Anda di halaman 1dari 3

Naseh Maulana (14530082)

Buku asas-asas linguistik umum (J.W.M. Verhaar)


FONOLOGI
Fonologi boleh disebut ilmu bunyi yang fungsional. Misalnya, dalam bahasa inggris, [t]
dalam stop dan [th] dalam top kebetulan merupakan bunyi yang sama secara fungsional. Bunyi
fungsional kita sebut fonem yang sama. Fonem itu dilambangkan sebagai huruf t diapit diantara
dua garis miring: /t/. Demikian pula, bunyi [] dan [k] dalam bahasa indonesia merupakan dua
bentuk yang berbeda dari fonem /k/ yang sama.
Identitas fonem berlaku hanya dalam satu bahasa sama saja. Misalnya, bentuk [t] dan [t h]
dari fonem /t/ berlaku untuk bahasa Inggris, tetapi bahasa cina mandarin membedakan [t] yang
tidak beraspirasi dan [th] beraspirasi itu sebagai fonem yang tidak sama; jadi dua fonem: /t/, dan
/th/ dalam bahasa mandarin itu. Demikian pula, dalam bahasa indonesia [] dan [k] hanya
merupakan dan bentuk dari fonem yang satu /k/ itu, tetapi dalam bahasa tertentu yang lain /k/
dan // merupakan fonem-fonem yang berbeda.
Mengingat bahwa ilmu linguistik adalah ilmu empiris. Menyangkut hal identitas fonem, hal
itu pun merupakan hal empiris. Dasar bukti identitas fonem adalah apa yang dapat kita sebut
fungsi pembeda sebagai sifat khas fonem itu.
Dalam fonologi juga sering pula dibicarakan tentang beban fungsional dari oposisi
fonemis tertentu. Dalam bahasa inggris kita temukan dalam banyaka sekali pasangan, seperti back,
bag, beck, beg dan lain-lainnya yang tidak sedikit jumlahnya. Maka kita katakan bahwa beban
fungsional dari oposisi /k/ : /g/ dalam bahasa inggris adalah tinggi.
Seperti yang sudah di jelaskan, bunyi [t] dan [t h] dalam bahsa inggris tidak berbeda secara
fonemis. Perbedaan alofonemis bedasarkan lingkungan alofon tersebut. Fonem /t/ pada awal kata,
langsung disusul vokal, seperti pada kata top memang [th] pengucapannya; bila tidak pada awal
kata, seperti pada kata stop, pengucapannya adalah [t].
Dalam penelitian bahasa yang tertentu, para ahli fonologi mendaftar semua fonem-fonem itu
disebut khazanah atau berbendaharaan fonem-fonem itu. Jumlah fonem dalam setiap bahasa
adalah agak terbatas- biasanya antara 20 dan 40 buah. Setiap fonem (atau hampir setiap fenom)
mempunyai sejumlah alofon, jadi jumlah alofon dalam bahasa manapun mudah mencapai ratusan.

Maka dari itu tugass pengkhazanahan fonem dalam satu bahasa memang memberikan pengertian
yang agak mendalam tentang sistem bunyi-bunyi di dalam bahasa yang bersangkutan.
Pengucapan setiap fonem tergantung dari lingkungan fonem yang bersangkutan dan
perbedaan alofonemis tidak mengubah identitas fonem itu sendiri. Akan tetapi, ada juga perubahan
pengucapan fonem yang sedemikian rupa sehingga bentuk yang baru itu merupkan fonem yang
lain. Perubahan-perubahan yang menyebabkan fonem tertentu menjadi fonem yang lain antaralain:
asimilasi fonemis, modifikasi vokal jenis umlaut, modifikasi vokal jenis ablaut, modifikasi vokal
jenis harmoni vokal, netralisasi, hilangnya fonem dan kontraksi, disimilasi dan metatesis.
Asimilasi yang mengubah fonem tertentu menjadi fonem tertentu yang lain disebut
asimilasi fonemis. Asimilasi fonemis berbeda dengan asimilasi fonetis dalam hal ini asimilasi
fonetis tidak murubah status fonem bunyi yang dipengaruhi, sedangkan asimilasi fonemis
mengubah fonem tertentu menjadi fonem yang lain.
Modifikasi vokal umlaut adalah modisikasi yang fonemis, artinya modifikasi yang
menyebabkan fonem vokal tertentu berubah menjadi fonem vokal yang lain. Istilah umlaut
diartikan sebagai perubahan vokal sedemikian rupa sehingga vokal itu dirubah menjadi vokal yang
lebih tinggi, sebagai akibat vokal atau semi vokal yang mengikutinya yang tinggi
Modifikasi vokal ablaut adalah perubahan vokal yang kita temukan dalam bahasa-bahasa
german. Contuhnya adalah pemarkahan kata dalam bahasa inggris: sing bernyanyi, sang, sung,
atau dalam bahasa belanda duiken terjun, dook, gedoken.
Modifikasi jenis lain adalah harmoni vokal atau keselarasan vokal. Harmoni vokal
adalah perubahan vokal di bawah pengaruh vokal yang lain, sedemikian rupa sehingga vokal dalm
setiap silabe secara fonemis berubah menjadi vokal yang lain. Fungsi fonem adalah membedakan
makna- suatu fungsi yang nampak dalamm pasangan minimal. Nertalisasi adalah alternasi fonem
akibat pengaruh lingkungan.
Dalam semua bahasa di dunia, penuturan-penuturan berusaha untuk menghemat tenaga
dalam pemakaian bahasa dan memperpendek tuturan-uturannya, sejauh hal itu tidak menghambat
komunikasi dan tidak bertentangan dengan budaya tempat bahasa tersebut dipakai.perpendekan
tuturan mengikuti hukum-hukum yang bermacam-macam. Salahsatunya adalah kaidah fonologis
yang paling mudah di perpendek adalah segmen-segmen yang tidak bertekanan contohnnya dalam
bahasa inggris perpendekan shant (dari shall not) atau dalam bahasa indonesia ada tiada dari tidak
ada. Perpendekan seperti ini dinamakan perpendekan bunyi atau perpendekan fonem.

Seperti halnya asimilasi menyebabkan penyamaan dua fonem yang berbeda, maka apa yang
disebut disimilasi menyebabkan dua fonem yang sama (berdekatan atau tidak) menjadi fonem
yang lain. Contohnya idonesia belajar yang dihasilkan oleh menggabungkan awalan ber- dan ajar.
Akan tetapi bentuk belajar mempunyai dua /r/, dan dalam bahasa indonesia ada kecendrungan
untuk menghindari dua /r/ dalam kata yang berawalan ber.
Dalam proses metatesis yang diubah adalah urutan fonem-fonem tertentu. Biasanya bentuk
asli dan bentuk yang mengalami metatesis itu terdapat bersama-sama, sehingga ada variasi bebas.
Dalam bahasa indonesia, ada brantas dan bantras, jalur,dan lajur. Contoh seperti ini adalah
sinkronik. Contoh diakroniknya adalah kata portugis almari yang telah menjadi lemari.

Anda mungkin juga menyukai