Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

MASA SEKOLAH

DOSEN MATA KULIAH :


Dr. Aminullah, MPd.I
Di susun oleh :
Muh Bastian Asmar
862082022103
Muh Syafii
862082022104

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI BONE


FAKULTAS TARBIYAH 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah atas segala karunia yang diberikan Allah SWT kepada
penulis sehingga karya tulis ini yang berjudul “Jual beli, Mlm dan jual beli online” dapat
terselesaikan dengan baik.
Tujuan penulisan karya tulis ini untuk memenuhi tugas dari Bapak Dr. Aminullah,
MPd.I yang diharapkan dapat menjadi pengetahuan tambahan bagi pembaca maupun bagi
penulis itu sendiri.
Penulis sangat berterima kasih kepada Bapak Dr. Aminullah, MPd.I pada kuliah Fikih
kontenporer, yang telah mempercayai tugas ini kepada penulis, sehingga dapat membantu
penulis untuk menguasai pengetahuan pada bidang studi yang ditekuni
Tidak lupa penulis juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah
meluangkan waktunya untuk berbagi pengetahuan kepada penulis dan membantu penulis
dalam bentuk dukungan, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ini dengan tepat
waktu.
Tdak ada yang sempurna di dunia ini. Begitupun dengan karya tulis ini yang masih
jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran demi
kesempurnaan dari karya tulis inii

II
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………….. ii
DAFTAR IS…………………………………………………………………. iii
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………….. 1
A. Latar Belakang. ………………………………………………………. 1
B. Rumusan Masalah…………………………………………………….. 2
C Tujuan………………………………………………………………… 2
BAB II PEMBAHASA…………………………………………………….. 2
A. Sekolah Pada Masa Kanak-Kanak.......................................................... 3
B. Perkembangan Anak Pada Masa Sekolah.............................................. 4
C. Perkembangan Fisik Dan Kognitif Anak Pada Masa Sekolah................ 8
D. School Readiness....................................................................................
E. Karakteristik Perkembangan Anak Pada Masa Sekolah
F. Anak Yang Tidak Mampu Memahami Pelajaran
BAB III KESIMPULAN………………………………………………….. 13

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………….. iv

III
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Pendidikan anak selama masa sekolah merupakan salah satu aspek penting dalam
perkembangan individu dan masyarakat. Pada periode ini, anak-anak mengalami berbagai
perubahan fisik, emosional, dan kognitif yang memengaruhi kehidupan mereka dalam
jangka panjang. Proses belajar di sekolah tidak hanya berdampak pada pengetahuan
akademik, tetapi juga membentuk karakter, nilai-nilai, dan keterampilan sosial anak-anak.
Meskipun pendidikan formal telah menjadi bagian integral dalam kehidupan anak-
anak di banyak negara, berbagai tantangan dan permasalahan masih menghadang.
Beberapa anak mungkin mengalami kesulitan dalam mencapai prestasi akademik yang
baik, sementara yang lain mungkin mengalami tekanan sosial, masalah perilaku, atau
masalah kesehatan mental. Selain itu, lingkungan keluarga, kualitas sekolah, sistem
pendidikan, dan faktor-faktor eksternal lainnya juga memainkan peran penting dalam
pengalaman anak selama masa sekolah.
Dalam makalah ini, kami akan mengeksplorasi berbagai aspek yang terkait dengan
anak pada masa sekolah, termasuk tantangan-tantangan yang dihadapi oleh anak-anak,
pengaruh lingkungan sosial dan pendidikan, serta strategi untuk meningkatkan kualitas
pendidikan anak pada masa ini. Pemahaman yang lebih baik tentang dinamika ini dapat
membantu kita merancang pendekatan yang lebih efektif dalam mendukung perkembangan
anak-anak selama masa sekolah mereka dan memastikan bahwa mereka memiliki dasar
yang kuat untuk masa depan mereka.
Rumusan Masalah
1. Apakah berjualan online dapat memicu turunnya pendapatan pedagang lokal?
2. Apa dampak yang akan terjadi bila para konsumen lebih memilih membeli barang
secara online dari pada ofline?
3. Apakah bisnis MLM adalah bisnis yg haram dalam agama islam?
4. Apa dampak positif dan negatif bisnis MLM ?

C. Tujuan
1. untuk menetahui seperti apa bisnis MLM itu
2. untuik menambah pengetahuan di bidang bisnis
3. untuk mengajari tata cara menjalankan bisnis yg

Hal. 2
BAB II
JUAL BELI MLM DAN ONLINE

A. Sekolah Pada Masa Kanak-Kanak \


1. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
Menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, Pasal 1 angka 14 mendefinisikan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) sebagai
suatu usaha pembinaan yang diberikan kepada anak sejak saat lahir hingga mencapai usia
enam tahun. Tujuan dari pembinaan ini adalah memberikan rangsangan pendidikan untuk
membantu pertumbuhan dan perkembangan fisik dan mental anak, sehingga mereka siap
untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat berikutnya
Ada juga pengertian lain yaitu Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah tahap
pendidikan sebelum pendidikan dasar, yang bertujuan untuk membina perkembangan anak
sejak mereka lahir hingga usia enam tahun. Ini dicapai dengan memberikan rangsangan
pendidikan yang mendukung perkembangan fisik dan mental anak, sehingga mereka siap
untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat berikutnya. PAUD dapat diselenggarakan dalam
berbagai jalur, termasuk formal, nonformal, dan informal

Hal. 2
B. Multi Level Marketing

a) Pengertian Multi Level Marketing


Secara Etimologi Multi Level Marketing (MLM) berasal dari bahasa Inggris Multi
berarti banyak sedangkan level berarti jenjang atau tingkat. Adapun marketing berarti
pemasaran. Jadi dari kata tersebut dapat dipahami bahwa MLM adalah pemasaran yang
berjenjang banyak. Disebut sebagai “Multi Level” karena merupakan suatu organisasi
distributor yang melaksanakan penjualan yang berjenjang banyak atau bertingkat tingkat
(Harefa, 1999)
Jual beli melalui Multi-Level Marketing (MLM) adalah sistem bisnis di mana
produk atau layanan dijual oleh individu yang berperan sebagai distributor independen dan
membentuk jaringan penjualan berjenjang. Distributor tidak hanya menerima komisi dari
penjualan produk atau layanan secara langsung, tetapi juga dari penjualan yang dilakukan
oleh anggota jaringan yang mereka rekrut ke dalam struktur bisnis mereka. Biasanya,
model bisnis MLM memiliki struktur hierarki yang menyerupai piramida, dengan
distributor puncak berada di tingkat tertinggi dan anggota jaringan yang semakin banyak
berada di tingkat bawah (Tajti (Thaythy), 2021)
Model bisnis MLM telah ada selama beberapa dekade dan telah digunakan oleh
banyak perusahaan untuk mendistribusikan beragam produk dan layanan, termasuk produk
kesehatan, kecantikan, dan peralatan rumah tangga, di antara lain. MLM menawarkan
peluang bagi individu untuk memulai bisnis sendiri dengan modal awal yang relatif
terjangkau, sambil memiliki potensi penghasilan yang besar jika mereka berhasil
membangun jaringan penjualan yang luas
Namun, model bisnis MLM juga telah terlibat dalam berbagai kontroversi.
Beberapa perusahaan MLM yang tidak etis atau ilegal telah menyalahgunakan model ini
sebagai penutup untuk skema piramida yang merugikan banyak orang. Dampak negatif ini
telah mendorong banyak negara untuk mengatur bisnis MLM dengan ketat untuk
melindungi konsumen dan mencegah praktik-praktik yang merugikan dalam industri ini
(Vander Nat & Keep, 2002)
Bisnis Multi-Level Marketing (MLM) melibatkan berbagai metode untuk
menjalankan operasinya dan memotivasi anggota jaringan. Berikut adalah dua metode
yang umumnya digunakan dalam bisnis MLM :

Hal. 4
1) Promosi dan atau mengenalkan kualitas produk, seorang konsumen yang sudah
merasakan manfaat produk, lau kemudian tertarik pada sistem marketingnya, yang
memberi harga yang berbeda antara distributor dan konsumen, maka konsumen
tersebut menjadi member atau distributor, selanjutnya merekomendasikan orang
lain untuk melakukan hal yang sama yang dengan apa yang dilakukan. Apa bila
jaringan berjalan normal, sesuai marketing Plan dari Multi level Marketing
dimaksud, maka distributor tersebut mendapatkan bonus atau jasa (Aminullah,
2022)
2) Memperkenalkan peluang bisnisnya dan potensi pendapatan, bonus dan hadiah lain
yang ditawarkan. Bila yang diajak tertarik dan bergabung, maka Langkah awal
yang dilakukan sebagai distributor baru adalah membeli produk sesuai ketentuan
yang berlaku. (Yusuf, 2000).
Sisi positif pada multi level marketing, adalah pembinaan secara berjenjang
yang dilakukan oleh Up Line ke Down Line, Up Line tidak merahasiakan kiat
sukses yang telah dicapai pada Down Line bahkan Up Line melakukan upaya agar
Down Line dapat mendifikasi apa yang dilakukannya, sehingga dapat meraih
peringkat dan bonus serta hadiah yang banyak. Hampir semua perusahaan multi
level marketing melaksanakan pembinaan dan Pendidikan pada distributornya,
sehingga perusahaan multi level marketing menjadi sarana Pendidikan (bisnis) bagi
anggotanya. Industri multi level marketing memberi kesempatan yang sama untuk
berhasil pada siapaun yang bergabung, tidak ditentukan siapa yang duluan dan atau
belakangan bergabung, tetapi kesuksesan dapat dicapai oleh siapa saja bergantung
pada usahanya memajukan jaringannya. Pada multi level marketing masing-
masing distributor memiliki pasar yang berpotensi memberi keuntungan bila
dilakukan dengan baik dan benar.

Kelahiran Multi Level Marketing dilatarbelakangi kenyataan bahwa


sesungguhnya manusia adalah pelaku multi level marketing, yang tidak
mendapatkan manfaat dari usaha "mengiklankan" dan atau merekomendasikan
sesuatu pada seseorang. Penjualan langsung atau retail dan direct selling, hanya
memberikan keuntungan finansial pada kalangan terbatas. Yakni pemilik modal
dan karyawan yang terlibat langsung dalam aktifitas marketingnya. Unsur lain yang
terdampak keuntungan adalah para bintang iklan dan media visual, social yang

Hal. 5
menjadi sarana mengiklankan produknya. Sementara masyarakat konsumen hanya
diposisikan sebagai penerima manfaat produk saja, tanpa mendapatkan

Hal. 5
manfaat lebih. Multi level marketing member manfaat lebi, bukan hanya
pada pemilik retail, tetapi juga konsumen (Aminullah, 2022).
b) Ciri-ciri bisnis MLM
1) Struktur Berjenjang
Bisnis MLM memiliki struktur hierarki berjenjang di mana setiap
distributor dapat merekrut distributor lain di bawah mereka. Distributor
yang merekrut disebut "Up Line," sedangkan yang direkrut disebut "Down
Line." (Farrukh & Joiya, 2020)
2) Pendapatan dari Penjualan dan Rekrutmen:
Distributor MLM dapat menghasilkan pendapatan dari penjualan produk
atau layanan yang mereka jual, serta dari komisi yang mereka terima dari
penjualan yang dilakukan oleh anggota jaringan mereka (Down Line)
(Allen, 2017)
3) Pelatihan dan Dukungan:
Perusahaan MLM biasanya menyediakan pelatihan, materi pemasaran, dan
dukungan kepada distributor mereka untuk membantu mereka mencapai
kesuksesan dalam bisnis (Bello & Kocak, 2011).
4) Pembayaran Bonus:
MLM seringkali menawarkan berbagai jenis bonus dan insentif kepada
distributor yang mencapai target tertentu dalam penjualan atau rekrutmen
(Coughlan & Grayson, 1998).
c) Sistem Pemasaran Bisnis MLM
1) Penjualan Langsung
Distributor MLM menjual produk atau layanan langsung kepada konsumen
akhir. Mereka mendapatkan komisi dari penjualan ini.
2) Rekrutmen:
Distributor juga berfokus pada merekrut anggota baru ke dalam jaringan
mereka. Mereka mendapatkan komisi atau bonus berdasarkan penjualan
yang dilakukan oleh anggota yang mereka rekrut.
3) Duplikasi
Konsep utama dalam MLM adalah duplikasi, di mana anggota diharapkan
untuk mengajarkan dan menduplikasi sistem penjualan dan rekrutmen
kepada

Hal. 6
anggota baru yang mereka rekrut. Ini menciptakan pertumbuhan berkelanjutan dalam
jaringan (Hyman, 2007)
4) Bonus dan Komisi
Distributor menerima bonus dan komisi berdasarkan volume penjualan dan
aktivitas rekrutmen dalam jaringan mereka. Struktur kompensasi MLM bisa
sangat beragam (Taylor, 2011).
5) Pelatihan dan Dukungan
Perusahaan MLM biasanya menyediakan pelatihan terkait produk,
pemasaran, dan manajemen bisnis kepada distributor. Mereka juga
memberikan dukungan untuk membantu distributor mencapai kesuksesan
(Chen & Hsiao, 2012).
d) Dampak positif dan dampak negatif bisnis MLM
Berikut dampak Positif dari bisnis Mlm
1) Peluang Penghasilan Potensial
MLM dapat memberikan peluang penghasilan yang signifikan kepada para
anggotanya. Mereka dapat memperoleh komisi dari penjualan produk serta
bonus dari jaringan pemasaran yang mereka bangun.
2) Pembelajaran Keterampilan Berbisnis
Bisnis MLM sering melibatkan penjualan produk atau merekrut anggota
baru. Ini dapat membantu individu mempelajari keterampilan penjualan,
pemasaran, dan kepemimpinan yang berguna dalam berbagai aspek
kehidupan.
3) Kesempatan Penghasilan Tambahan
MLM memberikan kesempatan kepada individu untuk menghasilkan uang
tambahan atau bahkan mengembangkan bisnisnya sendiri. Ini dapat menjadi
sumber pendapatan yang berharga bagi banyak orang.
Berikut dampak negatif dari bisnis MLM
1) Model Bisnis yang Kontroversial
MLM sering kali dikritik karena model bisnisnya yang mirip piramida.
Keuntungan besar biasanya hanya diperoleh oleh mereka yang berada di
puncak struktur, sementara anggota di bawahnya memiliki kesempatan
terbatas untuk menghasilkan uang.
2) Resiko Kehilangan Uang

Hal. 7
Beberapa orang yang terlibat dalam MLM mungkin mengalami kerugian
finansial karena biaya awal, pembelian produk, atau tekanan untuk membeli
inventaris besar. Tingkat keberhasilan yang rendah juga berarti bahwa
banyak orang mungkin tidak mendapatkan kembali investasi mereka.
3) Hubungan Pribadi yang Terganggu
MLM sering kali mendorong anggotanya untuk merekrut teman, keluarga,
dan kenalan mereka. Ini dapat mengakibatkan ketegangan dalam hubungan
pribadi jika rekrutan mengalami kerugian atau merasa dipaksa.
e) Bisnis MlM di perbolehkan agama islam asal memenuhi syarat-syarat berikuat
1) Penjualan Produk atau Layanan yang Sah: Bisnis MLM harus berfokus pada
penjualan produk atau layanan yang sah, bermanfaat, dan tidak melanggar
prinsip-prinsip Islam. Produk atau layanan tersebut harus memenuhi standar
kualitas dan tidak mengandung unsur-unsur haram.
2) Transparansi dan Kejujuran: Semua transaksi dalam bisnis MLM harus
dilakukan dengan transparansi dan kejujuran. Anggota MLM harus
memberikan informasi yang jelas kepada pelanggan tentang produk atau
layanan yang ditawarkan.
3) Tidak Ada Unsur Riba: Bisnis MLM harus menghindari unsur riba (bunga)
dalam setiap transaksi keuangan. Ini berarti tidak ada pembayaran bunga
atau keuntungan dari uang yang diberikan atau dipinjamkan.
4) Tidak Menyerupai Skema Piramida: Bisnis MLM tidak boleh menyerupai
skema piramida yang ilegal atau merugikan. Ini berarti bahwa pendapatan
anggota harus terutama berasal dari penjualan produk atau layanan, bukan
dari merekrut anggota bar

C. JuaL Beli Online


1. Pengertian Jual Beli Online
Jual beli via internet adalah suatu proses perdagangan yang terjadi melalui media
elektronik, di mana transaksi jual beli tidak mengharuskan penjual dan pembeli bertemu
secara langsung atau berinteraksi secara langsung. Dalam proses ini, ciri-ciri dan jenis
barang atau layanan yang akan dibeli biasanya telah ditentukan, sedangkan harga
pembelian dibayar terlebih dahulu sebelum barang atau layanan tersebut diserahkan (Fitria,
2017)

Hal. 8
Hal. 8
Karakteristik bisnis online, sebagaimana dijelaskan, adalah sebagai berikut:
1) Terjadinya transaksi antara dua belah pihak.
2) Adanya pertukaran barang, jasa, atau informasi.
3) Internet merupakan media utama dalam proses atau mekanisme transaksi
tersebut.
Dari karakteristik ini, dapat dilihat bahwa perbedaan utama antara bisnis online dan
bisnis offline adalah dalam proses transaksi (akad) dan penggunaan internet sebagai media
utama dalam proses tersebut.
Dalam konteks Islam, bisnis online juga memiliki perbedaan dalam hal transaksi.
Dalam bisnis Islam, transaksi umumnya melibatkan pertukaran fisik, yaitu dengan
menghadirkan barang yang diperdagangkan pada saat transaksi atau dengan menyatakan
sifat benda tersebut secara konkret. Namun, dalam bisnis online, seringkali barang atau
layanan dipesan tanpa penghadiran fisik saat transaksi. Namun, dalam Islam, ada bentuk-
bentuk transaksi seperti as-salam dan al-istishna, di mana pembayaran bisa dilakukan
secara tunai/disegerakan, tetapi penyerahan barang atau layanan dapat ditangguhkan sesuai
kesepakatan.
Dalam bisnis online, komoditas yang diperdagangkan dapat berupa barang/jasa
non-digital atau digital, dan proses transaksi dapat bervariasi tergantung pada jenis
komoditas dan kesepakatan antara penjual dan pembeli Dalam konteks transaksi as-salam
dalam Islam, terdapat perbedaan dengan transaksi bisnis online yang melibatkan komoditi
digital seperti ebook, software, script, dan data dalam bentuk file yang diserahkan kepada
konsumen. Dalam transaksi as-salam, terdapat persyaratan khusus bahwa barang yang
diperdagangkan harus sesuai dengan apa yang telah disifati atau dijelaskan saat
bertransaksi. Ini berarti barang harus memiliki deskripsi atau sifat yang jelas dan konkret
pada saat transaksi, dan penyerahannya bisa ditangguhkan hingga waktu tertentu sesuai
kesepakatan.
Namun, dalam transaksi bisnis online yang melibatkan komoditi digital, barang
yang diperdagangkan berupa file digital yang diserahkan langsung kepada konsumen
melalui email atau unduhan. Dalam hal ini, barang yang ditransaksikan adalah berupa data
elektronik, dan tidak ada kehadiran fisik dari barang tersebut. Oleh karena itu, transaksi ini
lebih mirip dengan transaksi jual beli biasa, di mana konsumen membayar dan menerima
produk digital secara instan.

Hal. 9
Dalam kedua jenis transaksi ini, penting untuk menjaga integritas dan kejujuran
dalam berbisnis serta mematuhi prinsip-prinsip Islam terkait keadilan dan hukum-hukum
yang berlaku dalam bisnis.
2. Hukum Jual Beli Secara Online
Para ulama sepakat bahwa transaksi yang mengharuskan serah terima tunai barang
dan uang tidak diperbolehkan dilakukan secara online, seperti jual beli emas dan perak,
karena hal ini dapat dianggap sebagai bentuk riba nasi'ah. Pengecualian terjadi jika barang
yang diperjualbelikan dapat diserahkan pada saat transaksi, seperti penukaran uang asing
melalui ATM, di mana nilai tukar mata uang sesuai dengan kurs pada hari itu.
Untuk barang-barang yang tidak mengharuskan serah terima tunai saat bertransaksi,
seperti barang-barang selain emas, perak, dan mata uang, maka jual beli online dapat
dilakukan melalui surat menyurat. Dalam hal ini, jual beli melalui telepon dan internet
dianggap sebagai bentuk akad ijab dan qabul yang sah (Salim, 2017)
Keputusan ini telah diambil oleh Majma’ Al Fiqh Al Islami (Divisi Fiqih OKI)
melalui keputusan no. 52 (3/6) tahun 1990. Mereka menyatakan bahwa jika akad terjadi
antara dua pihak yang berjauhan, di mana mereka tidak dapat saling melihat atau
mendengar satu sama lain, dan komunikasi mereka melibatkan tulisan atau surat, atau
bahkan orang sebagai perantara, maka transaksi tersebut dapat dianggap sah, termasuk
dalam konteks penggunaan faksimili, teleks, dan internet. Dalam situasi di mana transaksi
dilakukan dalam satu waktu, meskipun kedua pihak berada di tempat yang berjauhan, ini
juga berlaku untuk transaksi melalui telepon atau telepon seluler, dengan syarat bahwa ijab
dan qabul diterima oleh masing-masing pihak seolah-olah mereka berada dalam satu lokasi
Dalam transaksi jual beli online, terdapat beberapa aspek yang perlu diperhatikan
dalam konteks hukum Islam:

1) Proses Transaksi:
Proses transaksi dalam jual beli online melibatkan ijab (tawaran) yang
dilakukan oleh penjual melalui aplikasi atau situs web, diikuti oleh qabul
(penerimaan) yang dilakukan oleh pembeli dengan mengisi dan
mengirimkan aplikasi tersebut.
2) Deskripsi Barang

Hal. 10
Barang yang diperdagangkan dalam transaksi online dapat hanya dilihat
gambar dan spesifikasinya yang dijelaskan dengan jelas dan lengkap.
Deskripsi ini harus cukup rinci dan mempengaruhi harga barang.
3) Pembayaran
Setelah ijab dan qabul terjadi, penjual meminta pembeli untuk mentransfer
uang ke rekening bank penjual. Setelah uang diterima, penjual baru
mengirimkan barang melalui kurir atau jasa pengiriman.
4) Pemilik Situs sebagai Wakil
Jika pemilik situs atau website adalah orang yang bukan pemilik barang,
namun telah membuat kesepakatan dengan pemilik barang untuk menjual
barang tersebut dengan komisi persentase yang telah disepakati, maka ini
diperbolehkan karena pemilik situs berperan sebagai wakil atau agen
pemilik barang.
Namun, jika pemilik situs hanya menampilkan barang tetapi bukan pemilik barang
tersebut, dan transaksi hanya terjadi setelah penjual memastikan keberadaan barang, maka
para ulama sepakat bahwa transaksi semacam ini tidak sah dalam hukum Islam karena
mengandung unsur gharar (ketidakpastian) karena penjual belum dapat memastikan apakah
barang dapat dikirimkan atau tidak.
Untuk membuat transaksi jual beli online yang sah dalam konteks syariah Islam,
pemilik situs perlu menginformasikan bahwa penyediaan aplikasi permohonan barang
bukan merupakan ijab dari penjual (pemilik situs). Setelah calon pembeli mengisi aplikasi,
pemilik situs tidak dapat langsung melakukan akad jual beli, melainkan harus membeli
barang dari pemilik barang sesungguhnya dan memastikan barang tersebut telah diterima.
Kemudian, pemilik situs dapat menjawab permohonan pembeli dan meminta pembeli
untuk mentransfer uang. Barang baru dikirim kepada pembeli dengan jaminan sesuai
dengan deskripsi yang telah diberikan.
Untuk menghindari kerugian, pemilik situs dapat membuat perjanjian yang
memungkinkan pengembalian barang kepada pemilik barang sesungguhnya jika pembeli
memutuskan untuk membatalkan transaksi dalam jangka waktu tertentu (misalnya,3 hari).
Semua langkah ini bertujuan untuk menjaga agar transaksi online sesuai dengan prinsip-
prinsip hukum Islam (Salim, 2017).
3. Manfaat Jual Beli Online

Hal. 11
1) Pembeli dapat melakukan dimana saja Selama ada jaringan internet,
memilih barang sesuai yang ditawarkan oleh penjual dengan menggunakan
aplikasi jual beli on line, Pselanjutnya. memesan dan selanjutnya barang
diantar ke rumah via kurir, system pembayaran boleh transfer dan ada pula
dengan cara Cash on Delivery (COD)
2) Efektif dan efisien, pembeli tidak harus membuang-buang waktu, barang
yang dibeli dapat dipesan, selanjutnya barang segara diantar ke alamat
pemesan. Pembeli dapat memilih barang kebutuhan, dan membandingkan
3) harga dengan provider lain, sehingga pembeli dapat membeli barang dengan
harga murah.
4) Pembelian barang tidak dibatasi oleh teritori, pembeli dapat membeli
dimana saja termasuk dari luar negeri sekalipun. e. Harga yang ditawarkan
sangat kompetitif (Fitria, 2017).

Hal. 12
BAB III

KESIMPULAN

Setelah mempelajari bahasan makalah di atas, dapat disimpulkan bahwa:

Akhlak dalam Islam mengacu pada tindakan, perilaku, dan karakter moral
seseorang. Ini mencakup prinsip-prinsip etika, nilai-nilai, dan norma-norma yang mengatur
perilaku individu dalam berinteraksi dengan Tuhan, sesama manusia, dan alam semesta.

Akhlak memiliki kedudukan yang sangat penting dalam Islam. Ini adalah salah satu
aspek inti ajaran Islam yang ditekankan dalam Al-Quran dan hadis Nabi Muhammad.
Keberhasilan seseorang dalam kehidupan dunia dan akhirat seringkali diukur oleh tingkat
akhlak mereka.

Pendidikan akhlak (tarbiyah) merupakan bagian integral dari Islam. Islam


mendorong individu untuk mengembangkan akhlak yang baik dan menjauhi perilaku yang
buruk. Tujuannya adalah untuk memperbaiki diri, memperbaiki masyarakat, dan mencapai
keridhaan Allah.

Akhlak Islam memengaruhi berbagai aspek kehidupan sehari-hari, termasuk


interaksi sosial, bisnis, politik, dan hubungan antarindividu. Mengamalkan akhlak yang
baik adalah cara untuk mencapai keseimbangan dan harmoni dalam masyarakat.

Nabi Muhammad dianggap sebagai teladan akhlak yang sempurna dalam Islam.
Pengikut Islam dianjurkan untuk mengikuti jejaknya dalam berperilaku dan berinteraksi
dengan sesama.

Hal. 13
DAFTAR PUSTAKA

Allen, M. (2017). The SAGE Encyclopedia of Communication Research Methods. The


SAGE Encyclopedia of Communication Research Methods, 863–864.
https://doi.org/10.4135/9781483381411

Aminullah. (2022). Fikih Kontemporer (N. I. Adzmiyah & N. I. A’yuni (eds.)).

Farrukh, W., & Joiya, J. Q. (2020). International journal of management and business.
International Journal of Management and Business, 4(1), 1943–1951.

Fitria, T. N. (2017). Bisnis Jual Beli Online (Online Shop) Dalam Hukum Islam Dan
Hukum Negara. Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 3(01), 52.
https://doi.org/10.29040/jiei.v3i01.99

Harefa, A. (1999). Multi Level Marketing. Gram Media Pustaka Utama.

Hyman, M. R. (2007). Multi-level marketing: A pyramid scheme by design. Business


Outlook, January 2007, 1–5. https://www.researchgate.net/publication/270902987

Salim, M. (2017). Jual Beli Secara Online Menurut Pandangan Hukum Islam. Al Daulah :
Jurnal Hukum Pidana Dan Ketatanegaraan, 6(2), 371–386.
https://doi.org/10.24252/ad.v6i2.4890

Tajti (Thaythy), T. (2021). Multi-Level Marketing and Pyramid Schemes. Zaštita


Kolektivnih Interesa Potrošača, April, 46–66.
https://doi.org/10.18485/union_pf_ccr.2021.ch3

Vander Nat, P. J., & Keep, W. W. (2002). Marketing fraud: An approach for differentiating
multilevel marketing from pyramid schemes. Journal of Public Policy and Marketing,
21(1), 139–151. https://doi.org/10.1509/jppm.21.1.139.17603

Taylor, T. (2011). The compensation scheme in network marketing organizations: A study


of effects on participants. Journal of Behavioral Studies in Business, 3, 1-15

Vander Nat, P. J., & Keep, W. W. (2002). Marketing fraud: An approach for differentiating
multilevel marketing from pyramid schemes. Journal of Public Policy and

iv
Marketing, 21(1), 139–151. https://doi.org/10.1509/jppm.21.1.139.17603

Yusuf, T. (2000). Strategi MLM secara cerdas dan halal. Cet I,(Jakarta

Anda mungkin juga menyukai