Anda di halaman 1dari 15

MANAGEMEN JALAN NAFAS (AIRWAY MANAGEMENT)

A. PENDAHULUAN
Pada saat perawatan diberikan kepada klien dalam situasi kegawatdaruratan, beberapa
keputusan penting harus dibuat. Dalam pengambilan keputusan tersebut membutuhkan penilaian
yang didasarkan pada pemahaman tentang kondisi yang menimbulkan kegawatdaruratan dan
efeknya terhadap klien. Tujuan utama dari penatalaksanaan kegawatdaruratan adalah
mempertahankan hidup mencegah keadaan memburuk dan memulihlan kondiri korban seoptimal
mungkin.
Menurut Smelzer dan Bare (2002), prinsip penatalaksanaan yang digunakan dalam
pelaksanaan kedaruratan adalah memelihara jalan nafas dan menyiapkan ventilasi adekuat,
lakukan resusitasi jika diperlukan. Mengkaji cedera dada dan adanya obstruksi jalan nafas. Kontrol
perdarahan, evaluasi dan pemulihan curah jantung, mencegah menangani syok, memelihara
sirkulasi, melakukan pemeriksaan fisik secara terus menerus, menentukan tingkat kesadaran,
melakukan pembebatan jika perlu, melakukan pembalutan steril, memeriksa riwayat kesehtan dan
riwayat alergi serta mencatat status korban dalam lembar observasi untuk mendapatkan petunjuk
dalam pengambilan keputusan.

B. KEGAGALAN RESPIRASI
Kegagalan respirasi meliputi berhentinya nafas normal dan pengurangan dari pernafasan,
dimana intake oksigen tidak cukup untuk menyokong kehidupan. Ketikan pernafasan berhenti
secara menyeluruh maka klien dinyatakan mengalami gagal nafas.
Penyebab Henti Nafas
1. Spasme berat trachea atau bronkus
2. Obstruksi jalan nafas
3. Mati lemas
4. Kompresi leher
5. Kompresi rongga thoraks
6. Kerusakan SSP
7. Kekurangan suplai oksigen
8. Serangan yang berkesinambungan
Tanda dan Gejala Tidak Cukupnya Pernafasan
1. Pengembangan dada tidak ada/minimal/tidak sama kanan dan kiri
2. Pernafasan perut dominan atau pernafasan malalui mulut
3. Penggunaan otot batu nafas (otot leher selama respirasi)
4. Tidak ada lairan udara (didengar pada mulut dan hidung)
5. Pernafasan berbunyi
a. Mendengkur (snoring), berasal dari sumbatan pangkal lidah.
b. Berkumur (gargling), penyebab : ada cairan di daerah hipofaring.
c. Stridor (crowing), sumbatan di plika vokalis
6. Tempo pernafasan terlalu cepat atau lambat (takipnea/bradipnea)
7. Pernafasan dalam
8. Terjadi sianosis
9. Tidak dapat atau sulit berbicara

C. RESUSITASI PULMONER
Resusitasi pulmoner adalah prosedur untuk evaluasi jalan nafas dan pemberian bantuan
pernafasan. Posisi yang paling baik dalam pemberian bantuan nafas adalah telentang.
1. Reposisi korban untuk resusitasi
Pada kecelakaan/trauma/non trauma, untuk mengevaluasi jalan nafas maupun
pernafasannya dan untuk memberkian bantuan jalan nafas jika diperlukan, maka perlu
dilakukan reposisi yang tepat untuk melakukannya. Pada kasus taruma posisi yang paling
baik adalah posisi telantang sedangkan pada posisi nontrauma dalah posisi miring stabil.
REPOSISI KORBAN UNTUK RESUSITASI

NO.DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN

PROSEDUR TGL TERBIT Ns. Hendra Dwi Cahyono, S.Kep


TETAP
PENGERTIAN Merupakan suatu prosedur memindahkan/memposisikan korban
untuk prosedur resusitasi.
TUJUAN 1. Membuka area yang resusitasi (kepala dan dada)
2. Memudahkan pelaksanaan resusitasi
3. Mencegah asprasi (posisi miring stabil)
INDIKASI 1. Korban dalam posisi telungkup
2. Klien post pemberian resusitasi dalam kondisi nafas dan nadi
spontan (posisi miring stabil)
KONTRA 1. Klien dengen cedera spinal
INDIKASI 2. Klien cedera cervikal
PERSIAPAN KLIEN 1. Pastikan kondisi klien dan penolong dalam keadaan aman

PERSIAPAN ALAT a. handscoen


PERSIAPAN 1. Kaji kemampuan petugas
PERAWAT 2. Kaji sarana dan prasarana pendukung
3. Kaji kondisi lingkungan korban
PROSEDUR 1) Posisi tidur telantang
a. Korban dalam posisi telungkup
b. Penolong berlutut disamping korban luruskan kaki korban
dan luruskan lengan korban yang dekat dengan penolong
kesamping kepala korban
c. Luruskan kaki korban dan luruskan lengan korban yang
dekat dengan penolong kesamping kepala korban
d. Letakakan salah satu tangan penolong untuk menyokong
daerah leher dan kepala bagisn belakang, tangan yang lain
ada dibelakang ketiak dari lengan korban yang terjauh dari
sisi penolong
e. Miringkan korban denga satu kesatuan unit
f. Baringkan korban pada punngungnya dan reposisi lengan
yang yang terekstensi
2) Posisi miring stabil
a. Posisikan korban telentang
b. Penolong berlutut disamping korban
c. Kepala korban di tarik ke bawah dan punggunya diangkat
untuk membuka jalan nafas
d. Kedua kaki korban diluruskan
e. Lengan korban yang paling dekat dengan korban ditekuk
membuat sudut siku-siku dengan badannya, siku ditekuk
dan telapak tangan membuka ke atas
f. Lengan korban yang jauh disilangkan pada dada, telapak
tangan memegang pipi
g. Tangan yang lain memegang paha korban yang jauh, lutut
korban ditekuk ke atas, kakinya menginjak lantai
h. Tengan korban dipegang terus supaya memegang pipi
i. Tarik badanya keraarak penolong melalui tangan yang
memegang paha
j. Kepala korban ditarik kebelakang supaya supaya jalan
nafas terbuka bila perlu atur tangannya agar tetap
menopang kepala
k. Kaki korban yang diatas diatur agar pabggul dan lututnya
membentuk siku-siku
EVALUASI 1. Pastikan korban dalam posisi nyaman
2. Lakukan penanganan selanjutnya
DOKUMENTASI 1. Catat jenis kegiatan didalam catatan keperawatan
2. Catat hasil kegiatan didalam catatan keperawatan
3. Dokumentasikan dalam bentuk SOAP
2. Membuka jalan nafas

Cara membuka jalan nafas atau manuver jalam nafas dengan teknik head tilt chin lift dan
jaw trust (tanpa alat) dan pemasagan mayo (dengan alat).

MEMBUKA JALAN NAFAS

NO.DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN

PROSEDUR TGL TERBIT Ns. Hendra Dwi Cahyono, S.Kep


TETAP
PENGERTIAN Merupakan suatu prosedur memposisikan klien untuk
membuka jalan nafas
TUJUAN 1. Mencegah lidah jatuh kebelakang dan memutupi jalan
nafas
2. Membuka jalan nafas
3. Mencegah obstruksi
INDIKASI 1. Klien yang tidak dapat bernafas spontan setelah dilakukan
pengkajian
KONTRA INDIKASI -

PERSIAPAN KLIEN 1. Pastikan kondisi klien dan penolong dalam keadaan aman
2. Posisikan korban supinasi
PERSIAPAN ALAT 1. Handskoen
2. Mayo
PERSIAPAN 1. Kaji kemampuan petugas
PERAWAT 2. Kaji sarana dan prasarana pendukung
3. Kaji kondisi lingkungan korban
PROSEDUR 1. Manuver Head Tilt-Chin Lift
a. Posisikan korban telentang
b. Penolong berlutut disamping kepala korban
c. Letakkan satu telapak tangan yang dekat dengan kepala
korban di dahi korban
d. Tangan yang lain diletakkan di bawah dagu klien
e. Tangan yang ada di dahi di tekan ke bawah sehingga
kepala menjadi tengadah
f. Gunakan ujung jari tangan yang lain untuk mendorong
dagu korban ke belakang dan menyokong rahang bawah

2. Manuver Jaw Thrust (dilakukan pad pasien yang tidak


sadar dan diduga terdapat cedera spinal)
a. Posisikan korban telentang
b. Penolong berlutut pada ujung kepala korban
c. Tumpukan siku pada penolong pada pada permukaan
yang sama dimana klien telentang
d. Dengan hati-hati dan penuh kelembutan letakkan
tangan penolong pada kedua sisi dagu klien, sebelah
lateral sudut rahang bawah
e. Stabilkan kepela klien dengan lengan bawah penolong
f. Tarik rahang ke belakang dan jangan memeutar kepala
klien

3. Menggunakan pipa orofariengel (mayo) menahan pangkal


lidah agar tidak jatuh ke belakang yang bagi penderita
tidak sadar
a. Siapkan hanscoen, pipa mayo, dan kain kassa
b. Posisikan korban telentang
c. Gunakan hanscoen
d. Buka mulut korban bersihkan benda asing yang ada
didalam mulut korban dengan mengorek dan
menyapukan dua jari penolong yang telah dibungkus
dengan secarik kain
e. Masukkan mayo kedalam mulut korban dengan posisi
menghadap ke bawah
f. Setelah mayo masuk mulut putar posisi mayo
EVALUASI 1. Pastikan korban dalam posisi nyaman dan jalan nafas paten
2. Lakukan penanganan selanjutnya
DOKUMENTASI 1. Catat jenis kegiatan didalam catatan keperawatan
2. Catat hasil kegiatan didalam catatan keperawatan
3. Dokumentasikan dalam bentuk SOAP

2. Bantuan pernafasan
Jenis bantuan pernafasan yang diberikan kepada klien ada 2 jenis yaitu:
a. Ventilasi mulut ke mulut
Teknik ini dapat dilakukan oleh satu orang penolong teknik ini digunakan terutama
untuk korban yang mengalami henti nafas. Pada saat melakukan prosedur ini pastikan
klien tidak sadardan jalan nafas telah terbuka dengan Manuver Head Tilt-Chin Lift dan
Manuver Jaw Thrust (minimal 2 penolong)

b. Ventilasi mulut ke hidung


Pada orang yang mengalami cedera parah mulut atau rahang bawah mengalami
gangguan sehingga prosedur ventilasi mulut ke mulut tidak bisa dilakukan maka dapat
diberikan bantuan melalui hidung. Namun perlu diperhatikan jangan biarkan mulut
bagian bawah terbuka

PEMBERIAN BANTUAN NAFAS TANPA ALAT

NO.DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN


PROSEDUR
TETAP TGL TERBIT Ns. Hendra Dwi Cahyono, S.Kep

PENGERTIAN Merupakan suatu prosedur memberikan bantuan nafas secara


manual (tanpa alat) pada klien dengan henti nafas.
TUJUAN 1. Klien dapat bernafas secara spontan
INDIKASI 1. Klien yang tidak dapat bernafas spontan setelah dilakukan
manuver membuka jalan nafas
2. Tidak ada alat bantu nafas
KONTRA INDIKASI 1. Klien dalam kondisi sadar
2. Terdapat obstruksi jalan nafas
PERSIAPAN KLIEN 1. Pastikan kondisi klien dan penolong dalam keadaan aman
2. Posisikan korban supinasi
3. Buka jalan nafas klien dengan manufer yang sesuai
4. Pastikan klien tidak sadar
PERSIAPAN ALAT 1. Handscoen
2. Phantom
3. Kapas alkohol beserta tempatnya
PERSIAPAN 1. Kaji kemampuan petugas
PERAWAT 2. Kaji sarana dan prasarana pendukung
3. Kaji kondisi lingkungan korban
PROSEDUR 1. Ventilasi mulut ke mulut
a. Siapkan phantom, kapas lakohol beserta tempatnya
b. Pastikan korban tidak sadar
c. Posisikan klien telantang dan buka jalan nafas dengan
Manuver Head Tilt-Chin Lift dan Manuver Jaw Thrust
(minimal 2 penolong)
d. Buang benda-benda yang ada dimulut korban
e. Pastikan klien telah bernafas denga cukup (lihat
gerakan dada, rasakan aliran udara, dengarkan suara
pernafasan pastikan klien telah bernafas dalam waktuk
3-5 detik
f. Mantapkan jaln nafas telah terbuka dengan Manuver
Head Tilt-Chin Lift dan Manuver Jaw Thrust dan tutupi
lubang hidung denganibu jari dan telunjuk atau dapat
menggunakan ibu jari penolong
g. Buka mulut lebar-lebar dan mabil nafas dalam
h. Tempatlkan mulut penolong melingkari mulut klien
eratkan mulut klien di mulut penolong di mulut klien
dengan bibir
i. Tekan lubang hidung hingga benar-benar tertutup
j. Hembuskan nafas ke mulut klien hingga nampak
pengembangan dada dan rasakan suatu tahanan yang
disebabkan oleh pengembangan paru.hentikan
hembusan ketika dada terliahat naik untuk mencegah
overventilasi
k. Sudahi kontak mulut dngan klien, lepaskan tangan pada
lubang hidung gar klien dapat berrespirasi pasif, lalu
ulangi lagi, setiap ventilasi dilakukan dalam waktu 1-1,5
detik
l. Berikan 1 nafas tiap 5 detik (rata-rata 12 pernafasan
tiap menit)
m. Periksa nadi karotis jika ada denyutan tapi tidak
bernafas lanjutkan ventilasi dari mulut ke mulut

2. Ventilasi mulut ke hidung


a. Pastikan klien dalam kondisi tidak sadar
b. Posisikan klien telantang dan buka jalan nafas dengan
Manuver Head Tilt-Chin Lift
c. Pastikan klien telah bernafas denga cukup (lihat
gerakan dada, rasakan aliran udara, dengarkan suara
pernafasan pastikan klien telah bernafas dalam
waktuk 3-5 detik
d. Letakkan satu ngan penolong didahi untuk membuka
jalan nafas dan gunakan tangan yang lain untuk
menutup mulut korban
e. Pastikan hidung tetap terbuka
f. Berikan ventilasi melalui hidung
g. Berikan 1 nafas tiap 5 detik (rata-rata 12 pernafasan
tiap menit)
h. Periksa nadi karotis jika ada denyutan tapi tidak
bernafas lanjutkan ventilasi dari mulut ke hidung
EVALUASI 1. Pastikan korban dalam posisi nyaman dan jalan nafas
paten
2. Lakukan penanganan selanjutnya
DOKUMENTASI 1. Catat jenis kegiatan didalam catatan keperawatan
2. Catat hasil kegiatan didalam catatan keperawatan
3. Dokumentasikan dalam bentuk SOAP

2. Penanganan obstruksi jalan nafas oleh benda asing


Apabila peneolong menemui korban kecalakaan tidak sadarkan diridan mengalami henti
nafas jang buang waktu untuk mencari adanya obstruksi jalan nafas kemudia berikan
resusitasi pulmoner. Jika obstruksi disebabkan oleh darah, liquid vomitus ditenggorokan
makan perlu dilakukan penghisapan untuk membuka jalan nafas.

PERTOLONGAN OBSTRUKSI JALAN NAFAS

NO.DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN

TGL TERBIT
PROSEDUR Ns. Hendra Dwi Cahyono, S.Kep
TETAP
PENGERTIAN Merupakan suatu prosedur membuang benda asing yang
menghalangi jalan nafas tanpa alat.
TUJUAN 1. Klien dapat bernafas secara spontan
INDIKASI 1. Klien yang tidak dapat bernafas spontan setelah
dilakukan manuver membuka jalan nafas
2. Terdapat suara nafas tambahan seperti snoring dan
gargling
3. Klien yang menelan benda asing yang menutup jalan
nafas
KONTRA INDIKASI 1. Klien hamil (abdominal trust)
2. Klien dengan fraktur rahang dan cervical (finger swab)
3. Klien dengan fraktur sternum (chest trust)
4. Klien dengan cedera spinal (back blow)
PERSIAPAN KLIEN 1. Pastikan kondisi klien dan penolong dalam keadaan aman
2. Posisikan korban supinasi jika klien tidak sadar
3. Posisikan klien berdiri denag memegang leher
4. Buka jalan nafas klien dengan manufer yang sesuai
PERSIAPAN ALAT 1) Handscoen
2) Masker
3) Kass
4) Bengkok
PERSIAPAN 1. Kaji kemampuan petugas
PERAWAT 2. Kaji sarana dan prasarana pendukung
3. Kaji kondisi lingkungan korban
PROSEDUR 1) Metode Back Blow (klien dewasa yang tesedak)
a. Bungkukkan korban kedepan bisa sambil
berdiri/duduk
b. Penolong berdiri dibelakang korban
c. Dengan telapak tangan penolong lakukan penepukan
pada punggung korban pada daerah diantara tulang
belikat (scapula) arah tepukan adalah kedepan dan
ke atas
d. Lakukan penepukan sampai 5 kali jika masih
tersumbat lakukan lagi

2) Metode Abdominal Thrust (Manuver Heimlich)


merangsang muntah pada korban sadar
a. Penolong berdiri dibelakang korban dan letakkan
tangan di bawah ketiak korban sehingga melingkari
pingganya
b. kepalkan sebuah tangan denga ibu jari didalam
kepalan
c. letakkan sisi ibu jari pada perut di atas pusar dan di
bawah ujung tulang sternum
d. genggam kepala itu dengan kuat, beri tekanan ke atas
kearah diafragma dengan gerakan yang cepat
sehingga menekan abdomen
e. berikan 6-10 kali dorongan ke arah dalam dan
keaatas digafragma
3) Metode Abdominal Thrust (Manuver Heimlich)
merangsang muntah korban tidak sadar
a. korban diposisikan supinasi dengan kepala
mendongak dan dimiringkan ke kanan atau ke kiri
b. berlututlah diatas tubuh korban denga dua tungkai
korban berada diantara kedua lutut penolong
c. tempatkan pangkal tangan penolong pada garis
abdomen, sedikit di atas pusar dan di bawah PX
d. tempatkan tanga yang satunya di atas tanga tadi dan
kunci lengan penolong pada bahu dan siku
e. berikan kompresi dengan menekan tangan penolong,
kedalam dan ke atas digafragma (gerakan seperti
orang mencuci baju)
f. berikan 6-10 kali dorongan ke arah dalam dan
keaatas digafragma

4) Metode Chest Thrust (korban hamil) korban sadar


a. Penolong berdiri dibelakang korban dan letakkan
tangan di bawah ketiak korban sehingga melingkari
pingganya
b. kepalkan sebuah tangan denga ibu jari didalam
kepalan kemudian letakkan sisi ibu jari pada perut di
atas sternum kira-kira 2-3 cm diatas PX
c. genggam kepalan itu dengan kuat dengan tangan
satunya, beri tekanan sebanyak 4 kali kearah
belakang
5) Metode Chest Thrust (korban hamil) korban tidak sadar
a. korban diposisikan supinasi dengan kepala
mendongak dan dimiringkan ke kanan atau ke kiri
b. berlututlah diatas tubuh korban denga dua tungkai
korban berada diantara kedua lutut penolong
c. tempatkan pangkal tangan penolong dia atas garis
sternum
d. tempatkan tangan yang satunya di atas tangan tadi
dan kunci lengan penolong pada bahu dan siku
e. condongkan kedepan sehingga bahu penolong
melampaui garis tengah dada korban
f. berikan 4 dorongan lambat denga kekuatan yang
berbeda namuan cukup untuk menekan rongga dada
6) Sapuan jari (finger sweep)
a. Miringkan kepala pasien (kecuali pada dugaan
fraktur tulang leher) kemudian buka mulut dengan
jaw thrust dan tekan dagu ke bawah bila otot rahang
lemas
b. Gunakan 2 jari (jari telunjuk dan jari tengah) yang
bersih atau dibungkus dengan sarung
tangan/kassa/kain untuk membersihkan rongga
mulut dengan gerakan menyapu

EVALUASI 1. Pastikan korban dalam posisi nyaman dan jalan nafas


paten
2. Lakukan penanganan selanjutnya
DOKUMENTASI 1. Catat jenis kegiatan didalam catatan keperawatan
2. Catat hasil kegiatan didalam catatan keperawatan
3. Dokumentasikan dalam bentuk SOAP

Anda mungkin juga menyukai