PEMATANG SIANTAR
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
keritik saran yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan makalah ini dan
untuk kedepannya. Semoga dengan makalah ini dapat bermanfaat dari semua pihak yang
memerlukan, dan penulis mohon maaf apabila ada kata-kata yang kurang sesuai.
Penulis , Kelompok 2
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seiring perkembangan zaman membuat berbagai hal di dunia ini semakin maju dengan
pesatnya. Modernitas itu terjadi bukan hanya mencakup media yang menjadi alat
penyampaiaannya saja melainkan mencakup semua aspek kehidupan sehari-hari, dunia
politik, sampai pada dunia keilmuan.
Penelitian merupakan kegiatan keilmuan yang urgen dan sangat diminati dalam berbagai
aktivitas keilmuan, terlebih dalam dunia akademik. Penelitian menjadi hal penting yang harus
dilakukan oleh insan akademis guna menunjang tugas-tugas akademikaya. Namun bukan
hanya itu, penelitian menjadi tolak ukur keberhasilan suatu proses pendidikan dan lebih
luasnya lagi menjadi tolak ukur kemajuan suatu bangsa dalam bidang pembangunan sumber
daya mausia. Yang menjadi salah satu penghambat kemajuan budaya meneliti adalah
kurangnya pengetahuan tentang metode penelitian itu sendiri sehingga banyak orang terutama
para insan akademis melakukan penelitian yang tidak sesuai dengan kaidah-kaidah
metodologi penelitian yang benar.
Penelitian kuantitatif merupakan suatu penelitian yang analisisnya secara umum memakai
analisis statistik. Penelitian kuantitatif dikembangkan oleh penganut positivisme yang
dipelopori oleh Auguste Conte. Aliran ini berpendapat bahwa untuk memacu perkembangan
ilmu-ilmu sosial, maka metode-metode IPA harus diadopsi ke dalam riset-riset ilmu sosial.
Karenanya dalam penelitian kuantitatif pengukuran terhadap gejala yang diamati menjadi
penting, sehingga pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan daftar pertanyaan
berstruktur (angket) yang disusun berdasarkan pengukuran terhadap variabel yang diteliti
yang kemudian menghasilkan data kuantitatif.
1
2
B. Rumusan Masalah
1. Apa Penertian dari metode kuantitatif ?
2. Apa saja proses penelitian kuantitatif ?
3. Apa itu variabel penelitian ?
4. Apa itu Perumusan masalah penelitian?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Penertian dari metode kuantitatif.
2. Untuk mengetahui proses penelitian kuantitatif.
3. Untuk mengetahui variabel penelitian.
4. Untuk mengetahui Perumusan masalah penelitian.
BAB II
PEMBAHASAN
Jadi, Metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang
berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel
tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan
data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan
tujuan untuk enguji hipotesis yang telah ditetapkan.1
1
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Cet 12
(Bandung: ALFABETA) h.13-14
3
4
Berdasarkan gambar 2.1 diberikan penjelasan sebagai berikut. Setiap penelitian selalu
berangkat dari masalah, namun masalah yang dibawa peneliti kuantitatif dan kualitatif
berbeda. Dalam penelitian kuantitatif, masalah yang dibawa oleh peneliti harus sudah jelas,
sedangkan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan
berkembang setelah peneliti memasuki lapangan.
Hipotesis yang masih merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah tersebut,
selanjutnya akan dibuktikan kebenarannya secara empiris berdasarkan data dari lapangan.
Untuk itu peneliti melakukan pengumpulan data. Pengumpulan data dilakukan pada populasi
tertentu yang telah ditetapkan oleh peneliti. Bila populasi terlalu luas, sedangkan peneliti
memiliki keterbatasan waktu, dana dan tenaga, maka peneliti dapat menggunakan sampel
yang diambil dari populasi tersebut. Bila peneliti bermaksud membuat generalisasi, maka
sampel yang diambil harus representatif, dengan teknik random sampling.
Meneliti adalah mencari data yang telitifakurat Untuk itu peneliti perlu menggunakan
instrumen penelitian. Dalani ilmu-ilmu alam, teknik, dan ilmu-ilmu empirik lainnya,
instrumen penelitian seperti termometer untuk mengukur suhu, timbangan untuk mengukur
berat semuanya sudah ada, sehingga tidak perlu membuat instrumen. Tetapi dalam penelitian
sosial seperti pendidikan, sering instrumen yang akan digunakan untuk meneliti belu ada,
sehingga peneliti harus membuat atau mengembangkan sendiri. Agar instrumen dapat
dipercaya, maka harus diuji validitas dan relibilitasnya. 2
Sebagai seorang peneliti, kita sering kali dihadapkan pada perta nyaan, yaitu," Apa yang
ingin dikaji atau diteliti dalam suatu penelitian yang kita lakukan. Hal-hal yang menjadi pusat
kajian atau faktor disebut juga sebagai fokus penelitian itu, kita identifikasi sebagai variabel
2
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Cet 12
(Bandung: ALFABETA) h.49-50
5
penelitian. Dalam kajian tertentu, misalnya penelitian kualitatif, peneliti lebih memusatkan
pada satu faktor atau variabel yang kemudian dikaji secara mendalam. Peneliti kualitatif juga
melihat variabel lain yang ber kaitan dengan variabel yang dikaji. Berbeda dengan peneliti
kuantitatif, yang biasanya mengkaji lebih dari satu variabel yang kemudian variabel itu dikaji,
apakah cukup dideskripsikan, dihubungkan satu sama lain. atau dibuktikan pengaruhnya
melalui uji hipotesis. Hal yang perlu kita perhatikan, berkenaan dengan faktor atau variabel
yang dikaji itu ada lah masalah kecermatan dalam memahami dan mendefinisikannya. Pen
definisian suatu variabel diperlukan karena akan memudahkan kita sebagai peneliti untuk
menentukan alat ukur yang lebih sesuai dan tepat.3
C. Variabel Penelitian
Kalau ada pertanyaan tentang apa yang Anda teliti, maka jawaban nya berkenaan dengan
variabel penelitian. Jadi variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang
berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh
informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. Periset bekerja pada tingkat
teoretis maupun empiris. Pada tingkat teoretis, perhatiannya tercurah pada pengidentifikasian
konsep dan hubungannya dengan proposisi. Pada taraf empiris, pernyataan riset akan diuji,
periset akan berhadapan dengan variabel-variabel. Dalam praktik, istilah variabel dipakai
seba gai sinonim untuk suatu konsep atau hal yang sedang diriset. Dalam konteks penjelasan
ini, variabel yang dimaksud adalah suatu simbol yang akan diberi angka atau nilai (Kerlinger,
2002).4
Secara teoretis variabel dapat didefinisikan sebagai atribut seseorang, atau objek yang
mempunyai variasi antara satu dengan yang la innya. Variabel juga dapat merupakan atribut
dari bidang keilmuwan atau kegiatan tertentu (Sudjarwo & Basrowi, 2007). Tinggi, berat
badan, sikap, motivasi, kepemimpinan, disiplin kerja, merupakan atribut-atri but dari setiap
orang. Pengontrolan mutu sistem informasi, pengguna an teknologi Raharja Multimedia
Edutainment, Technology Acceptance Model, bahasa pemrograman visual basic, IT
Government merupakan atribut teknologi informasi. Dinamakan variabel karena ada
3
Punaji Setyosari, Metode Penelitian Pendidikan & Pengembangan, cet 5 (Jakarta: PRENADA
MEDIA) h. 161
4
Sudaryono. 2016, Metode Penelitian Pendidikan . Jakarta: Kencana. h. 46
6
variasinya. Berat badan dapat dikatakan variabel, karena berat badan sekelompok orang itu
bervariasi antara satu orang dengan yang lain.5
Kerlinger (1973) menyatakan bahwa variabel adalah konstrak (constructs) atau sifat yang
akan dipelajari. Diberikan contoh misalnya, tingkat aspirasi, penghasilan, pendidikan, status
sosial, jenis kelamin, golongan gaji, produktivitas kerja, dan lain-lain. Di bagian lain
Kerlinger menyatakan bahwa variabel dapat dikatakan sebagai suatu sifat yang diambil dari
suatu nilai yang berbeda (different values). Dengan demikian variabel itu merupakan suatu
yang bervariasi. Selanjutnya Kidder (1981), menyatakan bahwa variabel adalah suatu kualitas
(qualities) dimana peneliti mempelajari dan menarik kesimpulan darinya. 6
Variabel adalah segala sesuatu yang memiliki variasi nilai, misal nya: nilai ujian
bervariasi bisa memiliki nilai dari 0-100. Tingkat mo tivasi bisa bervariasi dari sangat rendah
hingga sangat tinggi; Tingkat kepuasan konsumen bervariasi dari sangat rendah hingga
sangat tinggi. Contoh lain adalah tingkat kinerja perusahaan yang bisa bervariasi di ukur
dengan berbagai rasio keuangan, total aktiva, perolehan laba, dan lain-lain. Nilai numerik
yang ditetapkan terhadap suatu variabel adalah berdasarkan karakteristik dari variabel yang
bersangkutan. Misalnya beberapa variabel disebut variabel "dichotomous" dalam hal ini
hanya dua nilai yang menunjukkan ada tidaknya suatu karakteristik. Misalnya: Bekerja-Tidak
Bekerja; Pria-Wanita, memiliki dua nilai besarnya 0 dan 1.
Beberapa variabel yang memiliki nilai yang menunjukkan kategori tambahan (lebih
dari dua), disebut variabel "discrete", misalnya bebe rapa variabel demografik seperti agama:
5
Sugiono. 2012 Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.( Bandung:
ALFABETA), h.60
6
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Cet 12
(Bandung: ALFABETA) h.61
7
Islam, Kristen, Budha, Kong hucu, dan lain-lain atau ras: Hispanik, Asia, Kulit Hitam, dan
lain-lain. Variabel lain yang memiliki nilai dalam suatu rangkaian nilai tertentu disebut
variabel "continous, misalnya: pendapatan, usia, volume pen jualan dan lain-lain. Dalam
penelitian eksperimen dikenal ada "control variabel" dan "extraneous variabel. "Control
variabel" adalah variabel yang dikendalikan peneliti agar tidak memengaruhi hubungan
fungsio nal antara variabel bebas dan variabel terikat dalam suatu eksperimen. Misalnya
suatu perusahaan ingin mengetahui pengaruh murni desain alternatif dari kemasan sabun
deterjen terhadap penjualan.
Kemudian "extrancours variable" adalah variabel yang tidak dapat dikendalikan oleh
peneliti dalam suatu penelitian eksperimen. Jika variabel tersebut tidak diperhatikan dengan
cermat, bisa menimbulkan pengaruh yang mengaburkan (confounding impact) dalam menguji
pe ngaruh variabel bebas tanpa variabel terikat dalam suatu eksperimen. Beberapa contoh
dari "extraneous variable" adalah perubahan tempe ratur, mood, kondisi kesehatan bahkan
kondisi fisik seseorang. Variabel-variabel tersebut tidak bisa dikendalikan oleh peneliti. Salah
satu cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi pengaruh variabel ter sebut adalah
melakukan "randomization. Dalam contoh perusahaan sabun detergen tersebut, maka yang
dapat dilakukan adalah melakukan "randomization" kondisi "manipulasi desain kemasan
sabun tadi pada sejumlah konsumen dan mengukur unit penjualannya.
Dalam penelitian variabel mempunyai tiga ciri, yaitu: mempunyai variasi nilai,
membedakan satu objek dengan objek yang lain dalam satu populasi, dan dapat diukur
(Widoyoko, 2012). Oleh karena vari abel membedakan satu objek dengan objek lain
8
dalam satu populasi, maka variabel harus mempunyai nilai yang bervariasi. Sebagai
contoh, dari populasi yang terdiri dari 30 orang mahasiswa, indeks prestasi (IP) hanya
akan menjadi variabel apabila terdapat variasi dalam IP pada po pulasi tersebut.
Sebaliknya, apabila dari 30 mahasiswa tersebut tidak terdapat va riasi dalam IP karena
mempunyai IP yang sama, maka IP bukanlah variabel pada populasi yang bersangkutan.
Contoh lain, dari populasi penduduk yang mendiami suatu wilayah tertentu, jenis
pekerjaan atau profesi bukan merupakan variabel apabila seluruh penduduk tersebut
memiliki pekerjaan atau profesi yang sama.
Variabel membedakan satu objek dari objek yang lain. Objek-objek menjadi anggota
populasi karena mempunyai satu karakteristik yang sama. Meskipun sama, objek-objek
dalam populasi dapat dibedakan satu sama lain dalam suatu variabel. Sebagai contoh,
populasi mahasiswa terdiri dari anggota yang memiliki satu kesamaan karakteristik, yaitu
mahasiswa. Selain kesamaan itu, antara mereka berbeda dalam usia, jenis kelamin,
agama, motivasi belajar, kecerdasan, bakat dan lain sebagainya.
Jadi, nilai variabel di dalam riset, mempunyai variasi antara satu dan lainnya,
misalnya dalam hal tinggi badan dan berat badan yang me rupakan atribut dari seseorang.
Berat badan dan tinggi badan akan ber variasi bila terjadi pada sekelompok orang, apalagi
diambil secara acak. Jika sekelompok orang tadi tinggi dan berat badannya sama, maka se
mua itu bukan variabel melainkan konstanta. Jika suatu variabel dikait kan dengan
variabel lain sampai terbentu sebuah model, maka variabel akan mempunyai bermacam-
macam bentuk. Untuk riset dalam bidang pendidikan, variabel-variabel yang umum
dipakai antara lain, variabel independen (bebas) dan dependen (tidak bebas), variabel
kontrol, vari abel moderating, dan variabel intervening.
9
Cara yang lazim kita kenal dalam mengelompokkan atau mengkla sifikasi variabel
penelitian kita bedakan menjadi dua, yaitu variabel be bas (independent variable) dan
variabel terikat (dependent variable) (Ary, Jacobs, & Sorensen, 2010). Berdasarkan
peranan dan fungsi variabel da lam penelitian, biasanya peneliti menggunakan dua
variabel atau faktor dalam penelitiannya. Kedua variabel tersebut, yaitu: (1) variabel
bebas atau variabel penyebab; dan (2) variabel terikat atau variabel tergantung Uraian
tentang kedua variabel sebagaimana dikemukakan di bawah ini.7
Variabel bebas yang juga disebut sebagai variabel stimulus atau ma sukan,
dilakukan oleh seseorang dalam lingkungannya yang dapat memengaruhi perilaku
hasil. Variabel bebas adalah variabel yang menyebabkan atau memengaruhi, yaitu
faktor-faktor yang diukur, dimanipulasi, atau dipilih oleh peneliti untuk menentukan
hubungan antara fenomena yang diobservasi atau diamati (Tuckman, 1988). Jika
seorang peneliti mengkaji hubungan antara dua variabel, misalnya variabel waktu
untuk belajar (A) dan prestasi belajarnya yang dicapai oleh pebelajar (B), maka
pertanyaan atau masalah yang diajukan, "Bagaimanakah prestasi belajar yang dicapai
apabila waktu yang dipakai untuk belajar lebih banyak atau lebih sedikit?
7
Punaji Setyosari, Metode Penelitian Pendidikan & Pengembangan, cet 5 (Jakarta: PRENADA
MEDIA) h.164
8
Punaji Setyosari, Metode Penelitian Pendidikan & Pengembangan, cet 5 (Jakarta: PRENADA
MEDIA) h.164-165
10
akan semakin baik kalau mempu nyai anak. Di sini anak adalah sebagai variabel
moderator yang mem perkuat hubungan dan pihak ketiga adalah sebagai variabel
moderator yang memperlemah hubungan. Hubungan langsung antara variabel
variabel independen dan dependen kadang-kadang dipengaruhi oleh variabel lain.
Variabel lain ini dapat memperlemah atau memperkuat arah hubungan antara variabel
independen dan dependen. Variabel ini juga dapat mengubah nilai hubungan dari
positif dari negative atau sebaliknya. Misal, hasil belajar mahasiswa dipengaruhi
motivasi dari belajar mereka. Artinya, makin besar motivasi belajar akan semakin
baik pula hasil belajar mereka, atau sebaliknya.
Variabel ini juga dapat mengubah nilai hubungan dari positif ke negatif atau
sebaliknya. Misal, hasil belajar mahasiswa dipengaruhi oleh motivasi belajar mereka.
Artinya, makin besar motivasi belajar akan semakin baik pula hasil belajar mereka,
atau sebaliknya. Sikap dosen dalam hal ini dapat dijadikan contoh sebagai variabel
moderating-nya. Sikap dosen yang tegas dipandang oleh mahasiswa sebagai sikap yar
positif. Sikap tegas dapat memotivasi belajar mahasiswa. Begitu pull sebaliknya, jika
sikapnya arogan, maka dipandang oleh mahasiswa se bagai sikap yang negatif.
Arogan dapat membuat motivasi belajar ma hasiswa menurun, misalnya mahasiswa
absen kuliah. Akibatnya, hasi belajar mahasiswa pun menjadi buruk (Sugiyono,
2005).9
9
Sugiono. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,Kualitatif,dan R&D.(Bandung:
Albeta).h. 51
12
Variabel intervening merupakan variabel yang berada di antara variabel bebas dan
variabel terikat, sehingga sebelum variabel bebas memengaruhi variabel terikat,
terlebih dahulu akan melalui variabel intervening. Variabel intervening adalah
variabel yang memengaruhi hubungan langsung antara variabel independen dan
variabel dependen, sehingga terjadi hubungan yang tidak langsung. Artinya, variabel
vening merupakan variabel yang terletak di antara variabel-variabel in dependen dan
dependen, sehingga variabel independen tidak langsung menjelaskan atau
memengaruhi variabel dependen.
e. Variabel Kontrol
10
Sugiono.Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,Kualitatif,dan R&D.(Bandung:
Albeta)h. 65.
13
Variabel kendali atau kontrol adalah variabel yang diusahakan un tuk dinetralisasi
oleh peneliti. Dampak variabel kontrol atau variabel kendali ini dilakukan dengan cara
melakukan eliminasi (pembatasan), menyamakan kelompok, dan randomisasi atau
pengacakan. Dalam pe nelitian tersebut tersebut di samping strategi pembelajaran dan
tingkat kecerdasan, peneliti mempertimbangkan juga tingkat usia, misalnya di ambil
kelompok umur tertentu, maka umur dalam penelitian ini dianggap sebagai variabel
kendali. Apabila peneliti memperhitungkan pula jenis kelamin, walaupun tidak
diutamakan dalam penelitiannya, maka jenis kelamin ini dianggap sebagai variabel
moderator. Di samping riabel kendali dan moderator, ada variabel rambang, yaitu
variabel yang pengaruhnya diabaikan dalam penelitian karena tidak menimbulkan per
bedaan yang berarti.11
Secara visual, hubungan variabel penelitian dapat di sajikan sebagaimana bagan 7.1
berikut ini :12
Seperti telah dikemukakan bahwa pada dasarnya penelitian itu dilakukan dengan
tujuan untuk mendapatkan data yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah
Untuk itu setiap penelitian yang akan dilakukan harus selalu berangkat dari masalah
Seperti dinyatakan oleh Emory (1985) bahwa, baik penelitian murni maupun terapan,
semuanya berangkat dari masalah, hanya untuk penelitian terapan, hasilnya langsung
dapat digunakan untuk membuat keputusan.
11
Punaji Setyosari, Metode Penelitian Pendidikan & Pengembangan, cet 5 (Jakarta: PRENADA
MEDIA) h.167-168
12
Punaji Setyosari, Metode Penelitian Pendidikan & Pengembangan, cet 5 (Jakarta: PRENADA
MEDIA) h.169
14
Jadi setiap penelitian yang akan dilakukan harus selalu berangkat dari masalah.
Walaupun diakui bahwa memilih masalah penelitian sering merupakan hal yang
paling sulit dalam proses penelitian (Tuckman, 1988 25). Bila dalam penelitian telah
dapat menemukan masalah yang betul-betul masalah, maka sebenarnya pekerjaan
penelitian itu 50% telah selesai Oleh karena itu menemukan masalah dalam penelitian
merupakan pekerjaan yang tidak mudah, tetapi setelah masalah dapat ditemukan,
maka pekerjaan penelitian akan segera dapat dilakukan .
2. Sumber Masalah
Di dunia ini yang tetap hanya perubahan. Namun sering perubahan itu tidak
diharapkan oleh orang-orang tertentu, karena akan dapat menimbulkan masalah Orang
yang biasanya menjadi pimpinan pada bidang pemerintahan harus berubah ke bidang
bisnis. Hal ini pada awalnya tentu akan muncul masalah. Orang atau kelompok yang
biasanya mengelola pemerintahan dengan sistem sentralisasi lalu berubah menjadi
desentralisasi, maka akan muncul masalah. Orang biasanya menulis dengan mesin
ketik manual harus ganti dengan komputer, maka akan muncul masalah. Apakah
masalahnya sehingga perlu ada perubahan. Apakah masalahnya dengan sistem
sentralisasi, sehingga perlu berubah menjadi sistem desentralisasi dalam
penyelenggaraan pemerintahan, apakah masalahnya sehingga kebijakan pendidikan
selalu berubah, ganti menteri ganti kebijakan? Apakah masalahnya setelah terjadi
perubahan?
Suatu rencana yang telah ditetapkan, tetapi hasilnya tidak sesuai dengan tujuan
dari rencana tersebut, maka tentu ada masalah Mungkin kita masih ingat bahwa pada
era orde baru direncanakan pada tahun 2000 Bangsa Indonesia akan tinggal landas
tetapi ternyata tidak, sehingga muncul masalah. Dengan adanya reformasi diharapkan
harga-harga akan turun, ternyata tidak, sehingga timbul masalah. Direncanakan
dengan adanya penataran pengawasan melekat, maka akan terjadi penurunan dalam
jumlah KKN, tetapi ternyata tidak sehingga timbul masalah. Apakah masalahnya
sehingga apa yang telah direncanakan tidak menghasilkan kenyataan. Jadi untuk
menemukan masalah dapat diperoleh dengan cara melihat dari adanya penyimpangan
antara yang direncanakan dengan kenyataan.
c) Ada pengaduan
Dalam suatu organisasi yang tadinya tenang tidak ada masalah, ternyata setelah
ada pihak tertentu yang mengadukan produk maupun pelayanan yang diberikan, maka
timbul masalah dalam organisasi itu. Pikiran pembaca yang dimuat dalam koran atau
majalah yang mengadukan kualitas produk atau pelayanan suatu lembaga, dapat
dipandang sebagai masalah, karena diadukan lewat media sehingga banyak orang
yang menjadi tahu akan kualitas produk dan kualitas pelayanan. Dengan demikian
orang tidak akan membeli lagi atau tidak menggunakan jasa lembaga itu lagi.
16
Demonstrasi yang dilakukan oleh sekelompok orang terhadap suatu organisasi juga
dapat menimbulkan masalah. Dengan demikian masalah penelitian dapat digali
dengan cara menganalisis isi pengaduan.
d) Ada kompetisi
Adanya saingan atau kompetisi sering dapat menimbulkan masalah besar, bila
tidak dapat memanfaatkan untuk kerja sama. Perusahaan Pos dan Giro merasa
mempunyai masalah setelah ada biro jasa lain yang menerima titipan surat, titipan
barang, ada hand phone yang dapat digunakan untuk SMS, internet, e-mail.
Perusahaan Kereta Api memandang angkutan umum jalan raya dengan Bus sebagai
pesaing sehingga menimbulkan masalah Tetapi mungkin PT. Telkom kurang
mempunyai masalah karena tidak ada perusahaan lain yang memberikan jasa yang
sama lewat telepon kabel, tetapi menjadi masalah setelah ada saingan telepon
genggam (hand phone).
Fraenkel dan Wallen (1990 22) mengemukakan bahwa masalah penelitian yang
baik adalah:
a) Masalah harus feasible, dalam arti masalah tersebut harus dapat dicarikan
jawabannya melalui sumber yang jelas, tidak banyak menghabiskan dana, tenaga
dan waktu.
b) Masalah harus jelas, yaitu semua orang memberikan persepsi yang sama terhadap
masalah tersebut.
c) Masalah harus signifikan, dalam arti jawaban atas masalah itu harus memberikan
kontribusi terhadap pengembangan ilmu dan pemecahan masalah kehidupan
manusia.
d) Masalah bersifat etis, yaitu tidak berkenaan dengan hal-hal yang bersifat etika,
moral, nilai-nilai keyakinan dan agama. Mungkin tidak etis melakukan penelitian
yang berkenaan dengan agama, suku, atau keyakinan adat istiadat dari kelompok
masyarakat tertentu.
mengandung pertanyaan. Misalnya tujuan dari penelitian ini adalah untuk menemukan
apakah ada hubungan antara si A dengan si B.
a) permasalahan Deskriptif
b) Permasalahan komparatif
18
c) Permasalahan Asosiatif
1) Hubungan simetris
Hubungan simetris adalah suatu hubungan antara dua variabel atau lebih yang
kebetulan munculnya bersama. Jadi bukan hubungan kausal maupun interaktif, contoh
rumusan masalahnya adalah sebagai simetris
a) Adakah hubungan antara banyaknya bunyi burung prenjak dengan tamu yang
datang? Hal ini bukan berarti yang menyebabkan tamu datang adalah bunyi
burung. (Di pedesaan Jawa Tengah ada kepercayaan kalau di depan rumah ada
bunyi burung Prenjak, maka diyakini akan ada tamu, di Jawa Barat, kupu-kupu
dan tamu).
19
b) Adakah hubungan antara banyak nya semut di pohon dengan tingkat manisnya
buah?
c) Adakah hubungan antara warna rambut dengan kemampuan memimpin ?
d) Adakah hubungan antara jumlah payung yang terjual dengan jumlah kejahatan?
e) Adakah hubungan antara banyaknya radio di pedesaan dengan sepatu yang dibeli?
Contoh judul penelitiannya adalah sebagai berikut
a) Hubungan antara banyaknya radio di pedesaan dengan jumlah sepatu yang
terjual
b) Hubungan antara tinggi badan dengan prestasi kerja di bidang pemasaran
c) Hubungan antara payung yang terjual dengan tingkat kejahatan.
2) Hubungan Kausal
Hubungan kausal adalah hubungan yang bersifat sebab akibat Jadi disini ada
variabel independen (variabel yang mempengaruhi) dan dependen (dipengaruhi),
contoh:
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Demikian makalah ini penulis selesaikan, semoga apa yang penulis sampaikan dalam
makalah ini dapat di fahami dan dapat bermanfaat dari semua pihak yang memerlukan,
semoga kita bisa mengambil pelajaran dan ilmu dari makalah yang telah penulis susun
bersama dan penulis mohon maaf apabila ada kata-kata yang kurang sesuai.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
21
DAFTAR PUSTAKA
Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Cet
12 Bandung: ALFABETA, 2017.
22