Anda di halaman 1dari 7

Pengertian,

pelaksanaan
kedudukan
Multi Lavel
hukum dan
fatwa DSN
MUI dari
MLM
Marketing
Disusun oleh
Lisa Wisnu F (2105046040)
Kavita Raihana W (2105046041)
M. Thoriq Abror (2105046042)
Pengertian MLM
Multi Level Marketing (Pemasaran Multi Tingkat) yang biasa disingkat dengan MLM,
adalah sistem pemasaran yang dibangun secara berjenjang melalui jaringan distribusi
dengan memposisikan pelanggan perusahaan sekaligus sebagai tenaga pemasaran.
MLM merupakan sistem penjualan dimana konsumen dimanfaatkan sebagai tenaga
penyalur secara langsung. Sistem penjualan MLM ini menggunakan beberapa level
(tingkatan) dalam proses pemasaran barang dagangannya. Jadi, Multi Level Marketing
adalah suatu konsep penyaluran barang (produk dan jasa tertentu) yang memberi
kesempatan konsumen untuk turut terlibat sebagai penjual dan memperoleh keuntungan
di dalam garis kemitraannya. MLM juga disebut sebagai Network Marketing, Multi
Generation Marketing, dan Uni Level Marketing. Namun yang paling populer dari
semua istilah itu adalah istilah Multi Level Marketing (MLM).
Tata Cara Pelaksanaan Multi Level Marketing
(MLM)
Menurut Don Failla, seorang pakar marketing

01 Y Retail ( eceran)
03
Direct selling (penjualan
langsung ke konsumen)

02
multi level marketing (pemasaran berjenjang melalui jaringan
distribusi yang dibangun dengan memposisikan pelanggan
sekaligus sebagai tenaga pemasaran)
Tata Cara Pelaksanaan MLM Secara Terperinci

1. Mula-mula pihak perusahaan berusaha menjaring


konsumen untuk menjadi member, dengan cara
4. Jika member mampu menjaring member-member yang
mengharuskan calon konsumen membeli paket produk
banyak, maka ia akan mendapat bonus dari perusahaan.
perusahaan dengan harga tertentu. Semakin banyak member yang dapat dijaring, maka semakin
2. Dengan membeli paket produk perusahaan tersebut, banyak pula bonus yang didapatkan karena perusahaan
pihak pembeli diberi satu formulir keanggotaan merasa diuntungkan oleh banyaknya member yang sekaligus
(member) dari perusahaan. Sesudah menjadi member mennjadi konsumen paket produk perusahaan. Dengan
maka tugas berikutnya adalah mencari member- adanya para member baru yang sekaligus menjadi konsumen
member baru dengan cara seperti diatas, yakni membeli paker produk perusahaan, maka member yang berada pada
produk perusahaan dan mengisi folmulir keanggotaan. level pertama, kedua dan seterusnya akan selalu mendapatkan
3. Para member baru juga bertugas mencari calon bonus secara estafet dari perusahaan, karena perusahaan
member-member baru lagi dengan cara seperti diatas merasa diuntungkan dengan adanya member-member baru
yakni membeli produk perusahaan dan mengisi tersebut.
formulir keanggotaan.
Kedudukan Hukum MLM
Islam mempunyai prinsip-prinsip tentang pengembangan sistem bisnis yaitu harus terbebas dari unsur dharar (bahaya),
jahalah (ketidakjelasan) dan zhulm ( merugikan atau tidak adil terhadap salah satu pihak). Oleh karena itu, sistem pemberian
bonus harus adil, tidak menzalimi dan tidak hanya menguntungkan orang yang di atas. Sebagian pakar ekonomi Islam
membuat istilah bawa bisnis yang islami harus terbebas dari unsur MAGHRIB, singkatan dari lima unsur yaitu : (1) maysir
(judi), (2) gharar (penipuan), (3) haram, (4) riba (bunga) dan (5) batil. Artiya, apabila kita ingin mengembangkan bisnis
melalui model MLM, maka harus terbebas dari unsur-unsur maghrib di atas

-------
Jadi dalam pelaksanaan pada dasarnya sistem MLM adalah muamalah atau buyu’ dan pada prinsipnya itu bolehkan
(mubah) selagi tidak terdapat unsur : riba, ghoror, dhoror dan jalalah. Dan ketentuan tentang haram atau halalnya praktik
MLM telah didasarkan dalam al-Qur’an, al-hadist serta Fatwa DSN MUI tentang MLM dengan nama penjualan langsung
berjenjang Syariah (PLBS) No 75 Tahun 2009 .
Fatwa DSN MUI Tentang PLBS
1. Produk yang dipasarkan harus berkualitas, halal, thayyib dan menjauhi syubhat (Syubhat adalah sesuatu yang masih
meragukan).
2. Sistem akadnya harus memenuhi kaedah dan rukun jual beli sebagaimana yang terdapat dalam hukum Islam (fiqh
muamalah)
3. Operasional, kebijakan, corporate culture, maupun sistem akuntansinya harus sesuai syari ’ah
4. Strukturnya memiliki Dewan Pengawas Syari ’ah (DPS) yang terdiri dari para ulama yang memahami masalah
ekonomi.
5. Formula insentif harus adil, tidak menzalimi dan berorientasi kemaslahatan/falah.
6. Tidak ada excessive mark up harga barang (harga barang di mark up sampai dua kali lipat), sehingga konsumen dan
anggota terkana praktek terlarang dalam bentuk ghabn fahisy dengan harga yang amat mahal, tidak sepadan dengan
kualitas dan manfaat yang diperoleh.
7. Bonus yang diberikan harus jelas angka nisbahnya sejak awal.
8. Tidak ada eksploitasi dalam aturan pembagian bonus antara orang yang awal menjadi anggota dengan yang akhir.
9. Pembagian bonus harus mencerminkan usaha masing-masing anggota.
10. Tidak menitik beratkan barang-barang tertier ketika ummat masih bergelut dengan pemenuhan kebutuhan primer.
11. MLM tidak boleh menggunakan sistem piramida yang merugikan orang yang paling belakangan masuk sebagai
member.
12. Cara penghargaan kepada mereka yang berprestasi tidak boleh mencerminkan hura-hura dan pesta yang tidak
syari’ah.
thank you :)

Anda mungkin juga menyukai