Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

Konsep Kebutuhan

Definisi kebutuhan Istirahat dan Tidur


Tidur merupakan proses fisiologis yang bersiklus bergantian dengan periode yang lebih
lama dari keterjagaan. Tidur adalah keadaan gangguan kesadaran yang dapat bangun
dikarakterisasikan dengan minimnya aktivitas (Keperawatan Dasar, 2011:203). Tidur adalah
suatu keadaan relative tanpa sadar yang penuh ketenangan tanpa kegiatan yang merupakan
urutan siklus yang berulang-ulang dan masing-masing menyatakan fase kegiatan otak dan
badaniah yang berbeda (Tarwoto, 2006). Sedangkan Istirahat adalah relaksasi seluruh tubuh atau
mungkin hanya melibatkan istirahat untuk bagian tubuh tertentu (Keperawatan, Dasar,
2011:203).
Istirahat adalah suatu keadaan di mana kegiatan jasmaniah menurun yang berakibat
badan menjadi lebih segar (Tarwoto, 2006). Gangguan pola tidur adalah keadaan ketika individu
mengalami atau berisiko mengalami suatu perubahan dalam kuantitas atau kualitas pola
istirahatnya yang menyebabkan rasa tidak nyaman atau mengganggu gaya hidup yang
diinginkannya (Lynda Juall, 2012:522).
Gangguan pola tidur adalah gangguan kualitas dan kuantitas waktu tidur akibat faktor
eksternal (NANDA NIC-NOC,2013:603). Insomnia adalah gangguan pada kuantitas dan kualitas
tidur yang menghambat fungsi. Deprivasi tidur adalah periode panjang tanpa tidur (“tidur ayam”
yang periodic dan alami secara terus-menerus). Kesiapan meningkatkan tidur adalah pola “tidur
ayam” yang periodic dan alami, yang memberi istirahat adekuat, mempertahankan gaya hidup
yang diinginkan dan dapat ditingkatkan (NANDA, 2012).

Fisiologi sistem Istirahat dan Tidur


Tidur terjadi dalam siklus yang diselingi periode terjaga. Siklus tidur/terjaga umumnya
mengikuti irama circadian atau 24 jam dalam siklus siang/malam. Selain siklus tidur/terjaga,
tidur terjadi dalam tahapan yang berlangsung dalam suatu kondisi siklis. Ada lima tahapan tidur.
Tahap 1 hingga tahap 4 mengacu pada tidur dengan gerakan mata tidak cepat (NREM-Non
Rapid Eye Movement) dan berkisar dari kedaan tidur sangat ringan di tahap 1 hingga keadaan
tidur nyenyak di tahap 3 dan 4. Selama tidur NREM, seseorang biasanya mengalami penurunan
suhu, denyut, tekanan darah, pernapasan, dan ketegangan otot. Penurunan tuntutan fungsi tubuh
dianggap melakukan tindakan responsif, baik secara fisiologi maupun psikologi. Tahap 5 disebut
tidur dengan gerak mata cepat (REM- Rapid Eye Movement). Tahap tidur REM
dikarakterisasikan dengan meningkatnya level aktivitas dibandingkan pada tahap NREM.
Manfaat tidur REM berkaitan dengan perbaikan dalam proses mental dan kesehatan emosi.
Non Rapid Eye Movement (NREM)
Terjadi kurang lebih 90 menit pertama setelah tertidur. Terbagi menjadi empat
tahapan yaitu:
Tahap I
Merupakan tahap transisi dari keadaan sadar menjadi tidur. Berlangsung beberapa menit
saja, dan gelombang otak menjadi lambat. Tahap I ini ditandai dengan:
a) Mata menjadi kabur dan rileks.
b) Seluruh otot menjadi lemas.
c) Kedua bola mata bergerak ke kiri dan ke kanan.
d) Tanda-tanda vital dan metabolisme menurun.
e) EEG: penurunan Voltasi gelombang-gelombang Alfa.
f) Dapat terbangun dengan mudah.
g) Bila terbangun terasa sedang bermimpi.
2) Tahap II
Merupakan tahap tidur ringan dan proses tubuh terus menurun. Berlangsung 10-20 menit,
semakin rileks, mudah terjaga, dan gelombang otak menjadi lebih lambat. Tahap II ini ditandai
dengan:
a) Kedua Bola mata berhenti bergerak.
b) Suhu tubuh menurun.
c) Tonus otot perlahan-lahan berkurang.
d) Tanda-tanda vital turun dengan jelas.
e) EEG: Timbul gelombang beta Frekuensi 15-18 siklus / detik yang disebut gelombang tidur.
3) Tahap III
Merupakan awal tahap tidur nyenyak. Tahap ini berlangsung 15-30 menit. Tahap III ini
ditandai dengan:
a) Relaksasi otot menyeluruh.
b) Tanda-tanda vital menurun tetapi tetap teratur.
c) EEG: perubahan gelombang Beta menjadi 1-2 siklus / detik.
d) Sulit dibangunkan dan digerakkan.
4) Tahap IV
Tahap Tidur Nyenyak, berlangsung sekitar 15-30 menit. Tahap ini
ditandai dengan:
a) Jarang bergerak dan sangat sulit dibangunkan.
b) Tanda-tanda vital secara signifikan lebih rendah dari pada jam bangun pagi
c) Tonus Otot menurun (relaksasi total).
d) Denyut jantung dan pernapasan menurun sekitar 20-30 %.
e) EEG: hanya terlihat gelombang delta yang lambat dengan frekwensi 1-2
siklus/detik.
f) Gerak bola mata mulai meningkat.
g) Terjadi mimpi dan terkadang tidur sambil berjalan serta enuresis (mengompol)

Rapid Eye Movement (REM)


Tahap tidur yang sangat nyenyak. Pada orang dewasa REM terjadi 20-25 % dari tidurnya.
1) Tahap REM ditandai dengan:
a) Bola mata bergerak dengan kecepatan lebih tinggi dari tahap-tahap
sebelumnya.
b) Mimpi yang berwarna dan nyata muncul.
c) Tahap ini biasanya dimulai sekitar 90 menit setelah tidur dimulai.
d) Terjadi kejang otot kecil, otot besar imobilisasi.
e) Ditandai oleh respons otonom yaitu denyut jantung dan pernapasan yang
berfluktuasi, serta peningkatan tekanan darah yang berfluktuasi.
f) Metabolisme meningkat.
g) Lebih sulit dibangunkan.
h) Sekresi ambung meningkat.
i) Durasi tidur REM meningkat dengan setiap siklus dan rata-rata 20 menit.
2) Karakteristik tidur REM
a) Mata: Cepat tertutup dan terbuka.
b) Otot-otot: Kejang otot kecil, otot besar immobilisasi.
c) Pernapasan: tidur teratur, kadang dengan apnea.
d) Nadi: Cepat dan ireguler.
e) Tekanan darah: Meningkat atau fluktuasi.
f) Sekresi gaster: Meningkat.
g) Metabolisme: Meningkat, temperatur tubuh naik.
h) Gelombang otak: EEG aktif.
i) Siklus tidur: Sulit dibangunkan.
Patofisiologi gangguan kebutuhan dasar

Latihan
Obat & Lingkungan
kelelahan
Substansi Stress / tidak
Gaya
emosiona

Menguba Menguran
Rutinitas Kecemas
h pola gi Sulit tidur
& bekerja
kenyaman
Nutrisi &
Tegang /
frustasi
Gangguan Kesulitan
pencernaan menyesuai Motivasi

kan Sering

Gangguan perubahan terbangu


Keinginan
Ganggua
n menanti
Penyakit
Lemah & Tidak
dapat Gangguan
Butuh lebih tidur proses
banyak Tidak dapat tidur dengan dalam
Akibat factorkualitas Akibat periode
eksternal factor

Perbaikan
Deprivasi
pola tidur
tidur

Kesiapan
Gangguan
Insomnia meningkat
pola tidur kan tidur
Kesiapan
meningkat
kan tidur

A Pemeriksaan Diagnostik

Menurut Remelda (2008) untuk mendiagnosis seseorang mengalami gangguan


atau tidak dapat dilakukan pemeriksaan melalui penilaian terhadap:
1. Pola tidur penderita
2. Pemakaian obat-obatan, alkohol atau obat terlarang
3. Tingkatan stres psikis
4. Riwayat medis
5. Aktivitas fisik. Tidur dapat diukur secara objektif dengan menggunakan alat yang
disebut polisomnografi.
Alat ini dapat merekam elektroensefalogram (EEG), elektromiogram
Kesulitan menyesuai kan perubahan jadwal tidur Tegang / frustasi Motivasi tidur
Gangguan pencernaan Sering terbangu n Keinginan menanti tidur Gangguan tidur
Deprivasi tidur Gangguan Tidur Gangguan proses tidur Penyakit infeksi Tidak dapat
tidur dengan kualitas baik Insomni a Perbaikan pola tidur Lemah & letih Gangguan
pola tidur Akibat factor Kesiapan meningkat kan tidur Tidak dapat tidur dalam
periode panjang Butuh lebih banyak tidur Akibat factor eksternal (EMG), dan elektro-
okulogram (EOG) sekaligus. Dengan alat ini kita dapat mengkaji aktivitas klien
selama tidur. Aktivitas yang klien lakukan tanpa sadar tersebut bisa jadi merupakan
penyebab seringnya klien terjaga di malam hari. The Multiple Sleep Latency Test
(MSLT) memberikan informasi yang objektif tentang kantuk dan aspek-aspek
tertentu dari struktur tidur dan mengukur gerakan mata menggunakan EOG,
perubahan tonus otot menggunakan EMG, dan aktivitas listrik otak menggunakan
EEG. Klien dapat memekai Actigraph pada pergelangan tangan untuk mengukur pola
tidur selama jangka waktu tertentu. Data Actigraphy memberika informasi waktu
tidur, efisiensi tidur, jumlah durasi waktu jaga, serta tingkat aktivitas dan istirahat
(Buysse, 2005).

Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan fungsi sistem istirahat dan Tidur

Penyakit
Seseorang yang mengalami sakit memerlukan waktu tidur lebih banyak dari
normal. Namun demikian keadaan sakit menjadikan pasien kurang tidur atau tidak dapat tidur.
Misalnya pada pasien dengan gangguan pernapasan seperti asma, bronkhitis, penyakit
kardiovaskuler, dan penyakit persarafan.
Lingkungan
Pasien yang biasa tidur pada lingkungan yang tenang dan nyaman, kemungkinan
terjadi perubahan suasana seperti gaduh maka akan menghambat tidurnya.
Motivasi
Motivasi dapat mempengaruhi tidur dan dapat menimbulkan keinginan untuk
tetap bangun dan waspada menahan kantuk.
Kelelahan
Dapat memperpendek periode pertama dari tahap REM.
Kecemasan
Pada keadaan cemas seseorang mungkin meningkatkan saraf simpatis sehingga mengganggu
tidurnya.
Alkohol
Alkohol menekan REM secara normal, seseorang yang tahan minum alkohol
dapat mengakibatkan insomnia dan cepat marah.
Obat-obatan
Beberapa obat yang dapat menimbulkan gangguan tidur antara lain Diuretik
(menyebabkan insomnia), Anti depresan (supresi REM), Kaffein (Meningkatkan saraf simpatis),
Beta Bloker (Menimbulkan insomnia), dan Narkotika (Mensupresi REM)

Macam-macam gangguan yang mungkin terjadi pada sistem


Ganguan tidur adalah suatu kondisi yang jika tidak diobati, umunya menyebabkan
tidur terganggu yang menghasilkan salah satu dari tiga masalah insomnia yaitu: gerakan
abnormal atau sensasi saat tidur atau ketika terbangun di malam hari, atau kantuk yang
berlebihan di siang hari (Maslow, 2005).
Insomnia
Insomnia adalah gejala yang dialami klien ketika mereka mengalami kesulitan
tidur kronis, sering terbangun dari tidur, dan atau tidur pendek atau tidur non retoratif (Edinger
dan Sarana, 2005). Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan tidur, baik secara kualitas maupun
kuantitas. Umumnya ditemui pada individu dewasa. Penyebabnya bisa karena gangguan fisik
atau karena faktor mental seperti perasaan gundah dan gelisah. Ada tiga jenis insomnia yaitu
Initial insomnia adalah kesulitan untuk memulai tidur, Intermitten insomnia adalah kesulitan
untuk tetap tertidur karena seringnya terjaga, terminal insomnia adalah bangun terlalu dini dan
sulit untuk tidur kembali.
Parasomnia
Adalah perilaku yang dapat mengganggu tidur atau muncul saat seseorang tidur,
dan bisanya terjadi pada anak-anak daripada orang dewasa. Misalnya tidur berjalan, mengigau,
teror malam, mimpi buruk, nokturnal, enuresis (mengompol), badan goyang, dan bruksisme (gigi
bergemeretak).
Hipersomnia
Adalah kebalikan dari insomnia, yaitu tidur yang berlebihan terutama pada siang
hari.
Narkolepsi
Gelombang kantuk yang tak tertahankan yang muncul secara tiba-tiba pada siang
hari. Seseorang dengan narkolepsi sering mengalami mimpi seperti nyata yang terjadi ketika
seseorang tertidur. Mimpi-mimpi ini sulit dibedakan dari kenyataan. Kelumpuhan tidur, perasaan
tidak mampu bergerak, atau berbicara sesaat sebelum bagun atau tidur adalah gejala lainnya
(Guilleminaultt dan Fromberz, 2005).
Apnea saat Tidur dan Mendengkur
Merupakan gangguan yang ditandai oleh kurangnya aliran udara melalui hidung
dan mulut untuk periode 10 detik atau lebih pada saat tidur. Ada tiga jenis tidur apnea yaitu:
apnea sentral, obstruktif, dan campuran. Bentuk yang paling umum adalah apnea obstruktif atau
Obstruktif Sleep Apnea (OSA). OSA mempengaruhi 10-15% dari dewasa menengah (Groth,
2005), Namun sering terjadi juga pada wanita menopause, serta wanita muda dan anak-anak
(Mendez, dan Olson, 2006). OSA terjadi ketika otot atau struktur dari rongga mulut atau
tenggorakan mengalami relaksasi saat tidur. Saluran napas tersumbat sebagian atau seluruhnya,
mengurangi aliran udara hidung (hiponea) atau menghentikannya (apnea) selama 30 detik
(Guilleminault dan Bassiri, 2005). Seseorang masih mencoba untuk bernapas karena dada dan
perut terus bergerak, sehingga sering menghasilkan dengkuran keras dan suara mendengus atau
mendengkur. Ketika pernapasan menjadi sebagian atau seluruhnya berkurang, setiap gerakan
diafragma berturut-turut menjadi kuat sampai penyumbatan terbuka. Mendengkur bukan
dianggap sebagai gangguan tidur, namun bila disertai apnea maka bisa menjadi masalah.
Mengigau
Hampir semua orang pernah mengigau, hal itu terjadi sebelum tidur REM.

Rencana asuhan klien dengan gangguan kebutuhan Istirahat Dan Tidur

Pengkajian
Pemeriksaan fisik: Head To Toe
Data Pengkajian Fisik
Keadaan Umum Pasien Meliputi kesadaran, postur tubuh, kebersihan diri, turgor kulit, warna
kulit.
Gejala Kardial Meliputi suhu, tensi, nadi, dan napas.
Keadaan fisik Meliputi pengkajian dari head to toe meliputi kepala, mata, hidung, mulut, telinga,
leher, thoraks, abdomen, dan ekstermitas. Secara umum, teknik pemeriksaan fisik yang dapat
dilakukan dalam memperoleh berbagai penyimpangan fungsi adalah: Inspeksi, Palpasi,
Auskultasi dan Perkusi.

Pemeriksaan penunjang
Meliputi data laboratorium dan cek laboratorium yang telah dilakukan pasien baik selama
perawatan ataupun baru masuk rumah sakit.

Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul

(Minimal 2 diagnosa keperawatan yang sering muncul, penjelasan berdasarkan buku saku
diagnosa keperawatan menurut SDKI)
Diagnosa 1: Gangguan Pola Tidur berhubungan dengan hambatan lingkungan

Definisi
Gangguan kualitas dan kuantitas waktu tidurakibat faktor external
Batasan karakteristik

Faktor yang berhubungan

Diagnosa 2: Insomnia berhubungan dengan kurang kontrol tidur

Definisi

Batasan karakteristik

Faktor yang berhubungan


Perencanaan

(Berdasarkan dua diagnosa pada Diagnosa 1:


Tujuan dan Kriteria hasil

Intervensi keperawatan dan rasional: berdasarkan SDKI


Intervensi utama
Dukungan tidur
Intervensi penukung
Dukungan kepatuhan program pengobatan
Dukungan mediasi
Dukungan perawatan diri:BAB/BAK
Fototerapi gangguan Mood/tidur
Latihan otogenetik
Manajemen demensia
Manajemen energi
Manajemen lingkungan
Manajemen medikasi
Manajemen nutrisi
Manajemen nyeri
Manajemen pengganti hormon

Edukasi Aktifitas/istirahat

pemberian obat oral


pengaturan posisi
promosi koping
promosi latihan fisika
Reduksi ansietas
Teknik menenangkan
Terapi aktivitas
Terapi musik
Terapi pemijatan
Terapi relaksasi
Terapi relaksasi otot progresif
Diagnosa 2:
Tujuan dan Kriteria hasil (outcomes criteria): berdasarkan NOC (lihat daftar rujukan)

Intervensi keperawatan dan rasional: berdasarkan NIC (lihat daftar rujukan)


Daftar Pustaka

Anda mungkin juga menyukai