Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH BIMBINGAN DAN KONSELING

“URGENSI BK DI SEKOLAH”

DOSEN PENGAJAR : Bapak Rezki Fauzi, S.Psi, M.Psi

Disusun Oleh :

Lailatul Hasanah Sinaga (19.02.0070)

Rukshana Choirunnisa (19.10.0082)

Ryan Andika (19.02.0093)

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

PEMATANG SIANTAR

PRODI PAI 4/3

TAHUN AKADEMIK 2019-2020

1
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.


Puji serta syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan kita
nikmat iman, Islam, sehat dan lain sebagainya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah yang membahas tentang “Urgensi BK Di Sekolah” disusun dalam rangka memenuhi
salah satu tugas mata kuliah “Bimbngan dan Konseling” di STAI UISU Pematang Siantar
yang diampu oleh. Bapak Rezki Fauzi, S.Psi, M.Psi

Penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak selaku dosen


mata kuliah Bimbingan dan Konseling, karena Tugas yang telah di berikan ini dapat
menambah pengetahuan dan wawasan bagi penulis.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
keritik saran yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan makalah ini dan
untuk kedepannya. Semoga dengan makalah ini dapat bermanfaat dari semua pihak yang
memerlukan, dan penulis mohon maaf apabila ada kata-kata yang kurang sesuai.

Pematang Siantar, Rabu, 24 februari 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

COVER .................................................................................................................... 1

KATA PENGANTAR ............................................................................................. 2

DAFTAR ISI ............................................................................................................ 3

BAB I

PENDAHULUAN ................................................................................................... 4

A. Latar Belakang ............................................................................................ 4


B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 5
C. Tujuan .......................................................................................................... 6

BAB II

PEMBAHASAN ...................................................................................................... 7

1. Pelayanan Bimbingan Konseling Di Sekolah ........................................... 7


2. Asas-Asas BK Di Sekolah ........................................................................... 11
3. Asas-asas Bimbingan dan Konseling yang Berhubungan dengan Siswa 15
4. Perbedaan Antara Konseling Dan Psikoterapi ......................................... 17

BAB III

PENUTUP ................................................................................................................ 19

A. KESIMPULAN ............................................................................................ 19
B. SARAN .......................................................................................................... 20

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 21

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sekolah atau lembaga pendidikan bertujuan untuk mempersiapkan dan menghasilkan


tenaga untuk mengisi formasi formasi yang dibutuhkan oleh masyarakat atau pemerintah,
sebagaimana yang tercantum dalam tujuan pendidikan nasional yang telah digariskan dalam
undang-undang RI nomor 2 tahun 1989 tentang sistem pendidikan nasional yang kemudian
diganti dengan undang-undang RI nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional,
dikemukakan bahwa:1

"pendidikan nasional bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan


mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya yaitu manusia yang beriman dan
bertakwa terhadap Tuhan Yang maha esa dan berbudi pekerti luhur memiliki
pengetahuan dan keterampilan, sehat jasmani dan rohani kepribadian yang mantap dan
mandiri serta memiliki rasa tanggung tanggung jawab masyarakat dan kebangsaan."2

Bila dilihat dari sisi tujuan peserta didik menamatkan sekolah atau madrasah, maka dalam
hal kualifikasi yang ada pada tamatan suatu sekolah atau lembaga pendidikan sekurang-
kurangnya memiliki 4 kompetensi pokok, yaitu:

1) kompetensi religius, perintah Allah SWT dan sebaiknya tidak memperturutkan segala
sesuatu yang dilarang oleh Allah SWT
2) kompetensi akademis atau profesional adalah seperangkat ilmu pengetahuan dan
teknologi yang seharusnya dimiliki sesuai dengan bidangnya masing-masing serta
mengaplikasikan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut dalam kehidupan sehari-
hari termasuk ke dalam kompetensi akademik atau profesional ini adalah kompetensi
dalam melakukan tanggung jawab sesuai dengan keahliannya.
3) Kompetensi kemanusiaan atau individu merupakan para tamatan suatu lembaga
pendidikan agar mampu mewujudkan dirinyadalam aspek intelektual emosional dan
sosial
4) kompetensi kemasyarakatan adalah kemampuan para tamatan sekolah atau lembaga
pendidikan untuk memahami bahwa dirinya bagian yang tidak terpisahkan dari

1
Dr. Mulyadi, S.Ag., M.Pd, Bimbingan Konseling di Sekolah & Madrasah, h. 189
2
Prayitno, Ibid., h. 182

4
masyarakat yang mampu mengemban tugasnya sebagai anggota masyarakat dan
warga Indonesia.3

Keseluruhan kegiatan pendidikan di sekolah atau madrasah seharusnya di arahkan untuk


mencapai terwujudnya keempat kompetensi di atas apabila selama ini lulusan lembaga
pendidikan hanya diarahkan kepada pencapaian salah satu kompetensi saja, katakanlah
misalnya kompetensi akademik tanpa diiringi dengan 3 kompetensi lainnya sebagaimana
yang telah diuraikan di atas maka lembaga pendidikan hanya akan menghasilkan individu
yang cerdas dan cakap serta bercita-cita tinggi, tetapi mereka kurang mampu memahami
potensi yang dimilikinya dan kurang atau tidak mampu untuk mewujudkan dirinya dalam
kehidupan masyarakat. Hal inilah yang menyebabkan peserta didik mengalami kegagalan dan
kesukaran sewaktu membaur dengan masyarakat atau di lapangan kerja. Disinilah peranan
bimbingan dan konseling dalam pendidikan.

melalui program pelayanan bimbingan dan konseling yang baik maka setiap peserta didik
diharapkan mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan setiap potensi yang dimilikinya
seoptimal mungkin sehingga mereka dapat menemukan kebahagiaan pribadi dan
kemanfaatan sosial. dengan demikian dapat disimpulkan bahwa program pelayanan
bimbingan dan konseling berusaha untuk dapat mempertemukan antara kemampuan individu
dengan cita-citanya serta dengan situasi dan kebutuhan masyarakat.

disamping itu, peranan pelayanan bimbingan dan konseling dalam pendidikan yakni
sesuai dengan urgensi dan kedudukannya, maka ia berperan sebagai penunjang kegiatan
pendidikan lainnya dalam mencapai tujuan pendidikan yang telah digariskan melalui
Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional.4

Peran ini dimanifestasikan dalam bentuk membantu peserta didik untuk mengembangkan
kompetensi kemanusiaan dan kompetensi sosial serta membantu kelancaran para peserta
didik dalam mengembangkan potensi akademik dan profesional sesuai dengan bidang yang
ditekuninya melalui pelayanan bimbingan dan konseling.5

B. Rumusan Masalah

3
Muhaimin, pengembangan kurikulum pendidikan di sekolah dan madrasah dan perguruan tinggi, (Jakarta:
RajaGrafindo persada, 2005), Cet. Ke-1, h. 228-229
4
Dr. Mulyadi, S.Ag., M.Pd, Bimbingan Konseling di Sekolah & Madrasah, h. 190-191
5
Ibid., h. 75

5
1. Bagaimana pelayanan BK di sekolah ?
2. Apa saja Asas-asas pelayanan BK di sekolah ?
3. Apa Perbedaan antara konseling dan psikoterapi ?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pelayanan BK di sekolah
2. Untuk mengetahui Asas-asas pelayanan BK di sekolah
3. Untuk mengetahui Perbedaan antara konseling dan psikoterapi

6
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pelayanan Bimbingan Konseling Di Sekolah

Bimbingan konseling yang disingkat dengan BK dahulu dikenal dengan istilah bimbingan
dan penyuluhan yang selama ini diselenggarakan oleh guru pembimbing dengan pola yang
tidak jelas. Ketidakjelasan pola tersebut berdampak terhadap buruknya pencitraan pelayanan
bimbingan dan konseling sehingga melahirkan miskonsepsi terhadap pelaksanaan BK di
sekolah dan madrasah.

bimbingan dan konseling merupakan layanan kemanusiaan titik pelaksanaannya selain


harus berlandaskan pada prinsip-prinsip dan asas-asas tertentu, juga harus mengacu pada
landasan bimbingan konseling itu sendiri.6

pola dasar pelaksanaan bimbingan ialah suatu asas pokok untuk mengatur penyebaran
pelayanan bimbingan di sekolah dan madrasah dengan mempertimbangkan kegiatan-kegiatan
bimbingan apa yang akan diadakan dan rangkaian kegiatan itu dilaksanakan oleh siapa
peserta diberikan kepada siapa titik pola dasar ini lebih bersifat praktis, karena langsung
berkaitan dengan penyusunan program bimbingan.7

jadi suatu pola dasar melandasi perencanaan dan pelaksanaan program bimbingan di
sekolah dan madrasah titik pola dasar tertentu dapat merupakan konkretisasi yang lebih
bersifat praktis dari suatu model atau kerangka berpikir tertentu. namun dimungkinkan bahwa
suatu pola dasar menampung lebih dari satu model suatu pola dasar tertentu sekali mulai
diterapkan mempunyai dampak terhadap pola organisasi dan administrasi kegiatan bimbingan
di sekolah titik Dengan demikian pola dasar pelaksanaan bimbingan dan konseling sedikit
banyak berdiri diantara model bimbingan dan pola organisatoris bimbingan dan konseling di
sekolah dan madrasah8

Yaitu suatu konseptualisasi yang luas bersifat teoretis namun belum memenuhi semua
persyaratan bagi suatu teori ilmiah. Model-model itu dikembangkan oleh orang tertentu untuk
menghadapi tantangan yang timbul dalam kehidupan kemasyarakatan dan lingkungan

6
Dr. Tohirin, M.Pd. Bimbingan dan Konseling di sekulah dan madrasah, h. 87
7
Syamsu Yusuf, Juntika Nurihsan. Landasan bimbingan dan konseling, ( Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008
), Cet. Ke-3, h. 57
8
Ibid., h. 59

7
pendidikan sekolah Amerika serikat menurut hasil analisis Edward C. Glamz, Foundations
and principles ofbguidance dalam sejarah perkembangan pelayanan bimbingan di institusi
institusi pendidikan muncul empat macam pola dasar yang diberi nama pola generalis
(generalism), pola spesialis (specialism), pola kurikuler (curricular relations and mental
health), yakni :

1) pola generalis..
berdasarkan keyakinan, bahawa corak pendidikan dalam suatu intuisi pendidikan
berpengaruh terhadap kuantitas usaha belajar siswa dan seluruh staf pendidik dapat
menyumbang pada perkembangan kepribadian masing-masing siswa 9 pelayanan
bimbingan melibatkan banyak tenaga pendidik titik tenaga pengajar rutin
berhubungan dengan para siswa. Mereka menyisipkan aneka unsur bimbingan dalam
pengajaran dalam memberikan bimbingan kelompok, bahkan dapat
menyelenggarakan wawancara konseling.
2) pola spesialis, bahwa pelayanan bimbingan di institusi pendidikan harus ditangani
oleh ahli-ahli bimbingan yang masing-masing berkemampuan khusus dalam cara
pelayanan bimbingan dan konseling10
3) Tiga pola kurikuler, bahwa pelayanan bimbingan dan konseling di institusi
pendidikan diusulkan dimasukkan dalam kurikulum pengajaran khusus dalam rangka
suatu kursus bimbingan11
4) Pola relasi relasi manusia dan kesehatanmental, bahwa orang-orang akan tetap hidup
bahagia apabila dapat menjaga kesehatan mentalnya dan membina hubungan baik
dengan orang lain12

Di Amerika bahkan di Eropa konseling secara kuantitatif begitu pesat perkembangannya


tidak hanya menanggulangi persoalan yang terkait dengan karir kemudahan bahkan masuk
dalam kegiatan pendidikan.

pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah madrasah merupakan kegiatan yang


sistematis, terarah dan berkelanjutan yang diselenggarakan sepenuhnya oleh guru
pembimbing. oleh karena itu pelayanan bimbingan dan konseling selalu memperhatikan
karakteristik peserta didik dan kurikulum serta tujuan pendidikan titik oleh karena itu empat

9
Prayitno,npelayanan bimbingan dan konseling (Jakarta: PT Rieneka Tjipta, 2004), Cet. Ke 2
10
Ibid., h. 50
11
Ibid., h. 51
12
Ibid., h. 53

8
bidang pembimbingan yang diselenggarakan oleh guru pembimbing di sekolah dan madrasah
meliputi:

1) Bimbingan Pribadi

Dalam bidang bimbingan pribadi pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah dan
madrasah membantu peserta didik menemukan dan mengembangkan pribadi yang
beriman kepada Tuhan Yang maha esa mantap dan mandiri, sehat jasmani dan rohani.
bidang ini dapat diperinci menjadi pokok-pokok sebagai berikut :

a) Pemantapan sikap dan kebiasaan serta pengembangan wawasan dalam beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang maha Esa.
b) Pemantapan pemahaman tentang kekuatan diri untuk kreatif
c) Pemantapan pemahaman tentang bakat dan minat
d) Pemantapan pemahaman tentang diri sendiri dan usaha penanggulangannya
e) Pemantapan kemampuan pengambilan keputusan
f) pengembangan kemampuan mengarahkan diri sesuai dengan keputusan yang telah
diambil
g) Pemantapan dalam perencanaan dan penyelenggaraan hidup yang sehat jasmani dan
rohani.

2) Bidang Bimbingan Sosial

Dalam bidang bimbingan sosial pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah dan
madrasah membantu peserta didik mengenal dan berhubungan dengan lingkungan
sosialnya yang dilandasi dengan budi pekerti yang luhur tanggung jawab kemasyarakatan
kenegaraan titik bidang ini dapat diperinci menjadi pokok-pokok sebagai berikut:

a) Pemantapan kemampuan untuk berkomunikasi efektif, baik lisan maupun tulisan


b) Pemantapan kemampuan menerima dan menyampaikan pendapat serta beragumentasi
dinamis kreatif dan produktif
c) Pemantapan kemampuan bertingkah laku dan berhubungan sosial
d) Pemantapan hubungan yang dinamis harmonis dan produktif
e) pemantapan tentang peraturan, kondisi dan tulisan sekolah rumah dan lingkungan
serta upaya pelaksanaan secara dinamis dan bertanggung jawab

9
f) Orientasi tentang hidup berkeluarga13

3) Bidang Bimbingan Belajar

Dalam bidang bimbingan belajar, pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah dan
madrasah membantu peserta didik mengembangkan diri sikap dan kebiasaan belajar dan
baik untuk menguasai pengetahuan dan keterampilan serta menyiapkannya melanjutkan
pendidikan pada tingkat yang lebih tinggi. Bidang ini dapat diperinci menjadi pokok-
pokok sebagai berikut:

a) Pemantapan sikap dan kebiasaan belajar untuk mencari informasi dari berbagai
sumber
b) Pengembangan dan pemantapan disiplin belajar dan melatih baik diri maupun
kelompok
c) Pemantapan penguasaan materi bidang belajar sesuai dengan perkembangan ilmu
teknologi dan kesenian
d) Pemantapan pemahaman dan pemanfaatan kondisi fisik, sosial dan budaya yang ada
di sekolah dan lingkungan sekitar
e) Orientasi belajar di perguruan tinggi

4) Bidang Bimbingan Karier

Dalam bidang bimbingan karir pelayanan bimbingan karir dan konseling di sekolah
dan madrasah membantu peserta didik merencanakan dan mengembangkan masa depan
serta karir. Bidang ini dapat diperinci menjadi pokok-pokok sebagai berikut:

a) Pemantapan pemahaman diri berkenaan dengan kecenderungan karir


b) Pemantapan orientasi dan informasi karir yang hendak dikerjakan
c) Orientasi dan informasi terhadap dunia kerja dan usaha memperoleh penghasilan
untuk memenuhi kebutuhan hidup
d) Orientasi dan informasi terhadap pendidikan yang lebih tinggi khususnya sesuai
dengan karir yang hendak dikembangkan14

13
Dr. Mulyadi, S.Ag., M.Pd, Bimbingan Konseling di Sekolah & Madrasah, h. 278
14
Dr. Mulyadi, S.Ag., M.Pd, Bimbingan Konseling di Sekolah & Madrasah, h. 279

10
2. Pelayanan Bimbingan Konseling Di Sekolah

Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) asas dapat diartikan sebagai hukum
dasar. Hukum dasar adalah sesuatu yang menjadi tumpuan untuk berpikir, berpendapat,
ketentuan-ketentuan atau kaidah-kaidah tertentu. Pelayanan bimbingan dan konseling adalah
pekerjaan profesional. 15

1) Macam-macam asas bimbingan dan konseling

Agar kegiatan yang dilakukan oleh konselor, baik yang dilakukan disekolah maupun
diluar sekolah berjalan dengan efisien dan efektif, maka harus dilaksanakan dengan
mengikuti kaidah-kaidah atau asas yang telah ditentukan.

Prayitno dan Erman Anti menjelaskan, bahwa ada 12 asas bimbingan dan konseling
yang mesti ditaati dalam melaksanakan kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah dan
madrasah, yaitu sebagai berikut:

a) Asas Kerahasiaan
b) Asas Kesukarelaan
c) Asas Keterbukaan
d) Asas Kekinian
e) Asas Kemandirian
f) Asas Kegiatan
g) Asas Kedinamisan
h) Asas Keterpaduan
i) Asas Kenormatifan
j) Asas Keahlian
k) Asas alih tangan kasus
l) Asas tut wuri handayani 16
Untuk lebih jelasnya akan diuraikan masing-masing asas bimbingan dan konseling
sebagai berikut:
a) Asas Kerahasiaan

Secara khusus layanan bimbingan dan konseling adalah melayani individu yang
sedang bermasalah. Masalah bisanya merupakan sesuatu yang harus dirahasiakan agar

15
Ibid ., h. 115
16
Prayitno, Erman Amti,Op cit., h. 115

11
tidak seorang pun dapat mengetahui akan msalahnya, adakalanya dalm proses bimbingan
dan konseling klien tidak mau berbicara karena merasa khawatir apabila rahasianya
diketahui oleh orang lain. Keadaan seperti ini sangat menghambat pemanfaatan
bimbingan dan konseling. Apalagi konselornya tidak dapat menjaga rahasia kliennya.
Apapun yang sifatnya rahasia yang disampaikan klien kepada konselor, tidak boleh
diceritakan kepada orang lain yang tidak berwewenang.17

b) Asas Kesukarelaan

Proses bimbingan dan konseling harus berlangsung atas dasar kesukarelaan, baik dari
konselor maupun dari pihak klien. Klien diharapkan secara suka dan rela tanpa ragu-ragu
ataupun terpaksa menyampaikan masalah yang dihadapinya, serta mengungkapkan
segenap fakta, data, dan seluk beluk berkenaan dengan masalahnya kepada konselor. Dan
konselor hendaknya dpat memberikan bantuan dengan tidak terpaksa dalam kata lain
dengan ikhlas.18 Dalam proses bimbingan dan konseling ini diperlukan kerja sama antara
klien dan konselor, klien dengan tanpa paksaan mengungkapkan segala yang klien
rasakan kepada konselor secara terbuka membantu klien.

Asas kesukarelaan bukan berarti konselor tidak boleh menerima jasa dari pelayanan
bimbingan dan konseling. Pelayanan bimbingan dan konseling merupakan pekerjaan
profesi, oleh sebab itu konselor oleh sekolah/madrasah atau guru pembimbing tidak
dilarang menerima imbalan atau upah tetapi hendaknya imbalan atau upah tersebut tidak
menjadi tujuan utama.

c) Asas Keterbukaan

Bimbingan dn konseling yang efisien hanya berlangsung dalam suasana keterbukaan,


baik yang di bimbing maupun pembimbing. Keterbukaan ini bukan hanya sekadar berarti
(bersedia menerima saran-saran dari luar) tetapi yang lebih penting masing-masing yang
bersangkutan bersedia membuka diri untuk kepentingan pemecahan masalah yang
dimaksud. Di dalam konseling klien diharapkan dapat berbicara sejujur mungkin dn
terbuka tentang dirinya sendiri.

Untuk keterbukaan antara klien dan konselor harus terus menerus membina hubungan
konseling sedemikian rupa, sehingga klien yakin bahwa konselor juga bersikap terbuka

17
Tohirin, Op. Cit., h . 88
18
Prayitno dan Erman Amti, Op, cit., h.116

12
dan yakin bahwa asas kerahasiaan memang terselenggara. 19 Dalam proses bimbingan dan
konseling konselor membuka diri, tidak bersikap dibuat-buat atau berpura-pura menolong
klien.

d) Asas kekinian

Masa lalu individu yang ditanggulangi ialah masalah-masalah yang sedang dirasakan
bukan masalah yang lampau, dan bukan juga masalah yang akan datang. Apabila ada hal-
hal tertentu menyangkut masalah klien seakan dan akan datang merupakan latar belakang
atau depan dari masalah yang dihadapi sekarang, sehingga masalah yang sedang dihadapi
dapat terselesaikan.

Asas kekinian juga mengandung pengertian bahwa konselor tidak boleh menunda
nunda pemberian bantuan. Jika diminta oleh klien atau jelas-jelas terlihat misalnya ada
peserta didik yang sedang mengalami masalah, maka konselor hendaklah memberikan
bantuan termasuk dalam asas kekinian dalam hal ini berkenaan dengan permasalahan
klien yang segera diselesaikan dari sekian banyak permasalahan yang dihadapi.

e) Asas kemandirian

Bimbingan dan konseling bertujuan menjadikan klien dapat berdiri sendiri tidak
tergantung pada orang lain atau tergantung pada konselor. Individu yang dibimbing dapat
mandiri dengan ciri-ciri sebagai berikut:

1) Mengenal diri sendiri dan lingkungan secara positif sebagaimana adanya


2) Menerima diri dan lingkungan secara positif dan dinamis
3) Mengambil keputusan untuk dan oleh diri sendiri
4) Mengarahkan diri sesuai dengan keputusan itu
5) Mewujudkan diri secara optimal sesuai dengan potensi, minat, dan kemampuan
kemapuan yang dimilikinya 20

f) Asas kegiatan

19
Dewa ketut sukari, pengantar pelaksanaan program bimbingan dan konseling di sekolah, (jakarta: Rineka
Cipta 2002), h, 33.
20
Prayitno dan erman amti , Op.cit ., h. 117

13
Usaha bimbingan dan konseling tidak akan memberikan hasil yang berarti bila klien
tidak melakukan sendiri kegiatan dalam mencapai tujuan bimbingan dan konseling. Hasil
usaha bimbingan dan konseling tidak akan tercapai dengan sendirinya, melainkan harus
dengan kerja keras dari klien sendiri. Konselor hendaklah membangkitkan semangat klien
untuk melaksanakan kegiatan yang diperlukan dalam penyelesaian masalah yang menjadi
pokok pembicaraan dalam konseling. 21

g) Asas kedinamisan

Asas bimbingan dan konseling menghendaki adanya perubahan yang bersifat dinamis,
maju, dan berkembang dalam arti tidak menoton dan statis. Setelah pelayanan
dilaksanakan diharapkan klien bertingkah laku lebih kreatif, gesit, dan senantiasa
menunjukan perkembangan yang lebih baik.22

h) Asas keterpaduan

Pelayanan bimbingan dan konseling yang dilakukan berusaha memadukan sebagian


aspek kepribadian klien. Individu memiliki berbagai aspek kepribadian, dan seandainya
tidak seimbang serasi dan terpadu justru akan menimbulkan masalah.

i) Asas kenormatifan

Usaha bimbingan dan konseling ini tidak boleh bertentangan dengan norma yang ada
dalam masyarakat, baik norma hukum, adat, hukum negara, ilmu, maupun kebiasaan
sehari hari. Seluruh isi dan proses konseling harus sesuai dengan norma-norma yang
berlaku.

j) Asas keahlian

Usaha bimbingan dan konseling secara teratur dan sistematis dengan menggunakan
prosedur, teknik, dan alat (instrumen-instrumen) yang memadai. Konselor perlu mendapat
latihan secukupnya, sehingga akan dapat mencapai kebarhasilan usaha pemberian
layanan.

Asas keahlian selain mengacu pada kualifikasi konselor (misalnya pendidikan sarjana
bidang bimbingan dan konseling), dan pengalaman. Teori dan praktik bimbingan dan

21
Ibid, h. 118
22
Afnibar,

14
konseling perlu dipadukan. Oleh karena itu, seorang konselor yang ahli harus benar-benar
menguasai teori dan praktik konseling secara baik.

k) Asas alih tangan

Asas alih tangan ini dilakukan apabila konselor sudah dengan segenap kemampuan
nya untuk membantu individu tapi yang bersangkutan belum terasa terbantu sebagaimana
yang diharapkan, maka konselor dapat mengirim individu tersebut kepada petugas atau
badan yang lebih ahli

l) Asas tut wuri handayani

Asas bimbingan dan konseling menghendaki agar pelayanan bimbingan dan konseling
secara keseluruhan dapat menciptakan suasana yang mengayomi (memberikan rasa
nyaman), mengembangkan keteladanan, memberikan rangsangan dan dorongan serta
kesempatan seluas luasnya kepada klien untuk maju.

Asas ini menuntut agar pelayanan bimbingan dan konseling tidak hanya dirasakan
pada waktu klien mengalami masalah dan menghadapi konselor saja, namun diluar
hubungan proses ini dirasakan ada manfaat.

Berdasarkan penjelasan diatas, berkenaan dengan asas bimbingan dan konseling dapat
disimpulkan bahwa pelaksanaan kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah
dan madrasah yang diselenggarakan sepenuhnya oleh guru pembimbing/konselor sekolah
hendaknya dilaksanakan berdasarkan asas asas yang telah di uraikan di atas, sehingga
kegiatan bimbingan dan konseling disekolah dan madrasah dapat dirasakan oleh peserta
didik sebagai suatu keharusan diamping kebutuhan.

Terlaksananya proses bimbingan dan konseling di sekolah dan madrasah terutama


berkenaan dengan jenis layanan konseling perorangan sangat ditentukan melalui 12 asas
sebagaimana telah di uraikan di atas. Dengan demikian, klien/peserta didik yang datang
dan berurusan dengan guru pembimbing/konselor sekolah murni didasarkan oleh
keinginan dan kenutuhan mereka. Sebaliknya, guru pembimbing pun/konselor sekolah
dan madrsah dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya merasa puas dan bahagia,
disinilah letaknya bimbingan dan konseling peduli peserta didik. “BK Peduli Siswa”.

3. Asas-asas Bimbingan dan Konseling yang Berhubungan dengan Siswa


a) Tiap-tiap siswa mempunyai kebutuhan

15
Tiap-tiap siswa sebagai individu mempunyai kebutuhan yang berbeda baik jasmaniah
(fisik) maupun rohaniah (psikis). Tingkah laku individu pada umumnya dalam rangka
memenuhi kebutuhan. Apabila kebutuhan tidak tercapai, akan menimbulkan kecemasan
dan kekecewaan, sehingga pada akhirmya menimbulkan perilaku menyimpang. Guru BK
disekolah dan madrasah harus bisa memahami berbagai kebutuhan siswa, sehingga
pelayanan bimbingan dan konseling diberikan dalam rangka memenuhi kebutuhan siswa
terutama kebutuhan psikis seperti memperoleh kasih sayang, memperoleh rasa aman,
kebutuhan untuk sukses dalam belajar, memperoleh harga diri, kebutuhan untuk di akui
dan diterima oleh kelompok, kebutuhan untuk melakukan eksistensi diri, dan lain-lain.

b) Ada perbedaan di antara siswa (asas perbedaan siswa)

Dalam teori individualitas ditegaskan bahwa tiap-tiap individu berbeda. Demikian


halnya siswa sebagai individu jelas mempunyai perbedaan. Tiap-tiap siswa mempunyai
karaktristik yang berbeda baik fisik maupun psikis. Setiap siswa berbeda dalam hal
kemampuan, bakat, minat, kebutuhan, cita-cita sikap atau penahan hidup dan ciri-ciri
pribadi lainnya perbedaan-perbedaan siswa tersebut harus mendapat perhatian secara
lebih apesifik dari pembimbing atau konselor di sekolah dan madrasah sehingga siswa
dapat berkembang sesuai karakteristik pribadinya masing-masing.

c) Tiap-tiap individu (siswa) ingin menjadi dirinya sendiri

Relavan dengan asas pebedaan individu di atas, tiap-tiap individu ingin menjadi
dirinya sendiri sesuai dengan ciri-ciri atau karakteristik pribadinya masing-masing
pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah atau madrasah harus dapat mengantarkan
siswa berkembang menjadi dirinya sendiri. Guru pembimbing atau konselor di sekolah
dan madrasah tidak boleh mengarahkan perkembangan siswa ke araah yang pembimbing
atau konselor inginkan. Dalam kaitan dengan peran siswa di tengah masyarakat kelak,
pelayanan bimbingan dan konseling harus di arahkan agar siswa menjadi” baik “ menurut
ukuran masyarakat tanpa kehilangan kepribadian nya sendiri.

d) Tiap-tiap individu (siswa) mempunyai dorongan untuk menjadi matan

Dalam tiap-tiap tahapan perkembangannya, setiap siswa mempunyai dorongan yang


kuat untuk menjadi matang, produktif, dan berdiri sendiri (mandiri) kematangan yang
dimaksud disini adalah kematangan kejiwaan, emosi, dan sosial. Pelayanan bimbingan
dan konseling kepada para siswa di sekolah dan madrasah harus berorientasi kepada

16
kematangan di atas sehingga siswa dapat berkembang sesuai dengan kecenderungan-
kecenderungannya.

e) Tiap-tiap siswa mempunyai masalah dan mempunyai dorongan untuk


menyelesaikannya

Tidak ada individu (siswa) yang tidak memiliki masalah. Mungkin tidak ada pula
individu tidak ingin masalahnya terselesaikan. Apalagi individu (siswa) yang sedang
dalam proses perkembangan, pasti memiliki masalah. Yang berbeda adalah kompleksitas
masalah yang di alami tiap-tiap siswa; artinya ada siswa yang mengalami masalah
kompleks dan ada yang kurang kompleks. Pada dasarnya setiap individu (siswa)
mempunyai dorongan-dorongan untuk memecahkan masalahnya, namun karena
keterbatasannya adakalanya siswa tidak selalu berhasil. Pelayanan dan bimbingan
konseling disekolah dan madrasah haruas diarahkan dalam rangka membantu siswa
menghadapi dan memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam hidupnya dengan
memanfaatkan sebaik-baiknya dorongan yang ada pada setiap siswa.

4. Perbedaan Antara Konseling Dan Psikoterapi

Menurut sebagian ahli, psikoterapi dan konseling dianggap sebagai suatu sinonim karena
memiliki banyak kesamaan contohnya dalam hal tujuannya yaitu untuk membantu orang lain.
Tapi, sebagian ahli lainnya menganggap bahwa kedua hal tersebut berbeda, maka perlu terus
dilakukan upaya pembedaan agar keprofesiannya jelas dan diketahui masyarakat supaya jelas
dan tidak menimbulkan keraguan.23

a) Definisi konseling

Istilah konseling yang berasal dari bahasa Inggris "counseling" di dalam kamus artinya
dikaitkan dengan kata "counsel" yang mempunyai beberapa arti yaitu: nasihat (no take
counsel), anjuran (to give counsel), dan pembicaraan (totake counsel). berdasarkan arti di
atas, konsep konseling secara etimologis berarti pemberian nasihat, anjuran dan pembicaraan
dengan bertukar pikiran.24

Konseling: kontak atau hubungan timbal balik antara dua orang (konselor dan klien)
untuk menangani masalah klien yang didukung oleh keahlian (expert) dalam suasana yang

23
https://cahyaintanp.wordpress.com/2015/03/25/perbedaan-konseling-dan-psikoterapi-serta-bentuk-
utama-terapi/
24
Dr. Tohirin, M.Pd, Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah Dan Madrasah (Berbasis Integrasi), h. 21

17
Laras dan integrasi berdasarkan norma-norma (kode etik) yang berlaku untuk tujuan yang
berguna bagi klien25

Prayitno dan Erman Amti (2004), konseling adalah proses pemberian bantuan yang
dilakukan melalui wawancara konseling oleh seorang ahli (konselor) kepada individu yang
sedang mengalami sesuatu masalah (klien) yang bermuara pada teratasinya masalah yang
dihadapi klien.

Menurut APGA (American Personel Guidance Association), konseling adalah hubungan


antara seorang individu yang memerlukan bantuan untuk mengatasi kecemasannya yang
masih bersifat normal atau konflik atau masalah pengambilan keputusan.

b) Definisi Psikoterapi

Menurut Hariyanto (2010), psikoterapi adalah proses difokuskan untuk membantu Anda
menyembuhkan dan konstruktif belajar lebih banyak bagaimana cara untuk menangani
masalah atau isu-isu dalam kehidupan Anda. Hal ini juga dapat menjadi proses yang
mendukung ketika akan melalui periode yang sulit atau stres meningkat, seperti memulai
karier baru atau akan mengalami perceraian.
Menurut Wolberg (1967), psikoterapi merupakan suatu bentuk perlakuan atau tritmen
terhadap masalah yang sifatnya emosional. Dengan tujuan menghilangkan simptom untuk
mengantarai pola perilaku yang terganggu serta meningkatkan pertumbuhan dan
perkembangan pribadi yang positif.
Dari definisi di atas kita bisa tarik kesimpulan mengenai dua pembahasan tersebut bahwa
konseling lebih terfokus pada interaksi antara konselor dan konseli dan lebih mengutamakan
pembicaraan serta komunikasi non verbal yang tersirat ketika proses konseli berlangsung dan
semacam memberikan solusi agar konseli dapat lebih memahami lingkungan serta mampu
membuat keputusan yang tepat dan juga nantinya konseli dapat menentukan tujuan
berdasarkan nilai yang diyakininya.
Sedangkan psikoterapi lebih terfokus pada treatment terhadap masalah sifatnya emosional
dan juga lebih dapat diandalkan pada klien yang mengalami penyimpangan dan juga lebih
berusaha untuk menghilangkan simptom-simptom yang di anggap mengganggu dan lebih
mengusahakan agar klien dapat meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan kepribadian
ke arah yang positif.

25
Dr. Tohirin, M.Pd, Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah Dan Madrasah (Berbasis Integrasi), h. 24

18
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah madrasah merupakan kegiatan yang


sistematis, terarah dan berkelanjutan yang diselenggarakan sepenuhnya oleh guru
pembimbing. oleh karena itu pelayanan bimbingan dan konseling selalu memperhatikan
karakteristik peserta didik dan kurikulum serta tujuan pendidikan titik oleh karena itu empat
bidang pembimbingan yang diselenggarakan oleh guru pembimbing di sekolah dan madrasah
meliputi:

 bimbingan pribadi
 bidang bimbingan sosial
 bidang bimbingan belajar
 bidang bimbingan karier

Adapun Asas-Asas Pelayanan BK Di Sekolah antara lain:

 Asas Kerahasiaan
 Asas Kesukarelaan
 Asas Keterbukaan
 Asas Kekinian
 Asas Kemandirian
 Asas Kegiatan
 Asas Kedinamisan
 Asas Keterpaduan
 Asas Kenormatifan
 Asas Keahlian
 Asas alih tangan kasus
 Asas tut wuri handayani

Adapun Perbedaan Antara Konseling Dan Psikoterapi antara lain:

konseling lebih terfokus pada interaksi antara konselor dan konseli dan lebih
mengutamakan pembicaraan serta komunikasi non verbal yang tersirat ketika proses konseli

19
berlangsung dan semacam memberikan solusi agar konseli dapat lebih memahami lingkungan
serta mampu membuat keputusan yang tepat dan juga nantinya konseli dapat menentukan
tujuan berdasarkan nilai yang diyakininya.
Sedangkan psikoterapi lebih terfokus pada treatment terhadap masalah sifatnya emosional
dan juga lebih dapat diandalkan pada klien yang mengalami penyimpangan dan juga lebih
berusaha untuk menghilangkan simptom-simptom yang di anggap mengganggu dan lebih
mengusahakan agar klien dapat meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan kepribadian
ke arah yang positif.

20
DAFTAR PUSTAKA

Dr. Mulyadi, S.Ag., M.Pd, Bimbingan Konseling di Sekolah & Madrasah

Prayitno, Ibid., h. 182

Muhaimin, pengembangan kurikulum pendidikan di sekolah dan madrasah dan perguruan


tinggi, (Jakarta: RajaGrafindo persada, 2005), Cet. Ke-1

Ibid.

Dr. Tohirin, M.Pd. Bimbingan dan Konseling di sekulah dan madrasah

Syamsu Yusuf, Juntika Nurihsan. Landasan bimbingan dan konseling, ( Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2008 ), Cet. Ke-3

Prayitno,pelayanan bimbingan dan konseling (Jakarta: PT Rieneka Tjipta, 2004), Cet. Ke 2

Prayitno, Erman Amti,Op cit.

Tohirin, Op. Cit

Prayitno dan Erman Amti, Op, cit

Dewa ketut sukari, pengantar pelaksanaan program bimbingan dan konseling di sekolah,
(jakarta: Rineka Cipta 2002),

Afnibar,

https://cahyaintanp.wordpress.com/2015/03/25/perbedaan-konseling-dan-psikoterapi-serta-
bentuk-utama-terapi/

21

Anda mungkin juga menyukai