BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
yang sering pula disebut sebagai Lumbar Disc Syndrome atau Lumbosacral
bersifat akut, kronik atau berulang. HNP adalah suatu penyakit dimana
bantalan lunak di antara ruas-ruas tulang belakang (soft gel disk atau
cogcygeus. Vertebra yang paling besar diantara yang lainnya adalah vertebra
dan langsing, adapun anatomi vertebra, yaitu; (a) Corpus Vertebra Lumbalis;
(b) Processus spinosus dan tranversus;(c) Arcus Vertebra; (d) Foramen vertebralis
(Prasetyo, 2010).
6
nervus spinalis terdiri dari 31 pasang saraf yang tersusun secara sistematis.
meliputi: N. Gluteus superior (L4-5 dan S1), N. Gluteus inferior (L5 dan
dibandingkan dengan vertebra lainnya. Hal ini oleh karena bentuk diskusnya
besar dari arah foccetnya berlainan. Gerakan fleksi dari lumbal berakhir pada
lumbal 4-5 dan diperkirakan 75% dari fleksi kedepan seluruhnya terjadi pada
L4-S1 yang disebut lumbo sacral dan luas gerakannya merupakan terbesar
Maheswara, A. 2013).
1) Fleksi
dan pada axis frontal horizontal pada gerakan ini korpus vertebra miring
2) Ekstensi
belakang gerakan terjadi pada bidang sagital dengan aksis frontal. Pada
3) Lateral Flexi
badan ke samping kanan maupun kiri. Gerakan ini terjadi pada bidang
frontal dan axis sagittal dan gerakan ini dibatasi oleh ketegangan otot
4) Rotasi
gerakan ini terjadi pada bidang horisontal dengan axis vertikal melalui
4. Etiologi
nucleus pulposus (Moore dan Agur, 2013). Selain itu, HNP kebanyakan juga
fibrosus. Pada kebanyakan pasien gejala trauma bersifat singkat, dan gejala
ini disebabkan oleh cidera pada diskus yang tidak terlihat selama beberapa
5. Patofisiologi
penyusutan kadar air. Jadi tercipta suatu keadaan dimana di satu pihak
volume materi nucleus pulposus berkurang dan di pihak lain volume rongga
(Widhiana, 2002).
dibagi atas :
anulus fibrosus.
posterior.
6. Manifestasi Klinis
b. Nyeri yang menjalar atau seperti rasa tersetrum dan dapat disertai rasa
baal, yang dirasakan dari bokong menjalar ke daerah paha, betis bahkan
B. Nyeri
1. Definisi
nyeri akut dan nyeri kronik. Nyeri akut dapat disebut nyeri yang normal,
merupakan nyeri yang terjadi dalam waktu cepat, ada penyebab yang jelas
seperti jejas atau lesi jaringan lunak, infeksi atau inflamasi. Nyeri kronik adalah
nyeri yang berlarut-larut, memanjang, lama sesudah lesi atau penyakit awal
2. Mekanisme Nyeri
terhadap nyeri yang cepat, tajam, terlokalisasi serta serabut C yang tidak
neurotransmitter kuat.
abdominal dan rongga thoraks. Nyeri somatik terbagi menjadi nyeri somatik
dalam dan nyeri kutaneus. Nyeri somatik dalam berasal dari tulang, tendon,
saraf dan pembuluh darah, sedang nyeri kutaneus berasal dari kulit dan
oleh lesi saraf tepi, dan nyeri sentral apabila disebabkan lesi pada otak, batang
nyeri yang dianggap paling efisien yang telah digunakan dalam penelitian
intensitas nyeri paling sensitif, murah dan mudah dibuat. VAS mempunyai
korelasi yang baik dengan skala-skala pengukuran yang lain dan dapat
mengukur semua jenis nyeri. Namun kekurangan dari skala ini adalah
sebagai kuesioner nyeri generik untuk nyeri kronis lainnya. Ini tersedia
dalam waktu singkat (sembilan item) dan panjang (17 item) bentuk dan
rasa sakit responden pada hari itu. Kuisioner kemudian disusun diagram
paling tidak sakit, sakit rata-rata, sakit sekarang), dua item nyeri perawatan
atau obat pereda, dan satu item pada gangguan rasa sakit, dengan tujuh sub-
C. Modalitas Fisioterapi
a. Definisi
2015).
b. Tujuan
c. Indikasi
d. Kontraindikasi
e. Dosis
nafas dalam” dan kemudian rileks selama dua hingga tiga menit.
15
menit.
anda dalam posisi yang akan anda gunakan saat melakukan push
anda sejauh batas nyeri, usahakan pelvis dan kedua lutut tetap
2. Mobilisasi saraf
a. Definisi
b. Tujuan
biasanya nyeri akan muncul terlebih dahulu sebelum ada gerakan yang
terbatas, dan bias juga digunakan pada kondisi yang tidak lagi terasa
D, 2013).
c. Indikasi
(Nurfitriyah. D, 2013)
d. Kontraindikasi
peradangan yang masih baru dan nyeri hebat, tumor, gejala lesi medulla
spinalis dan kondisi lain yang bila dilakukan Mobilisasi pada jaringan
e. Dosis
kali pengulangan.
(Setiawan 2013)
20
2013)
21
D. Kerangka Teori
Faktor Resiko
1. Usia
2. Jenis Kelamin
3. Trauma vertevra
4. Obesitas
Evaluasi Terapi
Hasil Terapi
( VAS, BPI)