Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

FIKIH EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

MULTI LEVEL MARKETING


DALAM PANDANGAN ISLAM

DOSEN PENGAMPU :
Dr. Afdawaiza, S.Ag., M.Ag.

Disusun Oleh :

M.MAULANA
NIM. 21208011031

PRODI MAGISTER EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2022
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di era global, dunia bisnis semakin maju dan banyak terobosan yang
dilakukan, utamanya dalam mengantisipasi kompetisi dan dinamika aktifitas
usaha para pebisnis. Arah bisnis yang pada awalnya tertuju pada berbagai
pola dan strategi raihan laba yang sebesar-besarnya berganti menjadi
maksimalisasi kepuasan pelanggan. Salah satu bidang yang memainkan peran
menonjol dalam percaturan dunia bisnis adalah bidang pemasaran.1
Pemasaran adalah merupakan bagian penting dalam manajemen
perusahaan dalam memperkenalkan produk guna merebut pangsa pasar. Media
pemasaran suatu produkpun banyak ragam jenis dan metodenya, dari yang
bersifat konvensional baku seperti promosi dan periklanan sampai dengan yang
modern fenomenal seperti TV shopping dan MLM (Multilevel Marketing).
Namun dari beberapa model pemasaran di atas, yang banyak dan sering
menjadi berita menarik dan pembicaraan umum, baik positif maupun negatif
adalah model pemasaran MLM.2
Multi Level Marketing atau MLM yang merupakan
salah satu cabang dari direct selling adalah salah satu sistem bisnis yang
pemasaran produknya menggunakan member sebagai pembeli,
konsumen, pemasar, promoter, dan sebagai distributor. Multi Level
Marketing adalah pemasaran yang berjenjang banyak. Disebut multi level
karena merupakan suatu organisasi distributor yang melaksanakan
penjualan yang berjenjang banyak atau bertingkat-tingkat. 3
Bisnis ini memiliki peranan untuk memenuhi kebutuhan manusia. Islam
memahami bahwa perkembangan bisnis berjalan begitu cepat. Dalam Islam
sistem MLM (Multi Level Marketing) pada dasarnya termasuk kategori
mu’amalat. Islam memberikan jalan bagi manusia untuk melakukan inovasi
melalui sistem bisnis. Dalam suatu transaksi bisnis, Islam mengajarkan bahwa
keuntungan yang diambil pedagang harus jelas dan tidak merugikan pembeli.4
Seperti yang terkandung di dalam QS. Al-Nisa> ayat 29 ;

1
Peter J. Cloither, Meraup Uang dengan Multilevel Marketing : Pedoman Praktis Menuju
Networking Selling yang Sukses, (Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 1994).
2
Peter J. Cloither, Meraup Uang dengan Multilevel Marketing.
3
Peter J. Cloither, Meraup Uang dengan Multilevel Marketing.
4
Muhammad, Aspek Hukum dalam Muamalat (Yogyakarta: Graham Ilmu, 2007).
‫اض ِم ْن ُك ْم ۚ َواَل تَ ْقتُلُوا َأ ْنفُ َس ُك ْم ۚ ِإ َّن‬ َ ‫يَا َأيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا اَل تَْأ ُكلُوا َأ ْم َوالَ ُك ْم بَ ْينَ ُك ْم بِ ْالبَا ِط ِل ِإاَّل َأ ْن تَ ُكونَ تِ َج‬
ٍ ‫ارةً ع َْن ت ََر‬
‫هَّللا َ َكانَ بِ ُك ْم َر ِحي ًما‬
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan
harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang
berlaku dengan suka sama suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh
dirimu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.5
Belakangan ini semakin banyak muncul perusahaan-perusahaan di
Indonesia yang menjual produknya melalui sistem Multi Level Marketing
(MLM). Multi Level Marketing sendiri berasal dari Bahasa Inggris, Multi berarti
banyak Level berarti jenjang atau tingkat, sedangkan Marketing berarti
pemasaran. Jadi, Multi Level Marketing merupakan pemasaran berjenjang
banyak. Disebut Multi Level, karena merupakan suatu organisasi distributor yang
melaksanakan penjualan berjenjang banyak atau bertingkat-tingkat.6
Perkembangan bisnis MLM di Indonesia terdapat pro dan kontra diantara
para ulama ahli fiqih, hingga Majelis Ulama Indonesia juga aktif memberikan
kepastian status hukum terdapat perdagangan berbasis MLM yang menjamur di
Indonesia. Namun pembahasan dan pengawasan perubahan-perubahan yang
menggunakan sistem Multi Level Marketing tetap harus diamati sehingga tidak
ada keresahan di tengah umat Islam terhadap bisnis MLM yang terus
berkembang. Bisnis MLM dalam Islam sering terjadi kontroversi dan juga tidak
ada hukum yang pasti menjelaskan tentang bisnis MLM, apakah diperbolehkan
atau tidak.7
` Dengan demikian, bisnis ini dapat menimbulkan hal-hal yang dapat
merugikan masyarakat jika dalam sistemnya terdapat unsur-unsur yang dilarang
oleh syariah Islam. Untuk itu, Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia
(DSN-MUI) pada tahun 2009 mengeluarkan fatwa No. 75/DSN-MUI/VII/2009
tentang Pedoman Penjualan Langsung Berjenjang Syariah (PLBS). Fatwa ini
menjelaskan tentang Penjualan Langsung Berjenjang Syariah atau Multi Level
Marketing syariah mulai dari pengertian dan ketentuan-ketentuan yang
menjadikan diperbolehkannya praktek MLM tersebut. Oleh karena itu penulis
akan menguraikan tentang Multi Level Marketing baik secara konvensional
maupun hukum syariahnya serta permasalahan yang terjadi pada Multi Level
Marketing dalam perspektif fikih kontemporer.8
PEMBAHASAN
5
Muhammad, Aspek Hukum dalam Muamalat .
6
Gemala Dewi, Et.Al, Hukum Perikatan Islam di Indonesia (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2013).
7
Kuswara, Mengenal MlM Syariah dari Halal Haram, Kiat Berwirausaha, Sampai dengan
Pengelolaannya (Depok: Qultum Media, 2005).
8
Munawaroh, Analisis Fatwa DSN-MUI, 7.
A. Multi Level Marketing
1. Pengertian Multi Level Marketing
Secara etimologi Multi Level Marketing berasal dari bahasa Inggris, Multi
berarti banyak sedangkan Level berarti berjenjang atau tingkat. Adapun
Marketing berarti penjualan. Jadi dari kata tersebut dapat dipahami bahwa
Multi Level Marketing adalah penjualan yang berjenjang banyak.9 MLM
adalah sebuah sistem penjualan langsung, di mana barang dipasarkan oleh para
konsumen langsung dari produsen. Para konsumen yang sekaligus memasarkan
barang mendapatkan imbalan bonus. Bonus tersebut diambil dari keuntungan
setiap pembeli yang dikenalkan oleh pembeli berdasarkan ketentuan yang
diatur.10
MLM adalah sistem penjualan yang mengandalkan penjualan langsung
(Direct selling) melalui jaringan distributornya yang berbentuk secara berantai,
di mana setiap distributor yang merekrut dan direkrut selalu ada kaitan
perhitungan komisi dan bonus. Direct Selling (Penjualan Langsung) adalah
metode penjualan barang dan/ atau jasa tertentu kepada konsumen dengan cara
tatap muka di luar lokasi eceran tetap oleh jaringan penjualan yang
dikembangkan oleh mitra usaha dan bekerja berdasarkan komisi penjualan,
bonus penjualan dan iuran keanggotaan yang wajar.11
Dalam kata lain MLM dapat dikatakan sebagai penjualan yang dilakukan
melalui banyak level atau tingkatan, yang biasanya dikenal dengan istilah
upline (tingkat atas) dan downline (tingkat bawah). Upline (promotor) adalah
anggota yang sudah menjadi anggota terlebih dahulu, sedangkan bawahan
(downline) adalah anggota baru yang mendaftar atau direkrut oleh promotor.
Jenjang keanggotaan ini bisa saja berubah-ubah, sesuai dengan syarat
pembayaran atau pembelian tertentu. MLM merupakan sebuah sistem
penjualan modern melalui jaringan distribusi yang dibangun secara permanen
dengan memposisikan pelanggan perusahaan sekaligus sebagai tenaga
penjualan. Singkatnya, MLM adalah suatu konsep penyaluran (distribusi)
barang berupa produk dan jasa tertentu, yang memberi kesempatan kepada para
konsumen untuk turut terlibat sebagai penjual dan memperoleh keuntungan di
dalam garis kemitraannya.12
Jadi, MLM adalah kegiatan penjualan yang melibatkan beberapa orang
diantaranya atasan (upline) dan bawahan (downline) dengan sistem berjenjang
9
Gemala Dewi, dkk, Hukum Perikatan Islam di Indonesia.
10
Erwandi Tarmizi, Harta Haram Muamalat Kontemporer (Bogor: PT Berkat Mulia Insani, 2016).
11
Sonny Sumarsono, Kewirausahaan (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010).
12
Agustino, Prospek MLM Syari’ah di Indonesia (Jakarta: 15 Februari, 2002).
upline sebagai pimpinan dan downline bawahan dalam pelaksanaan kegiatan
penjualannya downline harus membuat jaringan 1 kanan dan 1 kiri hingga
membuat piramida.

2. Kilas Balik Sejarah MLM


Akar sejarah dari bisnis MLM ini tidak bisa dilepaskan dari sejarah
lahirnya direct selling. Direct Selling merupakan metode penjualan produk
(barang dan atau jasa) tertentu kepada konsumen dengan cara tatap muka yang
dikembangkan melalui jaringan pemasar. Sistem bisnis ini bekerja berdasarkan
komisi penjualan bonus penjualan, dan iuran keanggotaan yang wajar. Dalam
sejarah industri, direct selling pertama kali muncul dengan beroperasinya The
California Perfume Company di New York tahun 1886 yang di dirikan oleh
Dave Mc Connel. Mc Connel memiliki ide untuk mempekerjakan Mrs. Albee
sebagai California Perfume lady yang pertama dengan cara menjual langsung
kepada konsumen dari rumah ke rumah. Perusahaan ini kemudian berganti
nama menjadi Avon pada tahun 1939, sementara Mrs.Albee sendiri dianggap
sebagai pioneer metode penjualan direct selling13
Istilah MLM pertama kali ditemukan oleh dua orang profesor pemasaran
dari Universitas Chicago pada tahun 1934 dengan nama perusahaan Nutrilite.
Produk pertamanya yang dijual perusahaan Nutrilite adalah vitamin dan
makanan tambahan. Perusahaan Nutrilite ini merupakan salah satu perusahaan
pertama yang menawarkan konsep bisnis MLM. Bisnis ini memberi komisi
tambahan pada distributor independen yang berhasil merekrut, melatih dan
membantu anggota baru itu untuk ikut menjual produk. Metode baru ini
memungkinkan seorang distributor terus merekrut anggota baru dengan
kedalaman dan keluasan yang tidak terbatas. Konsep bisnis ini, pada tahun
1959 dikembangkan dan disahkan secara hukum di Michigan, Amerika Serikat
melalui perusahaan Amway Corporation. Sistem MLM ini kemudian terus
berkembang, dan terus merambah 70 negara di dunia, termasuk Indonesia14

B. Multi Level Marketing Syariah


1. Pengertian MLM Syariah

13
Sholihati, Ami. ”Tinjauan Hukum Islam Tentang Insentif Passive Income pada Multilevel
Marketing Syari’ah di PT. K-Link International”. Skripsi, IAIN Walisongo Semarang, 2012.
14
Fauzia, Ika Yunia. ”Perilaku Bisnis dalam Jaringan Pemasaran: Studi Kasus Pemberian
Kepercayaan dalam Bisnis Multilevel Marketing Shariah (MLMS) pada Herba al-Wahida (HPA) di
Surabaya”. Disertasi, IAIN Sunan Ampel, Surabaya, 2011
MLM syariah adalah sebuah sistem pemasaran yang dalam penerapannya
didasarkan pada nilai-nilai ekonomi syariah yang berlandaskan tauhid, akhlak
dan hukum muamalah. Ada dua aspek untuk menilai apakah bisnis MLM itu
sesuai dengan syariah atau tidak yaitu aspek produk atau jasa yang dijual dan
sistem dari MLM itu sendiri. Dari aspek produk yang dijual, dalam hal ini
objek dari MLM harus merupakan produk-produk yang halal dan jelas bukan
produk yang dilarang oleh agama. Selain halal objek yang dijual juga harus
bermanfaat dan dapat diserah terimakan serta mempunyai harga.15
Praktik Penjualan Langsung Berjenjang Syariah wajib memenuhi 12
kriteria dalam menentukan Multi Level Marketing berbasis syariah, yaitu:
a. Adanya obyek transaksi riil yang diperjualbelikan berupa barang atau
produk jasa.
b. Barang atau produk jasa yang diperdagangkan bukan sesuatu yang
diharamkan dan atau yang dipergunakan untuk sesuatu yang haram.
c. Transaksi dalam perdagangan tersebut tidak mengandung unsur gharar,
maysir, riba, dharar, dzulm, maksiat.
d. Tidak ada kenaikan harga/ biaya yang berlebihan (excessive mark-up),
sehingga merugikan konsumen karena tidak sepadan dengan kualitas/
manfaat yang diperoleh.
e. Komisi yang diberikan oleh perusahaan kepada anggota baik besaran
maupun bentuknya harus berdasarkan pada prestasi kerja nyata yang
terkait langsung dengan volume atau nilai hasil penjualan barang atau
produk jasa, dan harus menjadi pendapatan utama mitra usaha dalam
PLBS.
f. Bonus yang diberikan oleh perusahaan kepada anggota (mitra usaha)
harus jelas jumlahnya ketika dilakukan transaksi (akad) sesuai dengan
target penjualan barang dan atau produk jasa yang ditetapkan oleh
perusahaan.
g. Tidak boleh ada komisi atau bonus secara pasif yang diperoleh secara
regular tanpa melakukan pembinaan dan atau penjualan barang dan atau
jasa.
h. Pemberian komisi atau bonus oleh perusahaan kepada anggota (mitra
usaha) tidak menimbulkan ighra’.
i. Tidak ada eksploitasi dan ketidakadilan dalam pembagian bonus antara
anggota pertama dengan anggota berikutnya.
j. .yang dilakukan tidak mengandung unsur yang bertentangan dengan

15
Anis Tyas Kuncoro, Konsep Bisnis MLM Dalam Perspektif Ekonomi Syariah (Jakarta: Sultan
agung, 2009).
aqidah, syariah dan akhlak mulia seperti syirik, kultus, maksiat dan lain-
lain.
k. Setiap mitra usaha yang melakukan perekrutan keanggotaan
berkewajiban melakukan pembinaan dan pengawasan kepada anggota
yang direkrutnya tersebut.
l. tidak melakukan money game.16

2. Dasar Hukum MLM Syariah


Adapun yang menjadi dasar hukum MLM syariah adalah:

a. Q.S al-Maidah [5] : 2 :


‫‌وتَ َعا َونُ ۡوا َعلَى ۡالبِ ِّر َوالتَّ ۡق ٰوى‌ ۖ َواَل تَ َعا َونُ ۡوا َعلَى ااۡل ِ ۡث ِم َو ۡالع ُۡد َوا ِن‬
َ ۖ

Artinya: “Dan tolomg-menolonglah kamu dalam (mengerjakan)


kebajikan dan taqwa dan jangan tolong-menolong dalam dosa dan
permusuhan”.
Dalil al-Quran yang menerangkan tentang anjuran tolongmenolong
dalam kebaikan seperti saat bermu’amalah hubungannya dengan MLM
karena para member selalu diberikan pelatihan dan motivasi oleh pihak
perusahaan, sehingga para member bisa bekerja dengan baik

b. Q.S an-Nisa [4] : 29 :


‫اض ِّم ۡن ُكمۡ‌ ۚ َواَل ت َۡقتُلُ ۤۡوا‬ َ ‫ـاَيُّهَا الَّ ِذ ۡينَ ٰا َمنُ ۡوا اَل ت َۡا ُكلُ ۡۤوا اَمۡ َوالَـ ُكمۡ بَ ۡينَ ُكمۡ بِ ۡالبَا ِط ِل اِاَّل ۤ اَ ۡن تَ ُك ۡونَ تِ َج‬
ٍ ‫ارةً ع َۡن ت ََر‬
‫اَ ۡنـفُ َس ُكمۡ‌ؕ اِ َّن هّٰللا َ َكانَ بِ ُكمۡ َر ِح ۡي ًما‬
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu
saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil (tidak benar),
kecuali dalam perdagangan yang berlaku atas dasar suka sama suka di
antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sungguh, Allah
Maha Penyayang kepadamu”.
Dalil al-Quran yang menerangkan tentang larangan memakan harta
dengan jalan yang batil ini berhubungan dengan MLM, tidak boleh yang
menjadi member pertama selalu mendapat bonus yang lebih besar
dibanding member yang kedua. Hal tersebut akan merugikan member
kedua.

c. Q.S al-Hasyr [59] : 7 :

16
Fatwa Dewan Syariah Nasional No :75/DSN-MUI/VII/2009 Tentang Pedoman Penjualan
Langsung Berjenjang Syariah (PLBS).
ۡ‫ؕ ‌ َك ۡى اَل يَ ُك ۡونَ د ُۡولَ ۢةً بَ ۡينَ ااۡل َ ۡغنِيَٓا ِء ِم ۡن ُكم‬
Artinta:“Agar harta tidak berputar hanya diantara orang-orang
kaya saja diantara kamu.”
Dalil al-Quran yang menerangkan agar harta tidak berputar
diantara orang-orang kaya saja diantara kamu, hubungannya dengan MLM
adalah setiap member akan mendapat potongan dalam setiap pembelian
dan bonus apabila mengajak orang lain bergabung. Jadi, pada dasarnya
hukum dari MLM ini adalah mubah berdasarkan kaidah Fiqh yaitu “asal
dari semua transaksi atau perikatan adalah boleh sehingga ada indikator
yang menunjukan keharamannya”17 Selain itu bisnis ini bebas dari unsur-
unsur riba (sistem bunga), gharar (penipuan), dharar (bahaya), jahalah
(tidak transparan), dan dzulm (merugikan orang lain) dan yang lebih urgen
adalah produk yang dibisniskan halal. Dengan demikian, bisnis MLM
merupakan bagian dari perdagangan yang harus memenuhi syarat dan
rukun sahnya sebuah perikatan.

3. Sistem MLM Syariah


Pada dasarnya MLM yang berbasis syariah tidak jauh berbeda dengan
MLM konvensional. Yang membedakan adalah bentuk usaha atau jasa harus
memenuhi hal-hal sebagai berikut:
a. Produk yang dipasarkan halal, baik dan menjauhi syubhat
b. Sistem akadnya memenuhi kaedah dan rukun jual beli sebagaimana yang
terdapat dalam hukum Islam.
c. Operasional, kebijakan, budaya organisasi, maupun sistem akuntansinya
harus sesuai syariah.
d. Tidak ada mark up harga produk yang berlebihan, sehingga anggota
terdzalimi dengan harga yang amat mahal, tidak sepadan dengan kualitas
dan manfaat yang diperoleh.
e. Dalam struktur organisasinya, ada Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang
terdiri dari para ulama yang memahami permasalahannya. Selanjutnya,
formula intensif harus adil, tidak mendzalimi downline dan tidak
menempatkan upline hanya menerima pasif income tanpa bekerja, upline
tidak boleh menerima income dari hasil jerih payah downline nya.18
Pembagian bonus harus mencerminkan usaha masing-masing anggota.
Tidak ada eksploitasi dalam aturan pembagian bonus antara orang yang awal

17
Muchtar Yahya, Dasar-dasar Pembinaan Hukum Fiqh Islam (Bandung: PT. Alma’arif, 1997).
18
Ahmad Mardalis & Nur Hasanah, MLM (MLM) Perspektif Ekonomi Islam dalam Falah Jurnal
Ekonomi Syariah Vol. 1, No. 1 Februari 2016.
menjadi anggota dengan yang akhir. Oleh karena itu pembagian bonus yang
diberikan harus jelas angka nisbahnya sejak awal. Cara pemberian
penghargaan kepada mereka yang berprestasi tidak hurahura dan pesta pora.
Produk yang dijual tidak menitik beratkan barangbarang tersier, terutama
ketika ummat masih bergelut dengan pemenuhan kebutuhan primer. Di
samping itu, perusahaan MLM harus berorientasi pada kemaslahatan ekonomi
ummat.19

4. Perkembangan MLM Syariah


Sistem MLM yang lahir pada tahun 1945 merupakan kreasi dan inovasi
marketing yang melibatkan masyarakat konsumen dalam kegiatan usaha
pemasaran dengan tujuan agar masyarakat konsumen dapat menikmati
manfaat financial dalam bentuk insentif, hadiah-hadiah, perlindungan
asuransi, tabungan hari tua, dan bahkan kepemilikan saham perusahaan
20

Oleh karena banyaknya perusahaan MLM yang berkembang, sehingga


belakangan ini hadir juga perusahaan MLM yang mengklaim perusahaannya
dengan MLM berbasis syariah. Kelahiran MLM berbasis syariah
dilatarbelakangi oleh realitas bahwa produk-produk makanan, minuman,
kosmetik, dan jutaan jenis-jenis barang lainnya harus berstatus halal.
Perusahaan MLM yang pertama kali mengklaim perusahaannya MLM
berbasis syariah di Indonesia adalah perusahaan Ahad-Net. Hal ini
dilatarbelakangi atas kepedulian akan kondisi perekonomian umat Islam
Indonesia yang masih terpuruk. Umat Islam yang menjadi mayoritas di
Negeri ini, harus menggunakan kekuatan jaringan, agar pemberdayaan
potensi bisnis umat Islam Indonesia bisa diwujudkan. Pemberdayaan ekonomi
kaum Muslimin adalah pemberdayaan ekonomi kerakyatan yang harus
dilakukan. Setelah perusahan Ahad-Net inilah kemudian bermunculan
perushaan MLM syariah seperti, PT K-Link Nusantara, PT Veritra Sentosa
International, PT Momen Global International, PT Ufo Bisnis Kemitraan
Bersama Syariah, PT Nusantara Sukses Selalu, PT Singa Langit Jaya
(TIENS), PT HPA.21

5. Produk MLM Syariah


Pada tanggal 27 Juli 2016, DSN-MUI menerbitkan Keputusan
19
Ibid
20
Ahmad Basyuni Lubis, Al-Iqtishad, November, 2000.
21
Ibid
Dewan syariah Nasional-Majelis Ulaam Indonesia No.
KEP-03/DSNMUI/VII/2016 tentang Daftar Perusahaan Penjualan Langsung
Berjenjang Syariah yang telah mendapatkan sertifikat DSN-MUI.
Perusahaanperusahaan tersebut adalah :22

NO. LEMBAGA PRODUK NO SK

1. PT Veritra Layanan 010.57.01/DSN-


Sentosa Pembayaran Multiguna MUI/VII/2017
Internasional
2 PT Momen Nutrisi Kesehatan 006.53.01/DSN-
Global MUI/VII/2017
Internasional
3. PT UFO Produk Kesehatan 003.50.01/DSN-
Bisnis MUI/I/2017
Kemitraan
Bersama
Syariah
4. PT K-LINK Produk Kesehatan 002.49.01/DSN-
Nusantara MUI/I/2017

5. PT Nusantara Produk Kesehatan 003.38.01/DSN-


Sukses Selalu MUI/III/2016
6. PT Singa Langit Produk Kesehatan 002.36.01/DSN-
Jaya (TIENS) MUI/II/2016

7. PT HPA Produk Kesehatan 002.36.01/DSN-


MUI/II/20152

6. Akad-Akad Dalam Bisnis MLM Syariah

Berbicara mengenai masalah mu’amalah, Islam sangat menekankan


pentingnya peranan akad dalam menentukan sah tidaknya suatu perjanjian

Rustiawan, “ Daftar List MLM Hlmal Syariah” diakses dari http://www.hpa-network.com, pada
22

Rabu 17 Mei 2022


bisnis. Yang membedakan ada tidaknya unsur riba dan gharar (penipuan)
dalam sebuah transaksi adalah terletak pada akadnya.23 Untuk MLM Syariah,
sesuai dengan fatwa DSN MUI No 75, akad yang dapat digunakan dalam
MLM Syariah adalah akad Bai’ atau Murabahah (jual beli), Wakalah bil
ujroh / ijarah (upah kerja) dan Ju’alah (memberikan imbalan sesuai dengan
hasil yang dicapai).

a. Akad Ba’i atau Murabhah

Merujuk pada substansi Fatwa No: 4/DSN-MUI/IV/2000 tentang


Murabahah, Fatwa No: 16/DSN- MUI/IX/2000 tentang Diskon dalam
Murabahah. Jual beli Murabahah adalah jual beli barang pada harga asal
dengan tambahan keuntungan yang disepakati oleh kedua belah pihak.
Dalam jual beli Murabahah penjual harus member tahu harga
produk yang jual belikan dan menentukan suatu tingkatan
keuntungan sebagai tambahannya.24

Syarat Dan Rukun Murubahah:

1. Syarat murabahah yaitu sebagai berikut:

a) Penjual member tahu biaya modal kepada nasabah.


b) Kontrak pertama harus sesuai dengan rukun yang ditetapkan.
c) Kontrak harus bebas dari riba.
d) Penjual harus menjelaskan kepada pembeli apabila ada barang yang
rusak atas barang sudah pembelian.
e) Penjual harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan
pembelian.

2. Rukun murabhah yaitu sebagai berikut:

a) Pelaku akad, yairu penjual dan pembeli.

b) Objek akad.

b. Akad Wakalah bil ujrah / Ijarah


23
Mardani, Fiqh Ekonomi Syari’ah: Fiqh Muamalah (Jakarta: Kencana 2012).
24
Ibid
Akad Wakalah bil ujrah adalah pemberian kuasa dari peserta
kepada perusahaan asuransi untuk mengelola dana peserta dengan
pemberian ujrah (fee). Akad wakalah biasa dilaksanakan dengan upah atau
tanpa upah. Ketika akad wakalah bil ujr telah sempurna, maka akad
tersebut bersifat mengikat. Dalam artian orang yang disewa tenaganya
yang memiliki kewajiban untuk menyelesaikan sebuah pekerjaan, kecuali
ada halangan yang bersifat syar’i. Dalam akad wakalah bil ujrah ini dapat
diterapkan pada produkasuransi Syariah yang mengandung unsur tabungan
(saving) maupun unsur tabarru’ (non saving)25 Akad Ijarah adalah akad
pemindahan hak guna atas barang dan jasa melalui pembayaran sewa upah
tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan atas barang itu sendiri.26

Rukun dan syarat-syarat ijarah adalah sebagai berikut :

a) Mu’jir dan Mustajir yaitu orang yang melakukan akad sewamenyewa


atau upah-mengupah. Mu’jir adalah orang yang memberikan upah dan
yang menyewakan, mustajir adalah orang yang menerima upah.
Syaratnya harus baligh, kap, melakukan kap, melakukan kap,
melakukan berakal, cakap, melakukan tasharruf, dan saling meridhai.
b) Shighat, ijab qabul antara mu’jir dan musta’jir
c) Ujroh, disyaratkan diketahui jumlahnya oleh kedua belah pihak, baik
dalam sewa menyewa maupun dalam upah mengupah.
d) barang yang disewakan atau sesuatu yang dikerjakan dalam upah
mengupah, di syaratkan pada barang-barang yang disewakan.

d. Akad Ju’alah
Akad Ju’alah adalah perjanjian imbalan tertentu dari pihak pertama
kepada pihak kedua atas pelaksanaan suatu tugas atau pelayanan yang
dilakukan oleh pihak kedua untuk kepentingan pihak pertama27

Syarat dan Rukuk Ju’alah:

1. Rukun Ju’alah
25
Dimyauddin, Pengantar Fiqih Muamalah (Aceh: Pustaka Pelajar 2008).
26
Ibid
27
Mardani, Fiqh Ekonomi Syari’ah: Fiqh Muamalah (Jakarta: Kencana 2012).
a) Aqaidin (dua orang yang berakad)
b) Shighat
c) Pekerjaan mencari barang
d) Upah atau Hadiah
2. Syarat Ju’lah
a) Pekerjaan yang diminta pekerjaan adalah mubah
b) Upah dalam jualah berupa harta yang diketahui jenis dan
ukurannya karena upah yang tidak diketahui tidak sesuai dengan
tujuan transaksi jualah.
c) Upah dalam jualah harus suci, dapat diserahkan , dan dimiliki oleh
peminta jualah.
d) Pekerja menyelesaikan pekerjaan yang diminta dalam jumlah
jualah dan menyerahkan kepada yang menyuruhnya .
PENUTUP
A. Kesimpulan

Bisnis MLM merupakan salah satu jenis akad jual beli (al-bai’) dengan
sistem penjualan langsung (direct seling) atau net work marketing yang
memberdayakan distributor independent untuk memasarkan produk langsung
secara mandiri. Dalam literatur hukum Islam, selama bisnis MLM tersebut bebas
dari unsur-unsur haram, seperti riba, gharar, dzulm dan maisir, maka hukumnya
adalah mubah. Sebaliknya, bisnis MLM atau bisnis lain yang mengatasnamakan
MLM, yang di dalamnya terdapat unsur gharar, maisir dan dzulm, maka
hukumnya adalah haram. Untuk itu, masyarakat muslim hendaknya
berhati-hati dan tidak mudah tergiur dengan bisnis MLM karena tidak menutup
kemungkinan terjadinya gharar, dzulm, maisir dan ketidakadilan.
DAFTAR PUSTAKA

Agustino. 2002. Prospek MLM Syari’ah di Indonesia. Jakarta_.


Ahmad Mardalis & Nur Hasanah. 2016. Multi Level Marketing (MLM) Perspektif
Ekonomi Islam dalam Falah Jurnal Ekonomi Syariah Vol. 1, No. 1 Februari.
Dewi, Gemala. Et.Al, Hukum Perikatan Islam di Indonesia. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group. 2013.
Dimyauddin, Pengantar Fiqih Muamalah.Aceh: Pustaka Pelajar 2008.
Fatwa DSN-MUI No. 75/DSNMUI/VII/2009.
Fauzia, Ika Yunia. ”Perilaku Bisnis dalam Jaringan Pemasaran: Studi Kasus Pemberian
Kepercayaan dalam Bisnis Multilevel Marketing Shariah (MLMS) pada Herba
al-Wahida (HPA) di Surabaya”. Disertasi, IAIN Sunan Ampel, Surabaya, 2011
Kuswara. Mengenal MlM Syariah dari Halal Haram, Kiat Berwirausaha, sampai dengan
Pengelolaannya. Depok: Qultum Media. 2005.
Mardani, Fiqh Ekonomi Syari’ah: Fiqh Muamalah. Jakarta: Kencana 2012.
Muhammad. Aspek Hukum dalam Muamalat. Yogyakarta: Graham Ilmu. 2007
Peter J. Cloither, Meraup Uang dengan Multilevel Marketing : Pedoman Praktis Menuju
Network Selling yang Sukses, Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 1994.
Rustiawan. Daftar List MLM Syariah. Diakses dari http://www.hpa-network.com, pada
Kamis 17 Mei 2022.
Sholihati, Ami. ”Tinjauan Hukum Islam Tentang Insentif Passive Income pada Multilevel
Marketing Syari’ah di PT. K-Link International”. Skripsi, IAIN Walisongo
Semarang, 2012.
Sumarsono Sonny. 2010. Kewirausahaan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Tarmizi Erwandi. 2016. Harta Haram Muamalat Kontemporer. Bogor: PT Berkat Mulia
Insani.
Tyas Kuncoro Anis. 2009. Konsep Bisnis Multi Level Marketing Dalam Perspektif
Ekonomi Syariah. Jakarta: Sultan Agung.
Yahya Muchtar. 1997. Dasar-dasar Pembinaan Hukum Fiqh Islam. Bandung: PT.
Alma’arif.

Anda mungkin juga menyukai