S
YANG MENDERITA DIABETES MELITUS DENGAN DIAGNOSIS
KEPERAWATAN KETIDAKSTABILAN KADAR GLUKOSA DARAH
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PERAK TIMUR
Dosen Pembimbing :
Dr. Yessy Dessy Arna, M.Kep.,Sp.Kom
Disusun Oleh :
Dhea Putri Magfihro
P27820722155
Mengetahui
Kepala Ruangan,
A. DEFINISI
Diabetes melitus atau sering disebut dengan kencing manis adalah suatu
penyakit kronik yang terjadi ketika tubuh tidak dapat memproduksi cukup
insulin atau tidak dapat menggunakan insulin (resistensi insulin), dan di
diagnosa melalui pengamatan kadar glukosa di dalam darah. Insulin merupakan
hormon yang dihasilkan oleh kalenjar pankreas yang berperan dalam
memasukkan glukosa dari aliran darah ke sel-sel tubuh untuk digunakan
sebagai sumber energi (IDF, 2017).
Diabetes melitus adalah penyakit yang ditandai dengan terjadinya
hiperglikemia dan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein yang
dihubungkan dengan kekurangan secara absolut atau relatif dari kerja dan atau
sekresi insulin. Gejala yang dikeluhkan pada pasien diabetes mellitus yaitu
polidipsia, poliuria, polifagia, penurunan berat badan, kesemutan (Restyana,
2015).
B. KLASIFIKASI
Klasifikasi diabetes mellitus menurut Rumahorbo (2014) terdiri dari :
1. Diabetes mellitus tipe 1, yaitu diabetes tergantung insulin atau insulin
dependen diabetes mellitus (IDDM). Penyebab utamanya adalah tubuh tidak
menghasilkan insulin atau hilangnya sel beta, penghasil insulin pada pulau-
pulau Langerhans pankreas. Penderita tergantung dengan insulin dari luar
tubuh karena pankreas tidak adekuat mencukupi kebutuhan tubuh.
2. Diabetes mellitus tipe II, yaitu diabetes tidak tergantung insulin atau non
insulin dependen diabetes mellitus (NIDDM), diabetes mellitus tipe II
disebabkan oleh berkurangnya produksi insulin dari sel beta pankreas,
menurunnya aktifitas insulin di jaringan dan atau meningkatnya resistensi
jaringan terhadap insulin.
3. Diabetes mellitus tipe lain, yaitu diabetes yang timbul akibat penyakit lain
yang mengakibatkan gula darah meningkat seperti infeksi berat, kelainan
pankreas, kelainan hormonal, karena obat/zat kimia, kelainan reseptor
insulin, dan kelainan genetik.
4. Gestasional Diabetes mellitus (GDM) yaitu intoleransi glukosa yang terjadi
selama kehamilan. Kondisi ini dapat terjadi bila pada trimester ke dua
kehamilan sekresi hormon pertumbuhan dan hormon chorionik
somatomamotropin (HCS) meningkat untuk mensuplai asam amino dan
glukosa ke fetus.
C. ETIOLOGI
Hasdianah (2012) menyatakan bahwa etiologi penyakit DM adalah :
1. Kelainan genetik
DM dapat diwariskan dari orang tua kepada anak. Gen penyebab DM akan
dibawah oleh anak jika orang tuanya menderita diabetes mellitus.
2. Usia
Usia seseorang setelah >40 tahun akan mengalami penurunan fisiologis.
Penurunan ini yang akan beresiko pada penurunan fungsi endokrin pankreas
untuk memproduksi insulin.
3. Pola hidup dan pola makan
Makan secara berlebihan dan melebihi jumlah kadar kalori yang dibutuhkan
oleh tubuh dapat memicu timbulnya diabetes. Pola hidup juga sangat
mempengaruhi, jika orang malas berolahraga memiliki risiko lebih tinggi
untuk terkena diabetes, karena olahraga berfungsi untuk membakar kalori
yang berlebihan di dalam tubuh.
4. Obesitas
Seseorang dengan berat badan > 90 kg cenderung memiliki peluang lebih
besar untuk terkena penyakit DM.
5. Stress
Stres akan meningkatkan kerja metabolisme dan meningkatkan kebutuhan
akan sumber energi yang berakibat pada kenaikan kerja pankreas sehingga
pankreas mudah rusak dan berdampak pada penurunan insulin.
6. Penyakit dan infeksi pada pankreas
Mikroorganisme seperti bakteri dan virus dapat menginfeksi pankreas
sehingga menimbulkan radang pankreas. Hal itu menyebabkan sel beta (B)
pada pankreas tidak bekerja secara optimal dalam mensekresi insulin.
D. PATOFISIOLOGI
Diabetes tipe I terjadi akibat ketidakmampuan sel-sel pankreas
memproduksi insulin yang biasanya disebabkan oleh rusak nya sel-sel pankreas
akibat proses autoimun. Ketika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi,
ginjal tidak dapat menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar,
akibatnya glukosa tersebut diekskresikan dalam urin (glukosuria). Kondisi
tersebut akan disertai dengan dieresis osmotik yaitu pengeluaran cairan dan
elektrolit yang berlebihan dengan meningkatnya frekuensi dalam berkemih
(poliuri) sehingga pasien juga akan merasa sering haus (polidipsi).
Pada Diabetes Mellitus tipe II terjadi penurunan sensitivitas jaringan
terhadap insulin (resistensi insulin). Hal ini diperberat oleh bertambahnya usia
yang mempengaruhi berkurangnya jumlah insulin dari sel-sel beta, lambatnya
pelepasan insulin dan atau penurunan sensitifitas perifer terhadap insulin.
Akibat defisiensi insulin adalah pemecahan lemak menjadi asam-asam lemak
dan gliserol. Asam lemak bebas Akan diubah menjadi badan keton oleh hati.
Badan keton bersifat asam dan bila bertumpuk dalam sirkulasi darah akan
menimbulkan asidosis metabolic. Ketosis dan asidosis menimbulkan gejala
gastrointestinal seperti anoreksia, mual, muntah, dan nyeri abdomen.
(Rumahorbo, 2014).
Kadar gula darah yang tidak terkontrol juga cenderung menyebabkan
kadar zat berlemak dalam darah meningkat sehingga mempercepat terjadinya
aterosklerosis (penimbunan plak lemak di dalam pembuluh darah). Sirkulasi
darah yang buruk akibat aterosklerosis yang melalui pembuluh darah besar
(makro) bisa melukai otak, jantung, dan pembuluh darah kaki, sedangkan yang
melalui pembuluh darah kecil (mikro) bisa melukai mata, ginjal, saraf, dan
kulit serta memperlambat penyembuhan luka. Kerusakan pada pembuluh darah
mata bisa menyebabkan gangguan penglihatan akibat kerusakan retina mata
(retinopati diabetikum). Berkurangnya aliran darah ke kulit juga bisa
menyebabkan ulkus (borok) dan semua penyembuhan luka berjalan lambat.
Terjadinya ulkus diabetikum diawali adanya hiperglikemia pada penyandang
diabetes mellitus yang menyebabkan kelainan neuropati dan kelainan pada
pembuluh darah. Neuropati, baik neuropati sensorik maupun motorik dan
autonomik akan mengakibakan perubahan distribusi tekanan pada telapak kaki
dan selanjutnya akan mempermudah terjadinya ulkus (Rumahorbo, 2014).
E. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis diabetes melitus menurut Tandra (2013) yaitu :
1. Sering buang air kecil (poliuri)
2. Peningkatan rasa haus (polidipsi)
3. Berat badan menurun meski sudah banyak makan (polifogi)
4. Rasa seperti flu dan lemah
5. Pamdangan kabur
6. Luka yang sukar sembuh
7. Gusi merah dan bengkak
8. Kesemutan atau mati rasa
9. Kulit kering dan gatal
10. Mudah terkena infeksi
F. KOMPLIKASI
Beberapa komplikasi diabetes mellitus yaitu :
1. Penyakit kardiovaskular : penderita diabetes memiliki resiko dua kali lebih
besar terkena penyakit jantung dan pembuluh darah (penyakit
kardiovaskular), seperti atherosclerosis, penyakit jantung koroner dan
stroke. Sekitar 75% kematian penderita diabetes disebabkan penyakit
jantung koroner.
2. Retinopati diabetik : Komplikasi diabetes yang disebabkan oleh kerusakan
pembuluh darah kecil (kapiler) retina mata, dengan gejala penurunan
penglihatan dan kebutaan.
3. Nefropathy diabetes : adalah komplikasi yang disebabkan kerusakan
pembuluh kapiler ginjal, sehingga menyebabkan kebocoran protein ke
dalam air kencing (urin), dan menyebabkan gagal ginjal kronis yang
memerlukan terapi cuci darah.
4. Neuropati diabetik : Komplikasi diabetes pada sistem saraf yang
menyebabkan mati rasa, kesemutan, dan peningkatan risiko kerusakan kulit,
terutama kaki, akibat berkurangnya hipersensitivitas kulit.
5. Ulkus diabetes (Diabetic Food Ulcer) : yaitu luka pada kaki yang sulit
sembuh dan sering menimbulkan masalah serius. Bahkan, pada beberapa
kasus memerlukan amputasi.
6. Penurunan daya pikir (Cognitive Deficit) : beberapa penelitian
menunjukkan bahwa pasien diabetes yang dibandingkan dengan pasien
tanpa diabetes mengalami penurunan fungsi kognitif 1,2 sampai 1,5 kali
lebih besar (Lewis Bucher, Heitkemper, & Harding, 2017).
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut Nurarif dan Kusuma (2015) pemeriksaan penunjang pada diabates
melitus yaitu :
1. Kadar glukosa darah
a. Kadar glukosa darah sewaktu (mg/dl)
Kadar glukosa darah sewaktu DM Belum pasti DM
Plasma vena >200 100-200
Darah kapiler >200 80-100
3) Jadwal
Jadwal makan atau frekuensi makan pada umumnya orang memiliki 6
porsi makan yaitu 3 porsi besar dan 3 porsi kecil dengan interval 3 jam
setiap kali makan utama maupun selingan. Hal ini dilakukan agar kalori
yang dibutuhkan dapat tercukupi secara merata tiap harinya. Disamping
itu penjadwalan yang dilakukan dengan disiplin waktu membantu
pankreas mengeluarkan insulin secara rutin pula. Dengan demikian
terhindar dari kenaikan kadar gula yang melonjak.
Jenis makanan Waktu Total kalori
Makan pagi 07.00 20%
Selingan 10.00 10%
Makan siang 13.00 30%
Selingan 16.00 10%
Makan sore/malam 19.00 20%
Selingan 21.00 10%
Sumber : (Insana Maria, 2021) Asuhan Keperawatan Diabetes Mellitus
Dan Asuhan Keperawatan Stroke
Contoh menu diit diabetes melitus 1500 kkal menurut Sri Hartini (2009) :
Waktu Jenis Makanan Berat (gram) Ukuran
Pagi Roti tawar 70 2 iris
Telur dadar 50 1 butir
Selada + tonat + Sekehendak
timun
Susu skim 20 4 sdm
Snack pagi Jus melon 190 1 potong besar
Siang Nasi 200 1.5 gelas
40
Pepes ikan 50 1 potong sedang
Tempe goreng 100 2 potong sedang
Sayur asem 110 1 gelas
Jeruk 2 buah besar
Snack sore Pisang rebus 50 1 buah
Malam Nasi 100 ¾ gelas
Ungkep/opor ayam 40 1 potong sedang
Perkedel tahu kukus 110 1 biji besar
Tumis sayuran 100 1 gelas
Apel 85 1 buah
3. Latihan fisik
Latihan fisik merupakan pergerakan seluruh badan yang meningkatkan
penggunaan energi tubuh. Tujuan dari aktivitas fisik yaitu meningkatkan
kontrol glukosa darah, menurunkan factor kardiovaskuler, menurunkan
berat badan meningkatkan kesehatan secara umum. Program latihan fisik
secara teratur dilakukan 3-5 hari seminggu selama sekitar 30-45 menit,
dengan total 150 menit per minggu, dengan jeda antar latihan tidak dan
lebih dari 2 hari berturut-turut. Latihan fisik yang dianjurkan berupa latihan
fisik yang bersifat aerobik dengan intensitas sedang (50 -70% denyut
jantung maksimal) seperti jalan cepat, bersepeda santai, jogging, dan
berenang. Denyut jantung maksimal dihitung dengan cara mengurangi 220
dengan usia pasien (PERKENI, 2021).
4. Terapi obat
Tujuan pemberian terapi obat yaitu untuk mencapai target glukosa darah,
bukan menurunkan glukosa darah. Terapi farmakologis terdiri dari bat oral
dan bentuk suntikan (insulin). Termasuk anti hiperglikemia suntik, yaitu
insulin, GLP-1 RA dan kombinasi insulin dan GLP-1 RA. Beberapa jenis
obat yang tersedia di Indonesia yaitu :
Golongan Obat Cara Kerja Efek Samping
Metformin Menurunkan produksi Disprepsia, diare,
glukosa hati dan asisodis laktat
meningkatkan sensitivitas
terhadap insulin
Thiazolidinedione Meningkatkan sensitivitas Edema
terhadap insulin
Sulfonilurea Meningkatkan sekresi BB naik, hipoglikemia
insulin
Glinid Meningkatkan sekresi BB naik, hipoglikemia
insulin
Penghambat Alfa- Menghambat absorpsi Flatulen, tinja lembek,
glukosidase glukosa sebah, muntah
Penghambat DPP-4 Meningkatkan sekresi Sebah, muntah
insulin dan menghambat
sekresi glukagon
Penghambat SGLT- Menghambat reabsorbsi Infeksi saluran kemis
2 glukosa di tubulus distal dan genital
I. PATHWAY
Reaksi autoimun Genetik, gaya hidup, obsitas
Glukoneogenesis Hiperglikemia
Hipovolemia
Lemak Protein Osmotic Diuresis
(D.0023)
Ketogenesis Blood urea nitrogen↑ Dehidrasi
Mual pH ↓ Trombosis
a. Koma
b. Kematian Makrovaskuler Mikrovaskuler
Defisit Nutrisi
Miokard Infark Serebral Retina Ginjal
(D.0019)
Stroke Gangren Retinopati Nefropati
Nyeri Akut
(D.0077)
Gangguan Resiko Jatuh
Intregitas (D.0143)
Kulit/Jaringan
(D.0129)
KONSEP TEORI ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
PADA KLIEN YANG MENDERITA DIABETES MELITUS
I. PENGKAJIAN
Proses pengkajian keluarga dapat berasal dari berbagai sumber seperti
wawancara, observasi, rumah keluarga, dan fasilitasnya, pengalaman yang
dilaporkan anggota keluarganya.
A. Data Keluarga
1. Yang perlu dikaji pada data umum antara lain nama kepala keluarga dan
anggota keluarga, alamat, jenis kelamin, umur, pekerjaan, pendidikan,
bahasa sehari-hari, yankes terdekat, alat transportasi, status gizi (BB, TB,
IMT), TTV (Tekanan darah, nadi, suhu, pernapasan), status kesehatan
saat ini, riwayat penyakit/alergi. Pada umumnya kelompok usia yang
beresiko menderita diabetes melitus adalah usia 46-64 tahun (Pahlawati
dan Nugroho, 2019).
2. Genogram
Dengan adanya genogram dapat diketahui adanya faktor genetik atau
keturunan.
3. Tipe Keluarga
Menjelaskan mengenai tipe/jenis keluarga beserta kendala atau masalah
yang terjadi pada keluarga tersebut. Biasanya dapat terjadi pada bentuk
keluarga apapun.
4. Suku
Mengenai asal-usul suku bangsa keluarga serta mengidentifkasi budaya
suku bangsa dan kebiasaan adat.
5. Agama
Mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta kepercayaan.
6. Status Sosial Ekonomi Keluarga
Status sosial ekonomi keluarga ditentukan oleh pendapatan baik dari
kepala keluarga atau anggota keluarga lainnya.
B. Tahap dan Riwayat Perkembangan Keluarga
1. Tahap Perkmebangan Keluarga Saat Ini
Tahap perkembangan keluarga ditentukan dengan anak tertua dari
keluarga inti.
2. Tugas Perkembangan Keluarga
Menjelaskan tugas perkembangan yang belum terpenuhi oleh keluarga
serta kendala mengapa tugas perkembangan tersebut belum terpenuhi.
C. Struktur Keluarga
1. Pola Komunikasi
Meliputi penggunaan komunikasi antar anggota keluarga bagaimana
anggota keluarga sebagai pendengar, serta dalam menyampaikan
pendapat dan perasaannya selama berkomunikasi atau berinteraksi.
2. Peran dalam Keluarga
Meliputi data peran formal dan informal dalam keluarga yang meliputi
peran dan posisi setiap anggota keluarganya. Tidak ada konflik dalam
peran serta apakah peran keluarga dapat berlaku.
3. Nilai/Norma Keluarga
Nilai kebudayaan yang dianut oleh keluarga, apakah ada konflik, nilai
yang menonjol dalam keluarga itu sendiri, bagaimana nilai-nilai
mempengaruhi kesehatan keluarga.
4. Pengambilan Keputusan dalam Keluarga
Meliputi bagaimana cara keluarga dalam menyelesaikan masalah dan
mengambil keputusan dalam keluarga.
D. Fungsi Keluarga
1. Fungsi Afektif
Hal yang perlu dikaji yaitu gambaran diri anggota keluarga, perasaan
memiliki dan dimiliki dalam keliarga, perasaan memiliki antar anggota
keluarga, dukungan keluarga terhadap anggota keluarga lainnya dan
seberapa jauh keluarga saling asuh dan saling mendukung, hubungan
baik dengan orang lain, menunjukkan rasa empati, perhatian terhadap
perasaan.
2. Fungsi Sosial
Mengkaji bagaimana interaksi atau hubungan dalam keluarga, sejauh
mana anggota keluarga disiplin, norma, budaya, penghargaan, hukuman,
dan perilaku serta memberi dan menerima cinta.
3. Fungsi Ekonomi
Menjelaskan sjauh mana keluarga memenuhi kebutuhan sandang,
pangan, dan papan serta sejauh mana keluarga memanfaatkan sumber
yang ada di masyarakat dalam upaya peningkatan status kesehatan
keluarga.
E. Pola Koping Keluarga
Menguasai mekanisme koping dan stressor yang dihadapi oleh keluarga.
F. Data Penunjang Keluarga
1. Rumah dan Sanitasi Lingkungan
Mengkaji kondisi rumah klien, apakah keadaan rumah klien bersih,
penerangan rumah baik, ventilasi, saluran pembuangan limbah, sumber
air bersih pada keluarga, kondisi jamban, tempat sampah pada rumah
klien.
2. PHBS di Rumah Tangga
Mengkaji penggunaan air bersih, kebiasaan mencuci tangan, pembuangan
sampah pada tempatnya, menjaga lingkungan rumah tampak bersih,
mengkonsumsi lauk dan pauk, penggunaan jamban sehat, memberantas
jentik – jentik, aktivitas fisik, kebiasaan merokok dan konsumsi alkohol.
G. Kemampuan Keluarga Melakukan Tugas Pemeliharaan Kesehatan Anggota
Keluarga
1. Mengkaji perhatian keluarga kepada anggota keluarganya yang
menderita penyakit diabetes melitus.
2. Mengaji apakah keluarga mengetahui masalah kesehatan yang dialami
anggota keluarga yang menderita diabetes melitus.
3. Mengkaji apakah keluarga mengetahui penyebab masalah kesehatan yang
dialami anggota dalam keluarga yang menderita diabetes melitus.
4. Mengkaji apakah keluarga mengetahui tanda dan gejala masalah
kesehatan yang dialami anggota keluarga yang menderita diabetes
melitus.
5. Mengkaji apakah mengetahui akibat masalah kesehatan yang dialami
anggota keluarganya yang menderita diabetes melitus.
6. Mengkaji kepada siapa keluarga bisa menggali informasi tentang
masalah kesehatan yang dialami anggota keluarganya.
7. Kaji keyakinan keluarga tentang masalah kesehatan yang dialami
anggota keluarga.
8. Kaji upaya yang dilakukan keluarga dalam meningkatkan kesehatan.
9. Mengkaji apakah keluarga mengetahui kebutuhan pengobatan masalah
kesehatan yang dialami anggota keluarganya.
10. Mengkaji apakah keluarga dapat melakukan cara merawat anggota
keluarga dengan masalah kesehatan yang dialami anggota keluarganya.
11. Mengkaji apakah keluarga dapat melakukan pencegahan pada masalah
kesehatan yang dialami anggota keluarganya yang menderita diabetes
melitus.
12. Mengkaji apakah keluarga mampu memelihara atau memfasilitasi
lingkungan yang mendukung kesehatan anggota keluarga yang
mengalami masalah kesehatan.
13. Mengkaji apakah keluarga mampu menggali dan memanfaatkan sumber
dimasyarakat untuk mengatasi masalah kesehatan anggota keluarganya.
H. Kemandirian Keluarga
Mengkaji tingkat kemandirian keluarga klien.
I. Pengkajian Fisik Individu
1. Status Kesehatan Umum
Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi badan, berat
badan, dan tanda-tanda vital.
2. Kepala dan Leher
Mengkaji bentuk kepala, keadaan rambut, adanya pembesaran vena
jugularis atau tidak, ada lesi atau tidak,
3. Nyeri
Mengkaji lokasi nyeri, tipe nyeri, durasi, dan intensitas nyeri apabila
klien merasa nyeri.
4. Status Mental
Kaji apakah klien tampak bingung, cemas, disorientasi, depresi atau
menarik diri.
5. Status Integumen
Mengkaji struktur kulit klien, warna kulit, adanya lesi atau tidak, adanya
benjolan atau tidak, akral teraba hangat/dingin, ada luka atau tidak,
mukosa mulut kering/lembab, CRT >2 detik atau < 2 detik.
6. Sistem Pernapasan
Mengkaji apakah terdapat suara napas tambahan atau tidak, adanya
sputum atau tidak.
7. Sistem Perkemihan
Mengkaji frekuensi BAB dan BAK klien, warna, konsistensi, apakah
kalien mengalami disuria, hematuria, retensi, dan inkontinensia.
8. Sistem Muskuloskeletal
Mengkaji kekuatan otot klien.
9. Sistem Pencernaan
Mengkaji apakah klien mengalami diare, konstipasi, intake cairan
kurang, mual, muntah, nyeri perut, muntah darah, flatus, distensi
abdomen, terpasang sonde atau tidak, dan bising usus klien.
10. Sistem Persyarafan
Mengkaji adanya nyeri kepala atau tidak, pusing, tremor.
11. Riwayat Pengobatan
Mengkaji adanya alergi terhadap obat-obatan dan jenis obat apa saja
yang dikonsumsi klien.
J. Pemeriksaan Penunjang
Mengkaji pemeriksaan laboratorium yang telah dilakukan oleh klien seperti
GDP/2JPP/acak, asam urat, kolesterol, dan Hb.
II. ANALISA DATA
Berisi kelompok data subjektif dan data objektif sesuai dengan masalah
kesehatan yang dialami klien. Etiologi atau kemungkinan penyebab pada aalisa
data asuhan keperawatan keluarga diantaranya :
1. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan pada anggota
keluarga dengan diabetes melitus.
2. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan untuk mengatasi anggota
keluarga yang menderita penyakit diabetes melitus.
3. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan diabetes
melitus.
4. Ketidakmampuan keluarga memelihara lingkungan rumah untuk
meningkatkan kesehatan anggota keluarga dengan diabetes melitus.
5. Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan pelayanan kesehaan untuk
menobati anggota keluarga dengan diabetes melitus.
III. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
1. Ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga dalam merawat anggota keluarganya yang sakit diabetes melitus
(D.0027).
2. Manajemen kesehatan tidak efektif berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga dalam mengenal masalah kesehatan pada anggota keluarga dengan
diabetes meltus (D. 0116).
3. Perilaku kesehatan cenderung beresiko berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga dalam mengenal masalah kesehatan pada anggota
keluarga dengan diabetes melitus (D. 0099).
IV. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Diagnosis Keperawatan Keluarga
Ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga dalam merawat anggota keluarganya yang sakit diabetes melitus
(D.0027).
2. Tujuan
a. Umum
Setelah dilakukan kunjungan rumah selama 2x30 menit diharapkan
keluarga mampu memahami bagaimana cara merawat anggota keluarga
dengan diabetes melitus dan kadar glukosa darah pada klien dalam
rentang normal (100-200 mg/dl)
b. Khusus
Setelah dilakukan kunjungan rumah selama 2x30 menit diharapkan
keluarga mampu merawat anggota keluarga dengan diabetes melitus
dengan keluhan pusing menurun, lelah/lesu menurun, gemetar menurun,
rasa haus menurun, jumlah urine membaik, kadar glukosa dalam darah
membaik (SLKI, L.03022).
3. Evaluasi
a. Kriteria : verbal dan nonverbal
b. Standar :
1) Keluarga mampu memahami perawatan diabetes melitus dirumah.
2) Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada.
3) Keluarga mampu memodifikasi lingkungan untuk merawat anggota
keluarga dengan memelihara kebersihan rumah.
4) Keluarga mampu menyebutkan prinsip diit diabetes melitus.
4. Rencana Intervensi
(SIKI, 1.03115)
Observasi :
a. Monitor kadar glukosa darah
b. Monitor tanda dan gejala hiperglikemia (mis. poliuria, plidipsia,
polifagia, kelemahan, malaise, pandangan kabur, sakit kepala)
Terapeutik :
a. Konsultasi dengan medis jika tanda dan gejala hiperglikemia tetap ada
atau memburuk.
Edukasi :
a. Anjurkan menghindari olahraga saat kadar glukosa darah lebih dari 250
mg/dl
b. Anjurkan monitor kadar glukosa darah secara mandiri
c. Anjurkan kepatuhan terhadap diet dan olahraga
V. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Implementasi keperawatan adalah fase ketika perawat melaksanakan tindakan
keperawatan sesuai dengan intervensi yang telah disusun dalam tahap
perencanaan untuk membanatu mendapatkan status kesehatan yang lebih baik
sesuai dengan kriteria hasil yang diharapkan dan kemudian mengakhiri tahap
implementasi dengan mencatat tindakan keperawatan dan respons klien
terhadap tindakan tersebut. (Kozier et al., 2010).
VI. EVALUASI KEPERAWATAN
Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir proses keperawatan. Penentuan
tercapainya tindakan keperawatan berdasarkan intervensi, tujuan, dan kriteria
hasil yang telah ditentukan.
DAFTAR PUSTAKA
Agustini, Hendriati. (2007). Tahap Perkembangan Keluarga. Bandung:
Universitas Padjajaran.
Fatimah, Restyana., (2015). Diabetes Mellitus Tipe 2. Jurnal Majority [e-journal],
4 (5): pp. 93-101. Tersedia di:
https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/view/615/619
[Diakses 22 Maret 2023]
Friedman, M. (2010). Keperawatan Keluarga: Teori dan Praktek. Jakarta: EGC.
Hasdianah. (2012). Mengenal Diabetes Melitus Pada Orang Dewasa dan Anak-.
Anak dengan Solusi Herbal. Yogyakarta: Nuha Medika.
International Diabetes Federation. (2017). IDF Diabetes Atlas Eighth Edition
2017. International Diabetes Federation.
Kariadi, Sri Hartini. (2009). Diabetes? Siapa Takut!!: Panduan lengkap untuk
Diabetisi, Keluarganya, dan Profesional Medis. Bandung: Mizan Pustaka.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Edisi I. Jakarta: DPP PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
Edisi I Cetakan II. Jakarta : DPP PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Edisi
I Cetakan II. Jakarta : DPP PPNI.
ANALISA DATA
JUMLAH 5
No. Diagnosis Kriteria Skor Bobot Perhitunga Pembenaran
Keperawatan n
2. Sifat Masalah 1 3 Ketidakmampuan keluarga
x1=1
Skala : 3 dalam mengenal masalah
Tidak/kurang sehat 3
Ancaman kesehatan 2
Keadaan sejahtera 1
JUMLAH 4½
No. Diagnosis Kriteria Skor Bobot Perhitunga Pembenaran
Keperawatan n
3. Sifat Masalah 1 3 Ketidakmampuan keluarga
x1=1
Skala : 3 dalam mengambil
Tidak/kurang sehat 3 keputusan
Ancaman kesehatan 2
Keadaan sejahtera 1
JUMLAH 4 1/6
RUMUSAN PRIORITAS DIAGNOSIS KEPERAWATAN
2. Manajemen kesehatan tidak Rabu, 22 Maret 1. Mengidentifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
efektif pada keluarga Ny. S b.d 2023 Respon : Ny. S mengatakan siap menerima materi sambil
ketidakmampuan keluarga dalam 15.15 WIB menganggukan kepala.
mengenal masalah kesehatan 2. Mengidentifikasi sumber – sumber yang dimiliki keluarga
pada anggota keluarga dengan Respon : Ny. S mengatakan mendapatkan informasi tentang
diabetes melitus d.d Ny. S belum kesehatannya dari keluarganya dan juga petugas puskesmas
menerapkan dengan baik diit dan 3. Menyediakan materi dan media pendidikan kesehatan
aktivitas fisik yang benar, kurang Respon : pada kunjungan kedua masih belum menyediakan media
menunjukkan pemahaman tentang namun materi kesehatan disampaikan secara lisan tanpa media.
DM, Ny. S mengatakan jika obat 4. Menjadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
sudah habis, beliau tidak minum Respon : kesepakatan dengan Ny. S bersedia untuk dikunjungi ke
obat lagi (D. 0116) rumah pada hari Rabu, 22 maret 2023 pukul 15.00 WIB.
5. Menjelaskan faktor resiko yang dapat mempengaruhi kesehatan
Respon : Ny. S tampak memperhatikan dan menganggukan kepala.
6. Mengajarkan cara perawatan yang bisa dilakukan keluarga
(perawatan kaki dan senam kaki diabetes)
Respon : pada kunjungan kedua hanya menjelaskan secara singkat
tentang perawatan kaki dan senam kaki diabetes namun belum
mendemonstrasikan.
7. Memberikan kesempatan untuk bertanya
Respon : klien mengatakan paham dan tidak ada yang ingin
ditanyakan.
3. Pemeliharaan kesehatan tidak Rabu, 22 Maret 1. Mengidentifkasi perilaku upaya kesehatan yang dapat ditingkatkan
efektif pada Ny. S di keluarga Tn. 20223 Respon : klien mengatakan mampu melakukan upaya pencegahan
M b.d ketidakmampuan keluarga 15.35 WIB yaitu mengurangi makan-makanan yang manis dan asin, minum
mengambil keputusan untuk obat secara rutin, dan melakukan olahraga setiap hari dan yang
mengatasi anggota keluarga yang perlu ditingkatkan adalah upaya untuk rutin cek kesehatan (kontrol)
menderita penyakit diabetes dan rutin minum obat
melitus d.d Ny. S mengatakan
penyakitnya akan baik-baik saja 2. Mengorientasi pelayanan kesehatan yang dapat dimanfaatkan
dengan minum obat dan Respon : klien mendengarkan dengan seksama saat dijelaskan
mengurangi konsumsi gula, bahwa dapat menggunakan pelayanan kesehatan seperti puskesmas
kontrol ke puskesmas tidak rutin untuk cek kesehatan, dianjurkan untuk kontrol 1 kali dalam sebulan
dan jika ada keluhan saja, kurang dan klien mengatakan akan kontrol 1 bulan sekali.
dalam memanfaatkan yankes (D. 3. Menganjurkan mencuci tangan dengan air bersih dan sabun
0117). Respon : Ny. S mengatakan sudah mencuci tangan dengan air yang
mengalir dan sabun
4. Menganjurkan makan sayur dan buah setiap hari
Respon : Ny. S mengatakan selalu makan sayur dan buah setiap hari
5. Menganjurkan melakukan aktivitas fisik setiap hari
Respon : Ny. S mengatakan akan berolahraga setiap hari
2. Manajemen kesehatan tidak Jumat, 24 Maret 1. Mengidentifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
efektif pada keluarga Ny. S b.d 2023 Respon : Ny. S mengatakan siap menerima materi tentang diabetes
ketidakmampuan keluarga dalam 14.15 WIB melitus, pencegahan DM, diit DM, perawatan kaki dan senam kaki
mengenal masalah kesehatan diabetes
pada anggota keluarga dengan 2. Mengidentifikasi sumber – sumber yang dimiliki keluarga
diabetes melitus d.d Ny. S belum Respon : Ny. S mengatakan mendapatkan informasi tentang
menerapkan dengan baik diit dan kesehatannya dari keluarganya dan juga petugas puskesmas
aktivitas fisik yang benar, kurang 3. Menyediakan materi dan media pendidikan kesehatan
menunjukkan pemahaman tentang Respon : media yang disediakan yaitu leaflet tentang diabetes
DM, Ny. S mengatakan jika obat melitus, pencegahan DM, diit DM, perawatan kaki dan senam kaki
sudah habis, beliau tidak minum diabetes
obat lagi (D. 0116). 4. Menjadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
Respon : kesepakatan dengan Ny. S bersedia untuk dikunjungi ke
rumah pada hari Jumat, 24 maret 2023 pukul 14.00 WIB.
5. Menjelaskan faktor resiko yang dapat mempengaruhi kesehatan
Respon : Ny. S mendengarkan dan memperhatikan dengan baik
6. Mengajarkan cara perawatan yang bisa dilakukan keluarga
(perawatan kaki dan senam kaki diabetes)
Respon : Ny. S kooperatif, memperhatikan penjelasan dengan baik,
dan mampu mempraktekkan setiap gerakan senam kaki diabetes dan
mengatakan akan merawat kakikanya dan akan melaksanakan
senam kaki diabetes setiap hari.
7. Memberikan kesempatan untuk bertanya
Respon : klien mengatakan paham dan tidak ada yang ingin
ditanyakan.
3. Pemeliharaan kesehatan tidak Jumat, 24 Maret 1. Mengidentifkasi perilaku upaya kesehatan yang dapat ditingkatkan
efektif pada Ny. S di keluarga Tn. 2023 Respon : setelah dijelaskan dengan leaflet klien mengatakan mampu
M b.d ketidakmampuan keluarga 14.40 WIB melakukan upaya pencegahan yaitu mengurangi makan-makanan
mengambil keputusan untuk yang manis dan asin, minum obat secara rutin, melakukan olahraga
mengatasi anggota keluarga yang setiap hari, menjaga pola makan dan diit DM, melakukan perawatan
menderita penyakit diabetes kaki dan senam kaki diabetes setiap hari
melitus d.d Ny. S mengatakan 2. Mengorientasi pelayanan kesehatan yang dapat dimanfaatkan
penyakitnya akan baik-baik saja Respon : klien mendengarkan dengan seksama saat dijelaskan
dengan minum obat dan bahwa dapat menggunakan pelayanan kesehatan seperti puskesmas
mengurangi konsumsi gula, untuk cek kesehatan, dianjurkan untuk kontrol 1 kali dalam sebulan
kontrol ke puskesmas tidak rutin dan klien mengatakan akan kontrol 1 bulan sekali
dan jika ada keluhan saja, kurang 3. Menganjurkan mencuci tangan dengan air bersih dan sabun
dalam memanfaatkan yankes (D. Respon : Ny. S mengatakan sudah mencuci tangan dengan air yang
0117). mengalir dan sabun
4. Menganjurkan makan sayur dan buah setiap hari
Respon : Ny. S mengatakan selalu makan sayur dan buah setiap hari
5. Menganjurkan melakukan aktivitas fisik setiap hari
Respon : Ny. S mengatakan akan berolahraga setiap hari
2. Manajemen kesehatan tidak Sabtu, 25 Maret 1. Mengidentifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
efektif pada keluarga Ny. S b.d 2023 Respon : Ny. S tampak siap menerima informasi
ketidakmampuan keluarga dalam 10.15 WIB 2. Menyediakan materi dan media pendidikan kesehatan
mengenal masalah kesehatan Respon : materi yang disediakan sama seperti hari sebelumnya yaitu
pada anggota keluarga dengan leaflet tentang diabetes melitus, pencegahan DM, diit DM,
diabetes melitus d.d Ny. S belum perawatan kaki dan senam kaki diabetes
menerapkan dengan baik diit dan 3. Menjadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
aktivitas fisik yang benar, kurang Respon : kesepakatan dengan Ny. S bersedia untuk dikunjungi ke
menunjukkan pemahaman tentang rumah pada hari Sabtu, 25 maret 2023 pukul 10.00 WIB.
DM, Ny. S mengatakan jika obat 4. Mengajarkan cara perawatan yang bisa dilakukan keluarga
sudah habis, beliau tidak minum (perawatan kaki dan senam kaki diabetes)
obat lagi (D. 0116). Respon : Ny. S kooperatif, memperhatikan penjelasan dengan baik,
dan mampu mempraktekkan setiap gerakan senam kaki diabetes dan
mengatakan akan merawat kakikanya dan akan melaksanakan
senam kaki diabetes setiap hari.
5. Memberikan kesempatan untuk bertanya
Respon : klien mengatakan paham dan tidak ada yang ingin
ditanyakan.
EVALUASI KEPERAWATAN
Tahap Persiapan
1. 1) Menyiapkan materi penyuluhan 2 menit
2) Menyiapkan media penyuluhan
Pendahuluan
1) Memberi salam
2. 2) Perkenalan 3 menit
3) Mengingatkan kontrak waktu
4) Menjelaskan maksud dan tujuan
Penyampaian Materi
1) Menjelaskan pengertian diabetes melitus
2) Menjelaskan penyebab diabetes melitus
3) Menjelaskan tanda dan gejala diabetes
melitus
3. 4) Menjelaskan komplikasi diabates melitus 20 menit
5) Menjelaskan pencegahan diabates melitus
6) Menjelaskan diit diabetes melitus
7) Menjelaskan dan mendemonstrasikan
perawatan kaki dan senam kaki pada
penderita diabates melitus
4. Diskusi dan Tanya jawab 10 menit
Penutup
1) Evaluasi
5. 5 menit
2) Kesimpulan
3) Memberi salam penutup dan terima kasih
MATERI PENYULUHAN
DIABETES MELITUS
3) Jadwal
Jadwal makan atau frekuensi makan pada umumnya orang memiliki 6 porsi
makan yaitu 3 porsi besar dan 3 porsi kecil dengan interval 3 jam setiap kali
makan utama maupun selingan. Hal ini dilakukan agar kalori yang
dibutuhkan dapat tercukupi secara merata tiap harinya. Disamping itu
penjadwalan yang dilakukan dengan disiplin waktu membantu pankreas
mengeluarkan insulin secara rutin pula. Dengan demikian terhindar dari
kenaikan kadar gula yang melonjak.
Jenis makanan Waktu Total kalori
Makan pagi 07.00 20%
Selingan 10.00 10%
Makan siang 13.00 30%
Selingan 16.00 10%
Makan sore/malam 19.00 20%
Selingan 21.00 10%
Sumber : (Insana Maria, 2021) Asuhan Keperawatan Diabetes Mellitus
Dan Asuhan Keperawatan Stroke
Contoh menu diit diabetes melitus 1500 kkal menurut Sri Hartini (2009) :
Waktu Jenis Makanan Berat (gram) Ukuran
Pagi Roti tawar 70 2 iris
Telur dadar 50 1 butir
Selada + tonat + Sekehendak
timun
Susu skim 20 4 sdm
Snack pagi Jus melon 190 1 potong besar
Siang Nasi 200 1.5 gelas
Pepes ikan 40 1 potong sedang
Tempe goreng 50 2 potong sedang
Sayur asem 100 1 gelas
Jeruk 110 2 buah besar
Snack sore Pisang rebus 50 1 buah
Malam Nasi 100 ¾ gelas
Ungkep/opor ayam 40 1 potong sedang
Perkedel tahu kukus 110 1 biji besar
Tumis sayuran 100 1 gelas
Apel 85 1 buah
c. Meletakkan tumit salah satu kaki dilantai, angkat telapak kaki keatas.
Pada kaki lainnya, jari – jari kaki diletakkan di lantai dengan tumit kaki
diangkatkan keatas. Dilakukan pada kaki kiri dan kanan secara
bergantian dan diulangi sebanyak 10 kali.
d. Tumit kaki diletakkan dilantai. Bagian ujung kaki diangkat keatas dan
buat gerakan memutar dengan pergerakan pada pergelangan kaki
sebanyak 10 kali.
e. Jari – jari kaki diletakkan dilantai. Tumit diangkat dan buat gerakan
memutar dengan pergerakan pada pergelangan kaki sebanyak 10 kali.
f. Angkat salah satu kaki dan luruskan. Gerakan jari-jari kedepan turunkan
kembali secara bergantian ke kiri dan ke kanan. Ulangi sebanyak 10 kali.
Luruskan salah satu kaki diatas lantai kemudian angkat kaki tersebut dan
gerakkan ujung jari kaki ke arah wajah lalu turunkan kembali ke lantai.
g. Angkat kedua kaki lalu luruskan. Ulangi langkah urutan nomor 6 namun
menggunakan kedua kaki secara bersamaan, ulangi sebanyak 10 kali.
Kariadi, Sri Hartini. (2009). Diabetes? Siapa Takut!!: Panduan lengkap untuk
Diabetisi, Keluarganya, dan Profesional Medis. Bandung: Mizan Pustaka.