toja Watampone (Tlp. 0481-27030) Page 57


INDEKS KATZ
Indeks Kemandirian Pada Aktivitas Kehidupan Sehari-hari

Nama Klien : Tn”T” Tanggal : 30 MEI 2020


Jenis Kelamin : L Umur : 75 Tahun TB/BB : 170 cm/55 Kg
Agama : ISLAM Gol Darah : -
Pendidikan : SD
Alamat : WALANNAE
: siti nurhaviva r

ANALISIS HASIL
SKORE KRITERIA
Kemandirian dalam hal makan, kontinen, berpindah, ke kamar
A kecil, berpakaian dan mandi

Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali


B satu dari fungsi tersebut

Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali


C mandi, dan satu fungsi tambahan

Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali


D mandi, berpakaian dan satu fungsi tambahan

Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali


E mandi, berpakaian, kekamar kecil dan satu fungsi tambahan

Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali


F mandi, berpakaian, kekamar kecil, berpindah dan satu fungsi
tambahan

G Ketergantungan pada ke enam fungsi tersebut

Akper Batari Toja Watampone (Tlp. 0481-27030) Page 58


Tergantung pada sedikitnya dua fungsi, tetapi tidak dapat di
Lain-lain klasifikasikan sebagai C, D, E atau F

Berdasarkan data diatas , maka memperoleh skor A maka lansia tersebut


mempunyai kemandirian aktifitas sehari – hari YANG BAIK

Akper Batari Toja Watampone (Tlp. 0481-27030) Page 59


SHORT PORTABLE MENTAL STATUS QUESTIONNAIRE (SPMSQ)
Penilaian ini untuk mengetahui fungsi intelektual Lansia.

Nama Klien ;Tn”T” Tanggal : 30 MEI 2020


Jenis Kelamin : P Umur : 75 Tahun TB/BB : 170 cm/55 Kg
Agama : ISLAM Gol Darah : -
Pendidikan : SD
Alamat : WALANNAE
Nama Pewawancara : siti nurhaviva r
SKORE
+ - No. PERTANYAAN JAWABAN
 1. Tanggal berapa hari ini ?    Tgl   bulan  Th
, 30 mei 2020
 2. Hari apa sekarang ini ? Kamis

 3. Apa nama tempat ini ? Rumah

 4. Dimana alamat Anda ? walannae

 5. Berapa umur Anda ? 75 tahun

 6. Kapan Anda lahir ? --

 7. Siapa Presiden Indonesia sekarang ? Pak jokowi

 8. Siapa Presiden sebelumnya ? --

 9. Siapa nama kecil ibu Anda ? tunreng

 10. Kurangi 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3 20-3-3-3=11

Akper Batari Toja Watampone (Tlp. 0481-27030) Page 60


dari setiap angka baru, semua secara
menurun !
Jumlah Kesalahan Total 2

KESIMPULAN :
1.      Kesalahan 0 – 2    Fungsi intelektual utuh
2.      Kesalahan 3 – 4    Kerusakan intelektual Ringan
3.      Kesalahan 5 – 7    Kerusakan intelektual Sedang
4.      Kesalahan 8 – 10 Kerusakan intelektual Berat

Keterangan:
a. Bisa dimaklumi bila lebih dari 1 (satu) kesalahan bila subyek hanya
berpendidikan SD
b. Bisa dimaklumi bila kurang dari 1 (satu) kesalahan bila subyek
mempunyai pendidikan
lebih dari SD
c. Bisa dimaklumi bila lebih dari 1 (satu) kesalahan untuk subyek kulit
hitam, dengan
menggunakan kriteria pendidikan yang lama.

Akper Batari Toja Watampone (Tlp. 0481-27030) Page 61


INVENTARIS DEPRESI BECK
(Penilaian Tingkat Depresi Lansia dari Beck & Decle, 1972)

Nama Klien : Tn”T” Tanggal : 30 MEI 2020


Jenis Kelamin : L Umur : 75 Tahun TB/BB : 175 cm/55 Kg
Agama : ISLAM Gol Darah : -
Pendidikan : SD
Alamat : WALANNAE
Nama Pewawancara : siti nurhaviva r

SKORE                                  U R A I A N
A KESEDIHAN
3 Saya sangat sedih/tidak bahagia, dimana saya tidak dapat menghadapinya
2 Saya galau/sedih sepanjang waktu dan tidak dapat keluar darinya
1 Saya merasa sedih/galau
0 Saya tidak merasa sedih

B PESIMISME
3 Merasa masa depan adalah sia-sia & sesuatu tidak dapat membaik
2 Merasa tidak punya apa-apa & memandang ke masa depan
1 Merasa kecil hati tentang masa depan
0 Tidak begitu pesimis / kecil hati tentang masa depan

C RASA KEGAGALAN
3 Merasa benar-benar gagal sebagai orang tua (suami/istri)
2 Bila melihat kehidupan kebelakang, semua yang dapat saya lihat
kegagalan
1 Merasa telah gagal melebihi orang pada umumnya
0 Tidak merasa gagal

Akper Batari Toja Watampone (Tlp. 0481-27030) Page 62


D KETIDAK PUASAN
3 Tidak puas dengan segalanya
2 Tidak lagi mendapat kepuasan dari apapun
1 Tidak menyukai cara yang saya gunakan
0 Tidak merasa tidak puas

E RASA BERSALAH
3 Merasa seolah sangat beuruk / tidak berharga
2 Merasa sangat bersalah
1 Merasa buruk/tidak berharga sebagai bagian dari waktu yang baik
0 Tidak merasa benar-benar bersalah

F TIDAK MENYUKAI DIRI SENDIRI


3 Saya benci diri saya sendiri
2 Saya muak dengan diri saya sendiri
1 Saya tidak suka dengan diri saya sendiri
0 Saya tidak merasa kecewa dengan diri sendiri

G MEMBAHAYAKAN DIRI SENDIRI


3 Saya akan bunuh diri jika saya punya kesempatan
2 Saya punya rencana pasti tentang tujuan bunuh diri
1 Saya merasa lebih baik mati
0 Saya tidak punya pikiran tentang membahayakan diri sendiri

H MENARIK DIRI DARI SOSIAL


3 Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain & tidak perduli
pada mereka semuanya
2 Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain & mempunyai

Akper Batari Toja Watampone (Tlp. 0481-27030) Page 63


sedikit perasaan pada mereka
1 Saya kurang berminat pada orang lain dari pada sebelumnya
0 Saya tidak kehilangan minat pada orang lain

I KERAGU-RAGUAN
3 Saya tidak dapat membuat keputusan sama sekali
2 Saya mempunyai banyak kesulitan dalam membuat keputusan
1 Saya berusaha mengambil keputusan
0 Saya membuat keputusan yang baik

J PERUBAHAN GAMBARAN DIRI


3 Merasa bahwa saya jelek / tampak menjijikan
2 Merasa bahwa ada perubahan yang permanen dalam penampilan
1 Saya khawatir saya tampak tua / tidak menarik & ini membuat saya tidak
menarik
0 Tidak merasa bahwa saya tampak lebih buruk daripada sebelumnya

K KESULITAN KERJA
3 Tidak melakukan pekerjaan sama sekali
2 Telah mendorong diri saya sendiri dengan keras untuk melakukan sesuatu
1 Memerlukan upaya tambahan untuk memulai melakukan sesuatu
0 Saya dapat berkerja ± sebaik-baiknya

L KELETIHAN
3 Saya sangat lelah untuk melakukan sesuatu
2 Saya merasa lelah untuk melakukan sesuatu
1 Saya merasa lelah dari yang biasanya
0 Saya tidak merasa lebih lelah biasanya

M ANOREKSIA

Akper Batari Toja Watampone (Tlp. 0481-27030) Page 64


3 Saya tidak lagi punya nafsu makan sama sekali
2 Nafsu makan saya sangat buruk sekarang
1 Nafsu makan saya tidak sebaik sebelumnya
0 Nafsu makan saya tidak buruk dari biasanya

KETERANGAN :
PENILAIAN
0–4 Depresi Tidak Ada / Minimal
5–7 Depresi Ringan
8 - 15 Depresi Sedang
16 + Depresi Berat

Dari kasus diatas maka didapatkan nilai 4, lansia mengalami depresi minimal

Akper Batari Toja Watampone (Tlp. 0481-27030) Page 65


APGAR KELUARGA DENGAN LANSIA
Alat Skrining Singkat Yang dapat digunakan untuk mengkaji Fungsi Sosial
lansia

Nama Klien : Tn”T” Tanggal : 31 MEI 2020


Jenis Kelamin : L Umur : 75 Tahun TB/BB : 175 cm/55 Kg
Agama : ISLAM Gol Darah : -
Pendidikan : SD
Alamat : WALANNAE

NO. U R A I A N FUNGSI SKOR

1. Saya puas bahwa saya dapat kembali pada


keluarga (teman-teman) saya untuk membantu ADAPTATION 2
pada waktu sesuatu menyusahkan saya.
2. Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman) 2
saya membicarakan sesuatu dengan saya & PARTNERSHIP
mengungkapkan masalah dengan saya
3. Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman) 2
saya menerima & mendukung keinginan saya GROWTH
untuk melakukan aktivitas / arah baru
4. Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman) 2
saya mengekspresikan afek & berespons AFFECTION
terhadap emosi-emosi saya seperti marah,
sedih / mencintai.
5. Saya puas dengan cara teman-teman saya & 2
saya menyediakan waktu bersama-sama. RESOLVE
Skor setiap pernyataan 10
 Selalu : Skor 2 TOTAL
 Kadang-kadang : Skor 1

Akper Batari Toja Watampone (Tlp. 0481-27030) Page 66


 Hampir Tidak Pernah : Skor 0
PENILAIAN :
 Nilai 7 sampai10 mengidentifikasikan bahwa
keluarga memiliki fungsi baik
 Nilai 4 sampai 6 menunjukkan bahwa keluarga
tersebut mengalami disfungsi tingkat menengah
 Nilai 0 sampai 3 menunjukkan bahwa keluarga
tersebut mengalami disfungsi tingkat tinggi

Berdasarkan data diatasa, maka Lansia memperoleh nilai 10 , maka lansia tersebut
mempunyai fungsi keluarga yang baik

Akper Batari Toja Watampone (Tlp. 0481-27030) Page 67

Anda mungkin juga menyukai