Dosen Pembimbing :
H. Fahrur Rozi, S.Ag, M.HI
Oleh :
1. Abidah Al Khoir (B01217002)
2. Devi Ananda Sari (B01217012)
Puji dan syukur kami ucapkan kehadiran tuhan yang maha esa, karena atas berkat dan
karunianya,kami dapat menyelesaikan tugas yang diberikan oleh dosen pembimbing kepada
kami untuk dapat diselesaikan dengan sebaik mungkin.
Adapun judul dari makalah ini adalah “Multi Level Marketing dan Franchise Dalam
Perspektif Fiqih”. Melalui makalah ini, kami berharap agar kita dapat lebih memahami dan
mengerti mengenai Multi Level Marketing dan Franchise Dalam Perspektif Fiqih.
Tidak lupa pula kami ucapkan terimakasih banyak kepada teman-teman serta dosen
pembimbing yang dengan setia mendampingi, memberi semangat dan mengajari kami untuk
menyusun makalah ini.
kami juga sangat menyadari bahwa makalah ini masih sangat jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangatlah kami harapkan dari para
pembaca, agar makalah ini dapat menjadi lebih baik lagi. Untuk itu, kami mengucapkan
terima kasih banyak kepada para pembaca.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................ii
DAFTAR ISI..............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang...............................................................................................1
2. Rumusan Masalah..........................................................................................1
3. Tujuan............................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
1. Multi Level Marketing
A. Pengertian.........................................................................................................3
B. Sejrah................................................................................................................3
C. Sistem Kerja......................................................................................................4
D. Dampak Positif dan Negatif..............................................................................5
E. Pandangan Islam Terhadap Multi Level Marketing (MLM) ...........................5
F. Gambaran Multi Level Marketing..................................................................10
2. Franchise
A. Pengertian.........................................................................................................11
B. Macam-macam.................................................................................................11
C. Sejarah..............................................................................................................12
D. Keuntungan dan Kerugian Franchise................................................................12
1. Kesimpulan.........................................................................................................15
2. Kritik dan Saran..................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................16
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejak beberapa tahun ini, muamalah MLM (Multi Level Marketing) semakin
marak dan banyak diminati orang, lantaran perdagangan dan muamalah dengan sistim
MLM ini menjanjikan kekayaan yang melimpah tanpa banyak modal dan tidak begitu
ruwet. Betulkah yang mereka harapkan itu terjadi? Jaringannya tersebar di seluruh
dunia, tidak terkecuali negara tercinta kita Indonesia. Mungkin jika kita bertanya
kepada orang, apa sih MLM itu? Mereka sudah banyak yang tahu dan bisa
memberikan jawabannya dengan mendetail. Tetapi jika kita bertanya, apa sih
sebenarnya hukum muamalah MLM itu? Mungkin tidak banyak yang bisa atau
bersedia menjawabnya, apalagi menjawabnya dengan jujur dan sesuai dengan hukum
islam.
Pada tahun 1994 para penyembah uang mendirikan sebuah perusahaan MLM
dikota Medona, Italia dengan nama “Fyujera Strategi” di kamar dagang dan industri
negara tersebut. Selang beberapa waktu, mereka mengganti namanya menjadi
“Bintakona” yang terkenal hingga sekarang. Empat tahun kemudian, yaitu pada tahun
1998 M, Inggris mendirikan perusahaan MLM dengan nama “Quest Internasional”.
Dan di kemudian hari mereka mengganti namanya menjadi: “Gold Quest”. Pada tahun
2000 M, muamalah batil ini lahir di Belgia dan diberi nama: “7 Keping Permata”. Dan
pada tahun yang sama, yaitu tahun 2000 M, anak cucu muamalah batil ini pun lahir di
Iran dan menyebar ke beberapa negara Asia termasuk Indonesia.
Memang, ekonomi sebuah negara itu dapat dijadikan sebagai tolok ukur atau
alat menilai sehat atau sakitnya rakyat negara tersebut. Kebejadan ekonomi, praktik
riba, jumlah kriminalitas yang semakin meningkat, kefakiran yang semakin
membumbung, dan seluruh problematika yang selalu dikhawatirkan oleh setiap orang
muncul lantaran ekonomi yang sakit. Para ahli juga mengakui masalah ini dengan
tegas.
Dalam dasawarsa terakhir ini, dengan hubungan, jaringan internet, dan
teknologi-teknologi yang semakin meluas, kita menyaksikan banyak kesempatan
untuk menuai pendapatan. Sayangnya, kesempatan-kesempatan ini kadang-kadang
telah menimbulkan banyak problematika di tengah kehidupan masyarakat luas.
Perniagaan elektronik adalah sebuah kosa kata yang sudah kita dengar dalam
kehidupan sehari-hari. Perniagaan ini telah memudahkan urusan perniagaan kita dan
mempermudah hubungan kita dengan seantara dunia. Di samping itu, fenomena ini
juga banyak mewujudkan perubahan dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu
perubahan ini adalah kelahiran network marketing. Kosa kata ini tentu sangat berbeda
dengan electronik marketing.
B. Rumusan Masalah
1
1. Apa itu Multi Level Marketing?
2. Bagaimanakah sejarah berdirinya Multi Level Marketing?
3. Seperti apakah sistem kerja dari Multi Level Marketing?
4. Apa Dampak Positif dan Negatif Bisnis Multi Level Marketing (MLM)?
5. Seperti apa Pandangan Islam Mengenai Multi Level Marketing ?
C. Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
“Multi Level Marketing”
A. Pengertian
Secara umum Multi Level Marketing adalah suatu metode bisnis alternatif yang
berhubungan dengan pemasaran dan distribusi yang dilakukan melalui banyak level
(tingkatan), yang biasa dikenal dengan istilah Upline (tingkat atas) dan Downline
(tingkat bawah), orang akan disebut Upline jika mempunyai Downline. Inti dari bisnis
MLM ini digerakkan dengan jaringan ini, baik yang bersifat vertikal atas bawah maupun
horizontal kiri kanan ataupun gabungan antara keduanya.
Berbeda dengan marketing dalam pengertian tradisional, Multi Level Marketing
dinilai sebagai metode pemasaran yang lebih efisien dan efektif pada tingkat retail
(penjualan eceran) karena besarnya dan luasnya gerakan individu-individu yang
melancarkan program marketing ini dibandingkan sistem pemasaran biasa. Multi Level
Marketing atau Network Marketing merupakan sistem pendistribusian barang atau jasa
lewat suatu jaringan atau orang-orang yang independen, kemudian orang-orang ini akan
mensponsori orang-orang lain untuk membantu-meneruskan lewat satu atau beberapa
tingkat pemasukan. (David Roller, 1995: 3)
Peter Clotier dalam bukunya yang berjudul Multi Level Marketing A Practical Guide
To Succesful Network Selling seperti yang dikutip Yoes Axinantio, merumuskan Multi
Level Marketing merupakan suatu cara atau metode menjual barang secara langsung
kepada pelanggan melalui jaringan yang dikembangkan oleh para distributor yang
memperkenalkan para distributor berikutnya.( Yoes Axinantio, 1996:10)
B. Sejarah
Akar dari MLM tidak bisa dilepaskan dari berdirinya Amway Corporation dan
produknya nutrilite yang berupa makanan suplemen bagi diet agar tetap sehat. Konsep
ini dimulai pada tahun 1930 oleh Carl Rehnborg, seorang pengusaha Amerika yang
tinggal di Cina pada tahun 1917-1927. Setelah 7 tahun melakukan eksperimen akhirnya
dia berhasil menemukan makanan suplemen tersebut dan memberikan hasil temuannya
kepada teman-temannya. Tak kala mereka ingin agar dia menjualnya pada mereka,
Rehnborg berkata “Kamu yang menjualnya kepada teman-teman kamu dan saya akan
memberikan komisi padamu”.
Inilah praktek awal MLM yang singkat cerita selanjutnya perusahaan Rehnborg ini
yang sudah bisa merekrut 15.000 tenaga penjualan dari rumah kerumah dilaramg
beroperasi oleh pengadilan pada tahun 1951, karena mereka melebih-lebihkan peran dari
makanan tersebut. Yang mana hal ini membuat Rich DeVos dan Jay Van Andel
Distributor utama produk nutrilite tersebut yang sudah mengorganisasi lebih dari 2000
3
distributor mendirikan American Way Association yang akhirnya berganti nama menjadi
Amway.
C. Sistem Kerja
Pakar marketing ternama Don Failla, membagi marketing menjadi tiga macam.
Pertama, retail (eceran), Kedua, direct selling (penjualan langsung ke konsumen), Ketiga
multi level marketing (pemasaran berjenjang melalui jaringan distribusi yang dibangun
dengan memposisikan pelanggan sekaligus sebagai tenaga pemasaran). Kemunculan
trend strategi pemasaran produk melalui sistem MLM di dunia bisnis modern sangat
menguntungkan banyak pihak, seperti pengusaha (baik produsen maupun perusahaan
MLM).Hal ini disebabkan karena adanya penghematan biaya dalam iklan, Bisnis ini
juga menguntungkan para distributor yang berperan sebagai simsar (Mitra Niaga) yang
ingin bebas (tidak terikat) dalam bekerja.
Sistem marketing MLM yang lahir pada tahun 1939 merupakan kreasi dan inovasi
marketing yang melibatkan masyarakat konsumen dalam kegiatan usaha pemasaran
dengan tujuan agar masyarakat konsumen dapat menikmati tidak saja manfaat produk,
tetapi juga manfaat finansial dalam bentuk insentif, hadiah-hadiah, haji dan umrah,
perlindungan asuransi, tabungan hari tua dan bahkan kepemilikan saham perusahaan.
(Ahmad Basyuni Lubis, Al-Iqtishad, November 2000)
Adapun yang menjadi ciri-ciri dan bisnis Multi Level Marketing adalah:
4
Secara global sistem bisnis MLM dilakukan dengan cara menjaring calon nasabah
yang sekaligus berfungsi sebagai konsumen dan member (anggota) dari perusahaan yang
melakukan praktek MLM. Adapun secara terperinci bisnis MLM dilakukan dengan cara
berikut:
1. Obsesi yang berlebihan untuk mencapai target penjualan tertentu karena terpacu oleh
sistem ini
5
2. suasana tidak kondusif yang kadang mengarah pada pola hidup hedonis ketika
mengadakan acara rapat dan pertemuan bisnis
3. banyak yang keluar dari tugas dan pekerjaan tetapnya karena terobsesi akan mendapat
harta yang banyak dalam waktu singkat.
Pada dasarnya, hukum MLM ditentukan oleh bentuk muamalatnya. Jika muamalat
yang terkandung di dalamnya adalah muamalat yang tidak bertentangan dengan syariat
Islam, maka absahlah MLM tersebut. Namun, jika muamalatnya bertentangan dengan
syariat Islam, maka haramlah MLM tersebut.Dalam MLM ada unsur jasa, artinya
seorang distributor menjualkan barang yang bukan miliknya dan ia mendapatkan upah
dari prosentasi harga barang dan jika dapat menjual sesuai target dia mendapat bonus
yang ditetapkan perusahaan.
MLM banyak sekali macamnya dan setiap perusahaan memiliki spesifikasi tersendiri.
Sampai sekarang sudah ada sekitar 200 perusahaan yang mengatas namakan MLM. Hal
yang perlu diketahui dalam menilai suatu bisnis/ jual-beli yang sesuai denganketentuan
Syariah (Standar 4+5):
Ø Standar Moral dalam Berbisnis (Haedar Naqvi):
1. Tauhid
2. Kebebasan
3. Keadilan
4. Tanggung Jawab
6
“Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba”. (QS Al Baqarah: 275)
“Tolong menolonglah atas kebaikan dan taqwa dan jangan tolong menolong atas dosa
dan permusuhan.” (QS Al Maidah: 2)
“Perdagangan itu atas dasar sama-sama ridha.” (HR al-Baihaqi dan Ibnu Majah)
“Umat Islam terikat dengan persyaratan mereka. “(HR Ahmad, Abu Dawud dan al-
Hakim)
Kalau kita ingin mengembangkan bisnis MLM, maka ia harus terbebas dari unsur-
unsur di atas. Oleh karena itu, barang atau jasa yang dibisniskan serta tata cara
penjualannya harus halal, tidak haram dan tidak syubhat serta tidak bertentangan dengan
prinsip-prinsip syari’ah di atas.
Bisnis yang dijalankan dengan sistem MLM tidak hanya sekedar menjalankan
penjualan produk barang, tetapi juga jasa, yaitu jasa marketing yang berlevel-level
7
(bertingkat-tingkat) dengan imbalan berupa marketing fee, bonus, hadiah dan sebagainya,
tergantung prestasi, dan level seorang anggota. Jasa marketing yang bertindak sebagai
perantara antara produsen dan konsumen. Dalam istilah fikih Islam hal ini disebut
Samsarah / Simsar. (Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah, jilid II, hlm 159)
Kegiatan samsarah dalam bentuk distributor, agen, member atau mitra niaga dalam
fikih Islam termasuk dalam akad ijarah, yaitu suatu transaksi memanfaatkan jasa orang
lain dengan imbalan, insentif atau bonus (ujrah) Semua ulama membolehkan akad seperti
ini (Fikih Sunnah, III, hlm 159)
Sama halnya seperti cara berdagang yang lain, strategi MLM harus memenuhi rukun
jual beli serta akhlak (etika) yang baik. Di samping itu komoditas yang dijual harus halal
(bukan haram maupun syubhat), memenuhi kualitas dan bermafaat. MLM tidak boleh
memperjualbelikan produk yang tidak jelas status halalnya. Atau menggunakan modus
penawaran (iklan) produksi promosi tanpa mengindahkan norma-norma agama dan
kesusilaan.
1. Pada dasarnya sistem MLM adalah muamalah atau buyu' yang prinsip dasarnya boleh
(mubah) selagi tidak ada unsur: - Riba' - Ghoror (penipuan) - Dhoror (merugikan atau
mendhalimi fihak lain) - Jahalah (tidak transparan).
2. Ciri khas sistem MLM terdapat pada jaringannya, sehingga perlu diperhatikan segala
sesuatu menyangkut jaringan tersebut:
3. MLM adalah sarana untuk menjual produk (barang atau jasa), bukan sarana untuk
mendapatkan uang tanpa ada produk atau produk hanya kamuflase. Sehingga yang
terjadi adalah money game atau arisan berantai yang sama dengan judi.
8
4. Produk yang ditawarkan jelas kehalalannya, karena anggota bukan hanya konsumen
barang tersebut tetapi juga memasarkan kepada yang lainnya. Sehingga dia harus tahu
status barang tersebut dan bertanggung-jawab kepada konsumen lainnya.
2. Misi Syari’ah
Usaha bisnis MLM, (khususnya yang dikelola oleh kaum muslimin), seharusnya
memiliki misi mulia dibalik kegiatan bisnisnya. Di antara misi mulia itu adalah :
a. Mengangkat derjat ekonomi ummat melalui usaha yang sesuai dengan tuntunan
syari’at Islam.
b. Meningkatkan jalinan ukhuwah ummat Islam di seluruh dunia
c. Membentuk jaringan ekonomi ummat yang berskala internasional, baik jaringan
produksi, distribusi maupun konsumennya sehingga dapat mendorong kemandirian
dan kejayaan ekonomi ummat.
d. Memperkokoh ketahanan akidah dari serbuan idiologi, budaya dan produk yang
tidak sesuai dengan nilai-nilai Islami.
e. Mengantisipasi dan mempersiapkan strategi dan daya saing menghadapi era
globalisasi dan teknologi informasi.
9
f. Meningkatkan ketenangan konsumen dengan tersedianya produk-produk halal dan
thayyib.
Secara umum gambaran Multi Level Marketing adalah mengikuti program piramida
dalam system pemasaran, dengan setiap anggota harus mencari anggota-anggota baru
dan demikian terus selanjutnya. Setiap anggota membayar uang pada perusahaan dengan
jumlah tertentu dengan iming-iming dapat bonus, semakin banyak anggota dan semakin
banyak memasarkan produknya maka akan semakin banyak bonus yang dijanjikan.
Berdasarkan ini semua, maka system bisnis semacam ini tidak diragukan lagi
keharamannya, karena beberapa sebab yaitu :
2. Produk Multi Level Marketing (MLM) ini bukanlah tujuan yang sebenarnya.
10
3. Banyak dari kalangan pakar ekonomi dunia sampai pun orang-orang non muslim
meyakini bahwa jaringan piramida ini adalah sebuah permainan dan penipuan, oleh
karena itu mereka melarangnya karena bisa membahayakan perekonomian nasional
baik bagi kalangan individu maupun bagi masyarakat umum.
Berdasarkan ini semua, tak kala kita mengetahui bahwa hukum syar’i didasarkan
pada maksud dan hakekatnya serta bukan sekedar polesan lainnya. Maka perubahan
nama sesuatu yang haram akan semakin menambah bahayanya karena hal ini berarti
terjadi penipuan pada Allah dan RasulNya, oleh karena itu system bisnis semacam ini
adalah haram dalam pandangan syar’i.
11
“Franchise”
A. Pengertian
Waralaba atau Franchise menurut Asosiasi Franchise Indonesia adalah Suatu sistem
pendistribusian barang atau jasa kepada pelanggan akhir, dimana pemilik merek
(franchisor) memberikan hak kepada individu atau perusahaan untuk melaksanakan bisnis
dengan merek, nama, sistem, prosedur dan cara-cara yang telah ditetapkan sebelumnya
dalam jangka waktu tertentu meliputi area tertentu.
B. Macam-macam
Franchise dapat dibedakan dalam dua bentuk yaitu product and trade franchise dan
business format franchisee. Dalam bentuk yang pertama franchisor memberikan lisensi
kepada franchise untuk menjual produk-produk franchisor. Contoh dari bentuk yang
pertama adalah dealer mobil dan stasiun pompa bensin. Dalam bentuk yang kedua yaitu
bisnis format franchisee, franchisor memberikan seluruh konsep bisnis yang meliputi
strategi pemasaran, pedoman dan standar pengoperasian usaha dan bantuan dalam
mengoperasikan franchise. Dengan demikian franchisee memptmyai identitas yang tidak
terpisahkan dari franchisor (David Hess, 1995: 337).
Pada umumnya bentuk ini digunakan dalam usaha fastfood restaurant seperti
Kentucky Fried Chicken, Pizza Hut, Mc Donald, Hotel, dan jasa penyewaan mobil.
Bentuk inilah yang digunakan franchisor asing menyerbu pasar Indonesia dandigunakan
juga oleh bisnis lokal seperti Es Teller 77 Rudi Hadisuwarno Sa¬lon, Mbok Berek dan
Nyi Umi.
Pasal 1 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 16 Tahun 1997 tentang
Waralaba dan Pasal 1 Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik
Indonesia No. 259/MPP/KEP/7/1997 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan
Pendaftaran Waralaba menyebutkan bahwa waralaba (franchise) adalah perikatan di mana
salah satu pihak diberikan hak untuk memanfaatkan dan atau menggunakan hak atas
kekayaan intelektual atau penemuan atau ciri khas usaha yang dimiliki pihak lain dengan
suatu imbalan berdasarkan persyaratan yang ditetapkan pihak lain tersebut dalam rangka
penyediaan dan atau penjualan barang atau jasa.
Selanjutnya, Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan tersebut menjelaskan
pengertian Pemberi Waralaba (Franchisor), yaitu badan usaha atau perorangan yang
12
memberikan hak kepada pihak lain untuk memanfaatkan dan atau menggunakan hak atas
kekayaan intelektual atau penemuan atau ciri khas usaha yang dimiliki Pemberi
Waralaba. Sedangkan Penerima Waralaba (Franchisee) adalah badan usaha atau
perorangan yang diberikan hak untuk memanfaatkan dan atau menggunakan hak atas
kekayaan intelektual atau penemuan atau ciri khas usaha yang dimiliki Pemberi
Waralaba. Penerima Waralaba atau franchisee dapat dibedakan antara Penerima Waralaba
Utama dan Penerima Waralaba Lanjutan. Penerima Waralaba Utama membuat perjanjian
Master Franchise dengan Pemberi Waralaba. Melalui suatu Master ‘Franchise
Agreement, Pemberi Waralaba atau Franchisor memberikan wewenang kepada Penerima
Waralaba Utama untuk membuat perjanjian dengan Penerima Waralaba Lanjutan.
C. Sejarah
Franchise lahir di Amerika Serikat kurang lebih satu abad yang lalu ketika perusahaan
mesin jahit Singer mulai memperkenalkan konsep franchising sebagai suatu cara untuk
mengembangkan distribusi produknya. Demikian pula perusahaan-perusahaan bir
memberikan lisensi kepada perusahaan kecil sebagai upaya mendistribusikan produk
mereka.
Franchise dengan cepat menjadi model yang dominan dalam mendistribusikan barang
dan jasa di Amerika Serikat. Menurut the International Franchise Association, sekarang
ini satu dari dua belas usaha perdagangan di Amerika Serikat adalah franchise. Franchise
menyerap delapan juta tenaga kerja dan mencapai empat puluh satu persen dari seluruh
bisnis eceran di Amerika Serikat (David Hess, 1995: 333). Franchising kemudian
berkembang dengan pesat karena metode pemasaran ini digunakan oleh berbagai jenis
usaha, seperti restoran, bisnis retail, salon rambut, hotel, dealer mobil, stasiun pompa
bensin, dan sebagainya (Robert W. Emerson, 1994: 920).
Keuntungan:
1. Adanya program-program pelatihan dari Fanchisor (yang punya
perusahaan)sehingga kurangnya skill dapat di tanggulangi.
2. Secara psikologis pihak Franchisee akan berusaha untuk dapat memajukan
bisnisnya itu di samping mendapat bantuan dan bimbingan yang terus menerus
dari pihak franchisor karena merasa telah memiliki perusaan yang besar.
13
3. Populer seketika. Karena sudah populer maka tentu saja perusahaan baru tersebut
tidak butuh dana besar untuk promo atau dana untuk kegagalan yang biasa
dialami oleh perusaan yang baru berdiri.
4. Seringkali pihak franchisee menerima juga bantuan-bantuan berikut ini
a. Penyeleksian tempat
b. Persiapan rencana perbaikan model gedung sehingga sesuai dengan rencana
tata kota atau ketentuan lainnya yang berlaku
c. Perolehan dana untuk sebahagian biaya akuisisi dari bisnis yang
difranchisekan,
d. Pelatihan staff
e. Pembelian peralatan
f. Seleksi dan pembelian suku cadang
g. Bantuan pembukaan bisnis dan menjalankannya dengan lancar.
14
e. Marketing dan advertising fees; Karena franchisor yang melakukan marketing
dan iklan, maka pihak franchisee mesti juga ikut menanggung beban biaya
tersebut dengan menghitungnya baik secara persentase dari omset penjualan
ataupun jika ada marketing atau iklan tertentu.
f. Assignment fees; biaya yang harus dibayar oleh pihak franchisee kepada
pihak franchisor jika pihak franchisee tersebut mengalihkan bisnisnya kepada
pihak lain biasanya untuk kepentingan persiapan pembuatan perjanjian
penyerahan, pelatihan pemegang franchise yang baru dsb.
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Bisnis MLM ini dalam kajian fiqih kontemporer dapat ditinjau dari dua aspek; produk barang
atau jasa yang dijual dan cara ataupun sistem penjualan dan pemasarannya
(trading/marketing). Mengenai produk barang yang dijual, apakah halal atau haram
tergantung kandungannya apakah terdapat unsur maupun komposisi yang diharamkan secara
syariah ataukah tidak, demikian halnya jasa yang dijual
2. Hukum transaksi dengan menggunakan media e-commerce adalah boleh berdasarkan prinsip
maslahah karena kebutuhan manusia akan kemajuan teknologi teknologi ini dengan berusaha
memperbaiki dan menghindari kelemahan dan penyimpangan teknis maupun syariah
3. Sistem waralaba tidak bertentangan dengan syariat islam, selama objek perjanjian waralaba
tersebut tidak merupakan hal yang dilarang dalam syariat islam (misalkan : bisnis haram,
penzhaliman) maka bila ada unsur tersebut otomatis batal menurut hukum islam karena
bertentangan dengan syariat
Saran kami dalam melaksanakan tugas ini adalah, agar kita semua lebih tekun dan
serius lagi dalam belajar, agar dimasa depan kita dapat menjadi orang yang
membanggakan.
16
DAFTAR PUSTAKA
http://www.konsultanwaralaba.com/franchise-keunggulan-berbisnis-franchise/
http://www.besthomebiznetwork.com/apakah-multi-level-marketing-itu.html
http://organisasi.org/rahasia-dampak-buruk-bisnis-mlm-multi-level-marketing-sisi-efek-
negatif-mlm
17