DOSEN PENGAMPU :
Dr. Afdawaiza, S.Ag., M.Ag.
Disusun Oleh :
M.MAULANA
NIM. 21208011031
A. Latar Belakang
Di era global, dunia bisnis semakin maju dan banyak terobosan yang
dilakukan, utamanya dalam mengantisipasi kompetisi dan dinamika aktifitas
usaha para pebisnis. Arah bisnis yang pada awalnya tertuju pada berbagai
pola dan strategi raihan laba yang sebesar-besarnya berganti menjadi
maksimalisasi kepuasan pelanggan. Salah satu bidang yang memainkan peran
menonjol dalam percaturan dunia bisnis adalah bidang pemasaran.1
Pemasaran adalah merupakan bagian penting dalam manajemen
perusahaan dalam memperkenalkan produk guna merebut pangsa pasar. Media
pemasaran suatu produkpun banyak ragam jenis dan metodenya, dari yang
bersifat konvensional baku seperti promosi dan periklanan sampai dengan yang
modern fenomenal seperti TV shopping dan MLM (Multilevel Marketing).
Namun dari beberapa model pemasaran di atas, yang banyak dan sering
menjadi berita menarik dan pembicaraan umum, baik positif maupun negatif
adalah model pemasaran MLM.2
Multi Level Marketing atau MLM yang merupakan
salah satu cabang dari direct selling adalah salah satu sistem bisnis yang
pemasaran produknya menggunakan member sebagai pembeli,
konsumen, pemasar, promoter, dan sebagai distributor. Multi Level
Marketing adalah pemasaran yang berjenjang banyak. Disebut multi level
karena merupakan suatu organisasi distributor yang melaksanakan
penjualan yang berjenjang banyak atau bertingkat-tingkat. 3
Bisnis ini memiliki peranan untuk memenuhi kebutuhan manusia. Islam
memahami bahwa perkembangan bisnis berjalan begitu cepat. Dalam Islam
sistem MLM (Multi Level Marketing) pada dasarnya termasuk kategori
mu’amalat. Islam memberikan jalan bagi manusia untuk melakukan inovasi
melalui sistem bisnis. Dalam suatu transaksi bisnis, Islam mengajarkan bahwa
keuntungan yang diambil pedagang harus jelas dan tidak merugikan pembeli.4
Seperti yang terkandung di dalam QS. Al-Nisa> ayat 29 ;
1
Peter J. Cloither, Meraup Uang dengan Multilevel Marketing : Pedoman Praktis Menuju
Networking Selling yang Sukses, (Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 1994).
2
Peter J. Cloither, Meraup Uang dengan Multilevel Marketing.
3
Peter J. Cloither, Meraup Uang dengan Multilevel Marketing.
4
Muhammad, Aspek Hukum dalam Muamalat (Yogyakarta: Graham Ilmu, 2007).
اض ِم ْن ُك ْم ۚ َواَل تَ ْقتُلُوا َأ ْنفُ َس ُك ْم ۚ ِإ َّن َ يَا َأيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا اَل تَْأ ُكلُوا َأ ْم َوالَ ُك ْم بَ ْينَ ُك ْم بِ ْالبَا ِط ِل ِإاَّل َأ ْن تَ ُكونَ تِ َج
ٍ ارةً ع َْن ت ََر
هَّللا َ َكانَ بِ ُك ْم َر ِحي ًما
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan
harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang
berlaku dengan suka sama suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh
dirimu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.5
Belakangan ini semakin banyak muncul perusahaan-perusahaan di
Indonesia yang menjual produknya melalui sistem Multi Level Marketing
(MLM). Multi Level Marketing sendiri berasal dari Bahasa Inggris, Multi berarti
banyak Level berarti jenjang atau tingkat, sedangkan Marketing berarti
pemasaran. Jadi, Multi Level Marketing merupakan pemasaran berjenjang
banyak. Disebut Multi Level, karena merupakan suatu organisasi distributor yang
melaksanakan penjualan berjenjang banyak atau bertingkat-tingkat.6
Perkembangan bisnis MLM di Indonesia terdapat pro dan kontra diantara
para ulama ahli fiqih, hingga Majelis Ulama Indonesia juga aktif memberikan
kepastian status hukum terdapat perdagangan berbasis MLM yang menjamur di
Indonesia. Namun pembahasan dan pengawasan perubahan-perubahan yang
menggunakan sistem Multi Level Marketing tetap harus diamati sehingga tidak
ada keresahan di tengah umat Islam terhadap bisnis MLM yang terus
berkembang. Bisnis MLM dalam Islam sering terjadi kontroversi dan juga tidak
ada hukum yang pasti menjelaskan tentang bisnis MLM, apakah diperbolehkan
atau tidak.7
` Dengan demikian, bisnis ini dapat menimbulkan hal-hal yang dapat
merugikan masyarakat jika dalam sistemnya terdapat unsur-unsur yang dilarang
oleh syariah Islam. Untuk itu, Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia
(DSN-MUI) pada tahun 2009 mengeluarkan fatwa No. 75/DSN-MUI/VII/2009
tentang Pedoman Penjualan Langsung Berjenjang Syariah (PLBS). Fatwa ini
menjelaskan tentang Penjualan Langsung Berjenjang Syariah atau Multi Level
Marketing syariah mulai dari pengertian dan ketentuan-ketentuan yang
menjadikan diperbolehkannya praktek MLM tersebut. Oleh karena itu penulis
akan menguraikan tentang Multi Level Marketing baik secara konvensional
maupun hukum syariahnya serta permasalahan yang terjadi pada Multi Level
Marketing dalam perspektif fikih kontemporer.8
PEMBAHASAN
5
Muhammad, Aspek Hukum dalam Muamalat .
6
Gemala Dewi, Et.Al, Hukum Perikatan Islam di Indonesia (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2013).
7
Kuswara, Mengenal MlM Syariah dari Halal Haram, Kiat Berwirausaha, Sampai dengan
Pengelolaannya (Depok: Qultum Media, 2005).
8
Munawaroh, Analisis Fatwa DSN-MUI, 7.
A. Multi Level Marketing
1. Pengertian Multi Level Marketing
Secara etimologi Multi Level Marketing berasal dari bahasa Inggris, Multi
berarti banyak sedangkan Level berarti berjenjang atau tingkat. Adapun
Marketing berarti penjualan. Jadi dari kata tersebut dapat dipahami bahwa
Multi Level Marketing adalah penjualan yang berjenjang banyak.9 MLM
adalah sebuah sistem penjualan langsung, di mana barang dipasarkan oleh para
konsumen langsung dari produsen. Para konsumen yang sekaligus memasarkan
barang mendapatkan imbalan bonus. Bonus tersebut diambil dari keuntungan
setiap pembeli yang dikenalkan oleh pembeli berdasarkan ketentuan yang
diatur.10
MLM adalah sistem penjualan yang mengandalkan penjualan langsung
(Direct selling) melalui jaringan distributornya yang berbentuk secara berantai,
di mana setiap distributor yang merekrut dan direkrut selalu ada kaitan
perhitungan komisi dan bonus. Direct Selling (Penjualan Langsung) adalah
metode penjualan barang dan/ atau jasa tertentu kepada konsumen dengan cara
tatap muka di luar lokasi eceran tetap oleh jaringan penjualan yang
dikembangkan oleh mitra usaha dan bekerja berdasarkan komisi penjualan,
bonus penjualan dan iuran keanggotaan yang wajar.11
Dalam kata lain MLM dapat dikatakan sebagai penjualan yang dilakukan
melalui banyak level atau tingkatan, yang biasanya dikenal dengan istilah
upline (tingkat atas) dan downline (tingkat bawah). Upline (promotor) adalah
anggota yang sudah menjadi anggota terlebih dahulu, sedangkan bawahan
(downline) adalah anggota baru yang mendaftar atau direkrut oleh promotor.
Jenjang keanggotaan ini bisa saja berubah-ubah, sesuai dengan syarat
pembayaran atau pembelian tertentu. MLM merupakan sebuah sistem
penjualan modern melalui jaringan distribusi yang dibangun secara permanen
dengan memposisikan pelanggan perusahaan sekaligus sebagai tenaga
penjualan. Singkatnya, MLM adalah suatu konsep penyaluran (distribusi)
barang berupa produk dan jasa tertentu, yang memberi kesempatan kepada para
konsumen untuk turut terlibat sebagai penjual dan memperoleh keuntungan di
dalam garis kemitraannya.12
Jadi, MLM adalah kegiatan penjualan yang melibatkan beberapa orang
diantaranya atasan (upline) dan bawahan (downline) dengan sistem berjenjang
9
Gemala Dewi, dkk, Hukum Perikatan Islam di Indonesia.
10
Erwandi Tarmizi, Harta Haram Muamalat Kontemporer (Bogor: PT Berkat Mulia Insani, 2016).
11
Sonny Sumarsono, Kewirausahaan (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010).
12
Agustino, Prospek MLM Syari’ah di Indonesia (Jakarta: 15 Februari, 2002).
upline sebagai pimpinan dan downline bawahan dalam pelaksanaan kegiatan
penjualannya downline harus membuat jaringan 1 kanan dan 1 kiri hingga
membuat piramida.
13
Sholihati, Ami. ”Tinjauan Hukum Islam Tentang Insentif Passive Income pada Multilevel
Marketing Syari’ah di PT. K-Link International”. Skripsi, IAIN Walisongo Semarang, 2012.
14
Fauzia, Ika Yunia. ”Perilaku Bisnis dalam Jaringan Pemasaran: Studi Kasus Pemberian
Kepercayaan dalam Bisnis Multilevel Marketing Shariah (MLMS) pada Herba al-Wahida (HPA) di
Surabaya”. Disertasi, IAIN Sunan Ampel, Surabaya, 2011
MLM syariah adalah sebuah sistem pemasaran yang dalam penerapannya
didasarkan pada nilai-nilai ekonomi syariah yang berlandaskan tauhid, akhlak
dan hukum muamalah. Ada dua aspek untuk menilai apakah bisnis MLM itu
sesuai dengan syariah atau tidak yaitu aspek produk atau jasa yang dijual dan
sistem dari MLM itu sendiri. Dari aspek produk yang dijual, dalam hal ini
objek dari MLM harus merupakan produk-produk yang halal dan jelas bukan
produk yang dilarang oleh agama. Selain halal objek yang dijual juga harus
bermanfaat dan dapat diserah terimakan serta mempunyai harga.15
Praktik Penjualan Langsung Berjenjang Syariah wajib memenuhi 12
kriteria dalam menentukan Multi Level Marketing berbasis syariah, yaitu:
a. Adanya obyek transaksi riil yang diperjualbelikan berupa barang atau
produk jasa.
b. Barang atau produk jasa yang diperdagangkan bukan sesuatu yang
diharamkan dan atau yang dipergunakan untuk sesuatu yang haram.
c. Transaksi dalam perdagangan tersebut tidak mengandung unsur gharar,
maysir, riba, dharar, dzulm, maksiat.
d. Tidak ada kenaikan harga/ biaya yang berlebihan (excessive mark-up),
sehingga merugikan konsumen karena tidak sepadan dengan kualitas/
manfaat yang diperoleh.
e. Komisi yang diberikan oleh perusahaan kepada anggota baik besaran
maupun bentuknya harus berdasarkan pada prestasi kerja nyata yang
terkait langsung dengan volume atau nilai hasil penjualan barang atau
produk jasa, dan harus menjadi pendapatan utama mitra usaha dalam
PLBS.
f. Bonus yang diberikan oleh perusahaan kepada anggota (mitra usaha)
harus jelas jumlahnya ketika dilakukan transaksi (akad) sesuai dengan
target penjualan barang dan atau produk jasa yang ditetapkan oleh
perusahaan.
g. Tidak boleh ada komisi atau bonus secara pasif yang diperoleh secara
regular tanpa melakukan pembinaan dan atau penjualan barang dan atau
jasa.
h. Pemberian komisi atau bonus oleh perusahaan kepada anggota (mitra
usaha) tidak menimbulkan ighra’.
i. Tidak ada eksploitasi dan ketidakadilan dalam pembagian bonus antara
anggota pertama dengan anggota berikutnya.
j. .yang dilakukan tidak mengandung unsur yang bertentangan dengan
15
Anis Tyas Kuncoro, Konsep Bisnis MLM Dalam Perspektif Ekonomi Syariah (Jakarta: Sultan
agung, 2009).
aqidah, syariah dan akhlak mulia seperti syirik, kultus, maksiat dan lain-
lain.
k. Setiap mitra usaha yang melakukan perekrutan keanggotaan
berkewajiban melakukan pembinaan dan pengawasan kepada anggota
yang direkrutnya tersebut.
l. tidak melakukan money game.16
16
Fatwa Dewan Syariah Nasional No :75/DSN-MUI/VII/2009 Tentang Pedoman Penjualan
Langsung Berjenjang Syariah (PLBS).
ۡؕ َك ۡى اَل يَ ُك ۡونَ د ُۡولَ ۢةً بَ ۡينَ ااۡل َ ۡغنِيَٓا ِء ِم ۡن ُكم
Artinta:“Agar harta tidak berputar hanya diantara orang-orang
kaya saja diantara kamu.”
Dalil al-Quran yang menerangkan agar harta tidak berputar
diantara orang-orang kaya saja diantara kamu, hubungannya dengan MLM
adalah setiap member akan mendapat potongan dalam setiap pembelian
dan bonus apabila mengajak orang lain bergabung. Jadi, pada dasarnya
hukum dari MLM ini adalah mubah berdasarkan kaidah Fiqh yaitu “asal
dari semua transaksi atau perikatan adalah boleh sehingga ada indikator
yang menunjukan keharamannya”17 Selain itu bisnis ini bebas dari unsur-
unsur riba (sistem bunga), gharar (penipuan), dharar (bahaya), jahalah
(tidak transparan), dan dzulm (merugikan orang lain) dan yang lebih urgen
adalah produk yang dibisniskan halal. Dengan demikian, bisnis MLM
merupakan bagian dari perdagangan yang harus memenuhi syarat dan
rukun sahnya sebuah perikatan.
17
Muchtar Yahya, Dasar-dasar Pembinaan Hukum Fiqh Islam (Bandung: PT. Alma’arif, 1997).
18
Ahmad Mardalis & Nur Hasanah, MLM (MLM) Perspektif Ekonomi Islam dalam Falah Jurnal
Ekonomi Syariah Vol. 1, No. 1 Februari 2016.
menjadi anggota dengan yang akhir. Oleh karena itu pembagian bonus yang
diberikan harus jelas angka nisbahnya sejak awal. Cara pemberian
penghargaan kepada mereka yang berprestasi tidak hurahura dan pesta pora.
Produk yang dijual tidak menitik beratkan barangbarang tersier, terutama
ketika ummat masih bergelut dengan pemenuhan kebutuhan primer. Di
samping itu, perusahaan MLM harus berorientasi pada kemaslahatan ekonomi
ummat.19
Rustiawan, “ Daftar List MLM Hlmal Syariah” diakses dari http://www.hpa-network.com, pada
22
b) Objek akad.
d. Akad Ju’alah
Akad Ju’alah adalah perjanjian imbalan tertentu dari pihak pertama
kepada pihak kedua atas pelaksanaan suatu tugas atau pelayanan yang
dilakukan oleh pihak kedua untuk kepentingan pihak pertama27
1. Rukun Ju’alah
25
Dimyauddin, Pengantar Fiqih Muamalah (Aceh: Pustaka Pelajar 2008).
26
Ibid
27
Mardani, Fiqh Ekonomi Syari’ah: Fiqh Muamalah (Jakarta: Kencana 2012).
a) Aqaidin (dua orang yang berakad)
b) Shighat
c) Pekerjaan mencari barang
d) Upah atau Hadiah
2. Syarat Ju’lah
a) Pekerjaan yang diminta pekerjaan adalah mubah
b) Upah dalam jualah berupa harta yang diketahui jenis dan
ukurannya karena upah yang tidak diketahui tidak sesuai dengan
tujuan transaksi jualah.
c) Upah dalam jualah harus suci, dapat diserahkan , dan dimiliki oleh
peminta jualah.
d) Pekerja menyelesaikan pekerjaan yang diminta dalam jumlah
jualah dan menyerahkan kepada yang menyuruhnya .
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bisnis MLM merupakan salah satu jenis akad jual beli (al-bai’) dengan
sistem penjualan langsung (direct seling) atau net work marketing yang
memberdayakan distributor independent untuk memasarkan produk langsung
secara mandiri. Dalam literatur hukum Islam, selama bisnis MLM tersebut bebas
dari unsur-unsur haram, seperti riba, gharar, dzulm dan maisir, maka hukumnya
adalah mubah. Sebaliknya, bisnis MLM atau bisnis lain yang mengatasnamakan
MLM, yang di dalamnya terdapat unsur gharar, maisir dan dzulm, maka
hukumnya adalah haram. Untuk itu, masyarakat muslim hendaknya
berhati-hati dan tidak mudah tergiur dengan bisnis MLM karena tidak menutup
kemungkinan terjadinya gharar, dzulm, maisir dan ketidakadilan.
DAFTAR PUSTAKA