0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
25 tayangan4 halaman
Ulama melakukan upaya untuk mencegah hadits palsu dengan: (1) berpegang teguh pada sanad untuk memastikan keaslian hadits, (2) meningkatkan semangat ilmiah dan ketelitian dalam meriwayatkan hadits, (3) memerangi pendusta dan mencegah penyebaran hadits palsu, (4) meneliti latar belakang para periwayat hadits, dan (5) menetapkan kaidah untuk mengenali hadits maudhu'.
Ulama melakukan upaya untuk mencegah hadits palsu dengan: (1) berpegang teguh pada sanad untuk memastikan keaslian hadits, (2) meningkatkan semangat ilmiah dan ketelitian dalam meriwayatkan hadits, (3) memerangi pendusta dan mencegah penyebaran hadits palsu, (4) meneliti latar belakang para periwayat hadits, dan (5) menetapkan kaidah untuk mengenali hadits maudhu'.
Ulama melakukan upaya untuk mencegah hadits palsu dengan: (1) berpegang teguh pada sanad untuk memastikan keaslian hadits, (2) meningkatkan semangat ilmiah dan ketelitian dalam meriwayatkan hadits, (3) memerangi pendusta dan mencegah penyebaran hadits palsu, (4) meneliti latar belakang para periwayat hadits, dan (5) menetapkan kaidah untuk mengenali hadits maudhu'.
Resume ini Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ulumul
Hadits 1
Dosen Pengampu Prof. Dr. Suryadi, Ma
Oleh Rafika Dhiya Alfadhilah (14530059)
JURUSAN ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR
FAKULTAS USHULUDDIN DAN PEMIKIRAN ISLAM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA 2015
4. Hukum Memalsukan dan Meriwayatkan Hadits Palsu
Kaum muslimin sepakat bahwa memalsukan hadits hukumnya haram secara mutlak. Namun kelompok Al-Karamiyyah memiliki pendapat berbeda, dan memperbolehkan membuat hadits palsu berkenaan dengan tarhib dan targhib, bukaan yang berkenaan dengan pahala dan siksa dengan tujuan menarik masyarakat untuk berbuat taat kepada Allah SWT dan menjauhkan mereka berbuat dari berbuat maksiat. Pendapat mereka itu jelas tertolak karena tidak memiliki dasar sama sekali, baik oleh dalil naqli maupun aqli. Rasulullah telah memberikan ancaman keras terhadap siapa saja yang memalsukan hadits: Barang siapa berdusta atas diriku secara sengaja, maka bersipalah menempatkan dirinya di neraka. Jumhur ahli hadits juga sependapat bahwa berdusta termasuk dosa besar. Semua ahli hadits juga menolak khabar pendusta, bahkan syeikh Abu Muhammad al-Juwainy mengkafirkan pemalsuan hadits. Mereka juga tidak memperbolehkan meriwayatkan sedikitpun hadits palsu, baik berkenaan dengan kisah tarhib, targhib, hukum-hukum ataupun tidak. Karena hadits Rasulullah SAW: Siapa yang meriwayatkan dariku sebuah hadits dan terlihat bahwa hadit itu dusta, maka ia juga termasuk satu di antara para pendusta. Semua hadits maudhu bathul lagi tertolak dan tidak bias dijadikan pegangan, karena merupakan kedustaan dan bualan atas diri Rasululllah.
5. Upaya-upaya Ulama Melawan Hadits Palsu
Berpegang Pada Sanad
5 Upaya ulama dalam rangka menjaga hadits Nabi SAW:
Meningkatkan Semangat Ilmiah
dan Ketelitian dalam Meriwayatkan Hadits Para Ulama Memerangi Para Pendusta dan Tukang Cerita
Menjelaskan Hal Ihwal Para
Perawi Meletakkan Kaidah-Kaidah untuk Mengetahui Hadits Maudhu
a. Berpegang pada Sanad
Isnad mendapatkan perhatian serius sejak masa tabiin. Sampai-sampai merupakan suatu kewajiban bagi muhaddits untuk menjelaskan usul-usul riwayatnya. Dengan menyandarkan suatu hadits melalui sanad ia telah terlepas dari tanggungan dan dapat memberikan kelegaan bila sanadnya mutashil sampai kepada rasulullah SAW, disamping memberikan ketenangan bagi yang menerimanaya. b. Meningkatkan Semangat ilmiah dan Ketelitian dalam Meriwayatkan Hadits Perjalanan ilmiah dalam menuntut hadits, kecermatan dan ketelitian serta kehati-hatian dalam meriwayatkan hadits,
mengirimkan para sahabat yang hafidz ke berbagai daerah guna
menyebarluaskan hadits, semangat ulama dalam menyebarkan hadits pejelasan yang maqbul dari yang mardud dan yang susupan dari yang asli. Semua itu merupakan bukti maraknya kehidupan ilmiah sejak masa awal Islam. Ahli ilmu sangat bersungguh-sungguh dalam menjaga hadits dan mudzakarahnya di antara mereka. Imam-imam hadits memiliki peranan yang sangat besar, mereka menghafal yang shahih, dhoif dan maudhu sehingga mereka tidak akan merasa kabur menghadapi berbagai jenis hadits. c. Para Ulama Memerangi Para Pendusta dan Tukang Cerita Sebagian ulama memerangi para pendusta dan tukang cerita serta melarang mereka dan menjelaskan keadaan mereka kepada masyarakat. Mereka juga melarang masyarakat mendekati para pendusta itu. Semua ahli juga menjelaskan yang maudhu kepada murid-murid mereka dan mengingatkan agar para murid tidak meriwayatkan khabar-khabar dari para pendusta itu. Ahli hadits tidak cukup hanya memerangi kedustaan bersama murid-muridnya. Diantara yang paling ganas melawan para pendusta itu adalah Syubah ibn Al-hajjaj (-160 H), asy-Syabiy (-103 H), Sufyan al-Tsaury (-161 H), Abdurrahman ibn Mahdy (-198 H), dan lain-lain. d. Menjelaskan Hal Ihwal Para Perawi Ahli hadits melakukan penelitian tentang kehidupan para periwayatdan mengenal hal ihwal mereka. Demikianlah upaya-upaya ulama dalam hal ini dengan cara menciptakan ilmu al-jarh wa at tadil, yang kaidah-kaidah dasarnya sebenarnya telah diletakkan oleh sahabat, tabiin dan atba at-tabiin. e. Meletakkan Kaidah-kaidah untuk Mengetahui Hadits Maudhu Ulama juga meletakkan kaidah-kaidah untuk mengetahui hadits yang maudhu. Mereka menyebutkan tanda-tanda kepalsuan baik dalam sanad maupun matan.