Anda di halaman 1dari 34

A.

Definisi Lansia
Menurut UU no 4 tahun 1945 Lansia adalah seseorang yang mencapai umur
55 tahun, tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya sehari-hari
dan menerima nafkah dari orang lain (Wahyudi, 2000).
Usia lanjut adalah sesuatu yang harus diterima sebagai suatu kenyataan dan
fenomena biologis. Kehidupan itu akan diakhiri dengan proses penuaan yang berakhir
dengan kematian (Hutapea, 2005).
Usia lanjut adalah suatu proses alami yang tidak dapat dihindari (Azwar,
2006).
Menua secara normal dari system saraf didefinisikan sebagai perubahan oleh
usia yang terjadi pada individu yang sehat bebas dari penyakit saraf “jelas” menua
normal ditandai oleh perubahan gradual dan lambat laun dari fungsi-fungsi tertentu
(Tjokronegroho Arjatmo dan Hendra Utama,1995).
Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan
lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan
mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi
dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Constantinides 1994). Proses menua
merupakan proses yang terus menerus (berlanjut) secara alamiah dimulai sejak lahir
dan umumnya dialami pada semua makhluk hidup (Nugroho Wahyudi, 2000).
B. Klasifikasi Lansia
1. Menurut WHO
a. Usia  pertengahan (Midle Age) kelompok usia  45-59 tahun
b. Usia lanjut (Ederly) antara 60-74 tahun.
c. Usia lanjut tua (Old) antara 75-90 tahun.
d. Usia sangat tua (Very Old) diatas 90 tahun.
2. Menurut UU No: 13 Tahun 1998
Tentang kesejahteraan lanjut usia: “lanjut usia adalah seorang yang telah mencapai
usia 60 tahun keatas.”
3. Menurut Depkes RI
a. Kelompok  lansia dini (55-64 tahun)
b. Kelompok lansia pertengahan (65 tahun keatas)
c. Kelompok lansia dengan resiko tinggi (usia 70 tahun keatas)
4. Menurut Bernice Neu Garden (1975)
a. Lansia muda yaitu orang yang berumur diantara 55-75 tahun.
b. Lansa tua yaitu orang yang berumur lebih dari 75 tahun.
5. Menurut Levison (1978)
a. Lansia peralihan awal,antara 50-55 tahun.
b. Lansia peralihan menengah antara 55-60 tahun.
c. Lansia peralihan akhir antara 60-65 tahun.

6. Menurut Dra.Jos Masdani (psikolog UI), mengatakan lanjut usia merupakan


kelanjutan dari usia dewasa. Kedewasaan dapat dibagi menjadi 4 bagian:
a. Fase iuventus antara 25dan 40 tahun
b. Verilitia antara 40 dan 50 tahun
c. Fase praesenium antara 55 dan 65 tahun
d. Fase senium antara 65 tahun hingga tutup usia
C. Tipe-tipe Lansia
Pada umumnya lansia lebih dapat beradaptasi tinggal di rumah sendiri daripada
tinggal bersama anaknya. Menurut Nugroho W ( 2000) adalah:
1. Tipe Arif Bijaksana: Yaitu tipe kaya pengalaman, menyesuaikan diri dengan
perubahan zaman, ramah, rendah hati, menjadi panutan.
2. Tipe Mandiri: Yaitu tipe bersifat selektif terhadap pekerjaan, mempunyai kegiatan.
3. Tipe Tidak Puas: Yaitu tipe konflik lahir batin, menentang proses penuaan yang
menyebabkan hilangnya kecantikan, daya tarik jasmani, kehilangan kekuasaan,
jabatan, teman.
4. Tipe Pasrah: Yaitu lansia yang menerima dan menunggu nasib baik.
5. Tipe Bingung: Yaitu lansia yang kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder,
pasif, dan kaget.
D. Ciri-ciri Lansia
Menurut Hurlock (Hurlock, 1980: 380) terdapat beberapa ciri-ciri orang lanjut
usia,yaitu:
a. Usia lanjut merupakan periode kemunduran
Kemunduran pada lansia sebagian datang dari faktor fisik dan faktor  psikologis.
Kemunduran dapat berdampak pada psikologis lansia. Motivasi memiliki peran
yang penting dalam kemunduran pada lansia. Kemunduran pada lansia semakin
cepat apabila memiliki motivasi yang rendah, sebaliknya jika memiliki motivasi
yang kuat maka kemunduran itu akan lama terjadi. 
b. Orang lanjut usia memiliki status kelompok minoritas
Lansia memiliki status kelompok minoritas karena sebagai akibat dari sikap sosial
yang tidak menyenangkan terhadap orang lanjut usia dan diperkuat oleh pendapat-
pendapat klise yang jelek terhadap lansia. Pendapat-pendapat klise itu seperti:
lansia lebih senang mempertahankan pendapatnya dari pada mendengarkan
pendapat orang lain.
c. Menua membutuhkan perubahan peran
Perubahan peran tersebut dilakukan karena lansia mulai mengalami kemunduran
dalam segala hal. Perubahan peran pada lansia sebaiknya dilakukan atas dasar
keinginan sendiri bukan atas dasar tekanan dari lingkungan.
d. Penyesuaian yang buruk pada lansia
Perlakuan yang buruk terhadap orang lanjut usia membuat lansia cenderung
mengembangkan konsep diri yang buruk. Lansia lebih memperlihatkan bentuk
perilaku yang buruk. Karena perlakuan yang buruk itu membuat penyesuaian diri
lansia menjadi buruk
E. Teori-teori Proses Penuaan
1. Teori Biologi
Teori genetic dan mutasi (Somatik Mutatie Theory)
Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetik untuk spesies-spesies
tertentu. Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang
terprogramoleh molekul-molekul atau DNA dan setiap sel pada saatnya akan
mengalami mutasi.
2. Teori radikal bebas
Tidak setabilnya radikal bebas mengakibatkan oksidasi-oksidasi bahan organik
yang menyebabkan sel-sel tidak dapat regenerasi.
3. Teori autoimun
Penurunan sistem limfosit T dan B mengakibatkan gangguan pada keseimbangan
regulasi system imun (Corwin, 2001). Sel normal yang telah menua dianggap
benda asing, sehingga sistem bereaksi untuk membentuk antibody yang
menghancurkan sel tersebut. Selain itu atripu tymus juga turut sistem imunitas
tubuh, akibatnya tubuh tidak mampu melawan organisme pathogen yang masuk
kedalam tubuh.Teori meyakini menua terjadi berhubungan dengan peningkatan
produk autoantibodi.
4. Teori stress
Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan tubuh. Regenerasi
jaringan tidak dapat mempertahankan kesetabilan lingkungan internal, dan stres
menyebabkan sel-sel tubuh lelah dipakai.
5. Teori telomere
Dalam pembelahan sel, DNA membelah denga satu arah. Setiap pembelaan akan
menyebabkan panjang ujung telomere berkurang panjangnya saat memutuskan
duplikat kromosom, makin sering sel membelah, makin cepat telomer itu
memendek dan akhirnya tidak mampu membelah lagi.
6. Teori apoptosis
Teori ini disebut juga teori bunuh diri (Comnit Suitalic) sel jika lingkungannya
berubah, secara fisiologis program bunuh diri ini diperlukan pada perkembangan
persarapan dan juga diperlukan untuk merusak sistem program prolifirasi sel
tumor. Pada teori ini lingkumgan yang berubah, termasuk didalamnya oleh karna
stres dan hormon tubuh yang berkurang konsentrasinya akan memacu apoptosis
diberbagai organ tubuh.
7. Teori Kejiwaan Sosial
8. Aktifitas atau kegiatan (Activity theory)
Teori ini menyatakan bahwa pada lanjut usia yang sukses adalah mereka yang
aktif dan ikut bnyak kegiatan social
9. Keperibadian lanjut (Continuity theory
Teori ini menyatakan bahwa perubahan yang terjadi pada seseorang yang lanjut
usia sangat dipengaruhi tipe personality yang dimilikinya.
10. Teori pembebasan (Disengagement theory)
Dengan bertambahnya usia, seseorang secara berangsur-angsur melepaskan diri
dari kehidupan sosialnya atau menarik diri dari pergaulan sekitarnya. Keadaan ini
mengakibatkan interaksi lanjut usia menurun, baik secara kualitas maupun
kuantitas.
11. Teori Lingkungan
 Exposure theory: Paparan sinar matahari dapat mengakibatkat percepatan
proses penuaan.
 Radiasi theory: Radiasi sinar y, sinar xdan ultrafiolet dari alat-alat medis
memudahkan sel mengalami denaturasi protein dan mutasi DNA.
 Polution theory: Udara, air dan tanah yang tercemar polusi mengandung
subtansi kimia, yang mempengaruhi kondisi epigenetik yang dpat
mempercepat proses penuaan.
Stress theory: Stres fisik maupun psikis meningkatkan kadar kortisol dalam darah.
Kondisi stres yang terus menerus dapat mempercepat proses penuaan.
E. Perubahan Yang Terjadi Pada Lansia
Banyak kemampuan berkurang pada saat orang bertambah tua. Dari ujung rambut
sampai ujung kaki mengalami perubahan dengan makin bertambahnya umur. Menurut
Nugroho (2000) perubahan yang terjadi pada lansia adalah sebagai berikut:
1. Perubahan Fisik
a. Sel
Jumlahnya menjadi sedikit, ukurannya lebih besar, berkurangnya cairan intra
seluler, menurunnya proporsi protein di otak, otot, ginjal, dan hati, jumlah sel otak
menurun, terganggunya mekanisme perbaikan sel.
b. Sistem Persyarafan
Respon menjadi lambat dan hubungan antara persyarafan menurun, berat otak
menurun 10-20%, mengecilnya syaraf panca indra sehingga mengakibatkan
berkurangnya respon penglihatan dan pendengaran, mengecilnya syaraf
penciuman dan perasa, lebih sensitive terhadap suhu, ketahanan tubuh terhadap
dingin rendah, kurang sensitive terhadap sentuhan.
c. Sistem Penglihatan.
Menurun lapang pandang dan daya akomodasi mata, lensa lebih suram (kekeruhan
pada lensa) menjadi katarak, pupil timbul sklerosis, daya membedakan warna
menurun.
d. Sistem Pendengaran.
Hilangnya atau turunnya daya pendengaran, terutama pada bunyi suara atau nada
yang tinggi, suara tidak jelas, sulit mengerti kata-kata, 50% terjadi pada usia
diatas umur 65 tahun, membran timpani menjadi atrofi menyebabkan otosklerosis.
e. Sistem Cardiovaskuler.
Katup jantung menebal dan menjadi kaku,Kemampuan jantung menurun 1%
setiap tahun sesudah berumur 20 tahun, kehilangan sensitivitas dan elastisitas
pembuluh darah: kurang efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi
perubahan posisidari tidur ke duduk (duduk ke berdiri)bisa menyebabkan tekanan
darah menurun menjadi 65mmHg dan tekanan darah meninggi akibat
meningkatnya resistensi dari pembuluh darah perifer, sistole normal ±170 mmHg,
diastole normal ± 95 mmHg.
f. Sistem pengaturan temperatur tubuh
Pada pengaturan suhu hipotalamus dianggap bekerja sebagai suatu thermostat
yaitu menetapkan suatu suhu tertentu, kemunduran terjadi beberapa factor yang
mempengaruhinya yang sering ditemukan antara lain: Temperatur tubuh menurun,
keterbatasan reflek menggigildan tidak dapat memproduksi panas yang banyak
sehingga terjadi rendahnya aktifitas otot.
g. Sistem Respirasi.
Paru-paru kehilangan elastisitas, kapasitas residu meningkat, menarik nafas lebih
berat, kapasitas pernafasan maksimum menurun dan kedalaman nafas turun.
Kemampuan batuk menurun (menurunnya aktifitas silia), O2 arteri menurun
menjadi 75 mmHg, CO2 arteri tidak berganti.
h. Sistem Gastrointestinal.
Banyak gigi yang tanggal, sensitifitas indra pengecap menurun, pelebaran
esophagus, rasa lapar menurun, asam lambung menurun, waktu pengosongan
menurun, peristaltik lemah, dan sering timbul konstipasi, fungsi absorbsi
menurun.
i. Sistem Genitourinaria
Otot-otot pada vesika urinaria melemah dan kapasitasnya menurun sampai 200
mg, frekuensi BAK meningkat, pada wanita sering terjadi atrofi vulva, selaput
lendir mongering, elastisitas jaringan menurun dan disertai penurunan frekuensi
seksual intercrouse berefek pada seks sekunder.
j. Sistem Endokrin.
Produksi hampir semua hormon menurun (ACTH, TSH, FSH, LH), penurunan
sekresi hormone kelamin misalnya: estrogen, progesterone, dan testoteron.
k. Sistem Kulit.
Kulit menjadi keriput dan mengkerut karena kehilangan proses keratinisasi dan
kehilangan jaringan lemak, berkurangnya elastisitas akibat penurunan cairan dan
vaskularisasi, kuku jari menjadi keras dan rapuh, kelenjar keringat berkurang
jumlah dan fungsinya, perubahan pada bentuk sel epidermis.
l. System Muskuloskeletal.
Tulang kehilangan cairan dan rapuh, kifosis, penipisan dan pemendekan tulang,
persendian membesar dan kaku, tendon mengkerut dan mengalami sclerosis,
atropi serabut otot sehingga gerakan menjadi lamban, otot mudah kram dan
tremor.
m. Perubahan Mental
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental adalah:

1) Perubahan fisik.
2) Kesehatan umum.
3) Tingkat pendidikan.
4) Hereditas.
5) Lingkungan.
6) Perubahan kepribadian yang drastis namun jarang terjadi misalnya kekakuan
sikap.
7) Kenangan, kenangan jangka pendek yang terjadi 0-10 menit.
8) Kenangan lama tidak berubah.
9) Tidak berubah dengan informasi matematika dan perkataan verbal,
berkurangnya penampilan, persepsi, dan ketrampilan, psikomotor terjadi
perubahan pada daya membayangkan karena tekanan dari factor waktu.

n. Perubahan Psikososial
 Perubahan lain adalah adanya perubahan psikososial yang menyebabkan rasa
tidak aman, takut, merasa penyakit selalu mengancam sering bingung panic
dan depresif.
 Hal ini disebabkan antara lain karena ketergantungan fisik dan sosioekonomi.
 Pensiunan, kehilangan financial, pendapatan berkurang, kehilangan status,
teman atau relasi
 Sadar akan datangnya kematian.
 Perubahan dalam cara hidup, kemampuan gerak sempit.
 Ekonomi akibat perhentian jabatan, biaya hidup tinggi.
 Penyakit kronis.
 Kesepian, pengasingan dari lingkungan social.
 Gangguan syaraf panca indra.
 Gizi
 Kehilangan teman dan keluarga.
 Berkurangnya kekuatan fisik.

Menurut Hernawati Ina MPH (2006) perubahan pada lansia ada 3 yaitu perubahan biologis,
psikologis, sosiologis.

2. Perubahan biologis meliputi :

a. Massa otot yang berkurang dan massa lemak yang bertambah mengakibatkan jumlah
cairan tubuh juga berkurang, sehingga kulit kelihatan mengerut dan kering, wajah
keriput serta muncul garis-garis yang menetap.
b. Penurunan indra penglihatan akibat katarak pada usia lanjut sehingga dihubungkan
dengan kekurangan vitamin A vitamin C dan asam folat, sedangkan gangguan pada
indera pengecap yang dihubungkan dengan kekurangan kadar Zn dapat menurunkan
nafsu makan, penurunan indera pendengaran terjadi karena adanya kemunduran
fungsi sel syaraf pendengaran.
c. Dengan banyaknya gigi geligih yang sudah tanggal mengakibatkan ganguan fungsi
mengunyah yang berdampak pada kurangnya asupan gizi pada usia lanjut.
d. Penurunan mobilitas usus menyebabkan gangguan pada saluran pencernaan seperti
perut kembung nyeri yang menurunkan nafsu makan usia lanjut. Penurunan mobilitas
usus dapat juga menyebabkan susah buang air besar yang dapat menyebabkan wasir .
e. Kemampuan motorik yang menurun selain menyebabkan usia lanjut menjadi lanbat
kurang aktif dan kesulitan untuk menyuap makanan dapat mengganggu aktivitas/
kegiatan sehari-hari.
f. Pada usia lanjut terjadi penurunan fungsi sel otak yang menyebabkan penurunan daya
ingat jangka pendek melambatkan proses informasi, kesulitan berbahasa kesultan
mengenal benda-benda kegagalan melakukan aktivitas bertujuan apraksia dan
ganguan dalam menyusun rencana mengatur sesuatu mengurutkan daya abstraksi
yang mengakibatkan kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari-hari yang disebut
dimensia atau pikun.
g. Akibat penurunan kapasitas ginjal untuk mengeluarkan air dalam jumlah besar juga
berkurang. Akibatnya dapat terjadi pengenceran nutrisi sampai dapat terjadi
hiponatremia yang menimbulkan rasa lelah.
h. Incotenensia urine diluar kesadaran merupakan salah satu masalah kesehatan yang
besar yang sering diabaikan pada kelompok usia lanjut yang mengalami IU sering kali
mengurangi minum yang mengakibatkan dehidrasi.

3. Kemunduran psikologis
Pada usia lanjut juga terjadi yaitu ketidak mampuan untuk mengadakan
penyesuaian–penyesuaian terhadap situasi yang dihadapinya antara lain sindroma
lepas jabatan sedih yang berkepanjangan.
a. Perkembangan Intelektual
Menurut david Wechsler dalam Desmita (2008) kemunduran kemampuan
mental merupakan bagian dari proses penuaan organisme sacara umum, hampir
sebagian besar penelitian menunjukan bahwa setelah mencapai puncak pada usia
antara 45-55 tahun, kebanyakan kemampuan seseorang secara terus menerus
mengalami penurunan, hal ini juga berlaku pada seorang lansia.
Kemerosotan intelektual lansia ini pada umumnya merupakan sesuatau yang
tidak dapat dihindarkan, disebabkan berbagai faktor, seperti penyakit, kecemasan
atau depresi. Tatapi kemampuan intelektual lansia tersebut pada dasarnya dapat
dipertahankan. Salah satu faktor untuk dapat mempertahankan kondisi tersebut
salah satunya adalah dengan menyediakan lingkungan yang dapat merangsang
ataupun melatih ketrampilan intelektual mereka, serta dapat mengantisipasi
terjadinya kepikunan.
b. Perkembangan Emosional
Memasuki masa tua, sebagian besar lanjut usia kurang siap menghadapi dan
menyikapi masa tua tersebut, sehingga menyebabkan para lanjut usia kurang dapat
menyesuaikan diri dan memecahkan masalah yang dihadapi (Widyastuti, 2000).
Munculnya rasa tersisih, tidak dibutuhkan lagi, ketidakikhlasan menerima
kenyataan baru seperti penyakit yang tidak kunjung sembuh, kematian pasangan,
merupakan sebagian kecil dari keseluruhan perasaan yang tidak enak yang harus
dihadapi lanjut usia. Sejalan dengan bertambahnya usia, terjadinya gangguan
fungsional, keadaan depresi dan ketakutan akan mengakibatkan lanjut usia
semakin sulit melakukan penyelesaian suatu masalah. Sehingga lanjut usia yang
masa lalunya sulit dalam menyesuaikan diri cenderung menjadi semakin sulit
penyesuaian diri pada masa-masa selanjutnya. 
Yang dimaksud dengan penyesuaian diri pada lanjut usia adalah kemampuan
orang yang berusia lanjut untuk menghadapi tekanan akibat perubahan perubahan
fisik, maupun sosial psikologis yang dialaminya dan kemampuan untuk mencapai
keselarasan antara tuntutan dari dalam diri dengan tuntutan dari lingkungan, yang
disertai dengan kemampuan mengembangkan mekanisme psikologis yang tepat
sehingga dapat memenuhi kebutuhan– kebutuhan dirinya tanpa menimbulkan
masalah baru.
c. Perkembangan Spiritual
Sebuah penelitian menyatakan bahwa lansia yang lebih dekat dengan agama
menunjukkan tingkatan yang tinggi dalam hal kepuasan hidup, harga diri dan
optimisme. Kebutuhan spiritual (keagamaan) sangat berperan memberikan
ketenangan batiniah, khususnya bagi para Lansia. Rasulullah bersabda “semua
penyakit ada obatnya kecuali penyakit tua”. Sehingga religiusitas atau
penghayatan keagamaan besar pengaruhnya terhadap taraf kesehatan fisik maupun
kesehatan mental, hal ini ditunjukan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Hawari (1997), bahwa :
1) Lanjut usia yang nonreligius angka kematiannya dua kali lebih besar daripada
orang yang religius.
2) Lanjut usia yang religius penyembuhan penyakitnya lebih cepat dibandingkan
yang non religius.
3) Lanjut usia yang religius lebih kebal dan tenang menghadapi operasi atau
masalah hidup lainnya.
4) Lanjut usia yang religius lebih kuat dan tabah menghadapi stres daripada yang
nonreligius, sehingga gangguan mental emosional jauh lebih kecil.
5) Lanjut usia yang religius tabah dan tenang menghadapi saat-saat terakhir
(kematian) daripada yang nonreligius.
4. Kemunduran sosiologi
Pada usia lanjut sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan pemahaman
usia lanjut itu atas dirinya sendiri. Status social seseorang sangat penting bagi
kepribadiannya di dalam pekerjaan. Perubahan status social usia lanjut akan
membawa akibat bagi yang bersangkutan dan perlu dihadapi dengan persiapan yang
baik dalam menghadapi perubahan tersebut aspek social ini sebaiknya diketahui oleh
usia lanjut sedini mungkin sehingga dapat mempersiapkan diri sebaik mungkin.
F. Perawatan Lansia
Perawatan pada lansia dapat dilakukan dengan melakukan pendekatan yaitu:
1. Pendekatan Psikis.
Perawat punya peran penting untuk mengadakan edukatif yang berperan sebagai
support system, interpreter dan sebagai sahabat akrab.
2. Pendekatan Sosial.
Perawat mengadakan diskusi dan tukar pikiran, serta bercerita, memberi
kesempatan untuk berkumpul bersama dengan klien lansia, rekreasi, menonton
televise, perawat harus mengadakan kontak sesama mereka, menanamkan rasa
persaudaraan.
3. Pendekatan Spiritual.
Perawat harus bisa memberikan kepuasan batin dalam hubungannya dengan
Tuhan dan Agama yang dianut lansia, terutama bila lansia dalam keadaan sakit.

G. TUGAS DAN PERKEMBANGAN PADA LANSIA


Usia lanjut merupakan usia yang mendekati akhir siklus kehidupan manusia di
dunia. Usia tahap ini dimulai dari 60 tahunan sampai akhir kehidupan. Usia lanjut
merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan. Semua orang akan mengalami
proses menjadi tua, dan masa tua merupakan masa hidup manusia yang terakhir,
dimana pada masa ini seseorang mengalami kemunduran fisik, mental dan sosial
sedikit demi sedikit sehingga tidak dapat melakukan tugasnya sehari-hari lagi. Tahap
usia lanjut adalah tahap di mana terjadi penuaan dan penurunan, yang penururnanya
lebih jelas dan lebih dapat diperhatikan dari pada tahap usia baya. Penuaan
merupakan perubahan kumulatif pada makhluk hidup, termasuk tubuh, jaringan dan
sel, yang mengalami penurunan kapasitas fungsional. Pada manusia , penuaan
dihubungkan dengan perubahan degenerative pada kulit, tulang jantung, pembuluh
darah, paru-paru, saraf dan jaringan tubuh lainya. Dengan kemampuan regeneratife
yang terbatas, mereka lebih rentan terhadap berbagai penyakit, sindroma dan
kesakitan dibandingkan dengan orang dewasa lain. Untuk menjelaskan penurunan
pada tahap ini, teradapat berbagai perbedaan teori, namun para pada umumnya
sepakat bahwa proses ini lebih banyak ditemukan oleh faktor gen. Penelitian telah
menemukan bahwa tingkat sel, umur sel manusia ditentukan oleh DNA yang disebut
telomere, yang beralokasi pada ujung kromosom. Ketentuan dan kematian sel terpicu
ketika telomere berkurang ukuranya pada ujung kritis tertentu.
Tugas Perkembangan dewasa akhir
Adapun tugas perkembangan pada masa dewasa akhir ini, diantaranya
1. Menciptakan kepuasan dalam keluarga sebagai tempat tinggal di hari tua.
2. Menyesuaikan hidup dengan penghasilan sebagai pensiunan
3. Membina kehidupan rutin yang menyenangkan.
4. Saling merawat sebagai suami-istri
5. Mampu menghadapi kehilangan (kematian) pasanan dengan sikap yang positif
(menjadi     janda atau duda).
6. Melakukan hubungan dengan anak-anak dan cucu-cucu
7. Menemukan arti hidup dengan nilai moral yang tinggi.
G. KOMUNIKASI PADA LANSIA
Komunikasi merupakan suatau hubungan atau kegiatankegiatan yang berkaitan
dengan masalah hubungan atau dapat diartikan sebaagai saling tukar-menukar pendapat serta
dapat diartikan hubungan kontak antara manusia baik individu maupun kelompok. (Widjaja,
1986 : 13) Komunikasi adalah elemen dasar dari interaksi manusia yang memungkinkan
seseorang untuk menetapkan, mempertahankan, dan meningkatkan kontak dengan orang lain.
(Potter & Perry, 2005 : 301) Komunikasi yang biasa dilakukan pada  lansia bukan hanya
sebatas tukar-menukar perilaku, perasaan, pikiran dan pengalaman dan hubungan intim yang
terapeutik.
Keterampilan Komunikasi Terapeutik, dapat meliputi :
Perkumpulan orang tua, kegiatan rohani.  Berbicara pada tingkat pemahaman klien.  Selalu
menanyakan respons, terutama ketika mengajarkan suatu tugas atau keahlian.

H. Penyakit-Penyakit Pada Lansia


1. Sistem Pernapasan
a. Emfisema
Emfisema dapat didefinisikan sebagai suatu perubahan struktur paru-paru dalam
bentuk pelebaran saluran napas di ujung akhir bronkus disertai dengan kerusakan
dinding alveolus. Penyakit ini termasuk dalam penyakit paru obstruktif kronik
yang menimbulkan kesulitan pengeluaran udara pernapasan. Penyakit ini bersifat
progresif dan biasanya diawali dengan sesak napas. Gejala emfisema dapat berupa
batuk yang disertai dahak berwarna putih atau mukoid, dan jika terdapat infeksi,
sputum tersebut menjadi purulen. Badan terlihat lelah, nafsu makan berkurang,
dan berat badan pasien menurun.
b. Asma
Asma adalah penyakit inflamasi kronis saluran pernapasan yang menyebabkan
hiperresponsivitas jalan napas. Penyakit asma ditandai dengan 3 hal, antara lain
penyempitan saluran napas, pembengkakan, dan sekresi lendir yang berlebih di
saluran napas. Secara umum gejala asma adalah sesak napas, batuk berdahak, dan
suara napas yang berbunyi wheezing, yang biasanya timbul secara episodic pada
pagi hari menjelang waktu subuh karena pengaruh keseimbangan hormone
kortisol yang kadarnya rendah saat pagi hari dan berbagai faktor lainnya.
c. Pneumonia
Pneumonia merupakan salah satu masalah kesehatan yang penting pada lansia.
Penyakit ini menduduki peringkat keempat penyebab kematian dan infeksi paru
dan sering merupakan penyakit terminal yang dialami lansia. Pneumonia pada
lansia dapat bersifat akut atau kronis. Gejala pneumonia bermacam-macam
bergantung pada kondisi tubuh dan jenis kuman penyebab infeksi. Beberapa tanda
dan gejala pneumonia meliputi demam, batuk, napas pendek, berkeringat,
menggigil, dada terasa berat dan nyeri saat bernapas (pleuritis), nyeri kepala, nyeri
otot dan lesu. Pada lansia, gejala dan tanda-tanda ini lebih ringan, bahkan suhu
tubuh dapat lebih rendah dari nilai normal.
d. Bronkitis
Bronkitis merupakan peradangan membran mukosa yang melapisi bronkus
dan/atau bronkiolus, yaitu jalan napas dari trakea ke paru-paru. Bronkitis dapat
dibagi menjadi 2 kategori, yaitu akut dan kronis. Bronkitis akut ditandai dengan
batuk dengan atau tanpa sputum, terdiri atas mucus yang diproduksi di saluran
napas. Sedangkan bronkitis kronis merupakan satu dari penyakit paru obstruktif
kronis dengan batuk produktif yang berlangsung sampai 3 bulan atau lebih setiap
tahunnya selama 2 tahun.
2. Sistem Kardiovaskuler
a. Hipertensi
Hipertensi merupakan kondisi ketika seseorang mengalami kenaikan tekanan
darah baik secara lambat atau mendadak (akut). Hipertensi menetap (tekanan
darah yang tinggi yang tidak menurun) merupakan faktor risiko terjadinya stroke,
penyakit jantung koroner, gagal jantung, gagal ginjal, dan aneurisma. Meskipun
peningkatan tekanan darah relative kecil, hal tersebut dapat menurunkan angka
harapan hidup. Biasanya penyakit ini tidak memperlihatkan gejala, meskipun
beberapa pasien melaporkan nyeri kepala, lesu, pusing, pandangan kabur, muka
yang terasa panas atau telinga mendenging.
b. Penyakit Jantung Koroner (PJK)
Serangan jantung biasanya terjadi jika bekuan darah menutup aliran darah di arteri
coronaria, yaitu pembuluh darah yang menyalurkan makanan ke otot jantung.
Penghentian suplai darah ke jantung akan merusak atau mematikan sebagian
jaringan otot jantung. Gejala yang sering muncul pada serangan jantung dapat
berupa rasa tertekan, rasa penuh atau nyeri yang menusuk di dada dan
berlangsung selama beberapa menit. Nyeri tersebut juga dapat menjalar dari dada
ke bahu, lengan, punggung dan bahkan dapat juga ke gigi dan rahang. Episode ini
dapat semakin sering dan semakin lama. Kadang-kadang, gejala yang timbul
berupa sesak napas, berkeringat (dingin), rasa cemas, pusing, atau mual sampai
muntah. Pada perempuan, gejala-gejala tersebut dirasa kurang menonjol. Namun,
gejala tambahan dapat timbul, berupa nyeri perut seperti terbakar, kulit dingin,
pusing, rasa ringan di kepala, dan terkadang disertai rasa lesu yang luar biasa
tanpa sebab yang jelas.
c. Gagal Jantung
Gagal jantung sering terjadi pada umur 65 tahun atau lebih, dan insiden meningkat
pada lansia yang berumur lebih dari 70 tahun. Keadaan ini merupakan
ketidakmampuan jantung memompa darah sesuai kebutuhan fisiologis. Angka
rawat inap gagal jantung pada pasien lansia semakin bertambah dalam 20 tahun
terakhir. Gagal jantung pada usia tua biasanya disebabkan hipertensi arterial yang
memengaruhi pemompaan darah yang akhirnya menyebabkan gagal jantung atau
terjadi akibat PJK. Hipertensi dan PJK juga mengganggu curah jantung. Kelainan
katup menyebabkan gangguan ejeksi, pengisisan dan preload kronis yang diakhiri
dengan gagal jantung.
3. Sistem Persarafan
a. Penyakit Alzheimer
Penyakit ini merupakan bagian dari demensia. 50-60% demensia ditimbulkan
penyakit Alzheimer. Istilah demensia digunakan untuk menggambarkan sindrom
klinis dengan gejala penurunan daya ingat dan kemunduran fungsi intelektual
lainnya. Pasien mengalami kemunduran fungsi intelektual yang bersifat menetap,
yakni adanya gangguan pada sedikitnya 3 dari 5 komponen fungsi neurologis,
yang mencakup fungsi berbahasa, mengingat, melihat, emosi, dan memahami.
b. Strok
Stroke terjadi bila aliran darah ke otak mendadak terganggu atau jika pembuluh
darah di otak pecah sehingga darah mengalir keluar ke jaringan otak disekitarnya.
Sel-sel otak akan mati jika tidak mendapatkan oksigen dan makanan atau akan
mati akibat perdarahan yang menekan jaringan otak sekitar. Stroke dapat dibagi
atas 2 kategori besar, yaitu stroke iskemik dan stroke hemoragik. Yang pertama
terjadi akibat penyumbatan aliran darah sedangkan yang kedua karena pecahnya
pembuluh darah. Delapan puluh persen kasus stroke disebabkan oleh iskemia dan
sisanya akibat perdarahan.
c. Penyakit Parkinson
Penyakit Parkinson merupakan suatu penyakit saraf dengan gejala utama berupa
tremor, kekakuan otot, dan postur tubuh yang tidak stabil. Penyakit ini terjadi
akibat sel saraf (neuron) yang mengatur gerakan mengalami kematian. Ciri
penyakit Parkinson merupakan kelompok gejala yang tergabung dalam kelainan
gerakan. Empat gejala utama Parkinson adalah tremor atau gemetar di tangan,
lengan, rahang, atau kepala; kekakuan di otot atau ekstremitas; bradikinesia, atau
perlambatan gerakan; postur tubuh yang tidak stabil atau gangguan keseimbangan.
Gejala biasanya timbul secara perlahan dan semakin lama semakin parah. Pada
taraf gejala maksimal, pasien tidak dapat berjalan, berbicara, atau bahkan
melakukan suatu pekerjaan yang sederhana. Penyakit ini bersifat menahun,
progresif, tidak menular, dan tidak diturunkan.
4. Sistem Pencernaan
a. Inkontinensia Alvi
Keadaan ketika seseorang kehilangan kontrolnya dalam mengeluarkan tinja,
yaitu pasien mengeluarkan tinja tidak pada waktunya, tidak dapat menahannya
atau terjadi kebocoran produk ekskresi tersebut. Mereka dengan keluhan ini
dalam pergaulan merasa tersisihkan dan rendah diri yang akhirnya dapat
menimbulkan gangguan jiwa.
b. Diare
Keadaan ketika seseorang mengalami peningkatan frekuensi BAB lebih dari 3
kali dalam sehari dengan konsistensi feses yang cair, terkadang terdapat ampas
dan lendir. Hal ini terjadi karena fungsi fisiologis sistem pencernaan lansia
yang sudah mulai menurun dan juga disebabkan oleh bakteri dan faktor
psikologis.
5. Sistem Perkemihan
 Gagal Ginjal Akut
Terjadi penurunan mendadak fungsi ginjal dalam membuang cairan dan ampas
darah ke luar tubuh. Jika ginjal tidak mampu menyaring darah, cairan dan
ampas tersebut akan menumpuk dalam tubuh. Keadaan ini dapat pulih kembali
dan jika kondisi pasien cukup baik fungsi ginjal dapat kembali normal dalam
beberapa minggu, misalnya akibat penyakit kronis seperti PJK, stroke, infeksi
berat ataupun penyakit penyerta lainnya. Tanda dan gejalanya dapat berupa
penurunan jumlah pengeluaran urine meskipun sesekali pengeluaran masih
dapat terjadi, retensi air yang dapat menimbulkan edema tungkai, mengantuk,
sesak napas, lesu, bingung, kejang atau koma pada kasus berat, dan nyeri dada
akibat perikarditis. Biasanya pasien tidak memperhatikan tanda/gejala awal ini
tetapi lebih terfokus pada keluhan penyakit penyerta.
 Gagal Ginjal Kronis
Terjadi penurunan fungsi ginjal yang lambat dengan tanda/gejala yang
minimal. Banyak pasien yang tidak menyadari timbulnya keadaan tersebut
sampai fungsi ginjal hanya tinggal 25%. Penyebabnya adalah diabetes dan
hipertensi. Beberapa tanda dan gejala yang mungkin dapat diketahui adalah
hipertensi, penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas, anemia, mual dan
muntah, lesu dan gelisah, kelelahan, nyeri kepala tanpa sebab yang jelas,
penurunan daya ingat, kedutan dan kram otot, BAB berdarah, kulit
kekuningan, dan rasa gatal.
 BPH (Benign Prostat Hiperplasia/Hipertropi)
BPH adalah pembesaran jinak kelenjar prostat, disebabkan oleh karena
hiperplasia beberapa atau semua komponen prostat, meliputi antara lain:
jaringan kelenjar dan jaringan fibromuskular yang menyebabkan penyumbatan
uretra pars prostatika. Gejala klinik terjadi oleh karena 2 hal, yaitu
penyempitan uretra yang menyebabkan kesulitan berkemih dan Retensi air
kemih dalam kandung kemih yang menyebabkan dilatasi kandung kemih,
hipertrofi kandung kemih dan cystitis. Gejala klinik dapat berupa frekuensi
berkemih bertambah, berkemih pada malam hari, kesulitan dalam hal memulai
dan menghentikan berkemih, air kemih masih tetap menetes setelah selesai
berkemih, rasa nyeri pada waktu berkemih.
 Inkontinensia Urine
Terjadinya pengeluaran urine secara spontan pada sembarang waktu di luar
kehendak. Keadaan ini umum dijumpai pada lansia. Dari segi medis,
inkontinensia mempermudah timbulnya ulkus dekubitus, infeksi saluran
kemih, sepsis, gagal ginjal, dan peningkatan angka kematian.
6. Sistem Muskuloskeletal
a. Osteoartritis
Pada penyakit ini, rasa kaku biasanya timbul pada pagi hari setelah tidur, dan
sendi terasa nyeri jika digerakkan, tetapi dapat menghilang beberapa saat setelah
digerak-gerakan. Rasa nyeri dan kaku dapat timbul secara bergantian selama
beberapa bulan atau tahun. Peradangan ini paling bersifat asimetris. Osteoartritis
terjadi akibat ausnya sendi, yang merusak tulang rawan pada lapisan terluar sendi
karena penggunaan sendi yang berulang-ulang. Tulang yang berdekatan akan
saling bergeser sehingga menimbulkan rasa nyeri. Penyakit ini biasanya mengenai
daerah lutut dan punggung.
b. Artritis rheumatoid (arthritis simetris)
Pada penyakit ini, kaku pada pagi hari tidak mereda setelah 1 atau 2 jam. Kadang-
kadang kaku merupakan tanda awal penyakit ini. Peradangan sendi lain dapat
berupa nyeri dan keletihan yang semakin berat. Pembengkakan sendi pada
beberapa bagian tubuh seperti tangan, kaki, siku, pergelangan kanan-kiri yang
terpapar secara simetris juga dimasukkan dalam criteria arthritis rheumatoid.
c. Ankylosing spondyliti
Penyakit ini paling sering mengenai tulang belakang atau bagian lain, seperti
bahu, tangan, dan kaki, biasanya secara asimetris.
d. Psoriatic arthriti
Hingga 30% pengidap psoriasis juga akan mengalami psoriatic arthritis. Kelainan
ini biasanya bersifat asimetris, tetapi juga dapat timbul secara simetris,
menyerupai arthritis rheumatoid.
e. Pirai (gout)
Jenis arthritis ini menimbulkan nyeri yang cukup hebat dengan terjadinya
penumpukan asam urat di sendi-sendi. Keadaan ini biasanya pertama kali
mengenai ibu jari kaki sampai berwarna kemerahan dan bengkak, tetapi juga dapat
mengenai sendi lainnya. Rasa nyeri tersebut dapat cepat berkembang.
f. Artritis pada lupus
Artritis dapat terjadi pada lupus eritematosus, yaitu penyakit peradangan kronis
jaringan ikat yang terjadi karena sistem imunitas tubuh menyerang jaringan atau
organ pasien sendiri. Inflamasi terlihat pada berbagai sistem tubuh yang berbeda,
mencakup sendi, kulit, ginjal, sel darah, jantung, dan paru.
g. Peradangan sendi
Keparahan penyakit ini dinilai berdasarkan derajat ketidakmampuan pergerakan
yang ditimbulkannya. Bagi seseorang dengan fisik yang aktif, gangguan arthritis
ringan sudah dianggap sebagai suatu bencana.
h. Osteoporosis
Keadaan ini merupakan kondisi tulang yang keropos, rapuh, atau mudah patah.
Penyebabnya adalah perubahan kadar hormon, kekurangan kalsium dan vitamin
D, dan/atau kurangnya aktivitas fisik. Osteoporosis merupakan penyebab utama
fraktur orang dewasa terutama pada kaum perempuan.
7. Sistem Penglihatan
Katarak
Katarak merupakan suatu keadaan dimana terjadi kekeruhan pada lensa mata. Katarak
yang tidak mendapatkan penanganan dapat menyebabkan glaucoma fakomorfik.
Lensa mata yang menua pada katarak dengan zonula siliaris yang lemah dapat
tergeser ke depan atau ke belakang sehingga persepsi cahaya yang memasuki mata
menjadi terganggu dan mengaburkan penglihatan seseorang. Katarak pada lansia
ditandai dengan kekeruhan lensa mata, pembengkakan lensa yang berakhir dengan
pengerutan dan kehilangan sifat transparansinya. Pada keadaan lain katarak akibat
usia lanjut ini, kapsul lensa akan mencair membentuk cairan kental putih yang
menimbulkan peradangan hebat jika kapsul lensa mengalami rupture dan cairan
tersebut keluar, yang disebut katarak Morgagni.
8. Sistem Pendengaran
Presbiakusis
Presbiakusis merupakan istilah kedokteran untuk gangguan pendengaran pada lansia.
Keadaan ini biasanya terjadi pada usia 55 tahun atau lebih. Penyebab gangguan
pendengaran lainnya pada orang berusia tua antara lain karena infeksi atau kerusakan
di telinga dalam. Kemunduran pendengaran ini muncul bertahap dalam beberapa
tahun, yang mungkin tidak disadari pada awalnya. Gangguan tersebut baru diketahui
ketika pasien mengalami kesulitan mendengar suara orang menelepon atau mengikuti
pembicaraan pada kumpulan orang ramai. Teman atau anggota family dapat terkejut
karena pasien menyetel televisi terlalu keras atau meminta pengulangan pertanyaan
berkali-kali. Gangguan pendengaran ini dapat menimbulkan keterasingan dan
ketidakmampuan mendengar tanda bahaya.
9. Sistem Endokrin
Diabetes
Seseorang disebut mengidap diabetes jika terdapat kenaikan kadar gula darah yang
menetap. Penyakit ini terjadi pada segala umur, walaupun umumnya lebih sering
dijumpai pada lansia sebagai suatu penyakit kronis, yaitu sekitar 18% pada kelompok
individu berumur 65 tahun dan 25% di atas 85 tahun. Umumnya terdapat 5 tanda
gejala awal, yaitu peningkatan frekuensi berkemih, rasa haus, bertambahnya nafsu
makan, infeksi atau luka yang sukar sembuh, dan lesu. Kadang-kadang gejala terawal
berupa penglihatan yang kabur.
10. Sistem Reproduksi
Disfungsi Ereksi
Disfungsi ereksi berarti kegagalan terjadinya dan ketidakmampuan mempertahankan
ereksi pada 50% usaha penetrasi pada persetubuhan. Disfungsi ereksi dapat terjadi
dari waktu ke waktu pada berbagai tingkat umur setelah dewasa. Walaupun insiden
disfungsi ereksi meningkat seiring pertambahan usia, prevalensinya mencapai sekitar
52% pada umur antara 40-70 tahun dan meningkat pada orang yang lebih tua, yaitu
hampir mencapai 95% pada pria berumur >70 tahun, terutama dengan penyakit
penyerta seperti diabetes. Disfungsi ereksi dapat timbul akibat gangguan vascular,
neurogenik, endokrin, kelainan struktur penis, efek samping obat, dan stress
psikologis.

PROSES KEPERAWATAB KOMUNITAS PADA LANSIA

Pengkajian Kelompok Usia Lanjut

A. Data Umum :
Identitas Posyandu Lansia/Karang wredha /Panti Werda:
a. N a m a            :
b. Alamat             :
        B. Data Inti
1. Sejarah berdirinya Posyandu lansia/Karang werda/Panti Werda
2. Data Demografi (Distribusi lansia )
a) Jumlah anggota :           orang
b) Distribusi lansia menurut : Jenis kelamin, umur, status perkawinan, pekerjaan,
agama, pendidikan terakhir, tinggal di rumah : sendiri, bersama anak/cucu,  dll
3. Vital Statistik
Data status kesehatan Kelompok Usia Lanjut:
Masalah kesehatan saat ini : ( angka prevalensi dan insiden penyakit )
Kegiatan hidup sehari hari : ( makan/minum, istirahat tidur, eleminasi,  kebersihan
diri, kemandirian  dalam ADL )
Perilaku terhadap kesehatan : merokok, minum kopi, alcohol, gula, garam,
4. Nilai dan kepercayaan terhadap kesehatan : tentang Posyandu lansia,
                pencegahan penyakit, gizi lansia

C. Data Sub Sistem


1. Lingkungan fisik
a) Sarana Perumahan : ( Konstruksi, luas, lantai, penerangan,
b) pencahayaan, ventilasi, kebersihan, jumlah dan jenis ruangan )
c) Pekarangan : ( Luas, keadaan , pemanfaatan )
d) Sarana Sumber air bersih
e) Sarana Pembuangan sampah
f) Sarana Pembuangan kotoran manusia
g) Sarana Mandi
h) Sarana SPAL
2. Pelayanan Kesehatan dan sosial
a) Jumlah kader :      orang
b) Pengalamam mengikuti pelatihan kader :
     - Pernah :     orang
     - Belum :     orang
c) Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan :
- Posyandu lansia : (hari, tanggal, tempat) :
- Kegiatan Kelompok :( Senam, pengajian, arisan, rekreasi, dll)
3. Pendidikan
Status pendidikan anggota kelompok
4. Transportasi, Keamanan dan keselamatan
a) Sarana jalan dan transportasi di lingkungan kelompok lansia
b) Keamanan lingkungan : security, pencegahan kebakaran, kualitas
c) air dan udara
d) Keselamatan : pola penggunaan alat bantu jalan, lingkungan yang berisiko
terjadinya kecelakaan pada lansia
5. Politik dan pemerintahan
1. Struktur Organisasi Posyandu Lansia/ Karang Werda/Panti werda
2. Keikutsertaan kelompok lansia dalam program-program kesehatan
6. Komunikasi
a) Sarana komunikasi yang digunakan
b) Pola komunikasi antar anggota kelompok
c) Penyebaran informasi kegiatan kelompok
d) Komunikasi kelompok dengan Puskesmas, RW, Kelurahan
7. Ekonomi
a) Sumber pendaan Posyandu lansia/ karang werda/Panti werda
b) Status pekerjaan anggota kelompok lansia
c) Tingkat pendapatan anggota kelompok
d) Sarana ekonomi yang tersedia di masyarakat (Pasar, toko, warung)
8. Rekreasi
a) Sarana rekreasi yang tersedia di masyarakat
b) Kebiasaan rekreasi/ pola pemanfaatan waktu luang

Diagnosa Keperawatan Yang Sering Muncul pada keperawatan komunitas lansia


1. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan
Intervensi
a. pevensi primer
1) melakukan pendidikan kesehatan
2) memfasilitasi pembelajaran
3) pengajaran kelompok
4) pengajaran prosedur/tindakan
b. prevansi sekunder
1) manajemen perilaku
2) modifikasi perilaku
3) manajemen kasus
4) panduan system kesehatan
5) pengontrolan berkala
6) transportasi antar fasilitas keseahatan
7) skrining kesehatan
c. prevalensi tersier
1) pengembangan kesehatan masyarakat
2) pengembangan program pemasaran sosial di masyarakat
2. Pada kasus stroke diagnose yang mungkin muncul
a. Kurangnya efektif koping keluarga
Data pendukung masalah kesehatan komunitas pada lansia
 Dukungan yang diberikan keluarga tidak menunjukan hasil yang memuaskan
 Kurangnya pemahaman
 Komunikasi klien dan keluarga terbatas
 Dukungan yang diberikan keluarga tidak sesuai kemampuan keluarga
Intervensi keperawatan
Setalah dilakukan intervensi keperawatan komunitas mampu mengenal
masalah :
1) Teaching individual dan teaching grup
2) Keluarga dan klien mampu memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan
3) Keluarga dank lien mampu memutuskan dukungan membuat keputusan
membangun harapan
4) Keluarga mampu merawat peningkatan koping konseling krisis intervensi
5) Keluarga mampu memodifikasi lingkungan dengan mendengar aktif dan mediasi
konflik
b. Kurangya efektifnya pengelolaan kesehatan dalam keluarga
Data pendukung masalah kesehatan komunitas mampu mengenal masalah
 Pola pemeliharaan kesehatan keluarga tidak adekuat
 Kurangnya pengetahuan tentang pengobatan
 Kurangnya dukungan sosial
 Ketidakberdayaan keluarga dan klien
 Persepsi lansia terhadap manfaat dan kerentanan terhadap penyakit
Intervensi keperawatan
Setelah dilakukan intervensi keperawatan komunitas
1) Mampu Teaching individual dan teaching grup
2) Keluarga dan klien mampu memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan
3) Keluarga dank lien mampu memutuskan dukungan membuat keputusan
membangun harapan
4) Keluarga mampu merawat peningkatan koping konseling krisis intervensi
5) Keluarga mampu memodifikasi lingkungan dengan mendengar aktif dan mediasi
konflik
3. Pada kasus jantung koroner diagnose yang mungkin muncul
Intoleran aktivitas resiko ketidakefektifan perfusi jaringan jantung keletihan
Intervensi keperawatan
Setelah dilakukan intervensi keperawaratan komunitas
1) mampu mengenal dukungan fungsi psikososisal dan memfasilitsi perubahan
perubahan gaya hidup : Manajaemen perilaku,manajemen gangguan
makan,manajemen nutrisi,terapi nutrisi,konseling nutrisi,monitoring nutrisi
2) mampu memutuskan untuk memperkuat atau meningkatkan kognitif yang
diinginkan atau mengubah kognitif yang tidak di inginkan: restrukrisasi kognitif,
manajemen nyeri,manajmen perilaku, modifikasi perilaku lingkungan
3) keluarga mampu merawat agar dapat mengatur atau membantu aktivitas dan
pemeliharaan pengembangan energy : manajemen energy, peningkatan kegiatan
olah raga,intervensi data lab, dukungan dokter/tenaga kesehatan lainnya misal ahli
gizi
4) keluarga mampu meodifikasi lingkungan untuk mengembalikan fungsi psikososial
dan memfasilitasi perubahan gaya hidup : manajemen perilaku lansia,modifikasi
perilaku
5) keluarga mampu memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan

4. Risiko cidera b.d. rapuhnya tulang, kekuatan tulang yang berkurang


Tujuan: Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan klien tidak mengalami fraktur
baru dengan kriteria hasil:
a. Mempertahankan postur tubuh yang bagus.
b. Mempergunakan mekanika tubuh yang baik.
c. Mengonsumsi diet seimbang tinggi kalsium dan vitamin D.
d. Rajin menjalankan latihan pembebanan berat badan.
e. Istirahat dengan berbaring beberapa kali sehari.
f. Berpartisipasi dalam aktivitas di luar rumah.
g. Menciptakan lingkungan rumah yang nyaman.
Rencana Keperawatan:
a. Bina hubungan saling percaya.
R/ Terjadi keterbukaan antara perawat, pasien, serta keluarganya.
b. Dorong klien untuk latihan memperkuat otot, mencegah atrofi, dan menghambat
demineralisasi tulang progresif.
R/Latihan fisik setiap hari, misal: berjalan kaki, olahraga ringan dapat menjaga
kekuatan dan kepadatan tulang.
c. Latihan isometrik, untuk memperkuat otot batang tubuh
R/ Terapi diperlukan untuk mempertahankan fungsi otot.
d. Jelaskan kepada klien pentingnya menghindari membungkuk mendadak, melenggok,
dan mengangkat beban lama
R/ Mencegah terjadinya kelelahan umum dan kekakuan sendi. Menstabilkan sendi,
mengurangi gerakan/rasa sakit pasa sendi.
e. Berikan informasi bahwa aktivitas di luar rumah penting untuk memperbaiki
kemampuan tubuh menghasilkan vitamin D
R/ Vitamin D dapat membantu tulang untuk mengabsorbsi kalsium yang berguna untuk
menjaga kepadatan tulang.

5. Diabetes pada lansia berhubungan dengankebiasaan hidup yang tidak terkontrol


6. Hipertensi berhubungan dengan ketidakpatuhan lansia dalam mengikuti posyandu lansia
7. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan status kesehatan

 Diagnosa keperawatan komunitas pada lansia


a. Domain Lingkungan
1. Pendapatan     
2. Sanitasi
3. Pemukiman
4. Keamanan Pemukiman/  Tempat Kerja
b. Domain Psikososial
1. Komunikasi Dengan Sumber Masyarakat
2. Kontak Sosial
3. Perubahan Peranan
4. Hubungan Antar  Manusia
5. Kegelisahan Agama
6. Kesedihan
7. Stabilitas Emosi
8. Seksualitas
9. Pemeliharaan Orangtua
10. Penelantaran Anak, Lansia
11. Perilaku Kekerasan Pada Anak, Dewasa, Lansia
12. Pertumbuhan Dan  Perkembangan
c. Domain Fisiologis
1. Pendengaran
2. Penglihatan
3. Berbicara Dan  Bahasa
4. Geligi
5. Pengamatan
6. Nyeri
7. Kesadaran
8. Integumen/Kulit
9. Fungsi Neuro-Muskuloskeletal
10. Respirasi
11. Sirkulasi
12. Hidrasi
13. Fungsi Digestive
d. Domain Perilaku Yang Berhubungan Dengan  Kesehatan
1. Nutrisi
2. Pola Istirahat Dan Tidur
3. Aktifitas Fisik
4. Kebersihan Perorangan
5. Penyalah Gunaan Obat
6. Keluarga Berencana
7. Agen  Pelayanan  Kesehatan
8. Peraturan Penulisan Resep
9. Tekhnis Prosedur/Ketrampilan

PERENCANAAN  KEPERAWATAN PADA USIA LANJUT

Rencana Keperawatan disusun dalam upaya membantu klien memperoleh dan


mempertahankan kesehatan pada tingkatan yang optimal, kesejahteraan dan kualitas hidup,
serta untuk mempersiapkan diri terhadap datangnya kematian secara damai. 
1. Kolaborasi dengan profesi kesehatan yang terkait
2. Dokumentasikan dengan benar dan akurat
3. Perlu dirumuskan prioritas masalah, tujuan keperawatan,dan pendekatan yang digunakan

a. Merumuskan Tujuan
1) Berorientasi pada klien
2) Berorientasi pada masalah dan faktor-faktor penyebabnya
3) Jangka waktu pencapaian (jangka panjang-jangka pendek )
b. Merumuskan kriteria hasil
Menuliskan ukuran/standar pencapaian hasil yang diharapkan sesuai tujuan
c. Menyusun tindakan/ Intervensi
a) Pendekatan 3 tingkat pencegahan
b) Kerjasama lintas program dan sector

Tujuan dapat disusun dalam jangka pendek (khusus) dan jangka panjang (umum).
Hal ini bertujuan untuk  membedakan masalah yang dapat diselesaikan sendiri oleh usia
lanjut dan masalah yang harus diserahkan pada tim keperawatan atau kolektif.
a. Tujuan khusus/jangka pendek sifatnya spesifik, dapat diukur, dapat dimotivasi/memberi
kepercayaan pada usia lanjut bahwa kemajuan sedang dalam proses dan membimbing
usia lanjut ke arah tujuan yang jangka panjang/umum.
b. Tujuan jangka panjang/umum merupakan tujuan akhir yang menyatakan maksud-maksud
luas yang diharapkan oleh usia lanjut agar dapat tercapai.
1) Contoh Penulisan Tujuan  jangka panjang :
Keluarga dapat memelihara kesehatan penderita, yang meliputi : merubah gaya
hidup, melakukan pencegahan penyakit, melakukan perawatan mandiri  dalam waktu
6 bulan
2) Contoh : Penulisan Tujuan   jangka pendek :
Klien dapat menyebutkan kembali  tentang penyakit ………… setelah  diberikan  2
kali  penyuluhan
Kriteria hasil :
a. Menyebutkan pengertian dengan singkat
b. Menyebutkan 3 faktor penyebab
c. Menyebutkan 5 tanda-gejala utama
d. Menyebutkan 3 dampak penyakit
2. Klien dapat mengidentifikasi  gaya hidup penderita yang tidak sehat
Kriteria hasil :
Menyebutkan pola makan, kebiasaan-kebiasaan tidak sehat yang  dilakukan oleh
penderita
3. Klien dapat menjelaskan kembali cara pencegahan dan prinsip perawatan penyakit
setelah diberikan penyuluhan
Kriteria hasil :
a) Menyebutkan dengan benar 5 cara pencegahan peyakit
b) Menyebutkan dengan benar 5 prinsip perawatan penyakit

Komponen kriteria hasil


1. Dalam jangka panjang atau jangka pendek (Time bound)
2. Mempunyai perilaku yang dapat diukur (Measureable)
3. Spesifik dalam isi dan waktu (Specifik)
4. Harus dapat dicapai (Achieveable)
Rencana Intervensi Keperawatan
1. Upaya pencegahan primer (promotif, preventif) :
a. Pendidikan kesehatan : pencegahan dan perawatan penyakit kronis
b. Pelatihan kader usia lanjut (Askep komunitas)
c. Pelatihan pertolongan pertama pada kecelakaan
d. Peningkatan kesehatan lingkungan untuk mencegah terjadinya cedera
e. Aktivitas latihan fisik ( Senam lansia)
f. Pelayanan bimbingan dan konseling psikologis
g. Pengaturan  diit khusus usia lanjut
h. Promosi penggunaan alat bantu jalan , alat bantu penglihatan  dan pendengaran 

2. Upaya Pencegahan sekunder dan tersier (Kuratif dan Rehabilitatif) :


a. Asuhan keperawatan langsung pada usia lanjut yang mengalami gangguan fisik akibat
penyakit kronis dan degeneratif yang mengalami ketergantungan sedang sampai berat
b. Asuhan keperawatan langsung pada usia lanjut yang mengalami gangguan psikologis
sampai dengan gangguan jiwa
c. Kolaborasi dengan medis dalam pemberian terapi farmakologis
d. Latihan fisioterapi
e. Terapi Aktifitas kelompok
f. Terapi kerja

Pelaksanaan/Implementasi

Pelaksanaan tindakan keperawatan pada usia lanjut diarahkan untuk memelihara kemampuan
fungsional, mencegah terjadinya komplikasi dan meningkatkan kemandirian dalam aktifitas
sehari-hari.
Tindakan Keperawatan pada Usia Lanjut :
a. Menumbuhkan dan membina hubungan yang baik dan saling percaya
b. Menyiapkan lingkungan yang kondusif (aman, nyaman) dan memelihara keselamatan
c. Meningkatkan rangsangan persepsi dan sensori (melalui tulisan, gambar yang jelas)
d. Mempertahankan dan melatih orientasi realitas (terhadap waktu, tempat dan orang)
e. Memberikan perawatan untuk meningkatkan sirkulasi darah (posisi duduk/tidur,
melonggarkan pakaian, massage, aktifitas fisik)
f. Tindakan Keperawatan pada Usia Lanjut
g. Memberikan perawatan terhadap kebutuhan oksigenasi (latihan batuk efektif,
mengeluarkan sekret, clapping, latihan nafas dalam dan memberikan oksigen)
h. Memberikan perawatan terhadap kebutuhan nutrisi dan cairan (diit khusus usia lanjut,
mudah cerna, cukup cairan dan mineral, tinggi kalori dan protein, banyak sayur dan
buah)
i. Memberikan perawatan terhadap kebutuhan eliminasi (latihan otot dasar panggul,
pemasangan cateter, pemberikan huknah)
j. Memberikan perawatan terhadap kebutuhan personal higiene ( membantu aktifitas
mandi,gosok gigi/perawatan mulut,  cuci rambut, ganti baju, berhias, memelihara
kebersihan kuku)
k. Memberikan latihan fisik dan fisio terapi
l. Memberikan perawatan terhadap kebutuhan gerak/berpindah (menyediakan alat bantu
jalan dan melatih)
m. Memberikan perawatan terhadap kebutuhan psikososial (manajemen stress, melatih
koping yang efektif, membimbing perubahan pola hidup, dan dukungan sosial)

Evaluasi
a. Perawat bertanggung jawab untuk mengevaluasi status dan kemajuan klien terhadap
pencapaian hasil dari tujuan keperawatan yang telah ditetapkan sebelumnya
b. Kegiatan evaluasi meliputi mengkaji kemajuan status kesehatan klien , membandingkan
respons klien dengan  kriteria hasil dan menyimpulkan  hasil  kemajuan masalah dan
kemajuan pencapaian tujuan keperawatan klien
c. Perawat akan mencatat hasil evaluasi  dalam lembar  evaluasi  atau dalam catatan
kemajuan  
d. Dalam menelaah kemajuan klien dalam pencapaian hasil, perawat akan mencatat salah
satu dari keputusan berikut, dalam lembar  evaluasi  atau dalam catatan kemajuan  pada
saat ditentukan untuk melakukan evaluasi:
a. Lanjutkan: Diagnosa masih berlaku,  tujuan dan kriteria standar masih relevan
b. Direvisi: diagnosa masih berlaku, tetapi tujuan dan tindakan keperawatan 
keperawatan memerlukan perbaikan.
c. Teratasi : tujuan keperawatan  telah dicapai, dan  rencana perawatan tidak
dilanjutkan.
d. Dipakai lagi: diagnosa yang telah teratasi terjadi lagi
PROGAM KEPERAWATAN PADA LANSIA

A. Pengertian Posyandu Lansia

Posyandu lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk masyarakat usia lanjut di suatu wilayah
tertentu yang sudah disepakati, yang digerakkan oleh masyarakat dimana mereka bisa
mendapatkan pelayanan kesehatan. Posyandu lansia merupakan pengembangan dari
kebijakan pemerintah melalui pelayanan kesehatan bagi lansia yang penyelenggaraannya
melalui program Puskesmas dengan melibatkan peran serta para lansia, keluarga, tokoh
masyarakat dan organisasi sosial dalam penyelenggaraannya.

Posyandu lansia merupakan suatu fasilitas pelayanan kesehatan yang berada di desa-desa
yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat khususnya bagi warga yang sudah
berusia lanjut. Posyandu lansia adalah wahana pelayanan bagi kaum usia lanjut yg dilakukan
dari, oleh, dan untuk kaum usia yg menitikberatkan pd pelayanan promotif dan preventif
tanpa mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitative. Posyandu lansia merupakan upaya
kesehatan lansia yg mencakup kegiatan yankes yg bertujuan u/ mewujudkan masa tua yg
bahagia dan berdayaguna

B.     Tujuan Posyandu Lansia

Tujuan Umum

Meningkatkan derajat kesehatan lansia untuk mencapai masa tua yg bahagia & berdaya guna
dlm kehidupan keluarga dan masyarakat (Matra, 1996)        

Tujuan khusus

1. Meningkatkan kesadaran lansia untuk membina sendiri kesehatannya


2. Meningkatkan kemampuan & peran serta masy dlm menghayati & mengatasi masalah
kesh lansia scr optimal
3. Meningkatkan jangkauan yankes lansia
4. Meningkatnya jenis dan mutu yankes lansia

Tujuan pembentukan posyandu lansia secara garis besar antara lain :

1. Meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan lansia di masyarakat, sehingga terbentuk


pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan lansia
2. Mendekatkan pelayanan dan meningkatkan peran serta masyarakat dan swasta dalam
pelayanan kesehatan disamping meningkatkan komunikasi antara masyarakat usia lanjut.

C.    Pelaksanaan Sistem Lima Posyandu Lansia

Pelaksanaan kegiatan dengan menggunakan sistem 5 meja yaitu:

1. Meja 1: Pendaftaran
Mendaftarkan lansia, kemudian kader mencatat lansia tersebut. Lansia yang sudah
terdaftar di buku register langsung menuju meja selanjutnya.
2. Meja 2:  Kader melakukan pengukuran tinggi badan, berat badan, dan tekanan darah
3. Meja 3: Pencatatan (Pengisian Kartu Menuju Sehat)
Kader melakukan pencatatan di KMS lansia meliputi : Indeks Massa Tubuh, tekanan
darah, berat badan, tinggi badan.
4. Meja 4: Penyuluhan
Penyuluhan kesehatan perorangan berdasarkan KMS dan pemberian makanan
tambahan.
5. Meja 5: Pelayanan medis
Pelayanan oleh tenaga professional yaitu petugas dari Puskesmas/kesehatan meliputi
kegiatan : pemeriksaan dan pengobatan ringan.

D.    Kader Lansia (pengertian, tugas, organisasi, pendanaan) 

1. Pengertian Kader Lansia


Kader adalah seorang tenaga sukarela yang direkrut dari, oleh dan untuk
masyarakat, yang bertugas membantu kelancaran pelayanan kesehatan. Keberadaan
kader sering dikaitkan dengan pelayanan rutin di posyandu. Padahal ada beberapa
macam kader bisa dibentuk sesuai dengan keperluan menggerakkan partisipasi
masyarakat atau sasarannya dalam program pelayanan kesehatan.
2. Tugas Kader Lansia
Secara umum tugas-tugas kader lansia adalah sebagai berikut :
a. Tugas-Tugas Kader
1) Tugas sebelum hari buka Posyandu (H - Posyandu) yaitu berupa tugas –
tugas persiapan oleh kader agar kegiatan pada hari buka Posyandu berjalan
dengan baik.
2) Tugas pada hari buka Posyandu (H Posyandu) yaitu berupa tugas-tugas
untuk melaksanakan pelayanan 5 meja.
3) Tugas sesudah hari buka posyandu (H + Posyandu) yaitu berupa tugas -
tugas setelah hari Posyandu.
b. Tugas-Tugas Kader Pada Pelaksanaan Posyandu Lansia
1) Tugas-tugas kader Posyandu pada H - atau pada saat persiapa hari Posyandu,
meliputi :
a) Menyiapkan alat dan bahan : timbangan, tensimeter, stetoskop, KMS,
alat peraga, obat-obatan yang dibutuhkan, bahan/materi penyuluhan dan
lain-lain.
b) Mengundang dan menggerakkan masyarakat, yaitu memberi tahu para
lansia untuk datang ke Posyandu, serta melakukan pendekatan tokoh
yang bisa membantu memotivasi masyarakat (lansia) untuk datang ke
Posyandu
c) Menghubungi kelompok kerja (Pokja) Posyandu yaitu menyampaikan
rencana kegiatan kepada kantor desa dan meminta memastikan apakah
petugas sector bisa hadir pada hari buka Posyandu.
d) Melaksanakan pembagian tugas : menentukan pembagian tugas diantara
kader Posyandu baik untuk persiapan untuk pelaksanaan
c. Organisasi Kader Lansia
1) Pemeriksaan kesehatan secara berkala : pendataan, screening, px kesh (gizi,
jiwa, lab), pengobatan sederhana, pemberian suplemen vitamin, PMT
2) Peningkatan olahraga
3) Pengembangan ketrampilan :kesenian, bina usaha
4) Bimbingan pendalaman agama
5) Pengelolaan dana sehat
6) Pendanaan Kadar Lansia

E.     KMS Lansia

Kartu menuju sehat (KMS) adalah suatu alat untuk mencatat kondisi kesehatan
pribadi usia lanjut baik fisik maupun mental emosional. Kegunaan KMS untuk memantau
dan menilai kemajuan Kesehatan Usia Lanjut yang dilaksanakan di kelompok Usia Lanjut
atau Puskesmas
Tata Cara pengisian KMS :

1.       KMS berlaku 2 th, diisi o/ petugas kesehatan

2.       Pada kunjungan pertama, diperiksa semua jenis tes yg tertera. Sedangkan pd kunjungan
ulang cukup diperiksa sekali sebulan, kecuali u/ tes laboratorium dperiksa per 3 bulan (Hb,
Urine, Protein)

F.     Latihan Gerak Dan Senam Lansia

Senam adalah serangkaian gerak nada yang teratur dan terarah serta terencana yang dilakukan
secara tersendiri atau berkelompok dengan maksud meningkatkan kemampuan fungsional
raga untuk mencapai tujuan tersebut (Santosa, 1994). Lansia seseorang individu laki-laki
maupun perempuan yang berumur antara 60-69 tahun. (Nugroho 1999:20)

Jadi senam lansia adalah serangkaian gerak nada yang teratur dan terarah serta terencana
yang diikuti oleh orang lanjut usia yang dilakukan dengan maksud meningkatkan kemamp
meningkatkan kemampuan fungsional raga untuk mencapai tujuan tersebut.

Manfaat Olahraga Bagi Lansia

Manfaat dari olahraga bagi lanjut usia menurut Nugroho (1999; 157) antara lain :

1.      Memperlancar proses degenerasi karena perubahan usia.

2.      Mempermudah untuk menyesuaikan kesehatan jasmani dalam kehidupan (adaptasi)

3.      Fungsi melindungi, yaitu memperbaiki tenaga cadangan dalam fungsinya terhadap


bertambahnya tuntutan, misalya sakit.Sebagai Rehabilitas Pada lanjut usia terjadi penurunan
masa otot serta kekuatannya, laju denyut jantung maksimal, tolerasnsi latihan, kapasitas
aerobik dan terjadinya peningkatan lemak tubuh. Dengan melakukan olahraga seperti senam
lansia dapat mencegah atau melambatkan kehilangan fungsional tersebut. Bahkan dari
berbagai penelitian menunjukan bahwa latihan/olah raga seperti senam lansia
dapatmengeliminasi berbagai resiko penyakit seperti hipertensi, diabetes melitus, penyakit
arteri koroner dan kecelakaan. (Darmojo 1999;81)

Senam lansia dilaksanakan disetiap satu bulan sekali pada saat dilakukan kegiatan posyandu
lansia yang dilaksanakan di 22 posyandu lansia yang ada.

Komponen aktivitas dan kebugaran


Menurut Darmojo (1999:74) komponen aktivitas dan kebugaran terdiri dari:

1.      Self Efficacy (keberdayagunaan-mandiri) adalah istilah untuk menggambarkan rasa


percaya atas keamanan dalam melakukan aktivitas. Hal ini sangat berhubungan dengan
ketidaktergantungan dalam aktivitas sehari-hari. Dengan keberdayagunaan mandiri ini
seorang usia lanjut mempunyai keberanian dalam melakukan aktivitas.

2.      Latihan Pertahanan (resistence training) keuntungan fungsional atas latihan pertahanan


berhubungan dengan hasil yang didapat atas jenis latihan yang bertahan, antara lain mengenai
kecepatan bergerak sendi, luas lingkup gerak sendi (range of motion) dan jenis kekuatan.
Yang dihasilkan pada penelitian-penelitian dipanti jompo didapatkan bahwa latihan
pertahanan yang intensif akan meningkatkan kecepatan gart (langkah) sekitar 20% da
kekuatan untuk menaiki tangga sebesar 23-38%

3.      Daya Tahan (endurance) daya tahan adalah kemampuan seseorang untuk melakukan
kerja dalam waktu yang relatif cukup lama. Pada lansia latihan daya tahan /kebugaran yang
cukup keras akan meningkatkan kekuatan yang didapat dari latihan bertahan. Hasil akibat
latihan kebugaran tersebut bersifat khas untuk latihan yang dijalankan (training specifik),
sehingga latihan kebugaran akan meningkatkan kekuatan berjalan lebih dengan latihan
bertahan.

4.      Kelenturan (flexibility) pembatasan atas lingkup gerak sendi, banyak terjadi pada lanjut
usia yang sering berakibat kekuatan otot dan tendon. Oleh karena itu latihan kelenturan sendi
merupakan komponen penting dari latihan atau olah raga bagi lanjut usia.

5.      Keseimbangan-keseimbangan merupakan penyebab utama yang sering mengakibatkan


lansia sering jatuh. Keseimbangan merupakan tanggapan motork yang dihasikan oleh
berbagai faktor, diantaranya input sesorik dan kekuatan otot. Penurunan keseimbangan pada
lanjut usia bukan hanya sebagai akibat menurunya kekuatan otot atau penyakit yang diderita.
Penurunan keseimbangan bisa diperbaiki dengan berbagai latihan keseimbangan. Latihan
yang meliputi komponen keseimbangan akan menurukan insiden jatuh pada lansia.
Dapus

1. Maryam, S dkk, 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya .Salemba


Medika:Jakarta
2. Allender, J.A., & Spradley. B.W.(2005). Community health nursing promoting and protecting
the public health. (6 th ed), Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins
3. Anderson, E.T., & Mc. Farland, J. (2000). Community as partner teory and practice in
nursing. (3 th ed). Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins
4. Ervin, N.F. (2002). Advance community health nursing practice: population focused
care. New Jersey: Prentice Hall
5. Buku diagnosa keperawatan nanda,nic dan noc

Anda mungkin juga menyukai