Anda di halaman 1dari 15

KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang


masih memberikan nikmat iman, islam juga nukmat hidup, sehingga
penulis dapat menyelesaikan pembuatan makalah dengan judul
Pandangan Hukum Islam Terhadap Multi Level Marketing dengan tepat
waktu.
Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad
SAW yang merupakan inspirator terbesar dalam segala keteladannya.
Tidak lupa penulis sampaikan terima kasih kepada dosen pengampu mata
kulia Ushul Fiqih dan Fiqih yang telah memberikan arahan dan bimbingan
dalam pembuatan makalah ini, serta orang tua yang selalu mendukung
kelancaran tugas penulis dan juga sahabat-sahabat yang selalu
meberikan semangat kepada penulis.
Akhirnya penulis sampaikan terima kasih atas perhatiannya
terhadap makalah ini, dan penulis berharap semoga makalah ini
bermanfaan bagi penulis khususnya dan pembaca yang budiman pada
umumnya. Tak ada gading yang tak retak, begitulah adanya makalah ini.
Dengan segala kerendahan hati, saran-saran dan kritik yang kontruktif
sangat penulis harapkan dari para pembaca guna meningkatkan
pembuatan makalah pada tugas yang lain dan pada waktu mendatang.

Yogyakarta, 29 November
2014

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Benar kata Al-Quran, supaya harta itu jangan banyak
beredar diantara orang-orang yang kaya saja diantara kalian
bahwa keinginan duniawi dipunyai oleh manusia tanpa melihat
kelas kaya atau miskin ganteng ataupun agak tampan ningrat
ataupun orang kampungan merupakan hal yang niscaya karena
keinginan seperti itu adalah fitrah. Kalau ditanya, apakah anda
ingin memiliki sepeda motor atau rumah mewah secara gratis?
Yakin, anda akan langsung mengiyakan tawaran tersebut bukan
basa-basi. tapi inilah yang ditawarkan oleh salah satu perusahaan
dalam negeri.
Pada dasaranya setiap individu memiliki kesempatan yang
sama untuk memperoleh kesuksesan, asalakan mau kerja keras dan
pantang menyerah, tak peduli kaya atau miskin. Itulah cara untuk
memperoleh hadiah yang mengiurkan tersebut. Kenapa bisa
begitu? Sebab perusahaan tersebut menggunakan sistem MLM
yaitu jaringan pemasaran berjenjang satu sistem pemasaran yang
dirancang untuk dapat memberikan kesempatankepada setiap
orang agardapat menjalankan setiap usahanya sendiri. Setiap
orang yang bergabung dalam sistem network marketing ini
berkesempatan mengembangkan usahanya dengan cara memakai
dan menjual produk perusahaan serta mengajak orang lain yang
disebut dwonline untuk bergabung.
Bisnis berjenjang ini menjanjikan bonus berlimpah hadiah
tersebut didapat dari penjualan barang tertentu, jika barang
tersebut marketable ditambah bonus kalau berhasil mengajak
orang lain bergabung dengan usaha tersebut. Bisnis model ini lazim
digunakan oleh MW, Pro-18 (yang didirikan pada 18 Juni 1988),
Rich, Forever Young, dan CNI (berdiri tahun 1986 di Bandung).

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari MLM?
2. Bagaimana hukum MLM dalam syariat Islam?

C. Tujuan
1. Agar dapat megetahui pengertian MLM dan mengetahui sistem
MLM
2. Agar dapat mengetahui bagaimana pandangan syariat islam
terhadap MLM

BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Multi Level Marketing (MLM)
Multi Level Marketing adalah kepanjangan dari (MLM)
merupakan suatu cabang direct selling atau penjualan langsung.
Direct selling bermakna sebagai metode penjualan barang atau
jasa tertentu kepada konsumen dengan cara tatap muka langsung
di luar lokasi eceran tetap oleh jaringan pemasaran yang
dikembangkan oleh para mitra usaha, mereka bekerja berdasarkan
omset penjualan mereka, bonus penjualan serta iuran setiap
anggotanya. Dalam hal ini, penjualan tersebut tidak melalui
perantara lagi seperti swalayan, toko, kedai, maupun apotik tetapi
kepada konsumen langsung. Direct selling adalah single level
marketing, yaitu metode pemasaran barang atau jasa dari sistem
penjualan langsung memalui program pemasaran satu tingkat,
dimana mitra usaha mendapatkan komisi penjualan dan bonus
penjualan dari hasil penjualan barang atau jasanya dilakukan
sendiri. Sedangkan janis lain direct selling adalah Multi Level
Matketing.
Multi Level Marketing berasal dari bahasa Inggris, Multi
berarti banyak Level berarti jenjang atau tingkat sedangkan
marketing artinya pemasaran. Jadi Multi Level Marketing adalah
pemasaran yang berjenjang banyak. Disebut dengan Multi Level
Marketing karena merupakan suatu organisasi distributor yang
melaksanakan penjualan dengan pola yang bertingkat-tingkat atau
berjenjang. Sehingga Multi Level Marketing suatu metode bisnis
alternatif yang berhubungan dengan pemasaran dan distribusi yang
dilakukan banyak level (tingkatan), yang iasanya dikenal dengan

istilah Upline (tingkat atas) atau downline (tingkat bawah), orang


akan disebut Upline jika mempunyai downline. Inti dari bisnis Multi
Level Marketing digerakan dengan jaringan, baik yang bersifat
vertikal atas bawah maupun horizontal kiri kanan ataupun
gabungan antara keduanya. 1
Pada dasaranya setiap individu memiliki kesempatan yang
sama untuk memperoleh kesuksesan, asalakan mau kerja keras dan
pantang menyerah, tak peduli kaya atau miskin. Itulah cara untuk
memperoleh hadiah yang mengiurkan tersebut. Kenapa bisa
begitu? Sebab perusahaan tersebut menggunakan sistem Multi
Level Marketing (MLM) yaitu jaringan pemasaran berjenjang satu
sistem pemasaran yang dirancang untuk dapat memberikan
kesempatankepada setiap orang agardapat menjalankan setiap
usahanya sendiri. Setiap orang yang bergabung dalam sistem
network marketing ini berkesempatan mengembangkan usahanya
dengan cara memakai dan menjual produk perusahaan serta
mengajak orang lain yang disebut dwonline untuk bergabung.
Bisnis berjenjang ini menjanjikan bonus berlimpah hadiah
tersebut didapat dari penjualan barang tertentu, jika barang
tersebut marketable ditambah bonus kalau berhasil mengajak
orang lain bergabung dengan usaha tersebut. Bisnis model ini lazim
digunakan oleh MW, Pro-18 (yang didirikan pada 18 Juni 1988),
Rich, Forever Young, dan CNI (berdiri tahun 1986 di Bandung).2
Sistem pemasaran ini memiliki perbedaan dengan sistem
pemasaran lainnya. Ciri-ciri khusus yang dimiliki Multi Level
Marketing adalah terdapat jenjang atau level, melakukan
perekrutan anggota baru, penjualan produk serta adanya bonus
atau komisi disetiap jenjang atau levelnya. Dalam sistem ini
distributor seperti layaknya pembeli hak atau lisengsi untuk
merekrut anggota baru, menjual produk dan mendapatkan
kompensasi dari hasil penjualannya sendiri maupun dari hasil
penjualan anggota yang direkrut di dalam organisasi jaringannya.
Jadi Multi Level Marketing sebuah bisnis pemasaran atas
suatu produk yang dilakukan memalui banyak tingkatan atau level,
yang sering disebut upline dan dwonline. Maksudnya, sistem
pemasaran dan penjualan atas suatu produk dengan menggunakan
sistem jaringan atau network. Upline diharuskan untuk mencari
1 Muqtadirul Aziz. (2011). Tinjauan Hukum Islam terhadap Bisnis Multi Level
Marketing (MLM). Skripsi Sarjana pada FSH, UIN Sunan Kalijaga: Tidak
Diterbitkan.
2 Abu Yasid. Fiqih Realitas. PUSTAKA PELAJAR. Yogyakarta. 2005, hlm 146-147

dwonlinesebanyak-banyaknya agar mendapatkan bonus yang


berlipat.
Menjadi anggota Multi Level Marketing (MLM) ini memang
banyak suka dukanya. Diawali dengan mendaftarkan diri pada
Upline. Lalu mendapatkan training selama beberapa kali pertemuan
secara gratis tentang bagaimana memasrkan produk tersebut. Jadi,
menjadi
anggota bisnis berjenjang ini sekaligus menerima
bimbingan berbisnis yang sukses. Dan tentu banyak mengetahui
tentang mutu dan kasiat tiap-tiap produknya. Walaupun diakui,
harga barang diatas harga barang kebanyakan karna lebih
mengutamakan mutu.
Dalam sistem bisnis berjenjang, tentu dapat aturan-aturan
tertentu yang harus dipatuhi oleh anggotanya. Seperti dilarang
menjual produk dibawah harga yang telah ditetapkan perusahaan
dan dilarang menjual atau menitip jualkan dan memajang produk di
toko-toko atau tempat umum lainnya. Kalau aturan ini dilanggar,
maka dirinya harus lera keanggotaannya dicabut.
Secara global sistem bisnis Multi Level Marketing (MLM)
dilakukan dengan cara menjaring calon nasabah yang sekaligus
berfungsi sebagai konsumen dan member (anggota) dari
perusahaan yang melakukan praktek Multi Level Marketing (MLM).
Adapun secara terperinci bisnis Multi Level Marketing (MLM)
dilakukan dengan cara sebagai berikut :
Mula-mula pihak perusahaan berusaha menjaring konsumen
untuk menjadi member, dengan cara mengharuskan calon
konsumen membeli paket produk perusahaan dengan harga
tertentu. Dengan membeli paket produk perusahaan tersebut,
pihak pembeli diberi satu formulir keanggotaan (member) dari
perusahaan.
Sesudah menjadi member maka tugas berikutnya adalah
mencari member-member baru dengan cara seperti diatas, yakni
membeli produk perusahaan dan mengisi folmulir keanggotaan.
Para member baru juga bertugas mencari calon member-member
baru lagi dengan cara seperti diatas yakni membeli produk
perusahaan dan mengisi formulir keanggotaan.
Jika member mampu menjaring member-member yang
banyak, maka ia akan mendapat bonus dari perusahaan. Semakin
banyak member yang dapat dijaring, maka semakin banyak pula
bonus yang didapatkan karena perusahaan merasa diuntungkan
oleh banyaknya member yang sekaligus menjadi konsumen paket
produk perusahaan.
Dengan adanya para member baru yang sekaligus menjadi
konsumen paket produk perusahaan, maka member yang berada
pada level pertama, kedua dan seterusnya akan selalu

mendapatkan bonus secara estafet dari perusahaan, karena


perusahaan merasa diuntungkan dengan adanya member-member
baru tersebut.
Diantara perusahaan Multi Level Marketing (MLM), ada yang
melakukan
kegiatan
menjaring
dana
masyarakat
untuk
menanamkan modal di perusahaan tersebut, dengan janji akan
memberikan keuntungan sebesar hampir 100% dalam setiap
bulannya.
Ada beberapa perusahaan Multi Level Marketing (MLM)
lainnya yang mana seseorang bisa menjadi membernya tidak harus
dengan menjual produk perusahaan, namun cukup dengan
mendaftarkan diri
dengan
membayar
uang
pendaftaran,
selanjutnya dia bertugas mencari anggota lainnya dengan cara
yang sama, semakin banyak anggota maka akan semakin banyak
bonus yang diperoleh dari perusahaan tersebut.
Kesimpulannya, memang ada sedikit perbedaan pada sistem
setiap perusahaan Multi Level Marketing (MLM), namun semuanya
berinti pada mencari anggota lainnya, semakin banyak anggotanya
semakin banyak bonus yang diperolehnya.
Di Indonesia tentang Multi Level Marketing dapat mengacu
pada Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik
Indonesia Nomor: 73/MPP/Kep/3/2000 tentang ketentuan kegiatan
usaha penjualan berjenjang atau yang dikenal dengan IUPB.
Keputusan Menteri ini merupakan hasil kerja sama antara
Departemen Perindustrian dan Perdagangan dengan Asosiasi
Penjualan langsung Indonesia. Tujuan dari keputusan ini agar timbul
perlindungan bagi konsumen dan perusahaan yang benar sehingga
masyarakat tidak antipati terhadap perusahaan penjualan
langsung.
Untuk mencapai sebuah kesuksesan dalam mengembangkan
bisnis Multi Level Marketing langkah pertama setelah mendaftar
menjadi distributor adalah mengajak atau merekrut orang lain
sebanyak-banyaknya, agar mau menjadi dwonlinenya. Supaya
banyak yang ikut maka seorang distributor harus mengajak atau
merekrut orang lain yaitu sasaran awalnya keluarga sendiri, teman
dekat baru setelah itu melangkah lebih luas, tetangga, teman
sekantor, teman sekolah, teman sepengajian, dan semua orang
yang sudah lama kenal dengan kita maupun yang baru kenal.
Untuk menjalankan usaha ini tidak perlu waktu yang khusus, tetapi
dapat dilakukan dengan waktu yang fleksibel (kapan saja)
Proses dan mekanisme mengajak atau merekrut orang lain,
tidak bisa dengan sembarangan karena ada aturannya. Itu
sebabnya sebelum mengajak dilakukan presentasi. Biasanya,
mereka mau bergabung setelah lama menggunakan produknya dan

mendengarkan presentasinya. Jadi, mereka paham dahulusehingga


tidak terjadi unsur penipuan dan ataupun paksaan. Jikalau ada yang
bergabung karena terpaksa, nantinya mereka akan sadar sendiri.
Ada dua metode untuk mengajak atau merekrut orang lain.
1. Melalui Pengenalan Produk
Setelah konsumen mengkonsumsi produk kemudian
dipresentasi untuk bergabung menjalankan bisnisnya.
Meskipun
tidak
aktif
kalau
sebagai
distributor
mendapatkan kemudahan, salah satunya dengan harga
murah. Kalau aktif akan mendapatkan komisi dan bonus
sesuai dengan presentasinya,
2. Melalui Peluang Bisnis
Yaitu dengan mempresentasikan peluang menjalankan
bisnis ini kemungkinan akan mendapatkan keuntungan
yang berlipat ganda, seperti komisi dan bonus sesuai
dengan aturan yang ada. 3

B. MLM (Multi Level Marketing) hukum dan Menurut


Pandangan Syariah Islam
Bisnis bejenjang ini menjanjikan bonus berlimpah. Hadiah
tersebut didapatkan dari penjualan barang tertentu, jika barang
tersebut marketable di tambah bonus kalau berhasil mengajak
orang lain bergabung dalam usaha tersebut. Bisnis model ini lazim
digunakan oleh MW, Pro-18 (yang didirikan pada 18 juni 1988), rich,
forever yaoung dan CNI (berdiri tahun 1986 di Bandung).
Mungkin anda bertanya, bagaimana cara untuk mendapatkan
bonus sepeda motor bahkan rumah mewah itu? Setumpuk angan
digantung di pelupuk mata anda.4 Lantas bagaimana pandangan
hukum islam menyikapi MLM?.
Semua bisnis termasuk yang menggunakan sistem MLM
dalam literatur syariat islam pada dasarnya termasuk kategori
muamalah yang dibahas dalam bab al-Buyu (jual-beli) yang jika
melihat hukum asalnya secara prinsip boleh dilaksanakan
berdasarkan kaedah fiqih (al-ashlu fil asya al-ibahah; hukum asal
segala sesuatu termasuk muamalah adalah boleh) selama bisnis
tersebut bebas dari unsur-unsur haram seperti riba (sistem bunga),
gharar (tipuan), dharar (bahaya) dan jahalah (ke-tidak jelasan),
dzulm (merugikan hak orang lain) di samping barang atau jasa
3 Muqtadirul Aziz. Tinjauan Hukum Islam terhadap Bisnis Multi Level Marketing
(MLM).
4 Ibid. hlm

yang dibisniskan adalah halal (al- Baqoroh: 29, al-Aarof: 32, alAnam: 145, 151, lihat: al-Burnu, al- Wajiz Fi Idhoh Qowaid al-Fiqh,
hlm. 191,197, asy-Syaukani, Irsyadul Fuhul, hlm. 286, as-Suyuti, alAsybah wan Nadzair, hlm. 60)
Alloh
swt. Berfirman, Alloh menghalalkan jual beli dan
mengharamkan riba (al-Baqoroh: 275). Tolong menolonglah atas
kebaikan dan takwa dan jangan tolong-menolong atas dosa dan
permusuhan. (al-Maidah: 2) sabda Rosululloh saw., Perdagangan
itu atas dasr sama-sama ridho. (HR. Al-Baihaqi dan Ibnu Majah),
Umat Islam terikat dengan persyaratan yang mereka buka. (HR.
Ahmad, Abu Dawud, dan Hakim)
Persoalan bisnis MLM yang ditanyakan mengenai hukum
halal-haram maupun status syubhatnya tidak bisa dipukul rata.
Tidak dapat ditentukan oleh masuk tidaknya perusahaan itu dalam
keanggotaan APLI (Asosiasi Penjual Langsung Indonesia), juga tidak
dapat dimonopoli oleh pengakuan sepihak sebagai perusahaan
MLM syariah atau bukan,melainkan bergantung sejauh mana dalam
praktiknya setelah dikaji dan dinilai sesuai syariah. Menurut catatan
APLI, saat ini terdapat 200-an perusahaan yang menggunakan
sidtem MLM dan masing-masing memiliki karakteristik, spesifikasi,
pola, sistem, dan model tersendiri sehingga untuk menilai satu per
satu perusahaan MLM sangat sulit sekali.
Sejak masuk ke Indonesea pada sekitar tahun 80-an, jaringan
bisnis penjualan langsung (direct selling) MLM, terus marak dan
subur menjamur dan bertambah merebak lagi setelah adanya badai
krisis moneter dan ekonomi. Pemain yang terjun di dunia MLM yang
memanfaatkan mometum dan situasi krisis untuk menawarkan
solusi bisnis pemain asing maupun lokal. Yang sering disebut
masyarakat misalnya CNI, Amyway, Avon, Tupperware, Sun
Chlorella, DXN, dan Propolis Gold serta yang berlabel syariah atau
Islam (meskipun mekanisme, dan kriteria untuk penerbitan
sertifikasi bisnis syariah termasuk MLM, yaitu seperti Ahad Net,
Kamyabi-Net, Persada Network, dan lain-lain).
Praktis bisnis MLM diminati banyak kalangan diantaranya
mengingat jumlah populasi penduduk Indonesia yang sangat besar
mencapai 200 juta jiwa. Bayangkan kalau rata-rata minimal belanja
per bulan Rp 10 ribu per jiwa, akan terjadi transaksi dan perputaran
uang sejumlah Rp 2 triliyun per bulan.
Bisnis MLM ini dalam kajian fiqih kontemporer dapat ditinjau
dari dua aspek: produk barang atau jasa yang dijual dan cara atau
pun system penjualan (selling/marketing). Mengenai produk barang
yang dijual, apakah halal atau haram, bergantung pada
kandungannya, apakah terdapat sesuatu yang diharamkan Allah
menurut kesepakatan(ijma) ulama atau tidak, begitu pula jasa

yang dijual. Unsure babi, khamar, bangkai, darah, perzinaan,


kemaksiatan, perjudian, contohnya. Lebih mudahnya, sebagian
produk barang dapat dirujuk pada sertifikasi halal dari PL-POM MUI,
meskipun produk yang belum di sertifikasi halal belum tentu juga
haram bergantung pada kandungannya.
Perusahaan yang menjalankan bisnisnya dengan system
MLM, tidak hanya menjalankan produk barang, tetapi juga produk
jasa, yaitu jasa marketing yang berlevel-level (bertingkat-tingkat)
dengan imbalan berupa marketing fee, bonus, dan sebagainya
bergantung level, prestasi penjualan, dan status keanggotaan
distributor. Jasa pertama penjualan ini (makelar) dalam terminology
fiqh disebut samsarah/simsar ialah perantara perdagangan
(orang yang menjualkan barang atau mencarikan pembeli) atau
perantara antara penjual dan pembeli untuk memudahklan jual beli
(Sayyid Sabiq, Fiqhus-Sunnah, vol. III/159)
Pekerjaan samsarah/simsar berupa makelar, distributor, agen
dan sebagainya dalam fiqh islam adalah termasuk ijarah, yaitu
suatu transaksi memanfaatkan jasa orang dengan mbalan. Pada
dasarnya para ulama seperti Ibnu Abbas, Imam Bukhari, Ibnu Sirin,
Atha, Ibrahim, memandang boleh jasa ini (Fiqhus-Sunnah, III/159).
Namun untuk sahnya pekerjaan makelar ini harus memenuhi
beberapa syarat di samping persyaratan tadi, antara lain: 1)
perjanjian diantara kedua belah pihak jelas (an-Nisaa:29); 2) objek
akad bias diketahui kemanfaatannya secara nyata dan dapat
diserahkan; dan 3) objek akad bukan hal-hal yang maksiat atau
haram.
Distributor dan perusahaan harus jujur, ikhlas, transparan,
tidak menipu, dan tidak menjalankan bisnis yang haram dan
syubhat (yang tidak jelas halal/haramnya). Disributor dalam hal ini
berhak menerima imbalan setelah berhasil memenuhi akadnya,
sedangkan pihak perusahaan yang menggunakan jasa marketing
harus segera memberikan imbalan para distributor dan tidak boleh
menghanguskan atau menghilangkannya (al-Araf: 85), sesuai
dengan hadits nabi, berilah para pekerja itu upahnya sebelum
kering keringatnya.
(HR Ibnu Maajah, Abu Yala, dan
Thabrani). Tiga orang yang menjadi musuh Rasulullah di hari
kiamat di antaranya, seorang yang memakai jasa orang, kemudian
menunaikan, tugas pekerjaannya, tetapi orang itu tidak menepati
pembayaran upahnya. (HR Bukhari).5
Melihat realitas yang ada kita perlu mengacu pada tujuan
syariat untuk memandang bagaimana menghukumi bisnis MLM.
5 Setiawan Budi Utomo, Fiqh Aktual. GEMA INSANI PRESS. Jakarta. 2003. Hlm
102

Kalau kita pelajari dengan seksama ketetapan Allah dan ketentuan


Rasul-Nya yang terdapat dalam Al-Quran dan kitab Hadis yang
shahih, kita segara dapat mengetahui tujuan hukum islam. Secara
umum sering dirumuskan bahwa tujuan hukum islam adalah
kebahagiaan manusia di dunia dan di akhirat kelak, dengan jalan
mengambil (segala) yang bermanfaat dan mencegah atau menolak
yang mudharat yaitu yang tidak berguna bagi hidup dan kehidupan.
Dengan kata lain, tujuan hukum islam adalah kemaslahatan hidup
manusia, baik rohani maupun jasmani, individu dan sosial.
Kemaslaatan itu tidak hanya untuk kehidupan di dunia ini saja
tetapi juga untuk kehidupan yang kekal di akhirat kelak.
Sebagaimana yang di kemukakan Abu Ishaq bahwa tujuan hukum
islam adalah memelihara (1) agama, (2) jiwa, (3) akal (4)
keturunan, (5) harta, yang kemudian disepakati oleh para ilmuan
huku islam lainnya.6
Dalam menjalankan bisnis dengan sistem MLM perlu
mewaspadai dampak negatif psikologis yang mungkin timbul
sehingga membahayakan kepribadian, seperti yang dilansir Dewan
Syariah Partai Keadilan melalui fatwa No.02/K/DS-PK/VI/11419,
diantaranya: obsesi yang berlebihan untuk mencapai target
penjualan tertetu karena terpacu oleh sistem ini, suasana tidak
kondusif yang kadang mengarah pada pola hidup hedonis ketika
mengadakan acara rapat dan peretemuan bisnis, banyak yang
keluar dari tugas dan pekerjaan tetapnya karena terobsesi akan
mendapat harta yang banyak dengan waktu singkat. Sistem ini
akan memperlakukan seseorang (mitranya) berdasarkan targettarget penjualan kuantitatif material yang mereka capai yang pada
akhirnya dapat mengindikasikan seseorang berjiwa materialis dan
melupakan tujuan asasinya uuntuk dekat kepada Allah di dunia dan
akhirat. (al-Qashash: 77 dan al-Muthaffifin: 26).7
Disamping hal diatas yang menjadikan bisnis ini menjadi
mudharat bagi manusia adalah melihat dari sisi akad nya. Bisnis
MLM adalah bisnis pemasaran yang menggunakan orang banyak.
Sehinga untuk mencapai itu semuanya diperlukan perekrutan orang
sebanyaak mungkin agar memperoleh keuntungan yaang sangat
berlimpah. Dalam perekrutannya biasanya merekaa melakukan
dengan cara mamaksa, dan tipu muslihat, karena apabila mereka
mengatakan dengan sebenarnya maaka dipastikan mereka tidak
akan ikut bisnis MLM.
6Prof. H.mohammad Daud Ali. Hukum islam
7 Ibid. Hlm 104

Melihat permasalahan tersebut maka akad yang terjadi


menurut Azhar Basyir dikatakan bathil, dan bisnis MLM harus
ditinggalkan. Karena telah merugikan salah satu pihak. Paadahal
dalam berakad setiap pihak harus saling merelakan, tidak karena
terpaksa dan harus ada kejujuran diantara kedua pihak.
Disampinng itu MLM sebagai bisnis yang dibangun
berdasarkan formasi jaringan jaringan. Formasi ini akan terbentuk
jika member merekrut orang lain untuk menjadi anggota jaringan.
Karena itu posisi member tidak bisa lepas dari dua posisi: pertama
sebagai pembeli langsung dan yaang kedua sebagai makelar.
Disebut pembeli langsung karena ia melakukan pembelian kepada
perusahaan atau kepada stokis (pusat stok barang). Dikatakan
makelar karena ia telah menjadi prantara. Antara perusahaan MLM
dengan orang lain yang ingin menjadi member serta membeli
produknya dengan cara merekrut orang lain.
Dari permasalahan tersebut dapat dikaji, berdasarkan dua
kegiatan diatas, yaitu: (1) kegiatan membeli langsung dan (2)
kegiatan makelar. Kenyataan di masyarakat, bahwwa kegiaan
dalam praktek MLM tidak bisa dilepaskan dari dua hukum bisa salah
satunya atau kedua-duanya sekaligus:
Hukum dua akad dalam satu transaksi, atau yang dikenal
dengan istilah safqatayn fi safqah atau bayatayn fi bayah. Akad
pertama adalah akad jual-beli (bay). Disini akan terjadi secara
beurutan akad ijarah untuk jasa dan akad syirkah untuk barang.
Hukum pemakelaran atas pemakelaran, atau samsarah ala
samsarah. Upline adalah simsar (makelar), baik bagi pemilik
langsung, atau tidak, yang kemudian memakelari downline
dibawahnya menjadi makelar bagi downline dibawahnya lagi dan
seterusnya.
Apabila melihat dari hukum yang pertama, jika seseorang
daaftar menjadi member atau distribbutor MLM, maka akan terjadi
dua akad dalam satu transaksi, yaitu: akad jual beli saat ia membeli
produk dan akad sebagai makelar disaat dia memperoleh hak
perniagaaan. Satu transaksi dengan dua akad jika dalam bentuk
jasa disebut sebagai yaang mengakibatkan terbentuknya akad
ijarah dan apabila dalam bentuk barang bayatan fi bayah yang
menghasilkan sebuah akad musyarakah.
Setiap transaksi, dalam hukum islam mewajibkan adanyaa
sebuaah akad yakni ijab dan kabul antara kedua pihak. Disamping
itu, islam telah menetapkan bahwa akad harus dilakukan terhadap
salah satu dari dua perkara; barang atau jasa. Misalnya, akad
musyarakah untuk barang sedangkan akad ijarah adalah akad
yaang dilakukan untuk jasa. Selain terhadap dua hal tersebut maka
akad tersebut setatusnya batal.

Hukum MLM harus menganalisis keduanya, baik akad maupun


produknya. Mengenai akad yang ada di dalam MLM telah dijelaskan
melalui paparan di atas. Adapun dari aspek produknya, memang
ada yang halal dan ada yang haram, meski demikian, jika produk
yang halal tersebut diperoleh dengan cara yang tidak syari, maka
akadnya batal dan kepemilikannyajuga tidak sah, sebab,
kepemilikan itu merupaka izin yang diberikan oleh pembuat syariat
(idzn asy-syari) untuk memanfaatkan barang atau jasa tertentu izin
syara dalam kasus ini diperoleh, jika akad akad tersebut dilakuka
secara syari, baik dari segi aspek muamalahnya maupun
barangnya.
Dengan melihat analisis-analisi diatas maka sekalipun produk
yang diperjual belikan adalah halal, akan tetapi akad yang terjadi
dalam bisnis MLM adalah akad melanggar ketentuan syara baik
dari sisi safqatayn fi safqah (dua akad dalam satu transaksi) atau
samsarah ala samsar (pemakelaran atas pemakelaran); pada
kondisi ini tidak memenuhi ketentuan akad karena yang ada adalah
akad terhadap jaaminan mendapat diskon dan bonus (point) dari
pembelian langsung, dan juga melihat akibat dari bisnis ini tidak
sesuai dengan tujuan syariat yakni menjaga akal, harta dan jiwa;
maka bisnis MLM yang demikian hukumnya haram dan wajib
ditinggalkan.8

8 Muqtadirul Aziz. Tinjauan Hukum Islam terhadap Bisnis Multi Level Marketing
(MLM).

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Multi Level Marketing adalah Sistem pemasaran yang
memiliki perbedaan dengan sistem pemasaran lainnya. Ciri-ciri
khusus yang dimiliki Multi Level Marketing adalah terdapat jenjang
atau level, melakukan perekrutan anggota baru, penjualan produk
serta adanya bonus atau komisi disetiap jenjang atau levelnya.
Bisnis ini berkembang pesat di indonesia karena menjanjikan
keuntungan yang menggiurkan, karenanya sering ditanyakan
bagaiman hukumnya menurut pandangan syariat islam.
Kemudian kajian tentang bagaimana hukum nya merupakan
hasil daripada hasil kajian syariat islam tentang Multi Level
Marketing.
Kajian syariat menghasilkan wacana bahwa bisnis ini kurang
sesuai dengan tujuan syariat yakni menjaga jiwa, harta, dan akal.
Menilik bahwa bisnis ini berdampak pada berambisinya setiap
orang yang mengikutinya agar berlomba mendapatkan member.
Maka dari itu, bisnis ini tidak baik dijalan kan karena tidak selaras
dengan tujuan daripada syariat.
Kemudian melihat hukum nya bisa dikaji melalui akadnya
yang terjadi dua akad dalam satu tempat yangn menyebabkan
bathil hukum jual belinya.
Dengan melihat analisis-analisi diatas maka sekalipun produk
yang diperjual belikan adalah halal, akan tetapi akad yang terjadi
dalam bisnis MLM adalah akad melanggar ketentuan syara baik
dari sisi safqatayn fi safqah (dua akad dalam satu transaksi) atau
samsarah ala samsar (pemakelaran atas pemakelaran); pada
kondisi ini tidak memenuhi ketentuan akad karena yang ada adalah
akad terhadap jaaminan mendapat diskon dan bonus (point) dari
pembelian langsung, dan juga melihat akibat dari bisnis ini tidak

sesuai dengan tujuan syariat yakni menjaga akal, harta dan jiwa;
maka bisnis MLM yang demikian hukumnya haram dan wajib
ditinggalkan.

DAFTAR PUSTAKA

Aziz, Muqtadil. (2011). Tinjauan Hukum Islam terhadap Bisnis Multi Level
Marketing (MLM). Skripsi Sarjana pada FSH, UIN Sunan Kalijaga:
Tidak Diterbitkan.
Utomo, Setiawan. 2003. Fiqh Aktual. Jakarta: Gema Insani Press.
Yasid, Abu. 2005. Fiqh Realitas. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.

Anda mungkin juga menyukai