Anda di halaman 1dari 20

MULTI LEVEL MARKETING DAN FRANCHISE

DALAM PRESPEKTIF FIQIH

Dosen Pembimbing :
H. Fahrur Rozi, S.Ag, M.HI

Oleh :
1. Abidah Al Khoir (B01217002)
2. Devi Ananda Sari (B01217012)

Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam


Fakultas Dakwah dan Komunikasi
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kehadiran tuhan yang maha esa, karena atas berkat dan
karunianya,kami dapat menyelesaikan tugas yang diberikan oleh dosen pembimbing kepada
kami untuk dapat diselesaikan dengan sebaik mungkin.
Adapun judul dari makalah ini adalah “Multi Level Marketing dan Franchise Dalam
Perspektif Fiqih”. Melalui makalah ini, kami berharap agar kita dapat lebih memahami dan
mengerti mengenai Multi Level Marketing dan Franchise Dalam Perspektif Fiqih.
Tidak lupa pula kami ucapkan terimakasih banyak kepada teman-teman serta dosen
pembimbing yang dengan setia mendampingi, memberi semangat dan mengajari kami untuk
menyusun makalah ini.
kami juga sangat menyadari bahwa makalah ini masih sangat jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangatlah kami harapkan dari para
pembaca, agar makalah ini dapat menjadi lebih baik lagi. Untuk itu, kami mengucapkan
terima kasih banyak kepada para pembaca.

Surabaya, 3 Maret 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................ii
DAFTAR ISI..............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang...............................................................................................1
2. Rumusan Masalah..........................................................................................1
3. Tujuan............................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
1. Multi Level Marketing

A. Pengertian.........................................................................................................3
B. Sejrah................................................................................................................3
C. Sistem Kerja......................................................................................................4
D. Dampak Positif dan Negatif..............................................................................5
E. Pandangan Islam Terhadap Multi Level Marketing (MLM) ...........................5
F. Gambaran Multi Level Marketing..................................................................10

2. Franchise

A. Pengertian.........................................................................................................11
B. Macam-macam.................................................................................................11
C. Sejarah..............................................................................................................12
D. Keuntungan dan Kerugian Franchise................................................................12

BAB III PENUTUP

1. Kesimpulan.........................................................................................................15
2. Kritik dan Saran..................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................16

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejak beberapa tahun ini, muamalah MLM (Multi Level Marketing) semakin
marak dan banyak diminati orang, lantaran perdagangan dan muamalah dengan sistim
MLM ini menjanjikan kekayaan yang melimpah tanpa banyak modal dan tidak begitu
ruwet. Betulkah yang mereka harapkan itu terjadi? Jaringannya tersebar di seluruh
dunia, tidak terkecuali negara tercinta kita Indonesia. Mungkin jika kita bertanya
kepada orang, apa sih MLM itu? Mereka sudah banyak yang tahu dan bisa
memberikan jawabannya dengan mendetail. Tetapi jika kita bertanya, apa sih
sebenarnya hukum muamalah MLM itu? Mungkin tidak banyak yang bisa atau
bersedia menjawabnya, apalagi menjawabnya dengan jujur dan sesuai dengan hukum
islam.
Pada tahun 1994 para penyembah uang mendirikan sebuah perusahaan MLM
dikota Medona, Italia dengan nama “Fyujera Strategi” di kamar dagang dan industri
negara tersebut. Selang beberapa waktu, mereka mengganti namanya menjadi
“Bintakona” yang terkenal hingga sekarang. Empat tahun kemudian, yaitu pada tahun
1998 M, Inggris mendirikan perusahaan MLM dengan nama “Quest Internasional”.
Dan di kemudian hari mereka mengganti namanya menjadi: “Gold Quest”. Pada tahun
2000 M, muamalah batil ini lahir di Belgia dan diberi nama: “7 Keping Permata”. Dan
pada tahun yang sama, yaitu tahun 2000 M, anak cucu muamalah batil ini pun lahir di
Iran dan menyebar ke beberapa negara Asia termasuk Indonesia.
Memang, ekonomi sebuah negara itu dapat dijadikan sebagai tolok ukur atau
alat menilai sehat atau sakitnya rakyat negara tersebut. Kebejadan ekonomi, praktik
riba, jumlah kriminalitas yang semakin meningkat, kefakiran yang semakin
membumbung, dan seluruh problematika yang selalu dikhawatirkan oleh setiap orang
muncul lantaran ekonomi yang sakit. Para ahli juga mengakui masalah ini dengan
tegas.
Dalam dasawarsa terakhir ini, dengan hubungan, jaringan internet, dan
teknologi-teknologi yang semakin meluas, kita menyaksikan banyak kesempatan
untuk menuai pendapatan. Sayangnya, kesempatan-kesempatan ini kadang-kadang
telah menimbulkan banyak problematika di tengah kehidupan masyarakat luas.
Perniagaan elektronik adalah sebuah kosa kata yang sudah kita dengar dalam
kehidupan sehari-hari. Perniagaan ini telah memudahkan urusan perniagaan kita dan
mempermudah hubungan kita dengan seantara dunia. Di samping itu, fenomena ini
juga banyak mewujudkan perubahan dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu
perubahan ini adalah kelahiran network marketing. Kosa kata ini tentu sangat berbeda
dengan electronik marketing.

B. Rumusan Masalah

1
1. Apa itu Multi Level Marketing?
2. Bagaimanakah sejarah berdirinya Multi Level Marketing?
3. Seperti apakah sistem kerja dari Multi Level Marketing?
4. Apa Dampak Positif dan Negatif Bisnis Multi Level Marketing (MLM)?
5. Seperti apa Pandangan Islam Mengenai Multi Level Marketing ?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui Multi Level Marketing


2. Untuk mengetahui sejarah berdirinya Multi Level Marketing
3. Untuk mengetahui sistem kerja dari Multi Level Marketing
4. Untuk mengetahui Dampak Positif dan Negatif Bisnis Multi Level Marketing
(MLM)
5. Untuk mengetahui Pandangan Islam Mengenai Multi Level Marketing

2
BAB II
PEMBAHASAN
“Multi Level Marketing”

A. Pengertian

Secara umum Multi Level Marketing adalah suatu metode bisnis alternatif yang
berhubungan dengan pemasaran dan distribusi yang dilakukan melalui banyak level
(tingkatan), yang biasa dikenal dengan istilah Upline (tingkat atas) dan Downline
(tingkat bawah), orang akan disebut Upline jika mempunyai Downline. Inti dari bisnis
MLM ini digerakkan dengan jaringan ini, baik yang bersifat vertikal atas bawah maupun
horizontal kiri kanan ataupun gabungan antara keduanya.
Berbeda dengan marketing dalam pengertian tradisional, Multi Level Marketing
dinilai sebagai metode pemasaran yang lebih efisien dan efektif pada tingkat retail
(penjualan eceran) karena besarnya dan luasnya gerakan individu-individu yang
melancarkan program marketing ini dibandingkan sistem pemasaran biasa. Multi Level
Marketing atau Network Marketing merupakan sistem pendistribusian barang atau jasa
lewat suatu jaringan atau orang-orang yang independen, kemudian orang-orang ini akan
mensponsori orang-orang lain untuk membantu-meneruskan lewat satu atau beberapa
tingkat pemasukan. (David Roller, 1995: 3)
Peter Clotier dalam bukunya yang berjudul Multi Level Marketing A Practical Guide
To Succesful Network Selling seperti yang dikutip Yoes Axinantio, merumuskan Multi
Level Marketing merupakan suatu cara atau metode menjual barang secara langsung
kepada pelanggan melalui jaringan yang dikembangkan oleh para distributor yang
memperkenalkan para distributor berikutnya.( Yoes Axinantio, 1996:10)

B. Sejarah

Akar dari MLM tidak bisa dilepaskan dari berdirinya Amway Corporation dan
produknya nutrilite yang berupa makanan suplemen bagi diet agar tetap sehat. Konsep
ini dimulai pada tahun 1930 oleh Carl Rehnborg, seorang pengusaha Amerika yang
tinggal di Cina pada tahun 1917-1927. Setelah 7 tahun melakukan eksperimen akhirnya
dia berhasil menemukan makanan suplemen tersebut dan memberikan hasil temuannya
kepada teman-temannya. Tak kala mereka ingin agar dia menjualnya pada mereka,
Rehnborg berkata “Kamu yang menjualnya kepada teman-teman kamu dan saya akan
memberikan komisi padamu”.

Inilah praktek awal MLM yang singkat cerita selanjutnya perusahaan Rehnborg ini
yang sudah bisa merekrut 15.000 tenaga penjualan dari rumah kerumah dilaramg
beroperasi oleh pengadilan pada tahun 1951, karena mereka melebih-lebihkan peran dari
makanan tersebut. Yang mana hal ini membuat Rich DeVos dan Jay Van Andel
Distributor utama produk nutrilite tersebut yang sudah mengorganisasi lebih dari 2000

3
distributor mendirikan American Way Association yang akhirnya berganti nama menjadi
Amway.
C. Sistem Kerja

Pakar marketing ternama Don Failla, membagi marketing menjadi tiga macam.
Pertama, retail (eceran), Kedua, direct selling (penjualan langsung ke konsumen), Ketiga
multi level marketing (pemasaran berjenjang melalui jaringan distribusi yang dibangun
dengan memposisikan pelanggan sekaligus sebagai tenaga pemasaran). Kemunculan
trend strategi pemasaran produk melalui sistem MLM di dunia bisnis modern sangat
menguntungkan banyak pihak, seperti pengusaha (baik produsen maupun perusahaan
MLM).Hal ini disebabkan karena adanya penghematan biaya dalam iklan, Bisnis ini
juga menguntungkan para distributor yang berperan sebagai simsar (Mitra Niaga) yang
ingin bebas (tidak terikat) dalam bekerja.

Sistem marketing MLM yang lahir pada tahun 1939 merupakan kreasi dan inovasi
marketing yang melibatkan masyarakat konsumen dalam kegiatan usaha pemasaran
dengan tujuan agar masyarakat konsumen dapat menikmati tidak saja manfaat produk,
tetapi juga manfaat finansial dalam bentuk insentif, hadiah-hadiah, haji dan umrah,
perlindungan asuransi, tabungan hari tua dan bahkan kepemilikan saham perusahaan.
(Ahmad Basyuni Lubis, Al-Iqtishad, November 2000)

Adapun yang menjadi ciri-ciri dan bisnis Multi Level Marketing adalah:

 Memberikan kesempatan yang sama bagi setiap anggota untuk berhasil.


 Keuntungan dan keberhasIlan distributor sepenuhnya ditentukan oleh hasil kerja
(keras) dalam bentuk penjualan dan pembelian produk dan jasa perusahaan.
 Setiap anggota berhak menjadi anggota satu kali.
 Biaya pendaftaran menjadi anggota tidak terlalu mahal dan dapat
dipertanggungjawabkan karena nilainya setara dengan barang yang diperoleh.
 Keuntungan yang diperoleh distributor independen dihitung dengan sistem
perhitungan yang jelas berdasarkan hasil penjualan pribadi maupun jaringannya.
 Setiap distributor independen dilarang untuk menumpuk barang, karena yang
terpenting adalah pemakaian produk yang dirasakan manfaat atau khasiatnya
secara langsung oleh konsumen.
 Keuntungan yang dinikmati anggota Multi Level Marketing, tidak hanya bersifat
finansial tetapi juga non finansial seperti penghargaan, posisi dalam peringkat,
derajat sosial, kesehatan, pengembangan karakter, dan sebagainya.
 Perusahaan Multi Level Marketing membina distributornya dalam program
pendidikan dan pelatihan yang berkesinambungan.
 Dalam sistem Multi Level Marketing pelatihan produk menjadi hal yang sangat
penting untuk disampaikan kepada konsumen.
 Setiap sponsor atau up-line berkepentingan untuk meningkatkan kualitas
distributor di jaringannya.
 Pembagian komisi atau bonus biasanya dilakukan sebulan sekali. (Andreas Harefa,
1999: 19)

4
Secara global sistem bisnis MLM dilakukan dengan cara menjaring calon nasabah
yang sekaligus berfungsi sebagai konsumen dan member (anggota) dari perusahaan yang
melakukan praktek MLM. Adapun secara terperinci bisnis MLM dilakukan dengan cara
berikut:

 Mula-mula pihak perusahaan berusaha menjaring konsumen untuk menjadi


member, dengan cara mengharuskan calon konsumen membeli paket produk
perusahaan dengan harga tertentu.
 Dengan membeli paket produk perusahaan tersebut, pihak pembeli diberi satu
formulir keanggotaan (member) dari perusahaan. Sesudah menjadi member maka
tugas berikutnya adalah mencari member-member baru dengan cara seperti diatas,
yakni membeli produk perusahaan dan mengisi folmulir keanggotaan.
 Para member baru juga bertugas mencari calon member-member baru lagi dengan
cara seperti diatas yakni membeli produk perusahaan dan mengisi folmulir
keanggotaan.
 Jika member mampu menjaring member-member yang banyak, maka ia akan
mendapat bonus dari perusahaan. Semakin banyak member yang dapat dijaring,
maka semakin banyak pula bonus yang didapatkan karena perusahaan merasa
diuntungkan oleh banyaknya member yang sekaligus mennjadi konsumen paket
produk perusahaan. Dengan adanya para member baru yang sekaligus menjadi
konsumen paker produk perusahaan, maka member yang berada pada level
pertama, kedua dan seterusnya akan selalu mendapatkan bonus secara estafet dari
perusahaan, karena perusahaan merasa diuntungkan dengan adanya member-
member baru tersebut.
a. Diantara perusahaan MLM, ada yang melakukan kegiatan menjaring dana
masyarakat untuk menanamkan modal diperusahaan tersebut, dengan janji
akan memberikan keuntungan sebesar hampir 100% dalam setiap bulannya.
b. Ada beberapa perusahaan MLM lainnya yang mana seseorang bisa menjadi
membernya tidak harus dengan menjual produk perusahaan, namun cukup
dengan mendaftarkan diri dengan membayar uang pendaftaran, selanjutnya dia
bertugas mencari anggota lainnya dengan cara yang sama, semakin banyak
anggota maka akan semakin banyak bonus yang diperoleh dari perusahaan
tersebut.

D. Dampak Positif dan Negatif

Dampak Positif MLM yaitu, antara lain :


1. menguntungkan pengusaha dengan adanya penghematan biaya (minimizing cost)
dalam iklan, promosi, dan lainnya).
2. menguntungkan para distributor.

Dampak negatif MLM menurut Dewan Syariah Partai Keadilan melalui


fatwaNo.02/K/DS-P/VI/11419, di antaranya :

1. Obsesi yang berlebihan untuk mencapai target penjualan tertentu karena terpacu oleh
sistem ini

5
2. suasana tidak kondusif yang kadang mengarah pada pola hidup hedonis ketika
mengadakan acara rapat dan pertemuan bisnis
3. banyak yang keluar dari tugas dan pekerjaan tetapnya karena terobsesi akan mendapat
harta yang banyak dalam waktu singkat.

System ini akan memperlakukan seseorang (mitranya) berdasarkan target-target


penjualan kuantitatif material yang mereka capai yang pada akhirnya dapat
mengindikasikan seseorang yang berjiwa materialis dan melupakan tujuan asasinya untuk
dekat kepada Allah di dunia dan akhirat.
E. Pandangan Islam Terhadap Multi Level Marketing (MLM)

Multi Level Marketing (MLM) adalah menjual/memasarkan langsung suatu produk


baik berupa barang atau jasa kepada konsumen. Sehingga biaya distribusi barang sangat
minim atau sampai ketitik nol. MLM juga menghilangkan biaya promosi karena
distribusi dan promosi ditangani langsung oleh distributor dengansistemberjenjang.

Pada dasarnya, hukum MLM ditentukan oleh bentuk muamalatnya. Jika muamalat
yang terkandung di dalamnya adalah muamalat yang tidak bertentangan dengan syariat
Islam, maka absahlah MLM tersebut. Namun, jika muamalatnya bertentangan dengan
syariat Islam, maka haramlah MLM tersebut.Dalam MLM ada unsur jasa, artinya
seorang distributor menjualkan barang yang bukan miliknya dan ia mendapatkan upah
dari prosentasi harga barang dan jika dapat menjual sesuai target dia mendapat bonus
yang ditetapkan perusahaan.

MLM banyak sekali macamnya dan setiap perusahaan memiliki spesifikasi tersendiri.
Sampai sekarang sudah ada sekitar 200 perusahaan yang mengatas namakan MLM. Hal
yang perlu diketahui dalam menilai suatu bisnis/ jual-beli yang sesuai denganketentuan
Syariah (Standar 4+5):
Ø Standar Moral dalam Berbisnis (Haedar Naqvi):
1. Tauhid
2. Kebebasan
3. Keadilan
4. Tanggung Jawab

Ø Standar Operasional dalam Berbisnis :


1. Menghindari segala praktik Riba
2. Menghindari Gharar (ketidakjelasan kontrak/ barang)
3. Menghindari Tadlis (Penipuan)
4. Menghindari perjudian (spekulasi/Maysir)

1. Menghindari kezaliman dan eksploitatif


Memang pada dasarnya segala bentuk mu’amalah atau transaksi hukumnya boleh
(mubah) sehingga ada argumentasi yang mengharamkannya.

Allah SWT berfirman :


‫َوَأ َح َّل هّللا ُ ْالبَ ْي َع َو َح َّر َم ال ِّربَا‬

6
“Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba”. (QS Al Baqarah: 275)

‫وا َعلَى اِإل ْث ِم َو ْال ُع ْد َوا ِن‬


ْ ُ‫وا َعلَى ْالب ِّر َوالتَّ ْق َوى َوالَ تَ َعا َون‬
ْ ُ‫َوتَ َعا َون‬

“Tolong menolonglah atas kebaikan dan taqwa dan jangan tolong menolong atas dosa
dan permusuhan.” (QS Al Maidah: 2)

Rasulullah SAW bersabda:


ٍ ‫إنَّ َما ْالبَ ْي ُع ع َْن تَ َر‬
‫اض‬

“Perdagangan itu atas dasar sama-sama ridha.” (HR al-Baihaqi dan Ibnu Majah)

‫ال ُم ْسلِ ُموْ نَ عَلي ُشرُوْ ِط ِه ْم‬

“Umat Islam terikat dengan persyaratan mereka. “(HR Ahmad, Abu Dawud dan al-
Hakim)

Islam mempunyai prinsip-prinsip tentang pengembangan sistem bisnis yaitu harus


terbebas dari unsur dharar (bahaya), jahalah (ketidakjelasan) dan zhulm ( merugikan
atau tidak adil terhadap salah satu pihak). Sistem pemberian bonus harus adil, tidak
menzalimi dan tidak hanya menguntungkan orang yang di atas. Bisnis juga harus
terbebas dari unsur MAGHRIB, singkatan dari tujuh unsur.
1. Maysir (judi),
2. Aniaya (zhulm),
3. Gharar (penipuan),
4. Haram,
5. Riba (bunga),
6. Iktinaz atau Ihtikar dan
7. Bathil.

Kalau kita ingin mengembangkan bisnis MLM, maka ia harus terbebas dari unsur-
unsur di atas. Oleh karena itu, barang atau jasa yang dibisniskan serta tata cara
penjualannya harus halal, tidak haram dan tidak syubhat serta tidak bertentangan dengan
prinsip-prinsip syari’ah di atas.

MLM yang menggunakan strategi pemasaran secara bertingkat (levelisasi)


mengandung unsur-unsur positif, asalkan diisi dengan nilai-nilai Islam dan sistemnya
disesuaikan dengan syari’ah Islam. Bila demikian, MLM dipandang memiliki unsur-unsur
silaturrahmi, dakwah dan tarbiyah. Menurut Muhammad Hidayat, Dewan Syari’ah MUI
Pusat, metode semacam ini pernah digunakan Rasulullah dalam melakukan dakwah
Islamiyah pada awal-awal Islam. Dakwah Islam pada saat itu dilakukan melalui teori
gethok tular (mulut ke mulut) dari sahabat satu ke sahabat lainnya. Sehingga pada suatu
ketika Islam dapat di terima oleh masyarakat kebanyakan.(Lihat, Azhari Akmal Tarigan,
Ekonomi dan Bank Syari’ah, FKEBI IAIN, 2002, hlm. 30)

Bisnis yang dijalankan dengan sistem MLM tidak hanya sekedar menjalankan
penjualan produk barang, tetapi juga jasa, yaitu jasa marketing yang berlevel-level

7
(bertingkat-tingkat) dengan imbalan berupa marketing fee, bonus, hadiah dan sebagainya,
tergantung prestasi, dan level seorang anggota. Jasa marketing yang bertindak sebagai
perantara antara produsen dan konsumen. Dalam istilah fikih Islam hal ini disebut
Samsarah / Simsar. (Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah, jilid II, hlm 159)

Kegiatan samsarah dalam bentuk distributor, agen, member atau mitra niaga dalam
fikih Islam termasuk dalam akad ijarah, yaitu suatu transaksi memanfaatkan jasa orang
lain dengan imbalan, insentif atau bonus (ujrah) Semua ulama membolehkan akad seperti
ini (Fikih Sunnah, III, hlm 159)

Sama halnya seperti cara berdagang yang lain, strategi MLM harus memenuhi rukun
jual beli serta akhlak (etika) yang baik. Di samping itu komoditas yang dijual harus halal
(bukan haram maupun syubhat), memenuhi kualitas dan bermafaat. MLM tidak boleh
memperjualbelikan produk yang tidak jelas status halalnya. Atau menggunakan modus
penawaran (iklan) produksi promosi tanpa mengindahkan norma-norma agama dan
kesusilaan.

Berdasarkan penjelasan tersebut bisa disimpulkan sebagai berikut:

1. Pada dasarnya sistem MLM adalah muamalah atau buyu' yang prinsip dasarnya boleh
(mubah) selagi tidak ada unsur: - Riba' - Ghoror (penipuan) - Dhoror (merugikan atau
mendhalimi fihak lain) - Jahalah (tidak transparan).
2. Ciri khas sistem MLM terdapat pada jaringannya, sehingga perlu diperhatikan segala
sesuatu menyangkut jaringan tersebut:

a. Transparansi penentuan biaya untuk menjadi anggota dan alokasinya dapat


dipertanggungjawabkan. Penetapan biaya pendaftaran anggota yang tinggi tanpa
memperoleh kompensasi yang diperoleh anggota baru sesuai atau yang mendekati
biaya tersebut adalah celah dimana perusahaan MLM mengambil sesuatu tanpa
hak dam hukumnya haram.
b. Transparansi peningkatan anggota pada setiap jenjang (level) dan kesempatan
untuk berhasil pada setiap orang. Peningkatan posisi bagi setiap orang dalam
profesi memang terdapat disetiap usaha. Sehingga peningkatan level dalam sistem
MLM adalah suatu hal yang dibolehkan selagi dilakukan secara transparan, tidak
menzhalimi fihak yang ada di bawah, setingkat maupun di atas.
c. Hak dan kesempatan yang diperoleh sesuai dengan prestasi kerja anggota.
Seorang anggota atau distributor biasanya mendapatkan untung dari penjualan
yang dilakukan dirinya dan dilakukan down line-nya. Perolehan untung dari
penjualan langsung yang dilakukan dirinya adalah sesuatu yang biasa dalam jual
beli, adapun perolehan prosentase keuntungan diperolehnya disebabkan usaha
down line-nya adalah sesuatu yang dibolehkan sesuai perjanjian yang disepakati
bersama dan tidak terjadi kedholiman.

3. MLM adalah sarana untuk menjual produk (barang atau jasa), bukan sarana untuk
mendapatkan uang tanpa ada produk atau produk hanya kamuflase. Sehingga yang
terjadi adalah money game atau arisan berantai yang sama dengan judi.

8
4. Produk yang ditawarkan jelas kehalalannya, karena anggota bukan hanya konsumen
barang tersebut tetapi juga memasarkan kepada yang lainnya. Sehingga dia harus tahu
status barang tersebut dan bertanggung-jawab kepada konsumen lainnya.

5. Syarat agar MLM menjadi syari’ah:

a. Produk yang dipasarkan harus halal, thayyib (berkualitas) dan menjauhi


syubhat (Syubhat adalah sesuatu yang masih meragukan).
b. Sistem akadnya harus memenuhi kaedah dan rukun jual beli sebagaimana
yang terdapat dalam hukum Islam (fikih muamalah).
c. Operasional, kebijakan, corporate culture, maupun sistem akuntansinya harus
sesuai syari’ah.
d. Tidak ada excessive mark up harga barang (harga barang di mark up sampai
dua kali lipat), sehingga anggota terzalimi dengan harga yang amat mahal,
tidak sepadan dengan kualitas dan manfaat yang diperoleh.
e. Struktur manajemennya memiliki Dewan Pengawas Syari’ah (DPS) yang
terdiri dari para ulama yang memahami masalah ekonomi.
f. Formula intensif harus adil, tidak menzalimi down line dan tidak
menempatkan up line hanya menerima pasif income tanpa bekerja, up line
tidak boleh menerima income dari hasil jerih payah down linenya.
g. Pembagian bonus harus mencerminkan usaha masing-masing anggota.
h. Tidak ada eksploitasi dalam aturan pembagian bonus antara orang yang awal
menjadi anggota dengan yang akhir
i. Bonus yang diberikan harus jelas angka nisbahnya sejak awal.
j. Tidak menitik beratkan barang-barang tertier ketika ummat masih bergelut
dengan pemenuhan kebutuhan primer.
k. Cara penghargaan kepada mereka yang berprestasi tidak boleh mencerminkan
sikap hura-hura dan pesta pora, karena sikap itu tidak syari’ah. Praktik ini
banyak terjadi pada sejumlah perusahaan MLM.
l. Perusahaan MLM harus berorientasi pada kesehatan ekonomi ummat.

2. Misi Syari’ah

Usaha bisnis MLM, (khususnya yang dikelola oleh kaum muslimin), seharusnya
memiliki misi mulia dibalik kegiatan bisnisnya. Di antara misi mulia itu adalah :

a. Mengangkat derjat ekonomi ummat melalui usaha yang sesuai dengan tuntunan
syari’at Islam.
b. Meningkatkan jalinan ukhuwah ummat Islam di seluruh dunia
c. Membentuk jaringan ekonomi ummat yang berskala internasional, baik jaringan
produksi, distribusi maupun konsumennya sehingga dapat mendorong kemandirian
dan kejayaan ekonomi ummat.
d. Memperkokoh ketahanan akidah dari serbuan idiologi, budaya dan produk yang
tidak sesuai dengan nilai-nilai Islami.
e. Mengantisipasi dan mempersiapkan strategi dan daya saing menghadapi era
globalisasi dan teknologi informasi.

9
f. Meningkatkan ketenangan konsumen dengan tersedianya produk-produk halal dan
thayyib.

F. Gambaran Multi Level Marketing

Secara umum gambaran Multi Level Marketing adalah mengikuti program piramida
dalam system pemasaran, dengan setiap anggota harus mencari anggota-anggota baru
dan demikian terus selanjutnya. Setiap anggota membayar uang pada perusahaan dengan
jumlah tertentu dengan iming-iming dapat bonus, semakin banyak anggota dan semakin
banyak memasarkan produknya maka akan semakin banyak bonus yang dijanjikan.

Sebenarnya kebanyakan anggota Multi Level Marketing (MLM) ikut bergabung


dengan perusahaan tersebut adalah karena adanya iming-iming bonus tersebut dengan
harapan agar cepat kaya dengan waktu yang sesingkat mungkin dan bukan karena dia
membutuhkan produknya. Bisnis model ini adalah perjudian murni, karena beberapa
sebab berikut ini, yaitu :

Sebenarnya anggota Multi Level Marketing (MLM) ini tidak menginginkan


produknya, akan tetapi tujuan utama mereka adalah penghasilan dan kekayaan yang
banyak lagi cepat yan akan diperoleh setiap anggota hanya dengan membayar sedikit
uang.
 Harga produk yang dibeli sebenarnya tidak sampai 30% dari uang yang
dibayarkan pada perusahaan Multi Level Marketing (MLM).
 Bahwa produk ini biasa dipindahkan oleh semua orang dengan biaya yang sangat
ringan, dengan cara mengakses dari situs perusahaan Multi Level Marketing
(MLM) ini di jaringan internet.
 Bahwa perusahaan meminta para anggotanya untuk memperbaharui
keanggotaannya setiap tahun dengan diiming-imingi berbagai program baru yang
akan diberikan kepada mereka.
 Tujuan perusahaan adalah membangun jaringan personil secara estafet dan
berkesinambungan. Yang mana ini akan menguntungkan anggota yang berada
pada level atas (Up Line) sedangkan level bawah (Down Line) selalu
memberikan nilai point pada yang berada di level atas mereka.

Berdasarkan ini semua, maka system bisnis semacam ini tidak diragukan lagi
keharamannya, karena beberapa sebab yaitu :

1. Ini adalah penipuan dan manipulasi terhadap anggota.

Tadlis/Ghisy (Penipuan); Dari Abu Hurairah ra. berkata, “Rasulullah


shalallahu ‘alahi wasallam melewati seseorang yang menjual makanan, maka
beliau memasukkan tangannya pada makanan tersebut, ternyata beliau tertipu.
Maka beliau bersabda, “Bukan termasuk golongan kami orang yang menipu”. (HR.
Muslim 1/99/102, Abu Daud 3435, Ibnu Majah 2224)

2. Produk Multi Level Marketing (MLM) ini bukanlah tujuan yang sebenarnya.

10
3. Banyak dari kalangan pakar ekonomi dunia sampai pun orang-orang non muslim
meyakini bahwa jaringan piramida ini adalah sebuah permainan dan penipuan, oleh
karena itu mereka melarangnya karena bisa membahayakan perekonomian nasional
baik bagi kalangan individu maupun bagi masyarakat umum.

Berdasarkan ini semua, tak kala kita mengetahui bahwa hukum syar’i didasarkan
pada maksud dan hakekatnya serta bukan sekedar polesan lainnya. Maka perubahan
nama sesuatu yang haram akan semakin menambah bahayanya karena hal ini berarti
terjadi penipuan pada Allah dan RasulNya, oleh karena itu system bisnis semacam ini
adalah haram dalam pandangan syar’i.

11
“Franchise”

A. Pengertian

Waralaba atau Franchise menurut Asosiasi Franchise Indonesia adalah Suatu sistem
pendistribusian barang atau jasa kepada pelanggan akhir, dimana pemilik merek
(franchisor) memberikan hak kepada individu atau perusahaan untuk melaksanakan bisnis
dengan merek, nama, sistem, prosedur dan cara-cara yang telah ditetapkan sebelumnya
dalam jangka waktu tertentu meliputi area tertentu.

Franchise pada dasarnya adalah sebuah perjanjian mengenai metode pendistribusian


barang dan jasa kepada konsumen. Franchisor dalam jangka waktu tertentu memberikan
lisensi kepada franchisee untuk melakukan usaha pendistribusian barang dan jasa di
bawah nama dan identitas franchisor dalam wilayah tertentu. Usaha tersebut harus
dijalankan sesuai dengan prosedur dan cara yang ditetapkan franchisor. Franchisor
memberikan bantuan (assistance) terhadap franchisee. Sebagai imbalannya franchisee
membayar sejumlah uang berupa innitial fee dan royalty.

B. Macam-macam

Franchise dapat dibedakan dalam dua bentuk yaitu product and trade franchise dan
business format franchisee. Dalam bentuk yang pertama franchisor memberikan lisensi
kepada franchise untuk menjual produk-produk franchisor. Contoh dari bentuk yang
pertama adalah dealer mobil dan stasiun pompa bensin. Dalam bentuk yang kedua yaitu
bisnis format franchisee, franchisor memberikan seluruh konsep bisnis yang meliputi
strategi pemasaran, pedoman dan standar pengoperasian usaha dan bantuan dalam
mengoperasikan franchise. Dengan demikian franchisee memptmyai identitas yang tidak
terpisahkan dari franchisor (David Hess, 1995: 337).
Pada umumnya bentuk ini digunakan dalam usaha fastfood restaurant seperti
Kentucky Fried Chicken, Pizza Hut, Mc Donald, Hotel, dan jasa penyewaan mobil.
Bentuk inilah yang digunakan franchisor asing menyerbu pasar Indonesia dandigunakan
juga oleh bisnis lokal seperti Es Teller 77 Rudi Hadisuwarno Sa¬lon, Mbok Berek dan
Nyi Umi.
Pasal 1 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 16 Tahun 1997 tentang
Waralaba dan Pasal 1 Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik
Indonesia No. 259/MPP/KEP/7/1997 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan
Pendaftaran Waralaba menyebutkan bahwa waralaba (franchise) adalah perikatan di mana
salah satu pihak diberikan hak untuk memanfaatkan dan atau menggunakan hak atas
kekayaan intelektual atau penemuan atau ciri khas usaha yang dimiliki pihak lain dengan
suatu imbalan berdasarkan persyaratan yang ditetapkan pihak lain tersebut dalam rangka
penyediaan dan atau penjualan barang atau jasa.
Selanjutnya, Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan tersebut menjelaskan
pengertian Pemberi Waralaba (Franchisor), yaitu badan usaha atau perorangan yang

12
memberikan hak kepada pihak lain untuk memanfaatkan dan atau menggunakan hak atas
kekayaan intelektual atau penemuan atau ciri khas usaha yang dimiliki Pemberi
Waralaba. Sedangkan Penerima Waralaba (Franchisee) adalah badan usaha atau
perorangan yang diberikan hak untuk memanfaatkan dan atau menggunakan hak atas
kekayaan intelektual atau penemuan atau ciri khas usaha yang dimiliki Pemberi
Waralaba. Penerima Waralaba atau franchisee dapat dibedakan antara Penerima Waralaba
Utama dan Penerima Waralaba Lanjutan. Penerima Waralaba Utama membuat perjanjian
Master Franchise dengan Pemberi Waralaba. Melalui suatu Master ‘Franchise
Agreement, Pemberi Waralaba atau Franchisor memberikan wewenang kepada Penerima
Waralaba Utama untuk membuat perjanjian dengan Penerima Waralaba Lanjutan.

C. Sejarah

Franchise lahir di Amerika Serikat kurang lebih satu abad yang lalu ketika perusahaan
mesin jahit Singer mulai memperkenalkan konsep franchising sebagai suatu cara untuk
mengembangkan distribusi produknya. Demikian pula perusahaan-perusahaan bir
memberikan lisensi kepada perusahaan kecil sebagai upaya mendistribusikan produk
mereka.

Franchise dengan cepat menjadi model yang dominan dalam mendistribusikan barang
dan jasa di Amerika Serikat. Menurut the International Franchise Association, sekarang
ini satu dari dua belas usaha perdagangan di Amerika Serikat adalah franchise. Franchise
menyerap delapan juta tenaga kerja dan mencapai empat puluh satu persen dari seluruh
bisnis eceran di Amerika Serikat (David Hess, 1995: 333). Franchising kemudian
berkembang dengan pesat karena metode pemasaran ini digunakan oleh berbagai jenis
usaha, seperti restoran, bisnis retail, salon rambut, hotel, dealer mobil, stasiun pompa
bensin, dan sebagainya (Robert W. Emerson, 1994: 920).

International Franchise Association memberikan definisi franchise sebagai berikut:


”A Franchise operation is a contractual relationship between the franchisor and
franchisee in which the franchisor offer or is obligated to maintain a continuing interest
in the business of the franchisee in such areas, such as, know how and training; where in
the franchisee operates under a common trade name, format and or pro¬cedure owned or
controled by the franchisor, and in which the franchisee has or will make a substantial
capital invesment in is business from his own resources”. (Martin Mendelsohn, 1986: 6).

D. Keuntungan dan Kerugian Franchise

Keuntungan:
1. Adanya program-program pelatihan dari Fanchisor (yang punya
perusahaan)sehingga kurangnya skill dapat di tanggulangi.
2. Secara psikologis pihak Franchisee akan berusaha untuk dapat memajukan
bisnisnya itu di samping mendapat bantuan dan bimbingan yang terus menerus
dari pihak franchisor karena merasa telah memiliki perusaan yang besar.

13
3. Populer seketika. Karena sudah populer maka tentu saja perusahaan baru tersebut
tidak butuh dana besar untuk promo atau dana untuk kegagalan yang biasa
dialami oleh perusaan yang baru berdiri.
4. Seringkali pihak franchisee menerima juga bantuan-bantuan berikut ini

a. Penyeleksian tempat
b. Persiapan rencana perbaikan model gedung sehingga sesuai dengan rencana
tata kota atau ketentuan lainnya yang berlaku
c. Perolehan dana untuk sebahagian biaya akuisisi dari bisnis yang
difranchisekan,
d. Pelatihan staff
e. Pembelian peralatan
f. Seleksi dan pembelian suku cadang
g. Bantuan pembukaan bisnis dan menjalankannya dengan lancar.

7. Iklan yang ditayangkan di TV, di billboard atau dimanapun mewakili seluruh


jaringan Franchise, (iklan gretongan. hehehe)
8. Keuntungan bagi franchisee dari adanya daya beli yang besar dan negosiasi yang
dilakukan pihak franchisor atas nama seluruh jaringan franchisee,
9. Risiko dalam bisnis franchise umumnya kecil
10. Franchise mendapatkan hak untuk menggunakan merek dagang, paten, hak cipta,
rahasia dagang, serta proses, formula dn resep rahasia milik franchisor,
11. Franchisee memperoleh jasa-jasa dari staff lapangan pihak franchisor,
12. Franchisee mengambil mamfaat dari hasil riset yang dilakukan secara terus-
menerus oleh franchisor, sehingga dapat memperkuat daya saing.
13. Seringkali terdapat jaminan exclusivitas bagi franchisee untuk bergerak dalam
usaha yang bersangkutan dalam sesuatu territorial tertentu.
14. Lebih mudah bagi franchisee utnuk memperoleh dana dari penyandang dana
karena nama besar dan keberhasilan dari pihak franchisor.
Kerugian:
1. Peran yang dimainkan oleh Franchisor sangat besar dengan kontrol yang tinggi
sehingga pihak franchisee hilang kemandiriannya;
2. Pihak franchisee harus membayar berbagai macam fee kepada pihak franchisor,
yang terms and conditionsnya therefore harus jelas dan dinegosiasi siapa yang
harus memikul biaya tersebut:
a. Royalty; pembayaran oleh pihak franchisee kepada pihak franchisor sebagai
imbalan dari pemakaian hak franchise oleh franchisee.
b. Franchise fee: biasanya dilakukan sekali saja dan dengan jumlah tertentu pada
saat penandatangan akte franchise,
c. Direct expenses: Biaya langsung yang harus dikeluarkan sehubungan dengan
pembukaan/ pengembangan suatu bisnis franchise seperti biaya pemodokan
pihak yang akan menjadi pelatih dan feenya, biaya pelatihan dan biaya pada
saat pembukaan;
d. Biaya sewa: apabila franchisor menyediakan tempat bisnis,

14
e. Marketing dan advertising fees; Karena franchisor yang melakukan marketing
dan iklan, maka pihak franchisee mesti juga ikut menanggung beban biaya
tersebut dengan menghitungnya baik secara persentase dari omset penjualan
ataupun jika ada marketing atau iklan tertentu.
f. Assignment fees; biaya yang harus dibayar oleh pihak franchisee kepada
pihak franchisor jika pihak franchisee tersebut mengalihkan bisnisnya kepada
pihak lain biasanya untuk kepentingan persiapan pembuatan perjanjian
penyerahan, pelatihan pemegang franchise yang baru dsb.

3. Kesukaran dalam menilai kualitas franchisor;


4. Biasanya kontrak franchise berisikan juga pembatasan-pembatasan terhadap
bisnis franchise dan ruang gerak dari pihak franchisor,
5. Kebijakan-kebijakan pihak franchisor tidak selamanya berkenaan di hati pihak
franchisee,
6. Franchisor bisa jadi membuat kesalahan dalam kebijakannya,
7. Turunnya reputasi dan citra dari merek bisnis franchisor karena alasan yang tidak
terduga-duga sebelumnya.

15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

1. Bisnis MLM ini dalam kajian fiqih kontemporer dapat ditinjau dari dua aspek; produk barang
atau jasa yang dijual dan cara ataupun sistem penjualan dan pemasarannya
(trading/marketing). Mengenai produk barang yang dijual, apakah halal atau haram
tergantung kandungannya apakah terdapat unsur maupun komposisi yang diharamkan secara
syariah ataukah tidak, demikian halnya jasa yang dijual
2. Hukum transaksi dengan menggunakan media e-commerce adalah boleh berdasarkan prinsip
maslahah karena kebutuhan manusia akan kemajuan teknologi teknologi ini dengan berusaha
memperbaiki dan menghindari kelemahan dan penyimpangan teknis maupun syariah
3. Sistem waralaba tidak bertentangan dengan syariat islam, selama objek perjanjian waralaba
tersebut tidak merupakan hal yang dilarang dalam syariat islam (misalkan : bisnis haram,
penzhaliman) maka bila ada unsur tersebut otomatis batal menurut hukum islam karena
bertentangan dengan syariat

B. Kritik dan Saran

Saran kami dalam melaksanakan tugas ini adalah, agar kita semua lebih tekun dan
serius lagi dalam belajar, agar dimasa depan kita dapat menjadi orang yang
membanggakan.

16
DAFTAR PUSTAKA

http://www.konsultanwaralaba.com/franchise-keunggulan-berbisnis-franchise/

http://www.besthomebiznetwork.com/apakah-multi-level-marketing-itu.html

http://organisasi.org/rahasia-dampak-buruk-bisnis-mlm-multi-level-marketing-sisi-efek-
negatif-mlm

17

Anda mungkin juga menyukai