Anda di halaman 1dari 25

PENELITIAN KUANTITATIF

“Variabel Penelitian & Perumusan Masalah Penelitian”

DOSEN PENGAMPU : Bapak Reza Noprial Lubis, M.Pd

Disusun Oleh Kelompok 2 :

Rukshana Choirunnisa (19.02.0082)

Husnaini Purba (19.02.0090)

Anita Yusnaini Purba (19.02.0100)

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

PEMATANG SIANTAR

PRODI PAI VI/3

TAHUN AKADEMIK 2021-2022


KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.


Alhamdulillahirabbil’alamin, puji serta syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT.
yang telah memberikan kita nikmat iman, Islam, sehat dan lain sebagainya sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah yang membahas tentang “Variabel Penelitian & Perumusan
Masalah Penelitian” disusun dalam rangka memenuhi salah satu tugas mata kuliah
“Penelitian Kuantitatif” di STAI UISU Pematangsiantar yang diampu oleh Bapak Reza
Noprial Lubis, M.Pd.

Penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak selaku dosen


mata kuliah Penelitian Kuantitatif, karena Tugas yang telah di berikan ini dapat menambah
pengetahuan dan wawasan bagi penulis.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
keritik saran yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan makalah ini dan
untuk kedepannya. Semoga dengan makalah ini dapat bermanfaat dari semua pihak yang
memerlukan, dan penulis mohon maaf apabila ada kata-kata yang kurang sesuai.

Pematangsiantar,Senin 28 Februari 2022

Penulis , Kelompok 2

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... i


DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii
BAB I
PENDAHULUAN ............................................................................................... 1
A. Latar Belakang ......................................................................................... 2
B. Rumusan Masalah .................................................................................... 2
C. Tujuan ...................................................................................................... 2
BAB II
PEMBAHASAN .................................................................................................. 3
A. Pengertian Metode Kuantitatif ................................................................. 3
B. Proses Penelitian Kuantitatif .................................................................... 3
C. Variabel penelitian ................................................................................... 5
1. Ciri-Ciri Variabel Penelitian .............................................................. 7
2. Jenis-Jenis/ Klasifikasi Variabel Penelitian ....................................... 9
D. Perumusan Masalah Penelitian ................................................................ 13
1. Masalah dan Cara Pemecahan ........................................................... 13
2. Sumber Masalah ................................................................................. 14
3. Rumusan Masalah Yang Baik ............................................................ 16
4. Bentuk-bentuk Masalah Penelitian .................................................... 17
BAB III
PENUTUP ............................................................................................................ 21
A. Kesimpulan .............................................................................................. 21
B. Saran ........................................................................................................ 21
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 22

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seiring perkembangan zaman membuat berbagai hal di dunia ini semakin maju dengan
pesatnya. Modernitas itu terjadi bukan hanya mencakup media yang menjadi alat
penyampaiaannya saja melainkan mencakup semua aspek kehidupan sehari-hari, dunia
politik, sampai pada dunia keilmuan.

Dalam perkembangannya, keilmuan yang mengkaji tentang sains memiliki peranan


penting dalam perkembangan zaman itu sendiri. Keilmuan yang terus berkembang membuat
manusia yang memiliki fitrah dengan rasa keingin tahuannya terus menerus berinovasi baik
atas hal-hal yang baru maupun mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang belum
terpecahkan. Dalam prosesnya, manusia menggunakan keilmuan sebagai alat mencari
kebenaran.Kebenaran keilmuan dapat dibenarkan melalui berbagai cara, salah satunya
dengan penelitian.

Penelitian merupakan kegiatan keilmuan yang urgen dan sangat diminati dalam berbagai
aktivitas keilmuan, terlebih dalam dunia akademik. Penelitian menjadi hal penting yang harus
dilakukan oleh insan akademis guna menunjang tugas-tugas akademikaya. Namun bukan
hanya itu, penelitian menjadi tolak ukur keberhasilan suatu proses pendidikan dan lebih
luasnya lagi menjadi tolak ukur kemajuan suatu bangsa dalam bidang pembangunan sumber
daya mausia. Yang menjadi salah satu penghambat kemajuan budaya meneliti adalah
kurangnya pengetahuan tentang metode penelitian itu sendiri sehingga banyak orang terutama
para insan akademis melakukan penelitian yang tidak sesuai dengan kaidah-kaidah
metodologi penelitian yang benar.

Penelitian kuantitatif merupakan suatu penelitian yang analisisnya secara umum memakai
analisis statistik. Penelitian kuantitatif dikembangkan oleh penganut positivisme yang
dipelopori oleh Auguste Conte. Aliran ini berpendapat bahwa untuk memacu perkembangan
ilmu-ilmu sosial, maka metode-metode IPA harus diadopsi ke dalam riset-riset ilmu sosial.
Karenanya dalam penelitian kuantitatif pengukuran terhadap gejala yang diamati menjadi
penting, sehingga pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan daftar pertanyaan
berstruktur (angket) yang disusun berdasarkan pengukuran terhadap variabel yang diteliti
yang kemudian menghasilkan data kuantitatif.

1
2

Penelitian kuantitatif lebih diarahkan untuk meneguhkan teori (confirmatory analysis).


Alur logika pene-litian kuantitatif dimulai dari mengkaji teori yang sudah ada,
mendefinisikan, melakukan fisikalisasi dan mengukur untuk mengumpulkan data di
lapangan, kemudian menganalisis secara statistik untuk menolak atau menerima kebenaran
teori. Penelitian kuantitatif adalah definisi, pengukuran data kuantitatif dan statistik objektif
melalui perhitungan ilmiah berasal dari sampel orang-orang atau penduduk yang diminta
menjawab atas sejumlah pertanyaan tentang survei untuk menentukan frekuensi dan
persentase tanggapan mereka.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Penertian dari metode kuantitatif ?
2. Apa saja proses penelitian kuantitatif ?
3. Apa itu variabel penelitian ?
4. Apa itu Perumusan masalah penelitian?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Penertian dari metode kuantitatif.
2. Untuk mengetahui proses penelitian kuantitatif.
3. Untuk mengetahui variabel penelitian.
4. Untuk mengetahui Perumusan masalah penelitian.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Metode kuantitatif

Metode kuantitatif sering dinamakan metode tradisional, positivistik, scientific dan


metode discovery. Metode kuantitatif dinamakan metode tradisional, karena metode ini sudah
cukup lama digunakan sehingga sudah mentradisi sebagai metode untuk penelitian. Metode
ini disebut sebagai metode positivistik karena berlandaskan pada filsafat positivisme. Metode
ini sebagai metode ilmiah/scientific karena telah memenuhi kaidah kaidah ilmiah yaitu
konkrit/empiris, obyektif, terukur, rasional, dan sistematis Metode ini juga disebut metode
discovery, karena dengan metode ini dapat ditemukan dan dikembangkan berbagai iptek
baru. Metode ini disebut metode kuantitatif karena data penelitian berupa angka-angka dan
analisis menggunakan statistik.

Jadi, Metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang
berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel
tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan
data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan
tujuan untuk enguji hipotesis yang telah ditetapkan.1

B. Proses Penelitian Kuantitatif

1
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Cet 12
(Bandung: ALFABETA) h.13-14

3
4

Berdasarkan gambar 2.1 diberikan penjelasan sebagai berikut. Setiap penelitian selalu
berangkat dari masalah, namun masalah yang dibawa peneliti kuantitatif dan kualitatif
berbeda. Dalam penelitian kuantitatif, masalah yang dibawa oleh peneliti harus sudah jelas,
sedangkan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan
berkembang setelah peneliti memasuki lapangan.

Setelah masalah diidentifikasikan, dan dibatasi, maka selanjunya masalah tersebut


dirumuskan. Rumusan masalah pada umumnya dinyatakan dalam kalimat pertanyaan.
Dengan pertanyaan ini maka akan dapat memandu peneliti untuk kegiatan penelitian
selanjutnya. Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka peneliti menggunakan berbagai
teori untuk menjawabnya. Jadi teori dalam penelitian kuantitatif ini digunakan untuk
menjawab rumusan masalah penelitian tersebut. Jawaban terhadap rumusan masalah yang
baru menggunakan teori tersebut dinamakan hipotesis, maka hipotesis dapat diartikan sebagai
jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian.

Hipotesis yang masih merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah tersebut,
selanjutnya akan dibuktikan kebenarannya secara empiris berdasarkan data dari lapangan.
Untuk itu peneliti melakukan pengumpulan data. Pengumpulan data dilakukan pada populasi
tertentu yang telah ditetapkan oleh peneliti. Bila populasi terlalu luas, sedangkan peneliti
memiliki keterbatasan waktu, dana dan tenaga, maka peneliti dapat menggunakan sampel
yang diambil dari populasi tersebut. Bila peneliti bermaksud membuat generalisasi, maka
sampel yang diambil harus representatif, dengan teknik random sampling.

Meneliti adalah mencari data yang telitifakurat Untuk itu peneliti perlu menggunakan
instrumen penelitian. Dalani ilmu-ilmu alam, teknik, dan ilmu-ilmu empirik lainnya,
instrumen penelitian seperti termometer untuk mengukur suhu, timbangan untuk mengukur
berat semuanya sudah ada, sehingga tidak perlu membuat instrumen. Tetapi dalam penelitian
sosial seperti pendidikan, sering instrumen yang akan digunakan untuk meneliti belu ada,
sehingga peneliti harus membuat atau mengembangkan sendiri. Agar instrumen dapat
dipercaya, maka harus diuji validitas dan relibilitasnya. 2

Sebagai seorang peneliti, kita sering kali dihadapkan pada perta nyaan, yaitu," Apa yang
ingin dikaji atau diteliti dalam suatu penelitian yang kita lakukan. Hal-hal yang menjadi pusat
kajian atau faktor disebut juga sebagai fokus penelitian itu, kita identifikasi sebagai variabel

2
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Cet 12
(Bandung: ALFABETA) h.49-50
5

penelitian. Dalam kajian tertentu, misalnya penelitian kualitatif, peneliti lebih memusatkan
pada satu faktor atau variabel yang kemudian dikaji secara mendalam. Peneliti kualitatif juga
melihat variabel lain yang ber kaitan dengan variabel yang dikaji. Berbeda dengan peneliti
kuantitatif, yang biasanya mengkaji lebih dari satu variabel yang kemudian variabel itu dikaji,
apakah cukup dideskripsikan, dihubungkan satu sama lain. atau dibuktikan pengaruhnya
melalui uji hipotesis. Hal yang perlu kita perhatikan, berkenaan dengan faktor atau variabel
yang dikaji itu ada lah masalah kecermatan dalam memahami dan mendefinisikannya. Pen
definisian suatu variabel diperlukan karena akan memudahkan kita sebagai peneliti untuk
menentukan alat ukur yang lebih sesuai dan tepat.3

C. Variabel Penelitian

Kalau ada pertanyaan tentang apa yang Anda teliti, maka jawaban nya berkenaan dengan
variabel penelitian. Jadi variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang
berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh
informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. Periset bekerja pada tingkat
teoretis maupun empiris. Pada tingkat teoretis, perhatiannya tercurah pada pengidentifikasian
konsep dan hubungannya dengan proposisi. Pada taraf empiris, pernyataan riset akan diuji,
periset akan berhadapan dengan variabel-variabel. Dalam praktik, istilah variabel dipakai
seba gai sinonim untuk suatu konsep atau hal yang sedang diriset. Dalam konteks penjelasan
ini, variabel yang dimaksud adalah suatu simbol yang akan diberi angka atau nilai (Kerlinger,
2002).4

Secara teoretis variabel dapat didefinisikan sebagai atribut seseorang, atau objek yang
mempunyai variasi antara satu dengan yang la innya. Variabel juga dapat merupakan atribut
dari bidang keilmuwan atau kegiatan tertentu (Sudjarwo & Basrowi, 2007). Tinggi, berat
badan, sikap, motivasi, kepemimpinan, disiplin kerja, merupakan atribut-atri but dari setiap
orang. Pengontrolan mutu sistem informasi, pengguna an teknologi Raharja Multimedia
Edutainment, Technology Acceptance Model, bahasa pemrograman visual basic, IT
Government merupakan atribut teknologi informasi. Dinamakan variabel karena ada

3
Punaji Setyosari, Metode Penelitian Pendidikan & Pengembangan, cet 5 (Jakarta: PRENADA
MEDIA) h. 161
4
Sudaryono. 2016, Metode Penelitian Pendidikan . Jakarta: Kencana. h. 46
6

variasinya. Berat badan dapat dikatakan variabel, karena berat badan sekelompok orang itu
bervariasi antara satu orang dengan yang lain.5

Kerlinger (1973) menyatakan bahwa variabel adalah konstrak (constructs) atau sifat yang
akan dipelajari. Diberikan contoh misalnya, tingkat aspirasi, penghasilan, pendidikan, status
sosial, jenis kelamin, golongan gaji, produktivitas kerja, dan lain-lain. Di bagian lain
Kerlinger menyatakan bahwa variabel dapat dikatakan sebagai suatu sifat yang diambil dari
suatu nilai yang berbeda (different values). Dengan demikian variabel itu merupakan suatu
yang bervariasi. Selanjutnya Kidder (1981), menyatakan bahwa variabel adalah suatu kualitas
(qualities) dimana peneliti mempelajari dan menarik kesimpulan darinya. 6

Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan di sini bahwa variabel


penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang
mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
ditarik kesim pulannya. Variabel ini akan diberi nilai didasarkan atas ciri-ciri variabel
tersebut, misalnya variabel dikotomis, kategoris, diskrit, dan variabel kontinu. Dikatakan
dikotomis jika variabel tersebut hanya berisi dua nilai, misalnya Ya-Tidak, Laki-Perempuan,
dan Puas-Kecewa. Dikata kan variabel diskrit jika datanya hanya mempunyai nilai tertentu
saja; dan dikatakan sebagai variabel kontinu jika nilai-nilainya dalam inter val tertentu, atau
kadang-kadang, dalam suatu himpunan tak terbatas.

Variabel adalah segala sesuatu yang memiliki variasi nilai, misal nya: nilai ujian
bervariasi bisa memiliki nilai dari 0-100. Tingkat mo tivasi bisa bervariasi dari sangat rendah
hingga sangat tinggi; Tingkat kepuasan konsumen bervariasi dari sangat rendah hingga
sangat tinggi. Contoh lain adalah tingkat kinerja perusahaan yang bisa bervariasi di ukur
dengan berbagai rasio keuangan, total aktiva, perolehan laba, dan lain-lain. Nilai numerik
yang ditetapkan terhadap suatu variabel adalah berdasarkan karakteristik dari variabel yang
bersangkutan. Misalnya beberapa variabel disebut variabel "dichotomous" dalam hal ini
hanya dua nilai yang menunjukkan ada tidaknya suatu karakteristik. Misalnya: Bekerja-Tidak
Bekerja; Pria-Wanita, memiliki dua nilai besarnya 0 dan 1.

Beberapa variabel yang memiliki nilai yang menunjukkan kategori tambahan (lebih
dari dua), disebut variabel "discrete", misalnya bebe rapa variabel demografik seperti agama:

5
Sugiono. 2012 Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.( Bandung:
ALFABETA), h.60
6
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Cet 12
(Bandung: ALFABETA) h.61
7

Islam, Kristen, Budha, Kong hucu, dan lain-lain atau ras: Hispanik, Asia, Kulit Hitam, dan
lain-lain. Variabel lain yang memiliki nilai dalam suatu rangkaian nilai tertentu disebut
variabel "continous, misalnya: pendapatan, usia, volume pen jualan dan lain-lain. Dalam
penelitian eksperimen dikenal ada "control variabel" dan "extraneous variabel. "Control
variabel" adalah variabel yang dikendalikan peneliti agar tidak memengaruhi hubungan
fungsio nal antara variabel bebas dan variabel terikat dalam suatu eksperimen. Misalnya
suatu perusahaan ingin mengetahui pengaruh murni desain alternatif dari kemasan sabun
deterjen terhadap penjualan.

Untuk itu perusahaan tersebut melakukan hal-hal sebagai berikut:

1) Selama periode eksperimen konsumen harus berbelanja di suatu toko tertentu;


2) Konsumen hanya berbelanja pada suatu waktu atau jam tertentu dengan jumlah
keramaian yang sama;
3) Konsumen ber- belanja selama beberapa hari berturut-turut tanpa diekspose terhadap
iklan; dan
4) Harga serta rak panjang produk dibuat selama periode eksperiman tersebut. Dalam hal
ini, semua variabel yang bisa berpe ngaruh terhadap penjualan sabun detergen
tersebut harus dikendalikan sedapat mungkin (Cresswell, 2007).

Kemudian "extrancours variable" adalah variabel yang tidak dapat dikendalikan oleh
peneliti dalam suatu penelitian eksperimen. Jika variabel tersebut tidak diperhatikan dengan
cermat, bisa menimbulkan pengaruh yang mengaburkan (confounding impact) dalam menguji
pe ngaruh variabel bebas tanpa variabel terikat dalam suatu eksperimen. Beberapa contoh
dari "extraneous variable" adalah perubahan tempe ratur, mood, kondisi kesehatan bahkan
kondisi fisik seseorang. Variabel-variabel tersebut tidak bisa dikendalikan oleh peneliti. Salah
satu cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi pengaruh variabel ter sebut adalah
melakukan "randomization. Dalam contoh perusahaan sabun detergen tersebut, maka yang
dapat dilakukan adalah melakukan "randomization" kondisi "manipulasi desain kemasan
sabun tadi pada sejumlah konsumen dan mengukur unit penjualannya.

1. Ciri-Ciri Variabel Penelitian

Dalam penelitian variabel mempunyai tiga ciri, yaitu: mempunyai variasi nilai,
membedakan satu objek dengan objek yang lain dalam satu populasi, dan dapat diukur
(Widoyoko, 2012). Oleh karena vari abel membedakan satu objek dengan objek lain
8

dalam satu populasi, maka variabel harus mempunyai nilai yang bervariasi. Sebagai
contoh, dari populasi yang terdiri dari 30 orang mahasiswa, indeks prestasi (IP) hanya
akan menjadi variabel apabila terdapat variasi dalam IP pada po pulasi tersebut.

Sebaliknya, apabila dari 30 mahasiswa tersebut tidak terdapat va riasi dalam IP karena
mempunyai IP yang sama, maka IP bukanlah variabel pada populasi yang bersangkutan.
Contoh lain, dari populasi penduduk yang mendiami suatu wilayah tertentu, jenis
pekerjaan atau profesi bukan merupakan variabel apabila seluruh penduduk tersebut
memiliki pekerjaan atau profesi yang sama.

Variabel membedakan satu objek dari objek yang lain. Objek-objek menjadi anggota
populasi karena mempunyai satu karakteristik yang sama. Meskipun sama, objek-objek
dalam populasi dapat dibedakan satu sama lain dalam suatu variabel. Sebagai contoh,
populasi mahasiswa terdiri dari anggota yang memiliki satu kesamaan karakteristik, yaitu
mahasiswa. Selain kesamaan itu, antara mereka berbeda dalam usia, jenis kelamin,
agama, motivasi belajar, kecerdasan, bakat dan lain sebagainya.

Perbedaan-perbedaan tersebut merupakan variasi karena mem punyai sifat


membedakan di antara objek yang ada dalam populasi. Variabel harus dapat diukur.
Penelitian kuantitaif mengharuskan hasil penelitian yang objektif, terukur, dan selalu
terbuka untuk diuji. Variabel berbeda dengan konsep. Konsep belum dapat diukur, sedang
kan variabel dapat diukur. Variabel adalah operasionalisasi konsep, sebagai contoh
belajar adalah konsep dan hasil belajar adalah variabel. siswa adalah konsep. jumlah
siswa adalah variabel. Dengan demikian, data dari variabel penelitian harus tampak dalam
perilaku yang dapat diobservasi dan diukur, misalnya prestasi belajar adalah jumlah
jawab an benar yang dibuat siswa dalam mengerjakan sebuah tes.

Jadi, nilai variabel di dalam riset, mempunyai variasi antara satu dan lainnya,
misalnya dalam hal tinggi badan dan berat badan yang me rupakan atribut dari seseorang.
Berat badan dan tinggi badan akan ber variasi bila terjadi pada sekelompok orang, apalagi
diambil secara acak. Jika sekelompok orang tadi tinggi dan berat badannya sama, maka se
mua itu bukan variabel melainkan konstanta. Jika suatu variabel dikait kan dengan
variabel lain sampai terbentu sebuah model, maka variabel akan mempunyai bermacam-
macam bentuk. Untuk riset dalam bidang pendidikan, variabel-variabel yang umum
dipakai antara lain, variabel independen (bebas) dan dependen (tidak bebas), variabel
kontrol, vari abel moderating, dan variabel intervening.
9

2. Jenis-Jenis/ Klasifikasi Variabel Penelitian

Cara yang lazim kita kenal dalam mengelompokkan atau mengkla sifikasi variabel
penelitian kita bedakan menjadi dua, yaitu variabel be bas (independent variable) dan
variabel terikat (dependent variable) (Ary, Jacobs, & Sorensen, 2010). Berdasarkan
peranan dan fungsi variabel da lam penelitian, biasanya peneliti menggunakan dua
variabel atau faktor dalam penelitiannya. Kedua variabel tersebut, yaitu: (1) variabel
bebas atau variabel penyebab; dan (2) variabel terikat atau variabel tergantung Uraian
tentang kedua variabel sebagaimana dikemukakan di bawah ini.7

a. Variabel Bebas (independent variable atau predictor)

Variabel bebas yang juga disebut sebagai variabel stimulus atau ma sukan,
dilakukan oleh seseorang dalam lingkungannya yang dapat memengaruhi perilaku
hasil. Variabel bebas adalah variabel yang menyebabkan atau memengaruhi, yaitu
faktor-faktor yang diukur, dimanipulasi, atau dipilih oleh peneliti untuk menentukan
hubungan antara fenomena yang diobservasi atau diamati (Tuckman, 1988). Jika
seorang peneliti mengkaji hubungan antara dua variabel, misalnya variabel waktu
untuk belajar (A) dan prestasi belajarnya yang dicapai oleh pebelajar (B), maka
pertanyaan atau masalah yang diajukan, "Bagaimanakah prestasi belajar yang dicapai
apabila waktu yang dipakai untuk belajar lebih banyak atau lebih sedikit?

Berdasarkan rumusan masalah penelitian tersebut, banyak atau sedikitnya waktu


belajar yang dipakai oleh pebelajar diidentifikasi sebagai variabel terikat (independent
variable). Variabel ini (waktu belajar) dimanipulasi atau diubah untuk menyebabkan
terjadinya perubahan pada variabel lainnya (prestasi belajar). Variabel independen ini
merupakan suatu kondisi yang mendahului, yaitu suatu keadaan yang diperlukan
sebelum hasil yang diinginkan terjadi. Dengan pendek kata, variabel bebas atau
independen adalah penyebab yang diduga (presumed cause) menyebabkan perubahan
dalam hasil. Tujuan dari penelitian adalah untuk menjelaskan atau memprediksi
variabilitas dari variabel bebas.8

b. Variabel Terikat (independen variable atau criterion variable)

7
Punaji Setyosari, Metode Penelitian Pendidikan & Pengembangan, cet 5 (Jakarta: PRENADA
MEDIA) h.164
8
Punaji Setyosari, Metode Penelitian Pendidikan & Pengembangan, cet 5 (Jakarta: PRENADA
MEDIA) h.164-165
10

Variabel independen: variabel ini sering disebut sebagai variabel stimulus,


prediktor, antecedent. Dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel bebas.
Variabel bebas merupakan variabel yang meme ngaruhi atau yang menjadi sebab
perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat). Variabel independen
(bebas) adalah variabel yang menjelaskan atau memengaruhi variabel yang lain,
sedangkan variabel dependen (tergantung) adalah variabel yang dijelaskan atau yang
dipe ngaruhi oleh variabel independen. Penjelasan suatu fenomena terten tu secara
sistematis digambarkan dengan variabel-variabel dependen. Misalnya, suatu riset
bertujuan untuk menguji pengaruh biaya promositerhadap pendapatan (sales) suatu
produk detergen. Di sini, terdapat satu variabel independen yaitu biaya promosi dan
satu variabel dependen yaitu pendapatan. Variabel dependen: sering disebut sebagai
variabel output, kriteria, konsekuen.

Variabel dependen sering sebut sebagai variabel output, kriteria, konsekuen.


Dalam bahasa Indo nesia sering disebut sebagai variabel terikat. Variabel terikat
merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya va
meng riabel bebas. Contoh pendapatan, dalam hal ini, menjadi fenomenanya. Selain
satu variabel independen, banyak riset dilakukan untuk uji beberapa variabel
independen (bebas) dan satu variabel dependen (tidak bebas). Misalnya, riset yang
ditujukan untuk menguji pengaruh biaya promosi, biaya distribusi, dan biaya produksi
terhadap pendapat an (sales). Di sini terdapat tiga variabel bebas. Semakin tinggi
kualitas pelayanan, maka diduga semakin tinggi loyalitas konsumen. Oleh karena itu,
kualitas pelayanan merupakan va riabel bebas dan kepuasan konsumen merupakan
variabel terikat. Lihat Gambar 3.1.

c. Variabel Mode Rating (moderating variable)

Variabel moderator adalah variabel yang memengaruhi (memper. kuat atau


memperlemah) hubungan antara variabel independen dengan dependen. Variabel
disebut juga sebagai variabel independen kedua. Hubungan perilaku suami dan istri
11

akan semakin baik kalau mempu nyai anak. Di sini anak adalah sebagai variabel
moderator yang mem perkuat hubungan dan pihak ketiga adalah sebagai variabel
moderator yang memperlemah hubungan. Hubungan langsung antara variabel
variabel independen dan dependen kadang-kadang dipengaruhi oleh variabel lain.
Variabel lain ini dapat memperlemah atau memperkuat arah hubungan antara variabel
independen dan dependen. Variabel ini juga dapat mengubah nilai hubungan dari
positif dari negative atau sebaliknya. Misal, hasil belajar mahasiswa dipengaruhi
motivasi dari belajar mereka. Artinya, makin besar motivasi belajar akan semakin
baik pula hasil belajar mereka, atau sebaliknya.

Variabel ini juga dapat mengubah nilai hubungan dari positif ke negatif atau
sebaliknya. Misal, hasil belajar mahasiswa dipengaruhi oleh motivasi belajar mereka.
Artinya, makin besar motivasi belajar akan semakin baik pula hasil belajar mereka,
atau sebaliknya. Sikap dosen dalam hal ini dapat dijadikan contoh sebagai variabel
moderating-nya. Sikap dosen yang tegas dipandang oleh mahasiswa sebagai sikap yar
positif. Sikap tegas dapat memotivasi belajar mahasiswa. Begitu pull sebaliknya, jika
sikapnya arogan, maka dipandang oleh mahasiswa se bagai sikap yang negatif.
Arogan dapat membuat motivasi belajar ma hasiswa menurun, misalnya mahasiswa
absen kuliah. Akibatnya, hasi belajar mahasiswa pun menjadi buruk (Sugiyono,
2005).9

Variabel moderating adalah variabel yang memengaruhi hubungan antara variabel


bebas dan variabel terikat. Misalnya suatu teori menyatakan bahwa kualitas pelayanan akan
memengaruhi "loyalitas konsumen". Pengaruh kualitas pelayanan terhadap loyalitas
konsumen akan bervariasi berdasarkan faktor demografik (misalnya pendidikan, pendapatan)
sebagai variabel moderating. Hubungan tersebut dapat dilihat pada Gambar 3.2. Hubungan
antara Kuantitatif Pelayanan , Loyalitas Konsumen , dan Faktor Demogratif :

9
Sugiono. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,Kualitatif,dan R&D.(Bandung:
Albeta).h. 51
12

d. Variabel Intervening (intervening variable)

Variabel intervening merupakan variabel yang berada di antara variabel bebas dan
variabel terikat, sehingga sebelum variabel bebas memengaruhi variabel terikat,
terlebih dahulu akan melalui variabel intervening. Variabel intervening adalah
variabel yang memengaruhi hubungan langsung antara variabel independen dan
variabel dependen, sehingga terjadi hubungan yang tidak langsung. Artinya, variabel
vening merupakan variabel yang terletak di antara variabel-variabel in dependen dan
dependen, sehingga variabel independen tidak langsung menjelaskan atau
memengaruhi variabel dependen.

Penelitian yang lebih kompleks, menunjukkan pengaruh variabel bebas, variabel


terikat, variabel moderating dan variabel intervening. Misalnya penelitian yang
menguji pengaruh variabel moderating yaitu faktor demografi terhadap hubungan
antara kualitas pelayanan, kepuasan konsumen dan loyalitas konsumen. Hal tersebut
dapat dilihat pada Gambar 3.3. hubungan antara kualitas pelayanan, faktor demografi,
kepuasaan konsumen dna loyalitas konsumen:10

e. Variabel Kontrol

Di samping variabel-variabel atau faktor tersebut di atas, peneliti juga bekerja


dengan variabel-variabel seperti variabel kendali (kontrol) dan intervening. Seluruh
variabel dalam suatu situasi (a situational variable) atau dalam diri seseorang
(dispositional variable) tidak dapat dikaji secara bersamaan waktunya. Variabel-
variabel tersebut harus di netralisasikan untuk menjamin bahwa variabel-variabel itu
tidak akan memiliki dampak yang berbeda atau moderate terhadap variabel-variabel
yang dicari hubungannya. Variabel yang dinetralisasi inilah yang diiden tifikasi
sebagai variabel kontrol atau kendali.

10
Sugiono.Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,Kualitatif,dan R&D.(Bandung:
Albeta)h. 65.
13

Variabel kendali atau kontrol adalah variabel yang diusahakan un tuk dinetralisasi
oleh peneliti. Dampak variabel kontrol atau variabel kendali ini dilakukan dengan cara
melakukan eliminasi (pembatasan), menyamakan kelompok, dan randomisasi atau
pengacakan. Dalam pe nelitian tersebut tersebut di samping strategi pembelajaran dan
tingkat kecerdasan, peneliti mempertimbangkan juga tingkat usia, misalnya di ambil
kelompok umur tertentu, maka umur dalam penelitian ini dianggap sebagai variabel
kendali. Apabila peneliti memperhitungkan pula jenis kelamin, walaupun tidak
diutamakan dalam penelitiannya, maka jenis kelamin ini dianggap sebagai variabel
moderator. Di samping riabel kendali dan moderator, ada variabel rambang, yaitu
variabel yang pengaruhnya diabaikan dalam penelitian karena tidak menimbulkan per
bedaan yang berarti.11

Secara visual, hubungan variabel penelitian dapat di sajikan sebagaimana bagan 7.1
berikut ini :12

D. Perumusan Masalah Penelitian


1. Masalah dan Cara Pemecahan

Seperti telah dikemukakan bahwa pada dasarnya penelitian itu dilakukan dengan
tujuan untuk mendapatkan data yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah
Untuk itu setiap penelitian yang akan dilakukan harus selalu berangkat dari masalah
Seperti dinyatakan oleh Emory (1985) bahwa, baik penelitian murni maupun terapan,
semuanya berangkat dari masalah, hanya untuk penelitian terapan, hasilnya langsung
dapat digunakan untuk membuat keputusan.
11
Punaji Setyosari, Metode Penelitian Pendidikan & Pengembangan, cet 5 (Jakarta: PRENADA
MEDIA) h.167-168
12
Punaji Setyosari, Metode Penelitian Pendidikan & Pengembangan, cet 5 (Jakarta: PRENADA
MEDIA) h.169
14

Jadi setiap penelitian yang akan dilakukan harus selalu berangkat dari masalah.
Walaupun diakui bahwa memilih masalah penelitian sering merupakan hal yang
paling sulit dalam proses penelitian (Tuckman, 1988 25). Bila dalam penelitian telah
dapat menemukan masalah yang betul-betul masalah, maka sebenarnya pekerjaan
penelitian itu 50% telah selesai Oleh karena itu menemukan masalah dalam penelitian
merupakan pekerjaan yang tidak mudah, tetapi setelah masalah dapat ditemukan,
maka pekerjaan penelitian akan segera dapat dilakukan .

Mengidentifikasi masalah penelitian dilakukan untuk memilih masalah mana yang


harus mendesak ditemukan penyelesaiannya. Mengidentifikasi masalah-masalah yang
bisa dilaksanakan melalui pengelompokan dan pemetaan masalah tersebut dengan
sistematis berdasarkan keahlian bidang peneliti Dalam mengidentifikasi masalah
harus mempertimbangkan berbagai hal sebagai berikut.

a) Esensial: masalah yang akan diidentifikasi merupakan masalah yang menjadi


prioritas utama dibandingkan masalah-masalah lain.
b) Urgen: masalah yang dimaksud merupakan masalah yang harus segera
dipecahkan.
c) Kemanfaatan: masalah yang dipilih akan menghasilkan kemanfaatan jika
dipecahkan.13

Hubungan antara ketepatan memilih masalah dan cara pemecahan ditunjukkan


bila dilihat dari sudut pandang penelitian ilmiah, maka yang paling baik adalah yang
pertama, yaitu pemilihan masalah benar, dan pemecahannya juga benar Kedua,
masalah benar cara pemecahannya salah. Ketiga, masalahnya salah dan tetapi cara
pemecahannya benar. Keempat, masalah salah dan pemecahannya juga salah.

2. Sumber Masalah

Masalah dapat diartikan sebagai penyimpangan antara yang seharusnya dengan


apa yang benar-benar terjadi. Stonner (1982 257) mengemukakan bahwa masalah-
masalah dapat diketahui atau dicari apabila terdapat penyimpangan antara
pengalaman dengan kenyataan, antara apa yang direncanakan dengan kenyataan,
adanya pengaduan, dan kompetisi .

a) Terdapat penyimpangan antara pengalaman dengan kenyataan


13
Asep Kurniawan , Metodologi Penelitian Pendidikan., cet 1, (Bandung: Remaja Rosdakarya), hlm 62
15

Di dunia ini yang tetap hanya perubahan. Namun sering perubahan itu tidak
diharapkan oleh orang-orang tertentu, karena akan dapat menimbulkan masalah Orang
yang biasanya menjadi pimpinan pada bidang pemerintahan harus berubah ke bidang
bisnis. Hal ini pada awalnya tentu akan muncul masalah. Orang atau kelompok yang
biasanya mengelola pemerintahan dengan sistem sentralisasi lalu berubah menjadi
desentralisasi, maka akan muncul masalah. Orang biasanya menulis dengan mesin
ketik manual harus ganti dengan komputer, maka akan muncul masalah. Apakah
masalahnya sehingga perlu ada perubahan. Apakah masalahnya dengan sistem
sentralisasi, sehingga perlu berubah menjadi sistem desentralisasi dalam
penyelenggaraan pemerintahan, apakah masalahnya sehingga kebijakan pendidikan
selalu berubah, ganti menteri ganti kebijakan? Apakah masalahnya setelah terjadi
perubahan?

b) Terdapat penyimpangan antara apa yang telah direncanakan dengan


kenyataan

Suatu rencana yang telah ditetapkan, tetapi hasilnya tidak sesuai dengan tujuan
dari rencana tersebut, maka tentu ada masalah Mungkin kita masih ingat bahwa pada
era orde baru direncanakan pada tahun 2000 Bangsa Indonesia akan tinggal landas
tetapi ternyata tidak, sehingga muncul masalah. Dengan adanya reformasi diharapkan
harga-harga akan turun, ternyata tidak, sehingga timbul masalah. Direncanakan
dengan adanya penataran pengawasan melekat, maka akan terjadi penurunan dalam
jumlah KKN, tetapi ternyata tidak sehingga timbul masalah. Apakah masalahnya
sehingga apa yang telah direncanakan tidak menghasilkan kenyataan. Jadi untuk
menemukan masalah dapat diperoleh dengan cara melihat dari adanya penyimpangan
antara yang direncanakan dengan kenyataan.

c) Ada pengaduan

Dalam suatu organisasi yang tadinya tenang tidak ada masalah, ternyata setelah
ada pihak tertentu yang mengadukan produk maupun pelayanan yang diberikan, maka
timbul masalah dalam organisasi itu. Pikiran pembaca yang dimuat dalam koran atau
majalah yang mengadukan kualitas produk atau pelayanan suatu lembaga, dapat
dipandang sebagai masalah, karena diadukan lewat media sehingga banyak orang
yang menjadi tahu akan kualitas produk dan kualitas pelayanan. Dengan demikian
orang tidak akan membeli lagi atau tidak menggunakan jasa lembaga itu lagi.
16

Demonstrasi yang dilakukan oleh sekelompok orang terhadap suatu organisasi juga
dapat menimbulkan masalah. Dengan demikian masalah penelitian dapat digali
dengan cara menganalisis isi pengaduan.

d) Ada kompetisi

Adanya saingan atau kompetisi sering dapat menimbulkan masalah besar, bila
tidak dapat memanfaatkan untuk kerja sama. Perusahaan Pos dan Giro merasa
mempunyai masalah setelah ada biro jasa lain yang menerima titipan surat, titipan
barang, ada hand phone yang dapat digunakan untuk SMS, internet, e-mail.
Perusahaan Kereta Api memandang angkutan umum jalan raya dengan Bus sebagai
pesaing sehingga menimbulkan masalah Tetapi mungkin PT. Telkom kurang
mempunyai masalah karena tidak ada perusahaan lain yang memberikan jasa yang
sama lewat telepon kabel, tetapi menjadi masalah setelah ada saingan telepon
genggam (hand phone).

3. Rumusan Masalah Yang Baik

Fraenkel dan Wallen (1990 22) mengemukakan bahwa masalah penelitian yang
baik adalah:

a) Masalah harus feasible, dalam arti masalah tersebut harus dapat dicarikan
jawabannya melalui sumber yang jelas, tidak banyak menghabiskan dana, tenaga
dan waktu.
b) Masalah harus jelas, yaitu semua orang memberikan persepsi yang sama terhadap
masalah tersebut.
c) Masalah harus signifikan, dalam arti jawaban atas masalah itu harus memberikan
kontribusi terhadap pengembangan ilmu dan pemecahan masalah kehidupan
manusia.
d) Masalah bersifat etis, yaitu tidak berkenaan dengan hal-hal yang bersifat etika,
moral, nilai-nilai keyakinan dan agama. Mungkin tidak etis melakukan penelitian
yang berkenaan dengan agama, suku, atau keyakinan adat istiadat dari kelompok
masyarakat tertentu.

Tuckman (1988) menambahkan rumusan masalah yang baik adalah yang


menyatakan hubungan antara dua variabel atau lebih (menurut penulis tidak harus),
dinyatakan dalam bentuk kalimat tanya, atau alternatif yang secara implisit
17

mengandung pertanyaan. Misalnya tujuan dari penelitian ini adalah untuk menemukan
apakah ada hubungan antara si A dengan si B.

4. Bentuk-bentuk Masalah Penelitian

Bentuk-bentuk masalah penelitian ini dikembangkan berdasarkan penelitian


menurut tingkat eksplanasi yang tertera pada gambar 1.1. Hal ini disebabkan oleh
karena pada dasarnya hasil penelitian nanti digunakan untuk menjelaskan fenomena
berdasarkan data yang terkumpul. Berdasarkan hal tersebut maka bentuk masalah
dapat dikelompokkan ke dalam bentuk masalah deskriptif, komparatif dan asosiatif.

a) permasalahan Deskriptif

Permasalahan deskriptif adalah suatu permasalahan yang berkenaan dengan


pertanyaan terhadap keberadaan variabel mandiri, baik hanya pada satu variabel atau
lebih (variabel yang berdiri sendiri). Jadi dalam penelitian ini peneliti tidak membuat
perbandingan variabel itu pada sampel yang lain, dan mencari hubungan variabel itu
dengan variabel yang lain. Penelitian semacam ini untuk selanjutnya dinamakan
penelitian deskriptif.

Adapun Contoh rumusan masalah deskriptif :

1) Seberapa baik kinerja Kabinet Gotong Royong?


2) Bagaimanakah sikap masyarakat terhadap perguruan tinggi negeri Berbadan
Hukum?
3) Seberapa tinggi efektivitas kebijakan mobil berpenumpang tiga di Jakarta?
4) Seberapa tinggi tingkat kepuasan dan apresiasi masyarakat terhadap pelayanan
pemerintah daerah di bidang kesehatan?

Dari beberapa contoh di atas terlihat bahwa setiap pertanyaan penelitian


berkenaan dengan satu variabel atau lebih secara mandiri (bandingkan dengan
masalah komparatif dan asosiatif).

Peneliti yang bermaksud mengetahui kinerja Kabinet Gotong Royong, sikap


masyarakat terhadap perguruan tinggi berbadan hukum, efektivitas kebijakan mobil
berpenumpang tiga, tingkat kepuasan dan apresiasi masyarakat terhadap pelayanan
pemerintah di bidang kesehatan adalah contoh penelitian deskriptif.

b) Permasalahan komparatif
18

Permasalahan komparatif adalah suatu permasalahan penelitian yang bersifat


membandingkan keberadaan satu variabel atau lebih pada dua atau lebih sampel yang
berbeda, atau pada waktu y berbeda. Contoh Rumusan masalahnya adalah sebagai
berikut.

1) Adakah perbedaan produktivitas kerja antara Pegawai Negeri, BUMN dan


Swasta? (satu variabel pada 3 sampel).
2) Adakah kesamaan cara promosi antara perusahaan A dan B2
3) Adakah perbedaan, kemampuan dan disiplin kerja antara pegawai Swasta
Nasional, dan Perusahaan asing (dua variabel, pada dua sampel).
4) Adakah perbedaan kenyamanan naik Kereta Api dan Bus menurut berbagai
kelompok masyarakat.
5) Adakah perbedaan daya tahan berdiri pelayan toko yang berasal dari kota dan
desa, gunung (satu variabel pada 3 sampel).
6) Adakah perbedaan tingkat kepuasan masyarakat di Kabupaten A dan B dalam hal
pelayanan kesehatan ?
7) Adakah perbedaan kualitas manajemen antara Bank Swasta dan Bank Pemerintah.

c) Permasalahan Asosiatif

Permasalahan asosiatif adalah suatu permasalahan penelitian yang bersifat


hubungan antara dua variabel atau lebih. Terdapat tiga bentuk hubungan yaitu
hubungan simetris, hubungan kausal, dan interaktif/resiprocal/timbal balik.

1) Hubungan simetris

Hubungan simetris adalah suatu hubungan antara dua variabel atau lebih yang
kebetulan munculnya bersama. Jadi bukan hubungan kausal maupun interaktif, contoh
rumusan masalahnya adalah sebagai simetris

a) Adakah hubungan antara banyaknya bunyi burung prenjak dengan tamu yang
datang? Hal ini bukan berarti yang menyebabkan tamu datang adalah bunyi
burung. (Di pedesaan Jawa Tengah ada kepercayaan kalau di depan rumah ada
bunyi burung Prenjak, maka diyakini akan ada tamu, di Jawa Barat, kupu-kupu
dan tamu).
19

b) Adakah hubungan antara banyak nya semut di pohon dengan tingkat manisnya
buah?
c) Adakah hubungan antara warna rambut dengan kemampuan memimpin ?
d) Adakah hubungan antara jumlah payung yang terjual dengan jumlah kejahatan?
e) Adakah hubungan antara banyaknya radio di pedesaan dengan sepatu yang dibeli?
Contoh judul penelitiannya adalah sebagai berikut
a) Hubungan antara banyaknya radio di pedesaan dengan jumlah sepatu yang
terjual
b) Hubungan antara tinggi badan dengan prestasi kerja di bidang pemasaran
c) Hubungan antara payung yang terjual dengan tingkat kejahatan.

2) Hubungan Kausal

Hubungan kausal adalah hubungan yang bersifat sebab akibat Jadi disini ada
variabel independen (variabel yang mempengaruhi) dan dependen (dipengaruhi),
contoh:

a) Adakah pengaruh sistem penggajian terhadap prestasi kerja?


b) Seberapa besar pengaruh kepemimpinan nasional terhadap perilaku masyarakar?
c) Seberapa besar pengaruh tata ruang kantor terhadap efisiensi kerja karyawan?
d) Seberapa besar pengaruh kurikulum, media pendidikan dan kualitas guru terhadap
kualitas SDM yang dihasilkan dari suatu sekolah?
Contoh judul penelitiannya:
a) Pengaruh insentif terhadap disiplin kerja karyawan di departemen X
b) Pengaruh gaya kepemimpinan dan tata ruang kantor terhadap efisiensi
kerja di Departemen X. Contoh pertama dengan satu variabel independen dan
contoh kedua dengar dua variabel independen.

3) Hubungan interaktif resiprocal timbal balik

Hubungan interaktif adalah hubungan yang saling mempengaruhi Di sini tidak


diketahui mana variabel independen dan dependen contoh:

a) Hubungan antara motivasi dan prestasi. Di sini dapat dinyatakan motivasi


mempengaruhi prestasi dan juga prestasi mempengaruhi motivasi.
20

b) Hubungan antara kecerdasan dengan kekayaan. Kecerdasan dapat menyebabkan


kaya, demikian juga orang yang kaya dapat meningkatkan kecerdasan karena gizi
terpenuhi.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang


berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau
sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random,
pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat
kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk enguji hipotesis yang telah ditetapkan. Dalam
penelitian kuantitatif ada beberapa proses, di antaranya tentang variabel penelitian dan
perumusan masalah penelitian yang akan memudahkan sipeneliti dalam mengambil
metode penelitian kuantitatif ini.

B. Saran

Demikian makalah ini penulis selesaikan, semoga apa yang penulis sampaikan dalam
makalah ini dapat di fahami dan dapat bermanfaat dari semua pihak yang memerlukan,
semoga kita bisa mengambil pelajaran dan ilmu dari makalah yang telah penulis susun
bersama dan penulis mohon maaf apabila ada kata-kata yang kurang sesuai.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

21
DAFTAR PUSTAKA

Kurniawan, Asep, Metodologi Penelitian Pendidikan., cet 1, Bandung: Remaja Rosdakarya.

Setyosari, Punaji, Metode Penelitian Pendidikan & Pengembangan, cet 5 Jakarta:


PRENADA MEDIA, 2016.

Sudaryono. Metode Penelitian Pendidikan . Jakarta: Kencana, 2016.

Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Cet
12 Bandung: ALFABETA, 2017.

22

Anda mungkin juga menyukai