Anda di halaman 1dari 11

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN GANGGUAN

SISTEM PERNAFASAN : BRONCHOPNEUMONIA

Kelompok 4:
- Afni Khopipah - Intan Nursyahidah
- Dufada Nurfadilah - Maudya Taffana Salshabila
- Dynar Fatmawati - Nurul Novia
- Hilda Andriyani - Zahra Ainurahma
SUB POKOK PEMBAHASAN

DEFINISI EPIDEMIOLOGI ETIOLOGI

PEMERIKSAAN MANIFESTASI
PHATOFISIOLOGI
PENUNJANG KLINIK

PENATALAKSANAA
KOMPLIKASI
N MEDIS
DEFINISI BRONCHOPNEUMONIA

Bronkopneumonia merupakan proses inflamasi paru yang umumnya disebabkan oleh agens
infeksius, serta mengambarkan pneumonia yang mempunyai pola penyenaran berbercak,
dalam satu atau lebih area terlokalisasi dalam bronkiolus dan meluas ke parenkim paru yang
terdekat (Nursalam, 2005).
EPIDEMIOLOGI

Insiden penyakit ini pada negara berkembang hampir 30% pada anak-anak di bawah umur 5 tahun
dengan resiko kematian yang tinggi, sedangkan di Amerika pneumonia menunjukkan angka 13% dari
seluruh penyakit infeksi pada anak di bawah umur 2 tahun.
Dari data SEAMIC Health Statistic 2001 influenza dan pneumonia merupakan penyebab kematian
nomor 6 di Indonesia, nomor 9 di Brunei, nomor 7 di Malaysia, nomor 3 di Singapura, nomor 6 di
Thailand dan nomor 3 di Vietnam. Laporan WHO 1999 menyebutkan bahwa penyebab kematian
tertinggi akibat penyakit infeksi di dunia adalah infeksi saluran napas akut termasuk pneumonia dan
influenza. Insidensi pneumonia komuniti di Amerika adalah 12 kasus per 1000 orang per tahun dan
merupakan penyebab kematian utama akibat infeksi pada orang dewasa di negara itu.
ETIOLOGI

• Timbulnya bronkopneumonia adalah bakteri, virus, mikroplasma, jamur dan protozoa.


• Bakteri penyebab bronkopneumonia meliputi :
1) Bakteri gram positif
a) Streptococcus pneumonia (biasanya disertai influenza dan meningkat pada penderita
PPOM dan penggunaan alkohol).
b) Staphylococcus (kuman masuk melalui darah atau aspirasi, sering menyebabkan infeksi
nasokomial).
LANJUTAN..
2) Bakteri gram negatif
a) Haemaphilius influenza (dapat menjadi penyebab pada anak-anak dan menyebabkan
gangguan jalan nafas kronis).
b) Pseudomonas aerogmosa (berasal dari infeksi luka, luka bakar, trakeostomi, dan infeksi
saluran kemih).
c) Klebseila pneumonia (insiden pada penderita alkoholis).
3) Bakteri anaerob (masuk melalui aspirasi oleh karena gangguan kesadaran, gangguan
menelan).
4) Bakteri atipikal (insiden mengingat pada usia lanjut, perokok dan penyakit kronis).
PHATOFISIOLOGI

• Proses terjadinya bronkopneumonia dimulai dari berhasilnya kuman pathogen masuk ke


cairan mukus dalam jalan nafas. Kuman tersebut berkembang biak di saluran nafas atau
sampai di paru-paru. Bila mekanisme pertahanan seperti sistem transport mukosilia tidak
adekuat, maka kuman berkembang biak secara cepat sehingga terjadi peradangan di saluran
nafas atas, sebagai respon peradangan akan terjadi hipersekresi mukus dan merangsang batuk.
Mikroorganisme berpindah karena adanya gaya tarik bumi dan alveoli menebal. Pengisian
cairan alveoli akan melindungi mikroorganisme dari fagosit dan membantu penyebaran
organisme ke alveoli lain. Keadaan ini menyebabkan infeksi meluas, aliran darah di paru
sebagian meningkat yang diikuti peradangan vaskular dan penurunan darah kapiler .
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Foto polos
• Nilai analisa gas darah
• Hitung darah lengkap dan hitung jenis
• Pewarnaan gram
• Tes kulit untuk tuberkulin
• Jumlah lekosit
• Tes fungsi paru
• Spirometri statik
• Kultur darah spesimen darah
PENATALAKSANAAN
• Terapi dan Tindakan medis
Sebaiknya pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi tetapi hal ini tidak dapat selalu dilakukan
dan memakan waktu yang cukup lama, maka dalam praktek diberikan pengobatan polifarmasi, Biasanya diberi:
• Penisilin 50.000 U/kgBB/hari,ditambah dengan kloramfenikol 50-70 mg/kgBB/hari atau diberikan antibiotik
yang mempunyai spektrum luas seperti ampisilin. Pengobatan ini diteruskan sampai bebas demam 4-5 hari.
• Pemberian oksigen dan cairan intravena, biasanya diperlukan campuran glukose 5% dan Nacl 0.9% dalam
perbandingan 3:1 ditambah larutan KCL 10 mEq/500 ml/botol infus.
• Karena sebagian besar pasien jatuh kedalam asidosis metabolik akibat kurang makan dapat diberikan koreksi
sesuai denagn hasil analisa gas darah arteri.
• Pasien bronkopnemonia ringan tidak usah dirawat dirumah sakit.
KOMPLIKASI
Komplikasi yang kemungkinan terjadi pada diantaranya sebagai berikut:
• Otitis media

Terjadi apabila anak yang mengalami bronkopnemonia tidak segera diobati sehingga jumlah sputum menjadi
berlebih dan akan masuk ke dalam tuba eustaci sehingga menghalangi masuknya udara ke telinga tengah.
• Bronkiektase

Hal ini terjadi akibat bronkus mengalami kerusakan dan timbul fibrosis juga terdapat pelebaran bronkus
akibat tumpukan nanah.
• Abses Paru

Rongga bronkus terlalu banyak cairan akibat dari infeksi bakteri dalam paru – paru.
• Empiema

Anak yang mengalami bronkopneumonia, paru – parunya mengalami infeksi akibat bakteri maupun virus
sehingga rongga pleuranya berisi nanah.

Anda mungkin juga menyukai