Disusun oleh
Aswanti
Merugikan keuangan negara merupakan satu dari 7 jenis korupsi yang umum terjadi.
Jenis perbuatan yang merugikan negara ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu mencari
keuntungan dengan cara melawan hukum dan merugikan negara serta menyalahgunakan
jabatan untuk mencari keuntungan dan merugikan negara.
Syaratnya harus ada keuangan negara yang masih diberikan. Biasanya dalam bentuk
tender, pemberian barang, atau pembayaran pajak sekian yang dibayar sekian. Kalau ada
yang bergerak di sektor industri alam kehutanan atau pertambangan, itu mereka ada
policy tax juga agar mereka menyetorkan sekali pajak, semua itu kalau terjadi curang
nanti bisa masuk ke konteks ini (kerugian negara).
Contoh dari kasus korupsi suap-menyuap seperti menyuap pegawai negeri yang karena
jabatannya bisa menguntungkan orang yang memberikan suap, menyuap hakim,
pengacara, atau advokat. Korupsi jenis ini telah diatur dalam UU PTPK.
Penggelapan dalam jabatan termasuk ke dalam kategori yang sering dimaksud sebagai
penyalahgunaan jabatan, yakni tindakan seorang pejabat pemerintah dengan kekuasaaan
yang dimilikinya melakukan penggelapan laporan keuangan, menghilangkan barang
bukti atau membiarkan orang lain menghancurkan barang bukti yang bertujuan untuk
menguntungkan diri sendiri dengan jalan merugikan negara.
Pemerasan merupakan tindakan yang dilakukan oleh pegawai negeri atau penyelenggara
negara untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum atau
dengan menyalahgunakan kekuasaaannya dengan memaksa seseorang memberikan
sesuatu, membayar, atau menerima pembayaran dengan potongan, atau untuk
mengerjakan sesuatu bagi dirinya sendiri.
Berdasarkan definisi dan dasar hukumnya, pemerasan dapat dibagi menjadi 2 yaitu: 1.
Pemerasan yang dilakukan oleh pejabat pemerintah kepada orang lain atau kepada
masyarakat. Pemerasan ini dapat dibagi lagi menjadi 2 (dua) bagian berdasarkan dasar
hukum dan definisinya yaitu:
- Pemerasan yang dilakukan oleh pejabat pemerintah karena mempunyai kekuasaan dan
dengan kekuasaannya itu memaksa orang lain untuk memberi atau melakukan sesuatu
yang menguntungkan dirinya. Hal ini sesuai dengan Pasal 12 huruf e UU PTPK.
Pemerasan yang dilakukan oleh pegawai negeri kepada seseorang atau masyarakat
dengan alasan uang atau pemberian ilegal itu adalah bagian dari peraturan atau haknya
padahal kenyataannya tidak demikian. Pasal yang mengatur tentang kasus ini adalah
Pasal 12 huruf e UU PTPK.
2. Pemerasan yang di lakukan oleh pegawai negeri kepada pegawai negeri yang lain.
Korupsi jenis ini di atur dalam Pasal 12 UU PTPK.
Perbuatan curang yang dimaksud dalam jenis korupsi ini biasanya dilakukan oleh
pemborong, pengawas proyek, rekanan TNI/Polri, pengawas rekanan TNI/Polri, yang
melakukan kecurangan dalam pengadaan atau pemberian barang yang mengakibatkan
kerugian bagi orang lain atau terhadap keuangan negara atau yang dapat membahayakan
keselamatan negara pada saat perang. Selain itu pegawai negeri yang menyerobot tanah
negara yang mendatangkan kerugian bagi orang lain juga termasuk dalam jenis korupsi
ini.
Pengadaan merupakan kegiatan yang bertujuan untuk menghadirkan barang atau jasa
yang dibutuhkan oleh suatu instansi atau perusahaan. Orang atau badan yang ditunjuk
untuk pengadaan barang atau jasa ini dipilih setelah melalui proses seleksi yang disebut
dengan tender.
Pada dasarnya, proses tender harus berjalan dengan bersih dan jujur. Instansi atau
kontraktor yang rapornya paling bagus dan penawaran biayanya paling kompetitif, maka
instansi atau kontraktor tersebut yang akan ditunjuk dan menjaga, pihak yang menyeleksi
tidak boleh ikut sebagai peserta.
Kalau ada instansi yang bertindak sebagai penyeleksi sekaligus sebagai peserta tender
maka itu dapat dikategorikan sebagai korupsi. Hal ini telah diatur dalam Pasal 12 huruf i
UU PTPK.
Gratifikasi termasuk ke dalam 7 jenis korupsi. Jenis korupsi ini merupakan pemberian
hadiah yang diterima oleh pegawai Negeri atau Penyelenggara Negara dan tidak
dilaporkan kepada KPK dalam jangka waktu 30 hari sejak diterimanya gratifikasi.
Gratifikasi dapat berupa uang, barang, diskon, pinjaman tanpa bunga, tiket pesawat,
liburan, biaya pengobatan, serta fasilitas-fasilitas lainnya. Jenis korupsi ini diatur dalam
Pasal 12B UU PTPK dan Pasal 12C UU PTPK, yang menentukan:
“Pegawai Negeri atau penyelenggara Negara yang menerima hadiah, padahal diketahui
atau patut di dugabahwa hadiah, tersebut diberikan sebagai akibat atau disebabkan karena
telah melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalam jabatannya yang bertentangan
dengan jabatannya.”
Mengingat semakin beratnya tugas KPK yang saat ini sedang ada pada zona
terpuruk dan besarnya akibat yang disebabkan oleh kasus korupsi tersebut, maka
diperlukan suatu sistem yang mampu menyadarkan semua elemen bangsa untuk
sama-sama bergerak memberantas korupsi yang juga harus didukung penuh oleh
semua pihak dalam jajaran pemerintah. Cara yang paling efektif adalah melalui
media pendidikan. Diperlukan sebuah sistem pendidikan antikorupsi yang berisi
tentang sosialisasi bentuk-bentuk korupsi, cara pencegahan dan pelaporan serta
pengawasan terhadap tindak pidana korupsi. Pendidikan seperti ini harus ditanamkan
secara terpadu mulai dari pendidikan dasar sampai perguruan tinggi.
Pendidikan antikorupsi ini sangat penting bagi perkembangan psikologis siswa. Pola
pendidikan yang sistematik akan mampu membuat siswa mengenal lebih dini hal-hal
yang berkenaan dengan korupsi temasuk sanksi yang akan diterima jika melakukan
korupsi. Dengan begitu, akan tercipta generasi yang sadar dan memahami bahaya
korupsi, bentuk-bentuk korupsi dan tahu akan sanksi yang akan diterima jika
melakukan korupsi. Sehingga, masyarakat akan mengawasi setiap tindak korupsi
yang terjadi dan secara bersama memberikan sanksi moral bagi koruptor.
Pendidikan antikorupsi merupakan tindakan untuk mengendalikan dan mengurangi
korupsi berupa keseluruhan upaya untuk mendorong generasi mendatang untuk
mengembangkan sikap menolak secara tegas terhadap setiap bentuk korupsi.
Mentalitas antikorupsi ini akan terwujud jika kita secara sadar membina kemampuan
generasi mendatang untuk mampu mengidentifkasi berbagai kelemahan dari sistem
nilai yang mereka warisi dan memperbaharui sistem nilai warisan dengan situasi-
situasi yang baru.