Yogyakarta, 29 November
2014
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Benar kata Al-Quran, supaya harta itu jangan banyak
beredar diantara orang-orang yang kaya saja diantara kalian
bahwa keinginan duniawi dipunyai oleh manusia tanpa melihat
kelas kaya atau miskin ganteng ataupun agak tampan ningrat
ataupun orang kampungan merupakan hal yang niscaya karena
keinginan seperti itu adalah fitrah. Kalau ditanya, apakah anda
ingin memiliki sepeda motor atau rumah mewah secara gratis?
Yakin, anda akan langsung mengiyakan tawaran tersebut bukan
basa-basi. tapi inilah yang ditawarkan oleh salah satu perusahaan
dalam negeri.
Pada dasaranya setiap individu memiliki kesempatan yang
sama untuk memperoleh kesuksesan, asalakan mau kerja keras dan
pantang menyerah, tak peduli kaya atau miskin. Itulah cara untuk
memperoleh hadiah yang mengiurkan tersebut. Kenapa bisa
begitu? Sebab perusahaan tersebut menggunakan sistem MLM
yaitu jaringan pemasaran berjenjang satu sistem pemasaran yang
dirancang untuk dapat memberikan kesempatankepada setiap
orang agardapat menjalankan setiap usahanya sendiri. Setiap
orang yang bergabung dalam sistem network marketing ini
berkesempatan mengembangkan usahanya dengan cara memakai
dan menjual produk perusahaan serta mengajak orang lain yang
disebut dwonline untuk bergabung.
Bisnis berjenjang ini menjanjikan bonus berlimpah hadiah
tersebut didapat dari penjualan barang tertentu, jika barang
tersebut marketable ditambah bonus kalau berhasil mengajak
orang lain bergabung dengan usaha tersebut. Bisnis model ini lazim
digunakan oleh MW, Pro-18 (yang didirikan pada 18 Juni 1988),
Rich, Forever Young, dan CNI (berdiri tahun 1986 di Bandung).
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari MLM?
2. Bagaimana hukum MLM dalam syariat Islam?
C. Tujuan
1. Agar dapat megetahui pengertian MLM dan mengetahui sistem
MLM
2. Agar dapat mengetahui bagaimana pandangan syariat islam
terhadap MLM
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Multi Level Marketing (MLM)
Multi Level Marketing adalah kepanjangan dari (MLM)
merupakan suatu cabang direct selling atau penjualan langsung.
Direct selling bermakna sebagai metode penjualan barang atau
jasa tertentu kepada konsumen dengan cara tatap muka langsung
di luar lokasi eceran tetap oleh jaringan pemasaran yang
dikembangkan oleh para mitra usaha, mereka bekerja berdasarkan
omset penjualan mereka, bonus penjualan serta iuran setiap
anggotanya. Dalam hal ini, penjualan tersebut tidak melalui
perantara lagi seperti swalayan, toko, kedai, maupun apotik tetapi
kepada konsumen langsung. Direct selling adalah single level
marketing, yaitu metode pemasaran barang atau jasa dari sistem
penjualan langsung memalui program pemasaran satu tingkat,
dimana mitra usaha mendapatkan komisi penjualan dan bonus
penjualan dari hasil penjualan barang atau jasanya dilakukan
sendiri. Sedangkan janis lain direct selling adalah Multi Level
Matketing.
Multi Level Marketing berasal dari bahasa Inggris, Multi
berarti banyak Level berarti jenjang atau tingkat sedangkan
marketing artinya pemasaran. Jadi Multi Level Marketing adalah
pemasaran yang berjenjang banyak. Disebut dengan Multi Level
Marketing karena merupakan suatu organisasi distributor yang
melaksanakan penjualan dengan pola yang bertingkat-tingkat atau
berjenjang. Sehingga Multi Level Marketing suatu metode bisnis
alternatif yang berhubungan dengan pemasaran dan distribusi yang
dilakukan banyak level (tingkatan), yang iasanya dikenal dengan
yang dibisniskan adalah halal (al- Baqoroh: 29, al-Aarof: 32, alAnam: 145, 151, lihat: al-Burnu, al- Wajiz Fi Idhoh Qowaid al-Fiqh,
hlm. 191,197, asy-Syaukani, Irsyadul Fuhul, hlm. 286, as-Suyuti, alAsybah wan Nadzair, hlm. 60)
Alloh
swt. Berfirman, Alloh menghalalkan jual beli dan
mengharamkan riba (al-Baqoroh: 275). Tolong menolonglah atas
kebaikan dan takwa dan jangan tolong-menolong atas dosa dan
permusuhan. (al-Maidah: 2) sabda Rosululloh saw., Perdagangan
itu atas dasr sama-sama ridho. (HR. Al-Baihaqi dan Ibnu Majah),
Umat Islam terikat dengan persyaratan yang mereka buka. (HR.
Ahmad, Abu Dawud, dan Hakim)
Persoalan bisnis MLM yang ditanyakan mengenai hukum
halal-haram maupun status syubhatnya tidak bisa dipukul rata.
Tidak dapat ditentukan oleh masuk tidaknya perusahaan itu dalam
keanggotaan APLI (Asosiasi Penjual Langsung Indonesia), juga tidak
dapat dimonopoli oleh pengakuan sepihak sebagai perusahaan
MLM syariah atau bukan,melainkan bergantung sejauh mana dalam
praktiknya setelah dikaji dan dinilai sesuai syariah. Menurut catatan
APLI, saat ini terdapat 200-an perusahaan yang menggunakan
sidtem MLM dan masing-masing memiliki karakteristik, spesifikasi,
pola, sistem, dan model tersendiri sehingga untuk menilai satu per
satu perusahaan MLM sangat sulit sekali.
Sejak masuk ke Indonesea pada sekitar tahun 80-an, jaringan
bisnis penjualan langsung (direct selling) MLM, terus marak dan
subur menjamur dan bertambah merebak lagi setelah adanya badai
krisis moneter dan ekonomi. Pemain yang terjun di dunia MLM yang
memanfaatkan mometum dan situasi krisis untuk menawarkan
solusi bisnis pemain asing maupun lokal. Yang sering disebut
masyarakat misalnya CNI, Amyway, Avon, Tupperware, Sun
Chlorella, DXN, dan Propolis Gold serta yang berlabel syariah atau
Islam (meskipun mekanisme, dan kriteria untuk penerbitan
sertifikasi bisnis syariah termasuk MLM, yaitu seperti Ahad Net,
Kamyabi-Net, Persada Network, dan lain-lain).
Praktis bisnis MLM diminati banyak kalangan diantaranya
mengingat jumlah populasi penduduk Indonesia yang sangat besar
mencapai 200 juta jiwa. Bayangkan kalau rata-rata minimal belanja
per bulan Rp 10 ribu per jiwa, akan terjadi transaksi dan perputaran
uang sejumlah Rp 2 triliyun per bulan.
Bisnis MLM ini dalam kajian fiqih kontemporer dapat ditinjau
dari dua aspek: produk barang atau jasa yang dijual dan cara atau
pun system penjualan (selling/marketing). Mengenai produk barang
yang dijual, apakah halal atau haram, bergantung pada
kandungannya, apakah terdapat sesuatu yang diharamkan Allah
menurut kesepakatan(ijma) ulama atau tidak, begitu pula jasa
8 Muqtadirul Aziz. Tinjauan Hukum Islam terhadap Bisnis Multi Level Marketing
(MLM).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Multi Level Marketing adalah Sistem pemasaran yang
memiliki perbedaan dengan sistem pemasaran lainnya. Ciri-ciri
khusus yang dimiliki Multi Level Marketing adalah terdapat jenjang
atau level, melakukan perekrutan anggota baru, penjualan produk
serta adanya bonus atau komisi disetiap jenjang atau levelnya.
Bisnis ini berkembang pesat di indonesia karena menjanjikan
keuntungan yang menggiurkan, karenanya sering ditanyakan
bagaiman hukumnya menurut pandangan syariat islam.
Kemudian kajian tentang bagaimana hukum nya merupakan
hasil daripada hasil kajian syariat islam tentang Multi Level
Marketing.
Kajian syariat menghasilkan wacana bahwa bisnis ini kurang
sesuai dengan tujuan syariat yakni menjaga jiwa, harta, dan akal.
Menilik bahwa bisnis ini berdampak pada berambisinya setiap
orang yang mengikutinya agar berlomba mendapatkan member.
Maka dari itu, bisnis ini tidak baik dijalan kan karena tidak selaras
dengan tujuan daripada syariat.
Kemudian melihat hukum nya bisa dikaji melalui akadnya
yang terjadi dua akad dalam satu tempat yangn menyebabkan
bathil hukum jual belinya.
Dengan melihat analisis-analisi diatas maka sekalipun produk
yang diperjual belikan adalah halal, akan tetapi akad yang terjadi
dalam bisnis MLM adalah akad melanggar ketentuan syara baik
dari sisi safqatayn fi safqah (dua akad dalam satu transaksi) atau
samsarah ala samsar (pemakelaran atas pemakelaran); pada
kondisi ini tidak memenuhi ketentuan akad karena yang ada adalah
akad terhadap jaaminan mendapat diskon dan bonus (point) dari
pembelian langsung, dan juga melihat akibat dari bisnis ini tidak
sesuai dengan tujuan syariat yakni menjaga akal, harta dan jiwa;
maka bisnis MLM yang demikian hukumnya haram dan wajib
ditinggalkan.
DAFTAR PUSTAKA
Aziz, Muqtadil. (2011). Tinjauan Hukum Islam terhadap Bisnis Multi Level
Marketing (MLM). Skripsi Sarjana pada FSH, UIN Sunan Kalijaga:
Tidak Diterbitkan.
Utomo, Setiawan. 2003. Fiqh Aktual. Jakarta: Gema Insani Press.
Yasid, Abu. 2005. Fiqh Realitas. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.